You are on page 1of 18

A.

PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP BUDAYA DEMOKRASI Hampir semua negara-negara di dunia ini, dalam tata pemerintahan negaranya menamakan sebagai negara demokrasi. Demokrasi seolah menjadi tuntutan jaman. Bahkan negara dengan penguasanya seorang yang diktator pun, enggan rasanya apabila negaranya mendapat predikat negara yang tidak demokrasi. Dalam perkembangan hubungan antar negara, negara itu akan dikucilkan dalam pergaulan internasional apabila tata pemerintahan negaranya tidak demokrasi, bahkan menghambat pertumbuhan demokrasi. Bahkan saat ini ada anggapan bahwa tata pemerintahan yang demokratis adalah tata pemerintahan yang, paling baik, paling diminati oleh rakyat, paling menjanjikan akan peningkatan kesejahteraan rakyat. Istilah 'demokrasi' muncul sejak jaman Yunani Kuno dan berkembang sampai jaman modern ini. Demokrasi berasal dari kata Yunani, yaitu 'demos, dan 'cratos' atau 'cratein'. Demos, berarti penduduk atau rakyat, dan cratos/ciratein, berarti kekuasaan atau pemerintahan. Jadi, demokrasi mempunyai arti pernerintahan oleh rakyat. Dalam negara demokrasi, kekuasaan negara berada di tangan rakyat. Penguasa mempunyai kekuasaan menjalankan pemerintahan merupakan pemberian. Dari rakyat. Penguasa menjalankan pemerintahan atas nama rakyat, atas kehendak rakyat. Penguasa menjalankan pemerintahan atas nama rakyat, atas , kehendak rakyat. Apabila dalam menjalankan kekuasaan pemerintahannya banyak menyakiti rakyat, tidak sesuai dengan kehendak rakyat, maka rakyat akan nengambil kembali kekuasaan yang diberikan kepada penguasa tersebut. Menurut Abraham Lincoln, mantan Presiden Amerika Serikat (1861 - 1865), mengartikan democracy is government of the people, by the people and for the people, yang berarti demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pada prinsipnya, pemerintahan dalam negara demokrasi yang lebih diutamakan adalah rakyat. Rakyat adalah segala-galanya. Bahkan ada pepatah mengatakan suara rakyat adalah suara Tuhan Hal utama dalam menentukan berlakunya sistem demokrasi di suatu negara adalah ada atau tidak adanya asas-asas pokok demokrasi pads sistem tersebut, yaitu:

1.

Pengakuan dan jaminan hak asasi manusia sebagai penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia. Pengakuan dan jaminan ini tidak saja harus tertulis tetapi juga yang tidak tertulis (misalnya : tata nilai sosial-budaya ataupun norma-norma yang diakui dan berkembang dalam kehidupan masyerakat).

2.

Adanya keikutsertaan atau partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Partisipasi ini dapat diwujudkan, misalnya dengan melalui pemilihan wakil-wakil rakyat yang akan ikut serta menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintahan, melakukan pengawasan dalam pembuatan dan menjalankan.kebijakan, dan lain-lain.

Selain memiliki asas-asas pokok tersebut, pemerintahan demokrasi, memiliki ciriciri pokok yang membedakannya dengan pernerintahan yang tidak demokratis yaitu:

1. Pemerintahan berdasar atas kehendak rakyat dan untuk kapentingan rakyat.


Untuk ini, negara tersebut: a. Mempunyai konstitusi (UUD) yang berisi jaminan hak asasi manusia, kekuasaan, kehendak dan kepentingan rakyat, tujuan bernegara dan lain-lain. b. Ada lembaga perwakilan rakyat yang mewakili rakyat dalam menetapkan kebijakan dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut. c.Adanya pemilihan umum, sebagai sarana untuk memilih dan wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rokyat. d. Adanya sistem kepartaian, sebagai sarana menampung dan menyalurkan aspirasi dari rakyat. 2. Adanya pemisahan kekuasaan dalam negara, sehingga tidak terjadi pemusatan, kekuasaan negara ke dalam satu tangan atau golongan yang cenderung menimbulkan kesewenang-wenangan dari pemegang kekuasaan. 3. Adanya tanggung jawab dari penguasa sebagai pelaksana. Kegiatan pemerintahan kepada rakyat melalui wakil-wakilnya.

B. Perbedaan antara Demokrasi liberal, komunis, dan Demokrasi Pancasila. 1. Demokrasi di negara liberal. a. Asas liberalisme Konsepsi liberal di negara-negara barat muncul sebagai reaksi dari perilakuperilaku dan tindakan penguasa yang absolut dan diktator. Negara-negara ini menyatakan kebebasan (liberty), persamaan, dan persaudaraan. Paham liberalisme lebih menjamin hak-hak asasi individu segala bidang dengan mutlak. b. Asas kedaulatan rakyat Segala keputusan ada di tangan rakyat. Keputusan yang rnenyangkut kepentingan rakyat akan di musyawarahkan melalui wakil-wakil rakyat yang di pilih melalui Pemilu. Keputusan dalam musyawarah tidak diambil dengan musyawarah mufakat tetapi langsung dengan cara pemungutan suara. Suara yang besar (Partai Posisi) menentukan, tanpa ada kompromi dengan pemilik suara kecil (Partai Oposisi). c. Asas pemisahan kekuasaan Asas pemisahan kekuasaan antar lembaga lembaga negara harus benar-benar terpisah tidak boleh ada hubungan kerja antara Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Biasanya Presiden ataupun Raja hanya sebagai Kepala Negara, sebagai simbol yang tidak dapat di ganggu gugat. Sedangkan penyelenggara pemerintahan adalah seorang Perdana Menteri beserta kabinetnya yang bertanggung jawab kepada Parlemen.

d. Asas negara hukum Sebagai negara hukum, menurut paham liberalisme negara hanya bertindak apabila ada pelanggaran hukum. Negara menganggap masalah kesejahteraan warga adalah menjadi tanggung jawab masing-masing individu warga negara itu sendiri. 2. Paham demokrasi pada negara Komunis Gagasan dalam sejarah manusia pada hakikatnya merupakan

sejarah perjuangan kelas, yaitu perjuangan kelas bawah, kaum Proletar malawan kaum Borjuis (kaum kapitalis = pemilik modal). Konstitusi di negara komunis menganut baberupa asas :
1.

Menganut ajaran atheisme, yaitu paham yang tidak mengakui adanya Tuhan YME Demokrasi yang dikembangkan adalah demokrasi kerakyatan (diktator proletariat) sehingga dalam demokrasi komunis tidak diperkenankan adanya partai lain selain partai komunis

2.

3.

Hak individu tidak diakui termasuk hak asasi Poleksosbud. Mengeluarkan pendapat dilarang, beda pendapat dengan negara berarti menentang negara. Menentang negara, berarti mengkhianati negara.

4.

Dalam bidang ekonomi, negara mempunyai peranan yang sangat dominan dan menentukan, perekonomian negara diatur dan dikendalikan sepenuhnya oleh negara (etatisme).

3. Demokrasi Pancasila
a.

Asas Pancasila Pancasila adalah falsafah yang merupakan perwujudan dari watak dan keinginan rakyatnya Asas kukeluargaan Dalanm penyelenggaraan pemerintahan negara, maupun penyelenggaraan kehidupan dalam bermasyarakat diusahakan dengan suasana persatuan antara rakyat dengan pemimpinnya, antara rakyat dan golongan-golongan rakyat satu lama lainnya diliputi oleh semangat gotong royong dan semangat kekeluargaan.

b.

c.

Asas kedaulatan rakyat Dalam negara Republik Indonesia, apabila dalam penyelenggaraan pernarintahan tidak sesuai dengan keinginankeinginan rakyat maka rakyat akan mencabut mandat kekuasaan yang diberikannya. Keputusan diambil harus melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.

d.

Asas pernbagian kekuasaan,

Untuk menghindari pemusatan kekuasaan pada satu badan atau satu orang maka kekuasaan dalam negara harus dibagi-bagi, menjadi beberapa lembaga negara sebagai pemegang kekuasaan negara.

C. PRINSIP- PRINSIP DEMOKRASI YANG BERLAKU UNIVERSAL Seperti pada penjelasan diatas, Demokrasi diartikan sebagai suatu pemerintahan yang diselenggarakan rakyat atau rakyat ikut serta dalam pemerintahan. Demokrasi pada dasarnya menyangkut masalah distribusi kekuasaan dimana rakyat merupakan sumber kekuasaan dan memiliki kekuasaan yang sangat besar dan menentukan. Dalam penyelenggaraan kekuasaannya, rakyat memberikan kewenangannya itu kepada seseorang atau sejurnlah orang untuk menyelenggarakan kekuasaan rakyat dan mempertanggung jawabkannya kepada rakyat sebagai pemberi kekuasaannya itu. Dilihat dari tata cara menyalurkan aspirasi rakyat, Demokrasi terbagi dua kategori dasar, yaitu : Demokrasi langsung dan Demokrasi tidak langsung (Demokrasi perwakilan). Dalam Demokrasi langsung, rakyat secara langsung tanpa melalui orang lain (wakil) dapat ikut serta dalam pembuatan kebijakankebijakan atau keputusan-keputusan negara. Demokrasi inilah yang pertama dilakukan di Yunani kuno yang relatif jumlah rakyatnya masih sedikit, permasalahannya pun masih sederhana. Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, dimana jumlah penduduknya cukup besar dan terlalu rumit (kompleks) permasalahan yang dihadapi, maka tata cara demokrasi langsung sulit dilaksanakan sehingga berkembang secara Demokrasi tidak langsung atau Demokrasi perwakilan. Apabila suatu demokrasi perwakilan bekerja menurut konstitusi (Undang-Undang Dasar) yang membatasi Kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan dan menjamin hak-hak dasar bagi seluruh warga negara, maka bentuk pemerintahan demikian ini dinamakan Demokrasi konstitusiona!. Hal ini dimaksudkan agar kekuasaan pemerintahan tidak terjadi tindakan yang sewenang-wenangan

terhadap rakyat dan hak-hak rakyat terjamin. Pembatasan-pembatasan penyelenggaraan kekuasaan pemerintah itu tercantum dalam konstitusi negara. Menurut Lord Acton seorang berkebangsaan Inggris "Power tends to Corrupt, but absolute power corupt absolutely" (manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaannya itu). Untuk rnenghindari penyimpangan atau penyalah gunaan kekuasaan, maka muncullah gagasan yang perlu diterapkan berdasarkan, teori pemisahan kekuasaan dan pembagian kekuasaan yang terkenal dengan teori trias politika (ajaran montesquie), dalam suatu negara harus ada yaitu lembaga legislatif (sebagai pembuat undang-undang), lembaga eksekutip (sebagai pelaksana undang-undang), lembaga yudikatif (lembaga yang mengadili terhadap pelanggar undang-undang). Menurut teori ini kekuasaan dalam negara hendaklah dibagi-bagi secara terpisah sehingga kesempatan penyalahgunaan kekuasaan dapat diminimalisir. Kekuasaan dalam negara diserahkan kepada beberapa orang atau beberapa lembaga sehingga tidak terpusat dalam satu tangan atau satu badan/lembaga. Seperti telah dijelaskan diatas, ada dua asas pokok demokrasi, yaitu :
1.

Pengakuan dan jaminan hak asasi manusia, sebagai penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia Adanya keikutsertaan atau partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Dua asas pokok demokrasi tersebut bersifat universal artinya

2.

suatu negara dapat dikatakan demokratis, apabila dinegara itu ada jaminan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia serta adanya dukungan dan partisipasi rakyat dalam pemerintahan.

Demokrasi adalah sebuah faham yang universal tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Beberapa prinsip-prinsip demokrasi yang berlaku secara universal, antara lain:

1. Keterlibatan

warga negara dalam pemerintahan. keputusankeputusan tetapi juga dalam pengawasan saja di

Keikutsertaan atau partisipasi warga negara tidak saja di dalam pembuatan terhadap pemerintah. Partisipasi warga negara tidak

tunjukkan melalui pemilihan umum namun rakyat juga dapat melakukan kritikan, mengajukan usulan atau memperjuangkan kepentingan kepentingannya melalui wadah yang tersedia dengan tidak menyimpang dari hukum.
2. Persamaan

(kesetaraan)

Persamaan diantara warga negara sebagai bentuk jaminan hak dasar manusia merupakan suatu wujud dari keadilan. Suatu bangsa yang majemuk dengan berbagai kondisi, akan mengakui dan menghargai adanya perbedaan itu.
3. Kebebasan

atau kemerdekaan bagi warga negara.

Kebebasan dan kemerdekaan yang diperlukan oleh warga negara adalah berkaitan dengan perjuangan terhadap kepentingankepentingannya, kehendaknya, aspirasinya, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggara negara. Kebebasan tersebut terutama menyangkut jaminan hak asasi manusia yang bukan berarti sebebas-bebasnya tetapi tetap pad koridor hukum yang ada artinya kebebasan yang bertanggungjawab.
4. Supremasi

hukum dan kepatuhan keadilan terhadap sehingga hukum dapat harus

Penghormatan rakyat
1.

dikedepankan, baik oleh penyelenggara negara maupun oleh supaya terwujud -mendasari terwujudnya suatu masyarakat yang demokratis. Pemilihan umum Pemilihan umum merupakan sarana utama bagi warga negara dalam berpartisipasi poiitik dan bagi terselenggaranya perubahan kekuasaan politik menjadi suatu keadaan yang lebih baik seta untuk mewujudkan pemerintahan yang legitimasi / sah dengan dukungan rakyat supaya terwujud tegaknya kedaulatan rakyat.

D. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI MASYARAKAT MADANI (CIVIL SOCIETY) Istilah masyarakat madani sebenarnya hanya salah satu di antara beberapa istilah lain yang seringkali digunakan orang dalam menterjemahkan civil society ke dalam bahasa Indonesia. Kata civic dari kata latin civitas dei yang berarti Kota Illahi atau masyarakat kota. Civil yang merupakan akar kata dari civilisation yang berarti beradab, sehingga civil society sering juga diterjemahkan dengan masyarakat teradab. Oleh karena itu, civil society dapat dimaknai sebagai sebuah masyarakat yang memiliki peradaban (civity) yang dibedakan dengan masyarakat yang tidak beradab atau masyarakat jahiliyah atau masyarakat barbar. DI Indonesi istilah Civil society mulai populer istilah masyarakat madani pada era tahun 1995an. keterbukaan politik yang Pada masa itu mulai berkembang terbukanya mengakibatkan

pemikiran sosial dan politik menuju demokrasi. Beberapa istilah yang banyak digunakan untuk menyebarluaskan gagasan tentang Civil society antara lain masyarakat sipil, masyarakat warga dan masyarakat madani. Walaupun berbeda-beda tetapi bentuk masyarakat yang dimaksudkan adalah sama yaitu Masyarakat yang menghargai keberagaman (majemuk/plural), menghargai Hak Asasi Manusia, kritis dan partisipatif dalam berbagai masalah sosial serta mandiri. Pengertian istilah madani, merujuk pada istilah madinah, sebuah kota di wilayah arab tempat masyarakat Islam dibawah pimpinan nabi Muhammad SAW. Dimasa lalu pernah membangun peradaban tinggi. Kata madinah berasal dari bahasa arab yaitu madaniyah yaitu berarti peradaban atau berkebudayaan tinggi. Masyarakat madani terbentuk dari kelompokkelompok diluar lembaga negara dan lembaga lain yang berorientasi kekuasaan. Bentuk masyarakat madani adalah sebuah komunitas masyarakat yang dapat kita lihat pada kelompokkelompok kecil, seperti organisasi kepemudaan, organisasi perempuan, organisasi profesi, yang diindonesia sering disebut dengan organisasi

kemasyarakatan (Ormas) atau lembaga swadaya masyarakat (LSM). Organisasi-organisasi tersebut memiliki ciri-ciri, antara lain : Mandiri dalam hal dana operasional (tidak bergantung kepada negara).

Swadaya

dalam

kegiatannya

(dengan

memanfaatkan

segala

sumberdaya di lingkungannya).

Memberdayakan masyarakat dan bergerak di bidang sosial. Tidak terlibat dalam persaingan politik untuk merebut kekuasaan. Bersifat inklusif (melingkupi beragam kelompok dan menghargai beragaman).

Bentuk nyata masyarakat madani secara sederhana sebenarnya telah ada dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat kita lihat, misalnya berkembangnya budaya gotong royong diberbagai kalangan masyarakat. Budaya tersebut mendorong anggota masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan bersama secara partisipatif. Hasil dari kegiatan bersama tersebut diarahkan untuk memberdayakan masyarakat. Secara tradisional masyarakat juga memiliki mekanisme pengaturan sosial yang mereka kembangkan secara turun temurun, misalnya menentukan nilai, norma atau sanksi sosial yang diberlakukan. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat telah mampu mengembangkan mekanisme sosial secara mandiri, tanpa campur tangar struktur negara atau penguasa. Kita juga dapat melihat bagaimana masyarakat mengembangkan tradisi musyawarah dan toleransi dengan berdasarkan nilai-nilai tradisional. Didalam forum-forum seperti itu dengan bebas mereka mengembangkan budaya kebebasan mengemukakan pendapat dan menghargai perbedaan. Proses demokratisasi menuju masyarakat madani (civil society) Berbicara tentang demokrasi, tentu tidak dapat dilepaskan dari tiga elemen diantaranya Lembaga negara, partai politik atau organisasi politik dan masyarakat madani, sebagai aktor utama dalam pembangunan demokrasi. Pemerintahan demokrasi diberi kekuasaan untuk melindungi hakhak kebebasan seseorang dalam menyatakan pendapat, berkumpul, dan berorganisasi. Kebebasankebebasan itu sangat diperlukan bagi bekerjanya organisasi-organisasi Civil society. Namun, negara juga

menerima dukungan dari bawah, melalui kegiatan organisasi-organisasi non pemerintah yang berbasis masyarakat, dan yang bertindak secara demokratis bagi kebaikan bersama. Organisasi-organisasi menyalurkan aspirasi dan kepantingan warga negara terhadap pejabat pemerintahan dan wakil rakyat. melalui saluran-saluran itu, keperihatinan ataupun keinginan warga negara dapat ditransformasikan kedalam kebijakankebijakan publik. Secara umum demokrasi yang mantap ditandai dengan pemerintahan yang kuat. Kuat dalam artian bahwa pemerintah tersebut memiliki keabsahan (legitimasi), mendapat dukungan rakyat dan mampu menjalankan kebijakan-kebijakannya secara efektif. Demokratis yang mantap juga ditandai adanya masyarakat yang kuat. Artinya bahwa masyarakat memiliki kemandirian dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosialnya sendiri, kritis, partisipatif, dan mampu mengambil keputusan-keputusan yang rasional demi keadilan dan kesejahteraan bersama. Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan berperan penting dalam membentuk masyarakat yang kuat. Yaitu masyarakat yang mandiri, kritis, memiliki pemahaman yang tinggi terhadap persoalan sosial, dan ikut aktif dalam berbagai aktifitas sosial. Untuk itu perlu dibentuk kesadaran sosial yang tinggi dikalangan masyarakat agar mereka ikut serta beraktifitas sebagai perwujudan rasa tanggungjawab sosialnya. Hal ini penting mengingat mobilitas sosial politik (pengerahan massa) oleh pihak lain dengan imbalan tertentu dapat mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi politik. Aktifitas yang menunjukkan partisipasi politik yang didorong oleh mobilisasi biasanya lebih bersifat eksternal (pengaruh dari luar diri), sementara partisipasi politik yang didasari oleh kesadaran politik menunjukkan adanya kecerdasan dan kedewasaan publik. Karena itu kesadaran kedewasaan dalam berpartisipasi akan membentuk masyarakat yang kuat dan mampu menentukan arah yang hendak mereka inginkan untuk mewujudkan kehidupan yang berkeadilan dan sejahtera. Beberapa persyaratan tumbuhnya proses demokratisasi menuju masyarakat madani, antara lain : 1. Kwalitas sumber daya manusia (SDM) yang tinggi. Hal ini tercermin antara lain adanya kemampuan dari tenaga-tenaga yang profesional dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi kebutunan pembangunan.

Memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok sendiri, khususnya dibidang ekonomi sehingga mampu mengatasi ketergantungan dari negara lain. 3. Semakin mantap mengendalikan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri (berbasis kerakyatan), sehingga mengurangi dan melepaskan ketergantungan pembiayaan pembangunan dari luar negeri. 4. Secara umum memiliki kecerdasan dan kedewasaan dalam bidang ekonomi, poIitik, sosial budaya dan pertahanan keamanan yang dinamis, tangguh serta berwawasan global. Dengan demikian, organisasi Civil society secara kedalam memberdayakan masyarakat, dan secara keluar mengontrol perilaku aparat pemerintahan dan wakil rakyat. Menurut beetham dan boyle (1995) gagasan Civil society menunjukkan bahwa demokrasi perlu topang oleh segala macam kelompok sesial yang diorganisasi secara independen. Dengan cara ini, kekuasaan negara bisa dibatasi dan opini publik bisa disuarakan dari bawah dan bukan dikelola dari atas, sehingga masyarakat bisa mempunyai kepercayaan diri untuk melawan pemerintahan yang semena-mena. Sedangkan Alexis De' Tocqueville (hikam, 1996) menyatakan bahwa Civil society lah yang menjadikan demokrasi di Amerika mempunyai daya tahan. Dengan terwujutnya kemajemukan (pluralitas), kemandirian dan kemampuan politik didalam Civil society, maKa warga negara akan mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.
2.

Namun lambat laun terjadi rasa ketidakpuasan rakyat terhadap kepemimpinan orde baru ini yang bersifat sentralistik dan tidak memperhatikan kepentingan rakyat, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, antara lain: 1. Bidang Ekonomi. Pelaksanaan perekonomian cenderung monopoli artinya hanya kelompok-kelompok tertentu yang dekat dengan elit kekuasaan mendapat prioritas khusus. Ini yang mengakibatkan kesenjangan sosial semakin melebar. 2. Bidang Politik. Mekanisme hubungan pusat dan daerah cenderung menganut sentralistik kekuasaan. Partai besar yang mengklaim sebagai partai pemerintah banyak menyalahgunakan kekuasaannya. 3. Bidang hukum tidak dapat ditegakkan, banyak istilah dikenal

mafia peradilan. Artinya hukum dapat diperjual-belikan, sehingga korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) tumbuh dengan subur. 4. Pada 3 Juli 1971 dilaksanakan pemilu pertama di jaman Orde Baru dengan 10 partai politik sebagai pesertanya, yaitu : Partai Katolik, partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia, Golongan Karya, Partai Kristen Indonesia, Partai Murba, Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Perti, Partai IPKI. 5. 1973, pemerintah menggabung (fusi) 10 partai peserta pemilu 1971 yang lalu menjadi 3, yaitu: Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Fusi ini lebih bernuansa pemaksaan kehendak, karena merupakan strategi memenangkan pemilu kepada salah satu partai yang diuntungkan. 6. Pemilu dilaksanakan secara rutin, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, yang selalu dimenangkan partai Golkar. Setelah Pemilu, diikuti pemilihan Presiden oleh MPR dan selalu Soeharto yang terpilih sejak 1968 hingga 1998. Dimasa kurun waktu ini, stabilitas lebih dititikberatkan pada ekonomi dan politik. Hanya keran untuk stabilitas politik, hak-hak rakyat, antara lain hak berbedla pendapat, diberangus penguasa karena KKN (Korupsi, kolusi, dan Nepotisme) semakin merajalela, sehingga menimbulkan krisis ekonomi yang kemudian merambah menjadi krisis moneter, krisis kepercayaan, krisis kepemimpinan, tata kehidupan rakyat semakin merosot dan lain-lain. Puncaknya, adalah terjadi suatu gerakan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR dan memaksa orang kuat di jaman Orde Baru selama 32 tahun berkuasa (Presiden Soeharto) 'lengser keprabon', pada 21 Mei 1998. 3. Demokrasi masa (21 Mei 1998 masa Reformasi/sekarang) Masa reformasi muncul sebagai reaksi ketidak-puasan terhadap, kehidupan kenegaraan, dan kemasyarakatan di masa orde baru. Masa ini muncul dengan tekad untuk membrantas KKN, menegakkan jaminan hak-hak asasi manusia, khususnya dalam bidang politik, mengembangkan demokrasi politik, meningkatkan tata kehidupan bangsa Indonesia, dan lain-lain. B.J. Habibie yang semula Wakil Presiden, diangkat menjadi Presiden menggantikan Soeharto. Di masa ini ada upaya-upaya untuk

lebih menyempurnakan pelaksanaan UUD 1945, khususnya tentang demokrasi dan hak asasi manusia. Pendiri partai Namun lambat laun terjadi rasa ketidakpuasan rakyat terhadap kepemimpinan orde baru ini yang bersifat sentralistik dan tidak memperhatikan kepentingan rakyat, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, antara lain: 7. Bidang Ekonomi. Pelaksanaan perekonomian cenderung monopoli artinya hanya kelompok-kelompok tertentu yang dekat dengan elit kekuasaan mendapat prioritas khusus. Ini yang mengakibatkan kesenjangan sosial semakin melebar. 8. Bidang Politik. Mekanisme hubungan pusat dan daerah cenderung menganut sentralistik kekuasaan. Partai besar yang mengklaim sebagai partai pemerintah banyak menyalahgunakan kekuasaannya. 9. Bidang hukum tidak dapat ditegakkan, banyak istilah dikenal mafia peradilan. Artinya hukum dapat diperjual-belikan, sehingga korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) tumbuh dengan subur. 10. Pada 3 Juli 1971 dilaksanakan pemilu pertama di jaman Orde Baru dengan 10 partai politik sebagai pesertanya, yaitu : Partai Katolik, partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia, Golongan Karya, Partai Kristen Indonesia, Partai Murba, Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Perti, Partai IPKI. 11. 1973, pemerintah menggabung (fusi) 10 partai peserta pemilu 1971 yang lalu menjadi 3, yaitu: Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Fusi ini lebih bernuansa pemaksaan kehendak, karena merupakan strategi memenangkan pemilu kepada salah satu partai yang diuntungkan. 12. Pemilu dilaksanakan secara rutin, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, yang selalu dimenangkan partai Golkar. Setelah Pemilu, diikuti pemilihan Presiden oleh MPR dan selalu Soeharto yang terpilih sejak 1968 hingga 1998. Dimasa kurun waktu ini, stabilitas lebih dititikberatkan pada ekonomi dan politik. Hanya keran untuk stabilitas politik, hak-hak rakyat, antara lain hak berbedla pendapat, diberangus penguasa karena KKN (Korupsi, kolusi, dan Nepotisme) semakin merajalela, sehingga menimbulkan krisis ekonomi yang kemudian merambah menjadi krisis moneter, krisis kepercayaan, krisis kepemimpinan, tata

kehidupan rakyat semakin merosot dan lain-lain. Puncaknya, adalah terjadi suatu gerakan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR dan memaksa orang kuat di jaman Orde Baru selama 32 tahun berkuasa (Presiden Soeharto) 'lengser keprabon', pada 21 Mei 1998. 3. Demokrasi masa (21 Mei 1998 masa Reformasi/sekarang) Masa reformasi muncul sebagai reaksi ketidak-puasan terhadap, kehidupan kenegaraan, dan kemasyarakatan di masa orde baru. Masa ini muncul dengan tekad untuk membrantas KKN, menegakkan jaminan hak-hak asasi manusia, khususnya dalam bidang politik, mengembangkan demokrasi politik, meningkatkan tata kehidupan bangsa Indonesia, dan lain-lain. B.J. Habibie yang semula Wakil Presiden, diangkat menjadi Presiden menggantikan Soeharto. Di masa ini ada upaya-upaya untuk lebih menyempurnakan pelaksanaan UUD 1945, khususnya tentang demokrasi dan hak asasi manusia. Pendiri partai baru dipermudah, dengan syarat-syarat yang ringan, sehingga masa ini berdiri tidak kurang dari 100 partai politik baru. Demokrasi telah dibuka kembali dengan lebar. 2. Pada 7 Juni 1999, pemilu dilaksanakan untuk pertama kali oleh sebuah komisi (Komisi Pemilihan Umum = KPU) yang independen dengan diikuti 48 partai. 3. Oktober 1999, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Deklarator PKB, terpilih sebagai Presiden dan Megawati Soekarno Putri, Ketua Umum PDI-P, sebagai wakil Presiden. Masa ini mulai diadakan perubahan-perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Proses demokratisasi baik di bidang ekonomi, hukum, dan ketatanegaraan, peran Presiden tidak lagi sentralistik. Partai politik telah berfungsi, terutama dalam menduduki jabatan politik, mulai Presiden, Menteri, Gubernur sampai Bupati/ VValikota.
1.

Agustus 2001, Gus Dur lengser melalui sidang istimewa MPR, digantikan Megawati sebagai Presiden dan Hamzah Haz, ketua Umum PPP, sebagai wakil Presiden. 5. Mei 2004 Pemilu Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat = DPR yang diikuti 24 Partai Politik dan Dewan Perwakilan Daerah = DPD yang diikuti oleh 32 daerah propinsi). 6. 5 Juli 2004 Pemilihan Presiden Tahap I: Untuk pertama kali
4.

pemilihan Presiden ini dipilih oleh rakyat dengan diikuti oleh 5 pasang calon Presiden (Capres) dan calon wakil presiden (CawaPres), yaitu Wiranto + Sholahudin Wahid; Megawati + Hasyim Muzadi; Amin Rais + Siswono; Susilo Bambang Yudhoyono + Yusuf Kalla, Hamzah Haz + Agum Gumelar. 7. 20 September 2004: Pemilihan presiden Tahap II oleh rakyat dengan diikuti oleh dua pasang Capres dan Cawapres, yaitu: Megawati + Hasyim Muzadi dlan Susilo Bambang Yudhoyono + Yusuf Kalla. 8. 20 Oktoter 2004: Susilo Bambang Yudhoyono + Yusuf Kalla dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Di awal jabatannya, Presiden mencanangkan Program 100 hari. Banyak yang telah dilakukan dalam 100 hari ini antara lain: Para koruptor banyak diseret ke pengadilan, koruptor yang telah di hukum banyak yang diseret ke pulau Nusa Kambangan.

G. Prinsip-Prinsip dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi. Dalam sistem demokrasi perwakilan, pemilihan umum adalah aktivitas yang paling balk untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Dasar pemikiran dilaksanakannya pemilihan umum, antara lain: 1. Cara mengisi lembaga perwakilan rakyat yang sesuai dengan tatanan demokrasi adalah melalui pemilihan umum. 2. Pemilihan umum merupakan sarana yang bersifat demokrasi untuk membentuk sistem kekuasaan negara yang berkedaulatan rakyat.
3.

Kekuasaan negara yang lahir melalui pemilihan umum adalah kekuasaan yang lahir menurut kehendak rakyat, yang dilaksanakan atas keinginan rakyat. Rakyat akan mengambil kekuasaan itu apalagi pelaksanaannya tidak sesuai dengan keinginan rakyat.

Pemilihan umum di Indonesia selama pemerintahan Orde Baru berasaskan langsung, umum, bebas dan rahasia. Namun pemilihan umum yang dilaksanakan di masa orde reformasi, dari asas Luber ditambah dengan jurdil (jujur dan adil).

1. Langsung Seluruh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih akan memberikan suara pilihannya secara langsung, tanpa perantara, sesuai dengan hati nuraninya. 2. Umum Pemilihnn umum menjamin kesempatan semua warga negara Indonesia untuk mengikutinya, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, daerah, pekerjaan maupun status sosial. Bebas Warga negara yang berhak memilih dijamin bebas menentukan, pilihannya tanpa tekanan, paksaan dari manapun. Dijamin keamanannya untuk dapat memilih sesuai dengan hati nuraninya.
3.

Rahasia Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin pilihannya dengan cara apapun tidak diketahui oleh pihak manapun.
4.

Jujur Dalam penyelanggaraannya, setiap penyelenggara pemilihan umum, pengawas pemilu, pemantau pemilu dan pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak dengan jujur, tanpa kecurangan, sesuai dengan peraturan yang ada.
5. 6.

Adil

Dalam penyelenggaraannya, setiap pemilih dan organisasi peserta pemilu harus mendapat perlakuan yang sama. Kebebasan adalah salah satu hak asasi manusia yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Setiap orang selalu menuntut agar kebebasannya dihargai orang lain. Di negara Indonesia yang menganut demokrasi Pancasila, kebebasan seseorang tetap terjamin, namun dalam pelaksanaannya diharapkan tidak merampas hak kebebasan orang lain. Setiap pelaksanaan harus dapat dipertanggung jawabkan baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun bangsa. Kebebasan dibatasi oleh aturan hukum maupun norma yang berlaku dan berkembang di masyarakat.,

H. Pilkada ( Pemilihan Kepala Daerah) Pilkada dilaksanakan untuk memilih pejabat pemimpin daerah di kota-kota dan kabupaten di Indonesia. Pilkada dilakukan secara langsung dilaksanakan untuk pertama kalinya pada bulan Juni 2005. Sebelumnya, proses Pilkada dalam hal tata cara pemilihan, pengesahan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah s e c a r a p r o s e d u r a l kewenangannya masih berada di tangan DPRD. Adapun semangat yang mendasari perlunya Pilkada secara langsung oleh rakyat daerah, yaitu: 1. UU No.22 Tahun 1999 dan aturan pendukung lain dibawahnya sudah tidak sesuai lagi dengan perubahan sistem ketatanegaraan. Hal ini karena adanya UUD 1945, terutama pada pasal 18 ayat (4) yang rnenyatakan bahwa "Gubernur, Bupati, dan Walikota dipilih secara demokratis. Adanya tuntutan dari masyarakat yang menghendaki Kepala Daerah dipilih secara langsung, yang diyakini oleh masyarakat agar mampu membawa daerah menuju perbaikan dan kemakmuran.
2.

Adanya politik kepentingan yang dilakukan oleh para anggota DPRD terutama pada penyampaian pertanggungjawaban dan pemilihan Kepala Desa.
3.

Mekanisme tahapan pemilihan Pilkada langsung, diatur dalam UU No 23 Tahun 2004. Tahapan pelaksanaan Pilkada antara Lain sebagai berikut: a. Masa persiapan (tercantum pada pasal 65 ayat 2). Pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenai berakhirnya masa jabatan. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah. Perencanaan penyelengaraan. Pembentukan panitia pengawas, panitia pemilihan, kecamatan, panitia pemungutan suara dan kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS). Pemberitahuan dan pemantau Pilkada. b. Tahap pelaksanaan (tercantum pada pasal 65 ayat 3). Penetapan daftar nama pemilih. Pendaftaran dan penetapan calon Kepala Daerah/Wakil Daerah. Kampanye. Pemungutan suara Penghitungan suara.

c.

Penetapan pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah terpilih. Tahap pengesahan dan pelantikan.

You might also like