You are on page 1of 19

PROPOSAL PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN TEKNIK PEMBELAJARAN METODE DEMONSTRASI YANG MENONJOLKAN PENGUNAAN APLIKASI AUTOGRAPH DALAM PEMBELAJARAN PROGRAM LINEAR PADA KELAS 2 SMA

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Mendidik anak sudah menjadi masalah sejak adanya manusia. Keluarga adalah lembaga kesatuan sosial terkecil yang secara kodrat berkewajiban mendidik anaknya. Keluarga mendidik secara tradisional, turun temurun. Lambat atau cepatnya kemajuan yang dilakukan keluarga itu dalam mendidik anak, sangat bergantung kepadakemampuan keluarga itu menerima pengaruh dari lingkungannya, dari masyarakat. Dalam perkembangannya yang muktahir, bahwa negara adalah lembaga kesatuan sosial terkecil dari kesatuan manusia sejagad maka negara makin merasa berkewajiban untuk mengusahakan agar kelestraian hidupmahluk yang bernama manusia ini terjamin. Untuk itu, negara berusaha pula untuk menjamin sarana dan prasarana pendidikan itu sebaik baiknya. Untuk lebih meningkatkan potensi pada diri anak, orang tua tidak hanya mendidik anaknya di rumah, akan tetapi mereka mengirimkan atau menitipkan anaknya ke sekolah, agar mampu memenuhi tuntutan zaman sekaligus meningkatkan pendidikan pada anak tersebut. Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua yang bertugas membantu keluarga dalam membimbing dan mengarahkan perkembangan serta pendayagunaan potensi tertentu yang dimiliki siswa atau anak, agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, sebagai anggota masyarakat, ataupun sebagai individual. Sekolah merupakan pendidikan yang berlangsung secara formal artinya terikat oleh peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan dilaksanakan. Di sekolah, murid atau anak tidak lagi diajarkan oleh orang tua, akan tetapi gurulah sebagai pengganti orang tua. Tidak dapat dipungkiri bahwa yang turut menentukan sikap, mental, perilaku, kepribadian dan kecerdasan anak adalah pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang diberikan dan dialami serta dilalui mereka sejak kecil. Jika diijinkan saya mengutip sebuah kalimat indah atau kata bijak yang dikemukakan oleh Carla Rinaldi dalam 30 Kiat Mencetak Anak Kreatif Mandiri (2006.5), Kesuksesan dalam pendidikan anak sejak dini bergantung pada apakah pendidikan itu dapa t berhubungan dengan lingkungan belajar di rumah dan di sekolah. Hal itu di dasarkan pada interaksi dan komunikasi antara anak, guru dan orang tua. Kalimat di atas saya hubungkan dengan kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru. Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya, artinya kegiatan pembelajaran

yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana. Salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah guru, guru merupakan ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini, guru mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, karena gurulah yang berada di barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang di dalamnya mencakup kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penanaman nilai-nilai positif melalui bimbingan dan juga tauladan. Lebih jelasnya saya paparkan peran guru seperti yang dikemukakan oleh tokoh pendidikan nasional kita Ki Hajar Dewantara, yaitu :

1.

Ing ngarsa sung tuladha.

Artinya bahwa seorang guru harus menjadi contoh yang baik. Baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkungan sosial. Guru harus menjadi ihsan yang memiliki integritas sehingga dapat diterima di lingkungannya.

2.

Ing madya mangun karsa.

Guru diposisikan sebagai seorang motivator. Setiap gerak, perbuatan dan perkataan seorang guru harus berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat dan interest siswa terhadap sesuatu yang baru dan baik.

3.

Tut wuri handayani.

Seorang guru merupakan sosok yang memiliki kepribadian yan kuat. Guru secara g terus-menerus harus selalu memberikan sumbangan yang positif kepada dunia pendidikan. Guru tidak hanya memberikan suatu pengawasan, tetapi juga selalu memantau perjalanan akademik dan psikis siswa. Jika dilihat dari paparan diatas, maka tugas yang di emban oleh guru memang sangat berat, namun sangatlah mulia. Untuk itu, sudah selayaknya guru memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya, agar menjadi guru yang profesional. Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, guru sebagai komponen utama dalam pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi atau bahkan diharapkan mampu melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiyang berkembang di masyarakat. Melalui sentuhan-sentuhan guru di sekolah, diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup yang semakin keras.

Guru dan juga dunia pendidikan pada umumnya diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas baik secara keilmuan maupun secara sikap mental yang positif. Untuk itu, dalam proses pembelajaraan, metode, strategi atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya adalah sesuatu yang benar-benar tepat dan bermakna, untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tahap perkembangan anak, maka strategi yang guru gunakan dalam menyampaikan sesuatu, baik yang berupa penanaman sikap, mental, perilaku, kepribadian maupun kecerdasan harus tepat sasaran, tujuh kecerdasan peserta didik sedapatnya harus dikembangkan secara proporsional. Yang sangat kita khawatirkan dan harus dihindari adalah jangan sampai masa -masa keemasan anak tersebut malah terbalik, justru menjadi masa -masa penumpulan otak anak hanya karena strategi, teknik, metode atau model pembelajaran yang guru sampaikan tidak tepat dan tidak sesuai dengan masa perkembangan anak. Jika membicarakan anak atau peserta didik, salah satu masalah yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan kita adalah tentang prestasi belajar siswa. Masalah ini sepertinya menjadi momok yang cukup menakutkan bagi pelaku-pelaku pendidikan kita. Baik itu pemerintah, satuan pendidikan, termasuk guru dan siswa juga terkait dalam hal tersebut, namun yang paling berhubungan dengan masalah itu adalah guru dan siswanya. Menurut Wilhelm Maxt Wundt, seorang ahli psikologi menyatakan bahwa pendidikan adalah masalah respons dari stimulus luar. Ketidaktahuan akan sesuatu adalah penyakit yang dapat disembuhkan, pendidikan direduksi menjadi sebuah modifikasi behavioral. Dari pernyataan Wundt tersebut, dalam hal ini, guru sebagai orang yang memberikan stimulus. Guru yang secara langsung bertanggung jawab terhadap bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar siswanya, harus benar-benar kreatif dalam mengemas dan mendesain proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Artinya guru dapat menerapkan berbagai cara yang baik sebagai stimulus bagi siswa agar kekurangan yang dimiliki oleh siswa yang dianggap Wundt sebagai penyakit dapat disembuhkan dengan cara yang guru lakukan. Berdasarkan pemasalahan diatas, peneliti akan mencoba membandingkan teknik aplikasi pembelajaran metode ceramah dengan metode demonstrasi yang menonjolkan pengunaan autograph pada pelajaran program linear pada siswa kelas 2 SMA. Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian di kelas II SMA Nusantara 1 Tanggerang karena mengingat bahwa SMA tersebut, adalah SMA yang kualitas mutunya berada di tengah- tengah, dan prestasi belajar siswa tersebut, kurang

maksimal, terutama dalam pembelajaran matematika. Maka peneliti ingin mengetahui sekaligus membuktikan metode demonstrasi yang menonjolkan pengunaan kelebihan dalam media pembelajaran, dapat mampu meningkatkan prestasi belajar siswa didik dalam pembelajaran matematika, oleh guru SMA Nusantara 1, sehingga nantinya metode ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang aktif yang benar-benar berkualitas serta memahami materi ajar. Tujuan akhirnya adalah agar peserta didik dapat mengaplikasikan apa yang dipelajarinya, agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. bervariasi. Rendahnya prestasi belajar siswa. Kurangnya minat guru untuk menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Kurangnya kreativitas guru untuk menciptakan model pembelajaran yang

Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan metode demonstrasi yang menonjolkan pengunaan autograph pada pelajaran program linear pada siswa kelas 2 SMA

Rumusan Masalah Dari batasan masalah diatas maka perumusan masalah yang dap peneliti rumuskan at adalah Apakah dengan penerapan model pembelajaran demonstrasi yang menonjolkan keterampilan guru dalam pengunaan autograph dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dan meteri yang akan di ajarkan adalah meteri program linear.

Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini peneliti bagi menjadi dua, yaitu : a. Tujuan umum

Sebagai motivasi bagi guru agar mau melaksanakan model pembelajaran yang bervariasi dan mendorong minat belajar siswa karena menggunakan model pembelajaran yang menarik. b. Tujuan khusus

Untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran demonstrasi prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di SMA Nusantara 1 Tangerang ini menurut peneliti memiliki beberapa manfaat, yaitu : 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi pengalaman, sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan untuk mengetahui upaya meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran demonstrasi. 2. Bagi Guru

Jika hasil penelitian ini dirasakan dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih baik, maka diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan para guru agar dapat menerapkan model pembelajaran demonstrasi yang menonjolkan pengunaan autograph dalam peroses pembelajaran sebagai usaha memperbaiki dan menyempurnakan proses

pembelajaran. 3. Bagi Siswa

Dengan penelitian ini diharapkan prestasi belajar siswa meningkat

BAB II KAJIAN TEORI

Deskripsi Teori

Tinjauan Tentang Belajar, Strategi Pembelajaran dan Prestasi Belajar

B.F. Skiner, Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan Tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang (S) dan respon (R) yang terkenal dengan teorinya yaitu Operant Conditioning Theory. Ada dua macam respon dalam kegiatan belajar Respondent response reflexive respons, bersifat spontan atau dilakukan secara reflek, diluar kemampuan seseorang. Dalam situasi yang demikiasn seseorang cukup belajar dengan stimulus yang diberikan dan ia akan memberikan respons yang sepadan dengan stimuli yang datang. Operant Response (Instrumental Response), respon yang timbul dan berkembangnya dikuti oleh perangsan-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut dengan reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang ini memperkuan respons yang telah dilakukan oleh organisme. Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant response secara sederhana adalah sebagai berikut : Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibentuk. Menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud. Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen itu. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan mengunakan urutan yang telah disusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya (reinforcer) diberikan. Kemudian komponen kedua, jika yang pertama sudah terbentuk, yang kemudian diberi hadiah pula (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi) Pavlov Dalam teorinya Pavlov menyatakan bahwa gerakan refleks itu dapat dipelajari dan dapat berubah dengan melakukan latihan. Refleks dibagi menjadi dua bagian, yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) dan refleks bersyarat (conditioned reflex). Refleks wajar, refleks yang terjadi dengan sendirinya saat diberikan rangsang, sedangkan refleks bersyarat adalah refleks yang harus dipelajari.

Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions), dapat berupa latihan yang dilakukan secara terus menerus sehingga menimbulkan reasksi (response). Kelemahannya adalah menganggap bahwa belajar adalah hanyalah terjadi secara otomatis dan lebih menonjolkan peranan latihan-latihan, dimana keaktifan dan pribadi seseorang tidak dihiraukan. Guthrie, Teori yang dikemukakan oleh Guthrie adalah teori conditioning yang menitikberatkan pada cara-cara atau upaya tertentu untuk mengubah kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang baik. Menurut Guthrie tingkah laku manusia itu adalah merupakan deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respons atas rangsangan ang terjadi sebelumnya dan menjadi rangsang berikutnya.Beberapa metode yang disarankan Guthrie untuk mengubah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan adalah Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method) Dasar pemikiran metode reaksi berlawanan adalah bahwa manusia adalah merupakan organisme yang selalu bereaksi terhadap rangsang-rangsang. Metode Membosankan (Exhaustion Method) Hubungan asosiasi antara rangsang dengan reaksi pada tingkah laku yang buruk dibiarkan sampai kemudian menjadi bosan atas keburukannya. Metode Mengubah Lingkungan (Change of Enviromental Method) Adalah cara yang digunakan dengan memutuskan hubungan rangsang antara rangsang dengan respons yang buruk yang akan dihilangkan. E.L. Thorndike, Thorndike menyatakana ada 2 prinsip belajar, yaitu law of effect dan law of exercise, yang terangkum dalam teorinya yaitu The Connectionism Theory. Law of Effect. Adalah prinsip yang menyatakan bahwa seseorang dapat dengan cepat menguasai perilaku baru, apabila ia merasa memperoleh susuatu yang menyenangkan, memuaskan ketika melakukan perbuatan (response) yang berkenaan dengan perilaku tersebut di atas. Law of Exercise, Adalah prinsip yang menyatakan bahwa makin sering perilaku baru itu dipraktekkan atau dilatih penerapannya makin kuat dan makin cepat berintegrasi dengan keseluruhan perilaku kebiasaannya. Clark C. Hul, Dalam teorinya ia mengatakan bahwa suatu kebutuhan harus ada pada diri seseorang yang sedang belajar, kebutuhan itu dapat berupa motif, maksud, ambisi, atau aspirasi. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar individu. Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang. Jadi pada diri seseorang harus ada motif sebelum

belajar terjadi atau dilakukan. Piaget, Piaget mengemukakan aspek-aspek perkembangan intelektual anak sebagai berikut: Aspek struktur, Ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak-anak. Tindakan-tindakan menuju perkembangan operasioperasi dan selanjutnya menuju pada perkembangan struktur-struktur. Struktur yang juga disebut skemata atau juga biasa disebut dengan konsep, merupakan organisasi mental tingkat tinggi. Aspek isi, Isi maksudnya adalah pola perilaku anak khas yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya. Aspek fungsi, Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual, Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Jerome S BrunerBruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner selama kegiatan belajar berlangsung hendakanya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri (discovery learning) makna segala sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri. Robert M Gagne, Gagne mengemukakan ada lima kemampuan hasil belajar yaitu tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu bersifat psikomotorik. Kemampuan itu adalah Kemampuan /keterampilan intelektual Mampu menggunakan hal yang kompleks dalam suatu situasi baru dimana diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah dipelajarinya sebelumnya. Kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau mungkin sekumpulan sikap yang dapat ditunjukkan oleh perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan -kegiatan IPA Kemampuan informasi verbal Keterampilan motorik, Bertolak dari model belajarnya, Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase itumerupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruktur oleh siswa (yang belajar) atau guru. Fase-fase tersebut adalah: Fase motivasi, Dimotivasi untuk belajar bahwa belajar akan memperoleh hadiah Fase pengenalan, Memberikan perhatian pada bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional Fase perolehan, Jika sudah mendapatkan informasi yang relevan, maka telah siap untukmenerima pelajaran Fase retensi, Informasi harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka

panjang. Fase pemanggilan, Memperoleh hubungan antara informasi yang telah kita pelajari dengan informasi yang telah dipelajari sebelumnya Fase generalisasi, Proses transfer informasi pada situasi-situasi baru. Fase penampilan, Siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak Fase umpan balik, Siswa memperoleh umpan balik dari penampilan mereka David Ausubel, Ia mengemukakan teori belajar yaitu teori belajar bermakna. Belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi, yaitu: Dimensi yang berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan Dimensi yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengabaikan informasi pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif adalah fakta, konsep, dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa. Dalam implementasinya, teori ini terdiri dari dua fase, aitu mula-mula ia menyangkut pemberian the organizer atau materi pendahuluan diberikan sebelum kegiatan berlangsung dan dalam tingkat abstraksi. Fase berikutnya dimana organisasinya lebih spesifik dan terarah. Teori Psikologi Gestalt, Teori ini disebut juga field theory atau insight full lerning. Menurutnya manusia bukan hanya sekadar makhluk reaksi yang hanya berbuat atau bereaksi jika ada rangsang yang mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang mempunyai kebulatan antara jasmani dan rohani. Secara pribadi manusia tidak secara langsung bereaksi kepada rangsang, dan tidak pula reaksi itu dilakukan secara tidak terarah, tidak pula dilakukan dengan cara trial and error. Reaksi yang dilakukan manusia tergantung pada rangsang dan bagaimana motif-motif yang terdapat pada dirinya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan. Menurut Kozna ahli [instructional technology] [1989] secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya pembelajaran tertentu. Berdasarkan pendapat di atas penulis mencoba memahami, bahwa dalam peroses pembelajaran peserta didik memerlukan sarana dan pra sarana menunjang peroses pembelajaran yang maksimal. Menurut Gerlach dan Ely [1980], menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Sselanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran

dimaksudkan meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik. Dick dan Carey [1990] menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja , melanikan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Gropper [1990] mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikan. Menurut Adi Negoro, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa, sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987: 767 ) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan. Berdasarkan pendapat diatas, penulis berkesimpulan bahwa prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan. Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Winkel (1996:53), berpendapat belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Kemudian Hamalik (1983:2), mendefinisikan belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Sedangkan menurut S.

Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbedabeda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Pengertian lainnya, prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.

Tinjauan Tentang model Pembelajaran


Pengertian Metode Pengajaran

Metode berasal dari bahasa Yunani .Greek., yakni .Metha., berarti melalui , dan .Hadas. artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya .jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta, bahwa .metode adalah cara yang teratur dan berpikir baikbaik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah . cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya. Dalam metodologi pengajaran agama Islam pengertian metode adalah suatu cara .seni. dalam mengajar. Sedangkan secara terminologi atau istilah, menurut Mulyanto Sumardi, bahwa .metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan

penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas approach. Selanjutnya H. Muzayyin Arifin mengatakan bahwa .metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari beberapa pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya guru dalam menerapkan metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang paling tepat untuk dapat diterapkannya suatu metode tertentu, agar dalam situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai hasil proses pembelajaran dan membawa peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk itu dalam memilih metode yang baik guru harus memperhatikan tujuh hal di bawah ini: a. Sifat dari pelajaran. b. Alat-alat yang tersedia. c. Besar atau kecilnya kelas. d. Tempat dan lingkungan. e. Kesanggupan guru f. Banyak atau sedikitnya materi g. Tujuan mata pelajaran Pengertian pengajaran itu sendiri dapat ditinjau dari segi bahasa dan istilah. Secara bahasa kata pengajaran adalah bentuk kata kejadian dari dasar ajar dengan mendapat konfiks pen-an yang berarti .barang apa yang dikatakan orang supaya diketahui dan dituruti. Menurut Ramayulis pengajaran berasal dari kata .ajar. di tambah awalan .pe. dan akhiran.an. sehingga menjadi kata .pengajaran. yang berarti proses penyajian atau bahan pelajaran yang disajikan.9 Sedangkan menurut Hasan Langgulung, bahwa pengajaran adalah pemindahan pengutahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui. Dari pengertian di atas, terdapat unsur-unsur subtansial kegiatan pengajaran yang meliputi: 1. .Pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan 2. Pemindahan pengetahuan dilakukan oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum mengetahui (pelajar) melalui suatu proses belajar mengajar. Proses pengajaran yang dilakukan mengacu pada tiga aspek, yaitu penguasaan sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu sesuai dengan isi proses belajar mengajar tersebut. Jadi pengajaran secara bahasa yaitu hal apa yang dikatakan orang supaya

diketahui. Sedangkan secara istilah para ahli pendidikan berbeda pendapat dalam memberikan definisi tentang pengajaran. Ada yang mengatakan bahwa pengertian antara pengajaran dan pendidikan itu sama, dan ada pula yang mengatakan bahwa antara pengajaran dan pendidikan itu berbeda. Menurut H. B. Hamdani, bahwa pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari suatu generasi yang tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, pendidikan bertujuan agar menggunakan segala kemampuan yang ada padanya, baik fisik, intelektual, emosional, maupun psikomotornya untuk menghadapi tantangan hidup dan mengatasi kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan sepanjang perjalanan hidup. Dengan demikian pendidikan adalah sebagai bimbingan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak menuju kedewasaan. Selanjutnya Sidi Gazabla menjelaskan tentang perbedaan antara pengajaran dan pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan pengajaran adalah cara mengajar, jalan mengajar yakni memberikan pelajaran berupa pengetaahuan. Pengajaran yang diberikan secara sistematis dan metodis, mengajar adalah membentuk menusia terpelajar. Sedangkan pendidikan adalah menanamkan laku dan perbuatan terus menerus berulangkali terus menerus sehingga menjadi kebutuhan. Walaupun Sidi Gazabla membedakan antara pengajaran dan pendidikan, pada hakikatnya pengajaran mempunyai persamaan dengan pendidikan, yakni pengajaran sesungguhnya juga menanamkan, membentuk kebiasaan yaitu kebiasaan berfikir menurut cara tertentu. Dari kebiasaan berfikir kemudian menjadi adat, adat membentuk sifat-sifat tertentu dalam berfikir, sifat ini merupakan tabiat rohaniah, karena merupakan sebagian dari kepribadian. Dilihat dari segi ini pengajaran adalah juga pendidikan, tetapi tidak dapat dikatakan pendidikan adalah pengajaran, sebab pendidikan lebih luas isinya dari pengajaran. Seperti sapi dan hewan, sapi adalah hewan, tetapi hewan bukanlah sapi saja. Berarti pengajaran adalah pendidikan, tetapi pendidikan bukan pengajaran saja. Jadi objek pengajaran adalah pikiran sedangkan sasaran pendidikan adalah perasaan. Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode pengajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh guru (pendidik) dalam menyampaikan mareri pelajaran kepada siswa yang bertujuan agar murid dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran dengan mudah secara efektif dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.

Pengertian Pembelajaran demosntrasi Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan. Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah menurut Muhibbin Syah dalam bukunya .Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.,adalah bahwa:.Metode secara harfiah berarti .cara. Dalam pemakian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dan menurut Muzayyin Arifin, Pengertian metode adalah cara, bukan langkah atau prosedur. Kata prosedur lebih bersifat teknis administrative atau taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajar hanya diartikan cara mengandung implikasi mempengaruhi. Maka saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik di dalam proses kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu. Menurut W.J.S Poerwadarminta, Metode adalah .cara. yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Kesimpulan dari pengertian-pengertian di atas yaitu bahwa metode secara umum adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu hal, seperti menyampaikan mata pelajaran. Sedangkan pengertian metode demonstrasi menurut Muhibbin Syah adalah .Metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan..19 Dalam kamus Inggris-Indonesia, demonstrasi yaitu, mempertunjuk-kan atau mempertontonkan. Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan menggunakan metode demonstrasi, guru atau murid memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas mengenai suatu proses, misalnya bagaimana cara sholat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Menurut Aminuddin Rasyad, .Metode demonstrasi adalah cara

pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas. Dari uraian dan definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi adalah dimana seorang guru memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh murid sehingga ilmu atau keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing murid. Semenjak zaman Nabi Muhammad SAW, bahkan semenjak awal sejarah kehidupan manusia, penggunaan metode demonstrasi dalam pendidikan sudah ada. Contohnya pada waktu itu Nabi, seorang pendidik yang agung, banyak menggunakan metode demonstrasi perilaku keseharian sebagai seorang muslim, maupun praktek ibadah seperti mengajarkan cara sholat, wudhu dan lain-lain. Semua cara tersebut dipraktekkan atau ditunjukkan oleh Nabi, lalu kemudian para umat mengikutinya.

1.

Tinjauan Tentang Siswa

2.

Kerangka Berfikir
MATEMATIKA

BAHASA INDONESIA

Membaca puisi tentang seekor binatang

Menghitung jumlah binatang yang ada pada gambar

PENGETAHUAN ALAM

Tema : Binatang
KERAJINAN TANGAN DAN KESENIAN PENDIDIKAN AGAMA

Mewarnai gambar binatang


PRESTASI BELAJAR SISWA?

Mengajarkan siswa untuk menyayangi semua ciptaan Tuhan

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir

Berdasarkan gambar 1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, dalam proses pembelajaran tematik pada mata pelajaran IPA guru memberikan sebuah tema. Seperti contoh diatas, tema yang disampaikan adalah tentang binatang. Berdasarkan tema tersebut guru mengaitkannya dengan beberapa mata pelajaran lainnya, seperti bahasa indonesia, matematika, pendidikan agama dan kerajinan tangan dan kesenian, atau dapat juga dihubungkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Dengan melakukan hal terse but, diharapkan siswa dapat berpikir secara divergen. Siswa dapat melatih kemampuan berpikirnya, berpikir kritis, melatih keterampilan dan kreativitasnya. Sehingga dapat menambah pengetahuan siswa, dalam waktu yang bersamaan siswa dapat belajar beberapa mata pelajaran sekaligus, yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

3.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran motode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB III METODE PENELITIAN

Desain Penelitian Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis akan memberikan gambaran mengenai desain penelitian. Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan juga dalam pelaksanaan penelitian.1 Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Penelitian kuantitatif dalam skripsi ini berupa penelitian secara deskriptif analisis..2 Tempat dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian yaitu di lembaga pendidikan swasta, tepatnya di MTs. Soebono Mantofani, sebuah lembaga yang bernafaskan ke-Islaman. Lembaga pendidikan ini terletak di Jombang Ciputat. Hal ini sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu .EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI PADA BIDANG STUDI FIQIH DI MTS.

SOEBONO MANTOFANI, JOMBANG CIPUTAT-TANGERANG. Penulis ingin mengetahui apakah metode demonstrasi efektif digunakan dalam bidang studi Fiqih. Untuk itu yang menjadi objek penelitian adalah siswa MTs. Soebono Mantofani Kelas VII tahun ajaran 2007-2008 dan guru mata pelajaran Fiqih sebagai pendukung di sekolah tersebut. Sebab siswa merupakan unsur penentu dalam penelitian ini. Dan untuk mendapatkan data yang penulis perlukan, penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 01 Desember 2007 . 01 Februari 2008 dengan tahapan sebagai berikut : a. Mengadakan pertemuan dengan Kepala Sekolah dan Pengurus MTs. Soebono Mantofani yang dilanjutkan dengan wawancara dengan Kepala Sekolah. b. Mengadakan pertemuan dengan guru bidang studi fiqih untuk mendapatkan gambaran mengenai pengajaran fiqih. c. Memberikan soal-soal tes kepada para siswa/i Kelas VII. Variabel Penelitian Suatu penelitian agar dapat di operasionalkan dan dapat diteliti secara empiris, perlu adanya variabel. Variabel adalah karakter dari unit observasi yang mempunyai variasi3 atau segala sesuatu yang dijadikan objek penelitian. Adapun penelitian ini, variabelnya sebagai berikut: - Variabel Bebas (X) adalah: Efektivitas metode demonstrasi - Variabel Terikat (Y) adalah: Proses pembelajaran bidang studi Fiqih.

Populasi dan Sampel Pengertian populasi yaitu sejumlah subjek yang akan diteliti sedangkan sample adalah sebagian dari populasi yang dimiliki sifat yang sama dengan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs. Soebono Mantofani tahun ajaran 2007-2008 yang terbagi dari 4 kelas yang berjumlah sebanyak 135 siswa sedangkan sampelnya adalah 60 siswa, jadi siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 44 % dari jumlah total siswa. Adapun teknik yang penulis gunakan dalam pengambilan sample adalah Random Sampling artinya pengambilan sample dilakukan dengan cara acak. Dengan teknik ini setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sample. Dari penarikan sample dengan teknik random sampling sebagai berikut : Kelas VII A 15 siswa Kelas VII C 15 Siswa Kelas VII B 15 siswa Kelas VII D 15 Siswa Jadi total sample sebanyak 60 siswa E. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan adalah: 1. Observasi, Penulis melihat dan mengamati langsung sekaligus mencatat objek-objek di lapangan guna memperoleh data atau keteranganketerangan yang akurat, objektif dan dapat dipercaya. 2. Wawancara, Penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru bidang studi Fiqih. 3. Angket, Untuk mendapatkan data, maka penulis menyebarkan angket

kepada seluruh sample untuk diisi yang kemudian hasilnya dianalisis. Penulis menyebarkan angket karena dalam penelitian ini penulis ingin memperoleh data mengenai keefektifan metode demonstrasi pada pelajaran bidang studi Fiqih di MTs. Soebono Mantofani. F. Teknik Analisa Data Dalam teknik analisa data, penulis mengolah hasil wawancara dan observasi dengan mendeskripsikannya kemudian menganalisa dan menyimpulkannya. Kemudian data yang diperoleh dari angket, diseleksi dan disusun. Setelah itu data-data diklasifikasikan lalu dilakukan analisis data. 22 Dalam hal ini jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif dengan meggunakan rumus statistik. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:4 100% N F P Keterangan : P = prosentase F = frekuensi N = jumlah responden. Data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel yang didalamnya langsung dibuat frekuensi dan prosentase, setelah itu penulis menganalisa dan menginterpretasikan data tersebut. Dengan demikian, akan diketahui hasil penelitian ini secara pasti dan benar sesuai dengan rumusan penelitian yang dibahas.

You might also like