You are on page 1of 7

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dengan gejala bervariasi. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menyerang organ paru-paru di bandingkan bagian lain tubuh manusia. Tempat masuk kuman ini adalah melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB Paru terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi (Amin, 2006). Menurut WHO (2005), secara global terdapat 8,9 juta kasus TB dan kirakira 1,6 juta atau 27 per 100 ribu orang meninggal karena penyakit TB. Jika penyakit TB ini tidak diobati, setiap penderita TB aktif akan menularkan ke 10 orang per tahun, dan dari 10 orang yang terinfeksi TB, 1 orang yang sakit. Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 2-3 juta setiap tahun, dengan jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia Tenggara sebanyak 625.000 orang atau angka mortalitas sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia terjadi pada negara-negara berkembang Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah menyatakan tuberculosis sebagai Global Emergency. Sepertiga penduduk

dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut data regional WHO, jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia. Namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk. (http/www.wikipedia.or.id, diperoleh tanggal 7 Juli 2011). Di Indonesia, TBC merupakan masalah kesehatan baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110/100.000 penduduk. Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24% dari jumlah penduduk. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupkan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. (http//Wikipedia.or.id. diperoleh tanggal 7 juli 2011). Di Kalimantan Barat penulis belum menemukan sumber data mengenai insiden TB Paru ini secara keseluruhan, akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record (MR) RSUD Dr. Soedarso. Berikut ini digambarkan jumlah penderita TB Paru tahun 2009-2011 di RSUD Soedarso Pontianak : Table 1.1 Jumlah penderita TB Paru di RSUD Soedarso Pontianak

No 1 2

Tahun 2010 Januari-April 2011 Jumlah

Jumlah kasus TB paru Laki-laki Perempua (orang) n (orang) 247 107 87 50 334 157

Total jumlah kasus (orang) 354 137 491

Angka kematian Jumlah (orang) 57 17 122

Sumber : MR RSUD Pontianak (2011) Tuberkulosis paru merupakan masalah kesehatan yang akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak di tanggulangi sejak dini. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan mendapatkan pengobatan dan pencegahan penularan. Penyakit TB Paru apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi dini yang membahayakan seperti pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis sampai menjalar ke organ lain seperti usus, tulang dan otak. Komplikasi lanjut seperti obstruksi jalan napas, kerusakan parenkim berat (florosis paru, kor pulmonal), amiloidosis, kanker paru dan sindrom gagal napas dewasa. Peran perawat sangat penting, dimana perawat adalah tim kesehatan yang banyak kontak dengan klien, diharapkan dapat mengatasi masalah TB Paru dengan cara perawatan klien dan pencegahan penularan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan obat anti mikroba dalam jangka waktu tertentu dan pemeriksaan dini dalam mencegah penularan. Perawat memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dijalankan secara maksimal seperti memenuhi kebutuhan dasar serta meningkatkan kesehatan fisik. Selain itu perawat dapat melakukan pendekatan seperti pendekatan spiritual, psikologis dan

fungsi edukatornya, yaitu memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita dan keluarga yang diharapkan dapat melakukan pencegahan dan meminimalisir resiko penularan serta kekambuhan. Untuk itu keterlibatan antara tim kesehatan berperan penting dalam memberikan solusi sehingga diperlukan kerjasama antar tim kesehatan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem pernapasan: TB Paru di Ruang Paru (I) RSU Dr. Soedarso Pontianak beserta permasalahan yang ada pada klien tersebut dengan membandingkan antara konsep teoritis penyakit TB Paru beserta asuhan keperawatan teoritis dengan kondisi nyata yang terjadi di lapangan. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini, adalah untuk : 1. Tujuan umum :
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar

penyakit dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan khususnya dengan TB Paru secara teoritis.
b. Memberikan gambaran penerapan Asuhan Keperawatan pada

klien dengan gangguan sistem pernapasan khususnya TB Paru.

c. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang konsep dasar

penyakit dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan khususnya dengan TB Paru secara teoritis. 1. Tujuan khusus :
a. Memberikan gambaran adanya perbandingan teori yang didapat di

bangku perkuliahan dengan praktek langsung di lapangan dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan TB Paru khususnya di Ruang Paru (I) RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
b. Mengetahui faktor penghambat dan penunjang dalam melakukan

Asuhan Keperawatan pada klien dengan TB Paru khususnya di Ruang Paru (I) RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
c. Memberikan saran serta alternatif penyelesaian masalah terhadap

faktor penghambat dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan : TB Paru khususnya di Ruang Paru (I) RSUD Dr. Soedarso Pontianak. A. Ruang Lingkup Penulisan Pada penulisan laporan kasus ini, penulis membatasi ruang lingkup penulisan pada Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan gangguan sistem pernapasan : TB Paru di Ruang Paru (I) RSUD Dr. Soedarso Pontianak yang perawatannya dilakukan dari tanggal 30 Juni 2011 sampai 02 Juli 2011.

B. Metode Penulisan Dalam penulisan laporan kasus ini, metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan mengungkapkan fakta-fakta sesuai dengan data-data yang didapat, melalui pendekatan studi kampus, mengumpulkan dan menganalisa, serta menarik kesimpulan. Adapun cara-cara pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Wawancara

atau

interview,

dimana

wawancara

digunakan

untuk

mendapatkan data dari klien, keluarga maupun dari tenaga kesehatan lainnya, dengan bekerjasama dan berdiskusi dengan dokter dan perawat yang bertugas dimana klien dirawat.
2. Pengamatan / observasi langsung ke pasien serta pemeriksaan fisik yang

dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. sehingga penulis mendapat pengalaman langsung dalam memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan : TB Paru.
3. Tinjauan literatur, yaitu dengan menelusuri kepustakaan yang berkaitan

dengan masalah dalam laporan kasus ini, yaitu penyakit TB Paru dan Asuhan Keperawatan yang dihubungkan dengan dasar ilmiah. A. Sistematika Penulisan Laporan kasus ini terdiri dari lima BAB yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I

: Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulis, Ruang Lingkup Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II

: Landasan Teoritis yang terdiri dari Konsep Dasar yang mencakup Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan, Mekanisme Pernapasan, Konsep Dasar Penyakit TB Paru dan Asuhan Keperawatan secara teoritis.

BAB III

: Pembahasan Kasus, yaitu Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Gangguan Sistem Pernapasan : TB Paru di Ruang Paru (I) yang terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana Asuhan Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi.

BAB IV

: Pembahasan kasus yang terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana Asuhan Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi.

BAB V

: Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

You might also like