You are on page 1of 4

HDI Indonesia 2010 (Metode dan Indikator Baru)

Posted Tue, 21/12/2010 - 10:19 by deputi6 UNDP Tahun 2010 menggunakan metode dan indikator baru untuk menghitung HDI negaranegara di dunia. Gender-Related Human Development Index (GDI) juga diganti dengan Gender Inequality Index (GII) dengan metode dan indikator baru. Tahun 2010, menurut UNHDR, nilai HDI Indonesia naik dari tahun sebelumnya dan berada pada ranking 108 dari 169 negara. Karena metode dan indikatornya berbeda, tidak bisa dibandingkan dengan HDI dan GDI tahun-tahun sebelumnya. Untuk nilai GII, pada tahun 2010 ini masih menggunakan data tahun 2008.

Kinerja Pembangunan Manusia Indonesia


Kamis, 27 Januari 2011 00:00 WIB

Pembangunan manusia telah menjadi tema utama dunia seiring dengan diterbitkannya Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report) pertama kali oleh PBB pada tahun 1990. Orientasi pembangunan bergeser dari pembangunan ekonomi yang fokus pada pertumbuhan pendapatan semata menjadi pembangunan berorientasi manusia. Manusia atau penduduk harus menikmati hasil-hasil pembangunan secara nyata. Pertanyaannya, apa itu pembangunan manusia? Menurut United Nations Development Programme (UNDP), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan bagi penduduk, kebebasan untuk hidup lebih sehat, lebih berpendidikan, dan dapat menikmati standar hidup yang layak.

Kita tidak bisa hanya bangga dengan capaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi jika ternyata masih banyak penduduk yang belum bisa hidup secara layak. Meskipun angka pengangguran rendah, mungkin masih banyak yang bekerja tidak layak dengan upah yang rendah. Laju inflasi yang rendah seharusnya disertai dengan kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang lebih baik. Seorang sarjana kita anggap sudah berpendidikan tinggi, tetapi itu saja tidak cukup jika dirinya tidak memiliki banyak pilihan ketika memasuki pasar kerja. Menurut

Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi, seseorang dapat dikatakan 'miskin' jika dirinya tidak memiliki banyak 'pilihan' dalam hidupnya. Pembangunan manusia akan dikatakan berhasil jika mampu memperbanyak pilihan-pilihan bagi penduduknya.

Kinerja Indonesia
Untuk menilai apakah kinerja pembangunan manusia di Indonesia sudah baik atau belum, perlu mengacu pada data. Laporan Pembangunan Manusia 2010 yang dikeluarkan UNDP menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di peringkat 108 dari 169 negara yang tercatat. IPM merupakan indeks komposit yang mencakup kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, dan kondisi ekonomi (pendapatan). Di lingkup ASEAN, Indonesia hanya berada di peringkat 6 dari 10 negara. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia di bawah Singapura (rank: 27, nilai: 0,846), Brunei (rank: 37, nilai: 0,805), Malaysia (rank: 57, nilai: 0,744), Thailand (rank: 92, nilai: 0,654), Filipina (rank: 97, nilai: 0,638); di atas : Vietnam (rank: 113, nilai: 0,572), Laos PDR (rank: 122, nilai: 0,497), Cambodia (rank: 124, nilai: 0,494), Myanmar (rank: 132, nilai: 0,451).

Dari aspek kualitas kesehatan, di kawasan ASEAN, Indonesia juga berada di peringkat ke-6, di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Untuk aspek ini, peringkat Thailand masih di bawah Indonesia. Sementara untuk tingkat pendidikan, Indonesia bahkan hanya berada di peringkat ke-7 dari 10 negara anggota ASEAN. Berarti, capaian kinerja pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih lebih buruk ketimbang capaian kinerja kesehatan. Bagaimana dengan aspek ekonomi? Indonesia berada di posisi ke-6 di antara negara-negara ASEAN lainnya. IPM Indonesia tahun 2010 mencapai angka 0,600. Angka ini sebenarnya sudah jauh lebih baik ketimbang tahun 1980 yang hanya sebesar 0,390. Selama 5 tahun terakhir, Indonesia mengalami rata-rata pertumbuhan IPM sebesar 1,34% per tahun (kenaikan dari 0,561 di tahun 2005 menjadi 0,600 di tahun 2010). Dari sudut pandang kenaikan IPM selama 5 tahun terakhir, Indonesia tertinggi keempat di kawasan ASEAN setelah Myanmar, Thailand, dan Laos. Meski demikian, tampaknya pemerintah Indonesia perlu upaya yang lebih keras lagi untuk meningkatkan kinerja

pembangunan manusia Indonesia.

Misalkan kita mengasumsikan bahwa pertumbuhan IPM Indonesia akan tetap stabil di angka 1,34% dan pertumbuhan IPM negara-negara ASEAN lainnya juga stabil sesuai capaian lima tahun terakhir. Skenario ini menghasilkan perhitungan bahwa Indonesia akan tetap berada di peringkat 6 di tahun 2020 dengan angka IPM sebesar 0,686. Artinya, Indonesia masih tetap tertinggal dari Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Untuk mampu mengalahkan Filipina yang saat ini berada di peringkat ke-5, Indonesia membutuhkan pertumbuhan IPM minimal 2% per tahun selama periode 2010 hingga 2020. Dengan upaya kebijakan dan kerja keras, tentunya kita bisa mencapai pertumbuhan IPM 2% per tahun, meskipun ini bukanlah hal yang mudah.

Strategi peningkatan IPM


Kita bersyukur bahwa kualitas kesehatan penduduk Indonesia yang dicerminkan dengan indikator angka harapan hidup sudah cukup baik. Diperkirakan, pada 2010 angka harapan hidup sudah mencapai 71,5 tahun. Artinya, orang yang lahir di tahun 2010 memiliki harapan untuk hidup hingga 71,5 tahun. Apa kunci keberhasilan angka harapan hidup? Salah satu kunci terpenting ialah menurunnya angka kematian bayi (infant mortality rate). Pada 2007, data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa angka kematian bayi (anak berusia 0-1 tahun) sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Masih butuh upaya keras untuk mencapai target MDGs tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.

Namun, Indonesia dapat mengalami kesulitan dalam meningkatkan kinerja penurunan angka kematian bayi (AKB) jika angka kelahiran tidak terkendali. Indikasi ledakan penduduk hasil Sensus Penduduk 2010 harus disikapi dengan cermat jika ingin memperbaiki kinerja IPM bidang kesehatan. Semakin banyak anak yang dimiliki seorang ibu, semakin rendah kemampuan si ibu untuk memberikan nutrisi yang memadai bagi anaknya. Padahal, kemampuan bayi untuk dapat bertahan hidup dan berkembang ditentukan oleh asupan gizi atau nutrisi yang diterima para ibu menyusui. Oleh karenanya, kebijakan pengendalian jumlah penduduk tetap penting untuk mencapai kinerja pembangunan manusia yang lebih baik di bidang kesehatan.

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, titik terlemah pembangunan manusia Indonesia ternyata berada di sektor pendidikan. Kinerja tertinggi bidang pendidikan di ASEAN diraih Malaysia, yang rata-rata penduduknya mampu menempuh pendidikan hingga SMP ke atas. Rata-rata lamanya bersekolah penduduk Indonesia di tahun 2010 hanya sekitar 5,7 tahun. Artinya, penduduk Indonesia secara rata-rata hanya 'hampir' lulus sekolah dasar (SD). Padahal, kita belum berbicara tentang kualitas pendidikan, baru sebatas kuantitas pendidikan. Tentunya, kualitas lulusan SD di kota mungkin jauh lebih baik ketimbang lulusan SD di daerah terpencil.

Dengan anggaran pendidikan yang sudah mencapai 20% dari APBN 2011, seharusnya Indonesia dapat segera memperbaiki tingkat pendidikan penduduknya. Jika titik terlemah pencapaian pembangunan manusia ini bisa segera diperbaiki, seharusnya Indonesia mampu 'mendongkrak' capaian IPM-nya serta mengalami peningkatan peringkat secara signifikan setidaknya dalam 10 tahun mendatang.

Oleh Sonny Harry B Harmadi Kepala Lembaga Demografi FEUI

GRAFIK

You might also like