You are on page 1of 17

UPAYA MENANGGULANGI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PAJAK DI PT IGASAR

(Semen Padang Group)

MAKALAH PL NON KEPENDIDIKAN (MAGANG KEAHLIAN)

Oleh: SENJA MIRANTI 2006/73419

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2009
LEMBAR PENGESAHAN Judul Makalah Semester Penulis a.
b. c. NIM d. e.

: Upaya Menanggulangi Keterlambatan Pembayaran Pajak di PT IGASAR (Semen Padang Group) : Juli Desember 2009 Nama Lengkap Jenis Kelamin : 73419 / 2006 Keahlian Program Studi : Keuangan : Akuntansi : Senja Miranti : Perempuan

Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing.

Disetujui Oleh Dosen Pembimbing

Padang, November 2009 Penulis

Dra. Hj. WIRDATI ALWI Nip. 19490823 197602 2 001

SENJA MIRANTI Nim. 2006/73408

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan, penulis dapat menyusun laporan ini. Laporan ini ditulis berdasarkan hasil dari kegiatan magang di PT. IGASAR (Semen Padang Group), yang beralamat di jalan Raya Indarung Padang. Dalam menyelesaikan laporan ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dengan selesainya laporan ini maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.

Ibu Lili Anita, SE, M.Si, Ak selaku ketua Program Studi Akuntansi dan selaku Ibu Dra. Hj. Wirdati Alwi selaku pembimbing magang keahlian yang telah

pembimbing akademik.
2.

memberikan bimbingan dan pengarahan sampai selesainya magang keahlian dan penyusunan laporan ini. 3.
4.

Bapak dan Ibu panitia magang keahlian Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Bapak Ir. Firdaus, MM selaku pimpinan PT. IGASAR (Semen Padang Group) yang Bapak Khairul, dan Bapak Valgunadi, SE yang telah memberikan bimbingan dan Karyawan dan karyawati PT. IGASAR (Semen Padang Group) yang telah Keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi baik secara moril maupun Juga tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua rekan-rekan yang telah

Padang. telah memberikan izin dan pengarahan pada saat magang keahlian.
5.

pengarahan selama pelaksanaan magang keahlian.


6.

memberikan bantuan dalam penyelesaian laporan ini. 7. 8. materil dalam penyelesaian laporan ini. banyak membantu dalam penyelesaian laporan. Padang, November 2009

Senja Miranti

A.

LATAR BELAKANG MASALAH Pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat. Pencanangan perdagangan bebas (FREE TRADE) membawa konsekuensi pula dalam kebijakan perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat tidak dapat ditolak dan harus menerima keberadaan globalisasi ekonomi serta yang paling penting yaitu mengambil kesempatan yang dapat timbul akibat adanya perubahan ekonomi internasional. Sebagai salah satu perangkat pendukung yang menunjang agar tercapai keberhasilan ekonomi dalam meraih peluang adalah hukum. Salah satu bagian yang disoroti adalah hukum pajak. Hukum pajak ini yang sering disebut dengan hukum fiskal yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi kewenangan pemerintah untuk memungut pajak. Dengan kata memungut, terlihat adanya kegiatan mengambil kekayaan seseorang dan mengerahkan kembali kepada masyarakat melalui kas Negara. Oleh karena itu, Prof. DR. R. Soemitro, SH menyatakan bahwa pajak ditinjau dari segi ekonomi sebagai peralihan uang dari sektor swasta atau individu ke sektor masyarakat atau pemerintah tanpa imbalan secara langsung dapat ditunjuk. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memerhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negera dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Fenomena sekarang yang terjadi adalah banyaknya perusahaan-perusahaan yang membayar pajak tidak pada waktunya. Terkadang perusahaan-perusahaan tersebut lebih banyak membayar denda keterlambatan membayar pajak bulan sebelumnya dari pada membayar pajak pada waktu yang bersangkutan. Sarana Wajib Pajak membayar pajak menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. SSP dimaksudkan sebagai surat oleh Wajib Pajak digunakan untuk pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Negara atau ke Bank BUMN/BUMD atau bank

lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran. SSP ini selanjutnya berfungsi sebagai bukti dan laporan pembayaran pajak. Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank atau di PT Pos Indonesia(POSINDO). Tata cara pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran on line dan penyampaian SPT dalam bentuk digital telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep. 383/Pj/2002 Tanggal 14 Agustus 2002. Hukum pajak di Indonesia mempunyai hierarki yang jelas dengan urutan yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan sebagainya. Hierarki ini dijalankan secara ketat. Peraturan yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang tingkatannya lebih tinggi. Pajak merupakan masalah keuangan negara. Dasar yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah keuangan negara yaitu Pasal 23A Amandemen UUD 1945 (Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang). Meskipun UUD 1945 (sebelum Amandemen) sudah berlaku sejak negara merdeka (diganti antara tahun 1950 sampai 1959, kemudian diperlukan kembali dengan Dekrit Presiden tahun 1959) UndangUndang Pajak masih menggunakan produk undang-undang zaman kolonial Belanda sampai pembaruan perpajakan selesai tahun 1983. Undang-undang kolonial yang pada saat itu adalah Aturan Bea Meterai 1932, Ordonansi Pajak Perseroan 1925, Ordonansi Pajak Kekayaan 1932, dan Ordonansi Pajak Pendapatan 1944. Pengeluaran uang untuk pembayaran pajak akan disenangi apabila ketika wajib pajak mengeluarkan uang untuk membayar pajak, pemerintah dianggap harus memberikan kontra prestasi yang seimbang dengan uang yang dibayarkan. Tentunya hal ini sulit dan rasanya tidak masuk akal, karena jumlah wajib pajak sangat banyak dan dengan jumlah yang berbeda pula antara satu wajib pajak dengan wajib pajak yang lain, di sisi lain pemerintah harus memikirkan dan menyediakan kontra prestasi yang langsung dan sesuai dengan nilai uang yang diterima dari wajib pajak untuk pembayaran pajaknya. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang, meskipun demikian tidak semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk dibayarkan kepada pajak. Karena menganggap pajak itu sebagai beban, maka timbul keinginan untuk mengurangi pajak tersebut, sama halnya keinginan untuk mengurangi beban-beban yang lain. Atas dasar inilah banyak wajib pajak baik wajib pajak pribadi atau badan, melakukan usaha-usaha untuk mengatur jumlah pajak yang harus dibayarkan dengan melakukan tax palnning.

B.

MASALAH Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana Upaya Menanggulangi Keterlambatan Pembayaran Pajak di PT IGASAR (Semen Padang Group).

C. 1.

KAJIAN TEORI Pengertian Pajak Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Adriani, 1991:2)

2. 1. 2. 3.
4.

Ciri-ciri Pajak Pajak memiliki ciri-ciri, yaitu: Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur Tinjauan Berbagai Aspek Aspek ekonomi Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat. Meskipun kehidupan ekonomi sebagian besar dijalankan dengan mengandalkan mekanisme pasar bebas, mekanisme tadi tidak akan berjalan apabila tidak ada pemerintah. Untuk menjalankan roda pemerintahan yang mampu menggerakkan secara efektif mekanisme pasar bebas pemerintah memerlukan pajak dari masyarakat. Pelayanan yang diberikan pemerintah merupakan suatu kepentingan umum (public utilities) untuk kepuasan bersama, sehingga pajak

sifatnya dapat dipaksakan oleh pemerintah

pemasukannya masih terdapat surplus, diperguanakn untuk membiayai public investment


5.

3. 1.

yang mengalir dari masyarakat akhirnya kembali lagi untuk masyarakat. Hal ini erat kaitannya dengan kebijakan ekonomi yang mengarah pada dukungan pemenuhan kenaikan pendapatan masyarakat melalui distribusi pendapatan. 2. Aspek hukum Hukum pajak di Indonesia mempunyai hierarki yang jelas dengan urutan yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Undang-undang, peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan sebagainya. Hierarki ini dijalankan secara ketat. Peraturan yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang tingkatannya lebih tinggi. Pajak merupakan masalah keuangan negara. Dasar yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah keuangan negara yait Pasal 23A Amandemen UUD 1945 (pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatr dengan undang-undang). 3. Aspek Keuangan Pendekatan dari aspek keuangan tercakup dalam aspek ekonomi hanya lebih menitikberatkan pada aspek keuangan. Pajak dipandang bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara. Jika dilihat dari penerimaan negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan negara. Oleh karena itu, struktur penerimaan negara sudah bergeser dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Salah satu sumber dana untuk pembiayaan pembangunan yaitu tabungan Pemerintah yang merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin. Alat ukur yang digunakan sebagai indikator efektif dan produktifnya pemungutan pajak yaitu dalam fungsinya pengumpulan penerimaan negara berupa pajak. Kecenderungan umum dengan semakin maju suatu sistem pajak suatu negara, akan semakin tinggi tax ratio. Tax ratio yaitu perbandingan antara penerimaan pajak dan jumlah produk domestik bruto (PDB) di Indonesia baru mencapai 11,1% yang diharapkan pada tahun 2004 mencapai 16%. 4. Aspek Sosiologi Pada aspek sosiologi pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu dengan menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang dapat disampaikan kepada masyarakat. Jelas bahwa pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan. Berarti, dengan pembangunan ini dibiayai masyarakat. Oleh karena itulah, upaya untuk meningkatkan penerimaan

negara dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang dihimpun berasal dari rakyat (private saving) atau berasal dari pemerintah (public saving). Dengan demikian, terlihat bahwa dari pajak sasaran yang ditinjau adalah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata dengan melakukan pembangunan di berbagai sektor. D. PEMBAHASAN Sarana Wajib Pajak membayar pajak menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. SSP dimaksudkan sebagai surat oleh Wajib Pajak digunakan untuk pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Negara atau ke Bank BUMN/BUMD atau bank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran. SSP ini selanjutnya berfungsi sebagai bukti dan laporan pembayaran pajak. Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank atau di PT Pos Indonesia(POSINDO). Tata cara pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran on line dan penyampaian SPT dalam bentuk digital telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep. 383/Pj/2002 Tanggal 14 Agustus 2002. Pengaturan-pengaturan tersebut meliputi:
1.

Pembayaran pajak umumnya menggunakan sarana SSP, tetapi wajib pajak dapat

melakukan pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran on line terhitung mulai tanggal 1 Juli 2002. Terhitung 1 Januari 2003 Wajib Pajak wajib melakukan pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran on line, sedangkan tata caranya disampaikan pada lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak dimaksud ini. Sistem pembayaran on line ini adalah pembayaran setoran pajak melalui PT Pos Indonesia atau Bank Persepsi/Devisa persepsi on line.
2.

Penyampaian SPT dapat dilakukan dalam bentuk digital terhitung mulai tanggal 1

Juli 2002. Penyampaian SPT dalam bentuk digital adalah pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan, SPT Tahunan Pajak Penghasilan dan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai ke kantor Pelayanan Pajak secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer. Tata cara penyampaiannya dengan memerhatikan lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pajak dimaksud (tata cara pelaporan SPT dengan menggunakan media komputer). Pajak perpajakan Penghasilan 1983 (PPh) diatur sebelum dalam perubahan perundang-undangan perundangtahun beberapa ketentuan

undangan/ordonansi seperti yang dikenal dengan Pajak Pendapatan orang pribadi yang

dipungut berdasarkan Ordonansi Pajak Pendapatan Tahun 1984 dan pajak perseroan yang diatur dalam Ordonansi Pajak Perseroan Tahun 1925 serta pajak atas bunga, dividen, dan royalti yang diatur dalam Undang-undang Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalti tahun 1970. Selanjutnya sejak tahun 1984 Pajak Penghasilan dipungut berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh). Dalam sejarah perkembangan, Undang-undang PPh ini dilakukan Perubahan pada tahun 1990, tahun 1994, dan yang terakhir dilakukan perubahan tahun 2000 dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 untuk ketiga kalinya diubah pada tahun 2000 dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 yang diberlakukan per 1 Januari 2001 digunakan sebagai Dasar Hukum Pemungutan Pajak Penghasilan merupakan perpaduan dari beberapa ketentuan yang sebelumnya diatur secara terpisah sebagaimana telah diuraikan diatas. Ditinjau dari pengelompokkannya, Pajak Penghasilan dikategorikan sebagai Pajak Pusat, tetapi ditinjau dari sifatnya dikategorikan sebagai Pajak Subjektif. Undang-undang Pajak Penghasilan ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang didalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Perubahan Undang-undang Pajak Penghasilan dimaksud tetap berpegang pada prinsip-prinsip perpajakan yang dianut secara universal yaitu keadilan, kemudahan/efisiensi administrasi dan produktivitas penerimaan negara dan tetap mempertahankan sistem self assessment. Oleh karena itu, arah dan tujuan penyempurnaan Undang-undang Pajak Penghasilan ini adalah sebagai berikut: a. b. c. Lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak; Lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak; Menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam rangka meningkatkan investasi

langsung di Indonesia baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri di bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas.

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Waluyo, 2007:23). Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama Batas waktu pembayaran atau penyetoran pajak diatur sebagimana tercatum dalam bagan sebagai berikut: No. Jenis Pajak 1 PPh Pasal 21 2 PPh Pasal 22 Impor Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran Paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwin berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak bersamaan dengan pembayaran Bea Masuk. Apabila Bea Masuk dibebaskan atau ditunda, harus dilunasi pada saat penyelesaian 3 dokumen impor. PPh Pasal 22 Direktorat 1 (satu) hari setelah pemungutan pajak dilakukan. Jenderal Bea dan Cukai 4 (DJBC) PPh Pasal 22 Pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran.

Bendaharawan 5 Pemerintah PPh Pasal Penyerahan 6 Pertamina PPh Pasal dipungut 7 8 9 10 22 22 dari Dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelum Surat Perintah oleh Pengeluaran Barang (delivery order) ditebus. yang Paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwin badan berikutnya. Paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwin berikutnya setelah bulan saat terutang pajak. Paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan takwin berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Tanggal 15 (lima belas) bulan takwin berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak bersamaan dengan saat Bea Masuk. Apabila Bea Masuk dibebaskan atau ditunda, harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen impor.

oleh

tertentu PPh Pasal 23 dan 26 PPh Pasal 25 PPN dan PPnBM PPN dan PPnBM Impor

11 12

PPN dan PPnBM-DJBC 1 (satu) hari setelah pemungutan pajak dilakukan. PPN dan PPnBM Tanggal 7 (tujuh) bulan takwin berikutnya setelah Masa Bendaharawan Pajak berakhir.

Pembayaran kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh (PPh Pasal 29) harus dibayar lunas selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak Berakhir. Kesimpulan agar wajib pajak senang membayar pajak, prinsip pemungutan pajak harus sesuai dengan prinsip cost dan benefit. Masalahnya bukan pada tidak adanya kontra prestasi secara langsung, yang menyebabkan ada usaha-usaha wajib pajak untuk mengatur jumlah pajak yang harus dibayarnya. Apabila ditinjau dari wajib pajak, seperti badan usaha, pajak penghasilan dapat dianggap sebagai beban yang mengurangi laba pemegang saham yang juga menjadi pemilik dari badan usaha tersebut. Dalam memungut pajak, pemerintah harus memperhatikan subjek pajaknya. Subjek pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (Pasal 1: 2) adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Yang menjadi Subjek Pajak (Waluyo 2007: 58) adalah: 1) 2) Orang Pribadi, orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak berada di Indonesia atau pun di luar Indonesia. Warisan yang belum terbagi dimaksud merupakan Subjek Pajak pengganti menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. 3) Badan, adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, persatuan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apa pun, firma, konsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan badan lainnya. 4) Bentuk Usaha Tetap, adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau beradadi Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Keterlambatan ini juga disebabkan oleh kinerja karyawan. Karyawan yang telah diberikan tanggung jawab, tidak melaksanakannya dengan baik. Misalnya saja karyawan yang telah ditugaskan untuk membayar pajak setiap bulannya tidak dilaksanakan oleh karyawan tersebut contohnya meenunda-nunda pembayaran pajak. Dengan demikian, perusahaan hendaknya meletakkan karyawan-karyawan yang benarbenar bertanggungjawab kepada pekerjaannya dan jika karyawannya melakukan kesalahan harus segera ditindaklanjuti agar tidak terjadi hal-hal yang buruk dikemudian hari untuk perusahaan tersebut. Pungutan pajak tidak terlepas dari keadilan. Dengan keadilan dapat menciptakan keseimbangan sosial yang sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam penetapan tarif harus mendasarkan pada keadilan. Dalam penghitungan pajak tang terutang digunakan tarif pajak. Yang dimaksud dengan tarif pajak adalah tarif untuk menghitung besarnya pajak terutang (pajak yang harus dibayar). Besarnya tarif pajak dapat dinyatakan dalam persentase. Dalam Pajak Penghasilan persentase tarifnya dapat dibedakan: 1. Tarif Marginal Persentase tarif ini berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak. Sebagai contoh tarif Pajak Penghasilan untuk tahun 2001 bagi Wajib Pajak Badan bahwa tarif marginal untuk setiap tambahan Penghasilan Kena Pajak yang melebihi 0 sampai dengan Rp. 50.000.000,00 sebesar 10% yang diikuti pula untuk setiap tambahan Penghasilan Kena Pajak di atas Rp.50.000.000,00 sampai dengan Rp.100.000.000,00 dengan tarif marginal 15% dan seterusnya. 2. Tarif Efektif Persentase tarif pajak tang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak tertentu. Struktur tarif yang berhubungan dengan pola persentase tarif pajak dikenakan 4 (empat) macam tarif, yaitu: 1. Tarif pajak proporsional/sebanding Tarif pajak proporsional yaitu tarif pajak berupa persentase tetap terhadap jumlah berapa pun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contoh dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10% atas penyerahan Barang Kena Pajak. 2. Tarif Pajak Progresif

Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Sebagi contoh, Tarif Pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia untuk Wajib Pajak Badan untuk tahun 2009 adalah tarif tunggal yaitu 28%. Memerhatikan kenaikan tarifnya, tarif progresif dapat dibagi menjadi: a. b. c. 3. Tarif Progresif Progresif Dalam hal ini kenaikan persentase pajaknya semakin besar. Tarif Progresif Tetap Kenaikan persentasenya tetap. Tarif Progresif Degresif Kenaikan persentasenya semakin kecil Tarif Pajak Degresif Tarif Pajak Degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi semakin besar. 4. Tarif Pajak Tetap Dalam tarif pajak tetap ini adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya) terhadap berapa pun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena itu, besarnya pajak yang terutang tetap. Sebagai contoh Tarif Bea Materai. E. 1. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dalam sistem pembayaran pajak yang baik harus ada pembagian tugas yang memadai sehingga setiap pekerjaan yang dilakukan dapat dijalankan dengan sebaikbaiknya. Selain itu pembagian tugas yang memadai dapat menghindari perusahaan dari risiko keterlambatan pembayaran pajak yang terjadi. Apalagi, antara bagian keuangan dan pembukuan, harusya benar-benar dipisahkan karena kedua bagian ini merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah perusahaan. Usaha yang harus dilakukan PT IGASAR (Semen Padang Group) untuk mengatasi keterlambatan pembayaran pajak ini adalah: 1. Harus memantau kinerja karyawan setiap harinya, agar karyawan tidak semena-mena dalam menyelesaikan kinerjanya. 2. Harus memantau setiap bulannya pembayaran pajak, agar perusahaan terhindar dari denda akibat keterlambatan membayar pajak tersebut.

3.

Pergantian struktur organisasi hendaknya tidak melupakan kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing karyawan yang ada.

4. Karyawan yang telah diberi tanggung jawab hendaknya melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan yang telah ditentukan oleh perusahaan. 5. Karyawan yang tidak bertanggungjawab terhadap pekerjaannya, hendaknya harus ditindaklanjuti jangan dibiarkan saja, ini akan berakibat buruk bagi perusahaan itu sendiri. 2. SARAN Mengingat masih belum optimalnya pelaksanaan pembayarn pajak di PT IGASAR (Semen Padang Group), maka sebaiknya pimpinan dan para kepala bidang memiliki inisiatif untuk mengarahkan karyawan lainnya agar lebih bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang telah diberikan kepada masing-masing karyawan perusahaan tersebut memberikan dukungan dan motivasi bagi karyawan-karyawan perusahaan untuk sama-sama meningkatkan kinerja dalam bekerja sehingga tujuan keandalan pelaporan keuangan, efisiensi dan efektifitas, keamanan asset perusahaan, pembayarn pajak pada waktunya, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKA SPT dan Batas pembayaran Pajak. Melalui (http://www.pajak4shared.wordpress.com) [10/11/2009]

SPT dan Pembayaran Pajak. Melalui (http://www.aviantara.wordpress.com) [10/11/2009] Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2008. Jakarta: Mitra Wacana Media. Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

DAFTAR NILAI MAGANG KEAHLIAN ( PENILAIAN DARI PEMBIMBING MAGANG ) Nama mahasiswa : Senja Miranti

NIM Program studi Tempat magang

: : :

73419 / 2006 Akuntansi PT IGASAR (Semen Padang Group)

Bobot x No A Komponen yang Dinilai Isi dan Materi Laporan Alasan (Latar Belakang) Pengumpulan Data Pengolahan Data Pemecahan Masalah Simpulan dan Saran Tekhnik Penulisan Laporan Jumlah Komponen A Rata-rata nilai komponen A Kepribadian Disiplin Kejujuran Sikap dan Etika Jumlah Komponen B Rata-rata nilai komponen B Jumlah ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... Nilai Bobot Rata-Rata Nilai

60%

.........

......... .........

40% 100%

.........

Padang, November 2009

Dra. Hj. Wirdati Alwi Nip. 19490823 197602 2 001 DAFTAR NILAI AKHIR MAGANG KEAHLIAN Nama Mahasiswa NIM Prodi Tempat magang : : : : Senja Miranti 73419 /2006 Akuntansi Pt IGASAR (Semen Padang group)

NO A B

PENILAI Pemimpin tempat magang Dosen pembimbing Jumlah

BOBOT 40 % 60 % 100 %

NILAI

BOBOT X NILAI

Padang, November 2009

Dra. Hj. Wirdati Alwi Nip. 19490823 197602 2 001

You might also like