You are on page 1of 14

Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan penaburan pupuk di lahan perkebunan kelapa sawit sesuai dengan dosis yang telah

ditetapkan perusahaan yang didasarkan pada analisis daun dan analisis tanah. Analisis daun di PT TPP dilakukan satu tahun sekali yaitu pada akhir semester satu (bulan Juni). Hasil analisis daun digunakan sebagai rekomendasi pemupukan pada tahun berikutnya. Analisis daun dilakukan per blok tanaman, sehingga dosis pupuk per blok tidak sama. Pemupukan dilakukan dengan rotasi dua kali setahun. Tujuan dari pemupukan adalah untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan untuk meningkatkan produksi untuk tanaman menghasilkan (TM). PT Tunggal Perkasa Plantation melakukan pemupukan dengan dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemupukan organik dengan menggunakan limbah padat berupa tandan kosong (tankos) dan pupuk kandang. Sedangkan pemupukan anorganik menggunakan pupuk kimia/buatan seperti pupuk tunggal (ZA, MOP, RP, Kieserit, dan Borat) dan pupuk majemuk (NPK 15:15:15 dan NPK 12:12:17). Pada saat magang penulis hanya melakukan pengamatan kegiatan pemupukan pada fase TBM. Pemupukan organik (janjangan kosong dan pupuk kandang). Janjangan kosong (JJK) merupakan sisa proses pengolahan tandan buah kelapa sawit oleh pabrik dengan produksi JJK sekitar 23 % dari tandan buah segar (TBS). Potensi JJK sebagai pupuk organik berkaitan dengan kandungan haranya yang cukup tinggi. JJK kelapa sawit mengndung unsur hara N, P, K, dan Mg yang dibutuhkan tanaman. Satu ton JJK kepala sawit setara dengan 3 kg Urea, 0.6 kg RP, 12 kg MOP, dan 2 kg Kieserit. Di PT Tunggal Perkasa Plantation JJK diaplikasikan dengan dosis 60 ton/ha. Aplikasi JJK kelapa sawit banyak mengalami masalah di lapangan, di antaranya adalah tumpukan JJK menutupi jalan dan menghambat proses pekerjaan panen dan rawat pada blok tersebut. Selain itu, truk yang mengangkut JJK dari pabrik sering kali melebihi kapasitas truk. Hal tersebut menyebabkan JJKJJK akan berjatuhan dan tercecer di sepanjang jalan yang dilalui. Alat yang digunakan untuk menyusun JJK adalah gancu/tajok dan angkong untuk melansir janjangan kosong. JJK disusun rapi di sekeliling pohon sawit dengan jarak 1 2 meter dari batang sawit, seperti terlihat pada Gambar 3.29 Selain janjangan kosong, PT Tunggal Perkasa Plantation jaga menggunakan pupuk kandang. Pupuk kandang yang diaplikasikan di kebun merupakan kotoran ayam yang dipasok dari daerah

Sumatra Barat. Pada beberapa kejadian, pupuk kandang yang dikirim ke kebun sudah tidak murni lagi karena telah dicampur dengan sekam dan tanah. Pupuk kandang mengandung 0.5 % N, 0.25 % P2O5, dan 0.5 % K2O. Pemupukan dilakukan secara manual dengan menggunakan sistem target, 20 karung/orang/hari. Pupuk kandang dimasukkan ke dalam rorak yang telah disediakan di dekat pohon sawit dengan dosis 20 kg/rorak. Ukuran rorak panjang 1 m, lebar 20 cm, dan dalam 30 cm. Pemupukan anorganik. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun yaitu pada semester satu (Januari Juni) dan semester dua (Juli Desember). Jenis pupuk yang digunakan merupakan pilihan berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis yang ditetapkan oleh Direktorat Pengembangan Produksi dan Kontrol PT Astra Agro Lestari, Tbk. Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk majemuk (NPK), RP, MOP, Urea, Borate, dan Kieserit. Penaburan pupuk NPK dilakukan pada awal musim hujan dengan kisaran curah hujan 100 200 mm/bulan, sedangkan penaburan pupuk RP, MOP, Urea, Borate, dan Kieserit dapat dilakukan kapan saja (tidak bergantung pada musim). Pemupukan dilakukan secara manual dan mekanis. Pemupukan manual dilakukan pada daerah bergelombang atau rolling. Pemupukan dilakuan secara berkelompok yang terdiri atas mandor pupuk, pengumpul karung, pelangsir pupuk, dan beberapa orang penabur yang disesuaikan dengan jumlah pupuk yang 30 akan ditabur. Peralatan yang digunakan untuk pemupukan secara manual adalah ember plastik, kain untuk menggendong, dan takaran. Pemupukan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan fertilizer spreader dan hanya dilakukan untuk daerah datar atau flat. PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman pada proses pertumbuhan baik vegetatif maupun generatif. Keefektifan pemupukan berhubungan dengan tingkat atau persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah) dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Jadi peningkatan keefektifan dan

efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan. Di samping itu, pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara. Hara yang diserap tanaman berasal dari tanah dan dari pupuk yang diaplikasikan. Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah: (1) tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman; (2) tanaman kelapa sawit memerlukan hara yang banyak untuk mencapai pertumbuhan dan produksi yang tinggi; (3) penggunaan varietas unggul membutuhkan hara yang lebih banyak; (4) unsur hara yang terangkut berupa produksi tidak seluruhnya dikembalikan ke dalam tanah. Oleh karena itu pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan berproduksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan pada periode TBM bertujuan untuk membangun kerangka vegetatif tanaman yang kokoh dan jagur untuk menunjang sasaran produksi yang optimal pada masa TM. Pemupukan dengan dosis yang tepat dan interval yang teratur bila didukung oleh faktor-faktor pemeliharaan akan memperpendek masa TBM. Pemupukan pada periode TM bertujuan untuk mencapai status hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang maksimal. Perencanaan Pemupukan Perencanaan pemupukan harus dibuat sebaik mungkin karena berkaitan dengan penyediaan biaya, material pupuk, dan tenaga kerja yang jumlahnya relatif besar. Perencanaan tahunan digunakan untuk mengetahui besarnya biaya operasional tahunan. Perencanaan semesteran/triwulanan bertujuan untuk mengetahui waktu penyediaan material pupuk. Perencanaan bulanan/mingguan bertujuan untuk persiapan tenaga kerja, pembagian pupuk di gudang, kesiapan unit transportasi, dan kesiapan lapangan. Dalam pelaksanaan pekerjaan pemupukan ada beberapa hal yang harus direncanakan/dipersiapkan, antara lain menentukan kebutuhan material pupuk meliputi jenis pupuk dan jenis pupuk yang akan diaplikasikan, kecukupan tenaga kerja yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan pemupukan, kesiapan lapangan (blok) dilihat dari keadaan piringan yang bersih dari gulma, sarana dan prasarana (alat transportasi pupuk, alat takar until, dan alat takar tabor tabur yang telah dikalibrasi), serta perihal administrasi pemupukan. Pengelolaan Pemupukan

Pengelolaan pemupukan dimulai sejak pupuk diterima di gudang sampai dengan diaplikasikan di lapangan. Kehilangan pupuk (hara pupuk) dapat terjadi pada setiap tahap kegiatan, baik saat di gudang, pengangkutan, pengeceran, dan saat aplikasi pupuk. Gudang Pupuk Di gudang pupuk terdapat 3 kegiatan yaitu penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran pupuk. Pada saat penerimaan dilakukan pengecekan tentang jenis, jumlah, dan kondisi pupuk. Penyimpanan pupuk di gudang harus dipastikan bahwa pupuk tidak terkena air (bocor) dan tidak terekspos sinar matahari langsung (panas). Penempatannya juga diatur sehingga pada saat pengeluaran pupuk dapat dilakukan secara first in first out (FIFO) setiap jenis pupuk. Prosedur penerimaan pupuk di gudang yaitu sebelum pupuk diturunkan oleh petugas gudang maka terlebih dahulu transportir menghitung jumlah pupuk perbaris di dalam truk; petugas gudang memeriksa kemasan pupuk (keutuhan dan keaslian kemasan); petugas gudang mengatur penempatan susunan pupuk di gudang dan menyusun rapi; melakukan uji petik oleh petugas gudang sebanyak 5 % dari jumlah pupuk yang diterima untuk menentukan berat rata-rata pupuk; mencatat penerimaan pupuk ke form rekapitulasi penerimaan pupuk berdasarkan hasil uji petik. Prosedur administrasi permintaan pupuk di gudang adalah membuat berita acara penerimaan barang (BAPB) yang ditandatangani kepala gudang, KTU dan administratur; menyampaikan konfirmasi penerimaan pupuk dalam waktu tidak lebih dari 5 hari setelah BAPB ditandatangani kepada Region Head/GM Treasury/GM Accounting/AVP Purchassing; membuat bukti penerimaan barang; menandatangani surat jalan dan diserahterimakan kepada kepala gudang melalui transportir. Distribusi Pupuk Distribusi pupuk yang dilakukan di Afdeling Viktor PT Tunggal Perkasa Plantations yaitu dengan menggunakan dump truck. Distribusi pupuk organik (JJK dan pupuk kandang) dilaksanakan langsung mengggunakan dump truck. Pupuk JJK diangkut dari pabrik dan diletakkan di samping jalan kebun untuk kemudian diaplikasikan sesuai dengan cara yang telah ditentukan perusahaan. Aplikasi pupuk kandang dilaksanakan dengan pengeceran langsung ke blok-blok yang akan dipupuk tanpa diuntil terlebih dahulu. Distibusi pupuk tersebut terbilang efisien jika dilihat dari waktu.

Pupuk anorganik diangkut dari gudang PT TPP lalu disimpan di gudang afdeling untuk diuntil terlebih dahulu sebelum diaplikasikan ke lapangan sesuai dengan cara yang telah ditentukan perusahaan. Aplikasi Pemupukan Aplikasi pemupukan berpedoman pada rekomendasi dan luas areal yang akan dipupuk. Dari luas areal yang akan dipupuk dapat diketahui jumlah pokok yang kemudian dapat ditentukan kebutuhan pupuk. Di PT Tunggal Perkasa Plantation aplikasi pemupukan dilakukan secara manual dan mekanis dengan menggunakan fertilizer spreader. Pemupukan secara mekanis (fertilizer spreader). Dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit serta untuk meningkatkan keefektifan pemupukan, PT Tunggal Perkasa Plantation melaksanakan pemupukan dengan fertilizer spreader. Pemupukan secara manual dilakukan untuk lahan-lahan yang tidak bisa dilewati fertilizer spreader. Pemupukan menggunakan fertilizer spreader mulai dilaksanakan di PT TPP pada bulan April 2010. Pemupukan dengan fertilizer spreader tidak dapat diaplikasikan di semua kebun karena hanya dilakukan untuk daerah datar atau flat. Pemupukan secara mekanis dengan menggunakan fertilizer spreader dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Pemupukan Secara Mekanis (Fertilizer Spreader) (1) Persiapan Areal Sebelum dilakukan aplikasi pemupukan dengan menggunakan fertilizer spreader, sebaiknya diperhatikan kebersihan areal. Persiapan lahan dilakukan secara mekanik dengan menggunakan buldoser sehingga jalan bebas dari lubang dan gundukan tanah serta tunggul/atau anak kayu. Selain itu juga penumpukan pelepah pada gawangan mati agar diatur sehingga tidak menumpuk terlalu tinggi, disarankan 2-3 tumpukan pelepah serta di dalam blok tidak terlalu banyak parit/titi panen, sehingga traktor tidak terlalu sering bergerak memutar (belok). (2) Pelaksanaan pemupukan Sebelum dilakukan pemupukan, baik manual maupun mekanis harus diketahui dulu dosis yang digunakan, jumlah pupuk, luas areal yang dipupuk, dan jumlah pohon per hektar. Khusus untuk pemupukan secara mekanis dengan fertilizer spreader harus dikalibrasi dulu dosis yang

digunakan. Bagian-bagian fertilizer spreader terdiri atas flow control berfungsi sebagai pengkalibrasi dan pengatur dosis pupuk, deflector berfungsi sebagai pengatur arah dan jarak sebaran pupuk, blower berfungsi sebagai tempat pengeluaran pupuk, dan hopper berfungsi sebagai tempat penampung pupuk. Aplikasi pemupukan dimulai dengan menyiapkan pupuk di gudang pupuk yang kemudian dibawa dengan truk untuk diecer ke lahan aplikasi. Traktor dan emdek digabungkan menjadi satu dengan posisi emdek di bagian belakang traktor. Setelah pupuk diecer di lahan aplikasi, pupuk kemudian disimpan pada tempat yang memakai alas supaya pupuk tidak tercecer. Pupuk diletakkan pada jalan poros atau jalan yang memisahkan antar blok, hal tersebut untuk memudahkan dalam proses pemupukan dengan menggunakan fertilizer spreader. Setelah pupuk diecer, pupuk kemudian dimasukkan ke dalam fertilizer spreader melalui jaringan dari besi untuk menjaga keamanan loader pupuk dan menyaring pupuk apabila masih ada bongkahan-bongkahan pupuk atau sampah. Fertilizer spreader Emdek-350 (Turbo Spin) dapat memuat pupuk sebanyak 750 kg akan tetapi pada aplikasi di lapangan pupuk yang dimuat hanya sekitar 500- 650 kg setiap kali sebar. Dengan target supaya pupuk tidak tercecer dan terbuang percuma. Setelah fertilizer spreader diisi pupuk maka pemupukan segera dimulai. Pemupukan dimulai pada areal yang dekat dengan jalan.melewati jalan pikul sesuai dengan yang telah ditentukan. Pada saat aplikasi pemupukan dilaksanakan, operator traktor dibantu oleh seorang helper yang bertugas mengatur flow control. (3) Dampak aplikasi pemupukan mekanis (fertilizer spreader) Pada hasil penerapan pemupukan secara mekanis dengan fertilizer spreader harus dilakukan pengujian alat terlebih dahulu dan kalibrasi dosis pupuk sesuai dengan dosis yang digunakan, agar kegiatan pemupukan dapat berjalan dengan baik. Aplikasi pemupukan yang dilakukan menghasilkan mutu yang lebih baik karena sebaran pupuknya lebih seragam dan merata di semua tempat, hal tersebut akan memungkinkan untuk tudung akar lebih leluasa dalam menyerap unsur hara. Pupuk yang disebar semuanya tidak ada yang berbentuk bongkahan karena semuanya sudah melewati proses penyaringan, hal tersebut akan mengakibatkan tanaman lebih efektif lagi dalam penyerapan unsur hara.

Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat beberapa hal yang menghambat sebelum pelaksanaan kegiatan pemupukan dengan fertilizer spreader. Beberapa hambatan tersebut, yaitu masih terdapat beberapa jalan pikul yang dipisahkan oleh parit, sehingga menyulitkan traktor untuk mencapai jalur tersebut. Ada beberapa blok yang jalan pikulnya tidak terlihat karena tertutup oleh gulma yang sangat rapat, terutama pada daerah yang berada di tengah blok. Banyak pohon sawit yang berada di daerah rendahan, sehingga pada saat musim hujan akan tergenang/terendam air. Pohon yang terendam pada saat aplikasi tidak boleh dipupuk, pohon tersebut dipupuk apabila genangannya sudah surut, sehingga aplikasi pemupukan dilakukan dengan manual dan dilakukan keesokan harinya untuk memupuk beberapa pohon yang tergenang. Pemupukan secara manual. Pemupukan secara manual dilakukan pada daerah bergelombang atau rolling dan pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Organisasi pemupukan terdiri atas penguntil pupuk, pelansir, penabur, pengumpul karung, dan mandor untuk mengawasi dan mengarahkan jalannnya pemupukan. Peralatan yang digunakan untuk pemupukan secara manual adalah ember plastik, kain untuk menggendong, dan takaran. (1) Penguntilan pupuk Penguntilan pupuk dilakukan di gudang afdeling dan dilakukan sehari sebelum kegiatan pemupukan dilaksanakan. Sistem penguntilan pupuk yang dilaksanakan yaitu dari setiap satu sak pupuk yang beratnya rata-rata 50 kg diuntil menjadi dua bagian sama banyak yaitu setiap until 25 kg. Keterampilan tenaga kerja penguntil sangat diperlukan karena tidak menggunakan alat takar until. Dari hasil pengamatan penulis terhadap penimbangan sampel untilan, maka diperoleh bahwa kegiatan penguntilan mempunyai rata-rata ketepatan 93.5 % per karung untilan pupuk. Ketersediaan karung sangat penting dalam penguntilan karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan penguntilan pupuk selain dosis/untilan dan tenaga kerja. (2) Pengangkutan dan pengeceran pupuk Untilan pupuk yang telah disiapkan diangkut ke blok-blok yang akan dipupuk dengan menggunakan truk. Selanjutnya pengeceran pupuk dilakukan dengan kendaraan sepeda motor yang menggunakan keranjang, jika jarak blok yang akan dipupuk dari gudang tidak terlalu jauh

atau kondisi infrastruktur jalan yang kurang memadai. Kendaraan pengangkut pupuk dari gudang ke lapangan harus sudah dipastikan kesiapannya sehari sebelum kegiatan pemupukan. Pengangkutan dan pengeceran pupuk dilakukan setelah apel pagi. Pengeceran pupuk dilakukan sesuai dengan instruksi dari mandor. (3) Pelangsiran dan penaburan pupuk Untilan pupuk yang telah tersebar di lapangan atau di pinggir jalan lalu dilansir oleh beberapa orang ke penabur pupuk seperti pada Gambar 8. Cara tersebut cukup efisien dari segi waktu karena penabur tidak perlu membawa untilan tersebut, cukup hanya memanggil pelansir. Pemupukan sudah menggunakan alat takar yang telah dikalibrasi dengan tepat. Dengan demikian unsur hara yang didapat masing-masing pohon bisa sesuai dengan rekomendasi dosis per pohon. Alat tabur yang digunakan adalah mangkok dan gelas plastik. Gambar 8. Pelansiran Untilan Pupuk ke Dalam Blok Penaburan pupuk harus dilakukan secara merata dan tipis serta ditaburkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan seperti rumpukan pelepah dan bibir piringan. Mandor pupuk bertugas mengawasi kerja penabur pupuk, memastikan bahwa penabur menggunakan takaran yang telah dikalibrasi dan semua pokok terpupuk dengan dosis yang sama. Sistem pemupukan yang diterapkan adalah sistem pemupukan tunggal. Sistem pemupukan tunggal yaitu setiap afdeling yang memupuk tidak boleh ada pekerjaan lain selain kegiatan pemupukan. (4) Pengumpulan karung bekas untilan pupuk Karung bekas pupuk digulung setiap 10 lembar karung. Kegiatan tersebut berfungsi sebagai kontrol jumlah pupuk yang dibawa ke lapangan, selain itu juga untuk pemeriksaan apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada pupuk yang hilang. Kemudian karung bekas pupuk tersebut diletakkan di gudang dan ditata rapi. Karung bekas pupuk tersebut biasa digunakan untuk membuat tapak kuda pada areal-areal miring (meminimalisir erosi dan pencucian pupuk), sebagai tempat batu (pada perbaikan jalan), maupun sebagai alas brondolan buah sawit pada TPH. Efisiensi Aplikasi Pemupukan Mekanis dan Pemupukan Manual Dari hasil pengamatan di lapangan aplikasi pemupukan dengan fertilizer spreader memiliki sebaran pupuk yang merata dan seragam. Pada pemupukan manual seringkali masih ada pupuk

yang ditabur dalam bentuk bongkahan, sedangkan dengan fertilizer spreader tidak ada yang berbentuk bongkahan kerena semuanya sudah melewati proses penyaringan. Hal ini akan mengakibatkan tanaman lebih efektif lagi dalam menyerap unsur hara. Losses atau kehilangan hara pada pemupukan manual lebih besar dibandingkan dengan pemupukan fertilizer spreader, karena pada pemupukan manual digunakan tenaga kerja yang cukup banyak sekitar 15 - 25 orang setiap satu kali pemupukan. Sedangkan kebutuhan tenaga kerja dalam pemupukan mekanis lebih sedikit hanya membutuhkan 3 orang yaitu 1 orang sebagai operator traktor dan 2 orang sebagai helper pada fertilizer spreader. Helper bertugas untuk memasukkan pupuk ke dalam hopper yang berfungsi sebagai tempat penampung pupuk. Pemupukan mekanis dengan fertilizer spreader membutuhkan biaya investasi yang lebih besar dari pemupukan manual yaitu untuk pembelian traktor dan fertilizer spreader, hanya dapat diterapkan pada areal datar sampai landai dengan kemiringan lereng 0.50, serta terjadi pemadatan tanah pada jalan pikul yang dilewati fertilizer spreader. Selain itu juga pertumbuhan gulma dan kompetisi penyerapan hara dengan gulma lebih terjadi dibandingkan dengan pemupukan manual, karena pada pemupukan yang menggunakan Fertilizer spreader pupuk yang disebar lebih merata ke semua permukaan tanah yang memungkinkan gulma yang hidup di sana akan lebih cepat untuk hidup. Efisiensi pemupukan berdasarkan cara aplikasinya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perbandingan Efisiensi Pemupukan Manual dan Fertilizer Spreader Uraian Prestasi kerja Investasi Tenaga kerja Kualitas aplikasi Pengawasan Distribusi Kehilangan hara Pertumbuhan gulma Kompetisi penyerapan hara dengan gulma Pemadatan tanah Areal aplikasi Optimalisasi Manual 1.58 ha/HK Kecil Banyak Kurang terjamin Intensif Tidak merata Terjadi/ada Normal Terjadi Tidak terjadi Tidak terbatas Resiko tinggi Fertilizer Spreader 6.4 ha/HK Besar Sedikit Terjamin/seragam Tidak intensif Merata Terjadi/ada Lebih cepat Lebih terjadi Terjadi Kemiringan 0-50 Resiko minimum

Keefektifan Pemupukan Pekerjaan pemupukan dinyatakan berhasil dengan baik (tuntas) apabila pemupukan dilaksanakan secara blok ke blok yang artinya semua blok terpupuk dengan dosis yang sesuai. Tidak ada pemupukan yang dilakukan pada suatu blok dalam keadaan tidak tuntas (selesai), kecuali terjadi hujan besar secara tiba-tiba. Pemupukan yang dilakukan juga harus sesuai dengan prinsip 5 T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat tempat agar keefektifan pemupukan dapat tercapai. Tepat jenis. Jenis pupuk yang diaplikasikan pada pemupukan di Afdeling Viktor Kebun Radang Seko Banjar Balam ditetapkan berdasarkan rekomendasi Function Tanaman, PT Astra Agro Lestari Tbk. Jenis pupuk yang digunakan telah sesuai dengan kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk tunggal dan pupuk campuran. Pupuk tunggal yang digunakan yaitu MOP untuk memenuhi kebutuhan unsur K, Rock Phosphate (RP) untuk memenuhi unsur P, Dolomite dan Kieserite untuk memenuhi kebutuhan unsur Mg, dan Urea untuk memenuhi kebutuhan unsur N. Pupuk campuran yang digunakan yaitu NPK 12-12-17. Nitrogen merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman, pembentukan protein, sintesis klorofil, membantu proses metabolisme, dan pada tanaman muda diperlukan untuk menunjang agar saat TM batangnya sehat dan kuat. Gejala defisiensi N umumnya dijumpai pada tanaman di tanah mineral, antara lain daun pada pelepah tua berwarna hijau pucat sampai kuning. Fosfor merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk energi pada proses asimilasi, mendorong pembentukan perakaran pada awal pertumbuhan tanaman, dan meningkatkan daya absorbsi hara dari dalam tanah. Gejala defisiensi P yaitu tanaman tumbuh kerdil dengan pelepah yang pendek, tajuk berbentuk piramida terbalik, dan batang yang meruncing. Kalium merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk membantu proses fotosintesis pada daun dan metabolisme tanaman, menjaga keseimbangan Mg dalam tanaman, penting dalam menentukan jumlah dan pembentukan ukuran janjangan, serta penting dalam ketahanan tanaman dalam serangan penyakit. Gejalah defisiensi K yaitu pelepah daun tua pada bagian bawah berwarna kuningtua kecokelatan dan berbintik orange (orange spot).

Magnesium merupakan unsur hara penting yang dalam penyusunan klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis. Gejala defisiensi Mg yaitu tampak dari helai daun tua sebagian menguning dan sebagian lagi tetap berwarna hijau. Daun tampak berwarna kuning khususnya jika terkena sinar matahari. Tepat dosis. Setiap pupuk yang diaplikasikan harus diupayakan dapat diserap tanaman secara maksimal. Oleh karena itu perlu ditetapkan dosis yang tepat untuk masing-masing tanaman. Apabila dosis pemupukannya kurang, tanaman tidak dapat tumbuh sesuai harapan, demikian juga apabila dosisnya berlebihan. Dosis adalah jumlah satuan pupuk (biasanya dalam gram atau kilogram) yang diberikan pada pohon kelapa sawit pada tiap aplikasi.Dosis aplikasi pupuk di kebun PT TPP ditetapkan oleh bagian riset dan development (R & D) berdasarkan hasil proses analisis tanah, analisis daun, analisis produksi per blok, dan pemeriksaan visual tiap tahun. Penulis hanya mengamati ketepatan dosis pupuk NPK pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan dosis 500 gram per pohon. Penulis mengambil 30 sampel ember dari 3 orang pemupuk (tiap orang 10 sampel ember). Setiap kali jalan pemupuk membawa ember yang berisi pupuk 12 kg. Standar perusahaan yaitu 24 pohon per ember. Tepat waktu. Penaburan pupuk NPK dilakukan pada awal musim hujan dengan kisaran curah hujan 100 200 mm/bulan, sedangkan penaburan pupuk RP, MOP, Borate, dan Kieserit dapat dilakukan kapan saja tidak bergantung pada musim. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun yaitu pada semester satu (Januari Juni) dan semester dua (Juli Desember). Salah satu faktor yang berpengaruh penting dalam keefektifan pemupukan adalah curah hujan. Hal tersebut sangat menentukan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan (volatilisasi), pencucian (leaching), aliran permukaan (run off) dan erosi. Waktu yang tepat untuk pemupukan adalah pada awal dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan saat curah hujan rendah, tidak pada musim kemarau (CH < 75 mm) dan curah hujan tinggi (CH > 250 mm). Jika pemupukan dilakukan pada bulan dengan curah hujan tinggi, akan menyebabkan terjadinya pencucian. Jika pemupukan dilakukan pada bulan dengan curah hujan yang rendah, maka tanaman tidak mampu mengabsorbsi unsur hara. Hasil pengamatan penulis selama magang di perusahaan ini, pelaksanaan pemupukan sudah sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang telah ditetapkan perusahaan. Waktu pelaksanaan pemupukan tersebut dapat berubah, bergantung pada ketersediaan jumlah pupuk di gudang dan ketepatan waktu datangnya pupuk ke gudang.

Tepat cara dan tepat tempat. Cara aplikasi pupuk sebagian besar sudah tepat yaitu dengan cara ditebar secara merata pada piringan pohon, pupuk tidak menggumpal karena dilakukan penguntilan terlebih dahulu. Jika di lapangan masih ditemukan pupuk yang menggumpal maka sebelum ditabur, pupuk tersebut dihancurkan terlebih dahulu oleh pelansir pupuk. Penempatan pupuk dilakukan dengan mempertimbangkan penyebaran akar tanaman yang aktif menyerap unsur hara dalam tanah (1 - 1.5 meter dari pohon). Pengamatan ketepatan cara dilakukan oleh penulis dengan mengambil 30 sampel tanaman dari 3 orang pemupuk (masing-masing 10 sampel tanaman). Penulis hanya mengamati ketepatan cara pada pemupukan NPK di Blok 5, dengan menghitung rata-rata jarak pupuk yang ditabur dari pokok kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan (150 cm). Kehilangan Pupuk Kehilangan pupuk dapat terjadi mulai dari penerimaan pupuk di gudang, penguntilan pupuk, pemuatan untilan ke kendaraan untuk mengecer, pengeceran untilan ke lapangan, serta penuangan pupuk ke ember dan penaburan pupuk, 52

walaupun kehilangannya pada setiap tahap tersebut sangat sedikit. Kehilangan pupuk tersebut akan menimbulkan kerugian dalam hal biaya serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada saat penguntilan, kehilangan pupuk sering terjadi akibat penggunaan karung yang tidak layak untuk penguntilan dan pengikatan untilan yang tidak kuat (bocor). Pada saat pemuatan untilan ke kendaraan juga terjadi kehilangan pupuk. Karyawan pemuat umumnya melemparkan untilan ke dalam kendaraan sehingga sering menyebabkan karung untilan tersebut bocor lalu pupuknya tercecer. Pada saat pengeceran pupuk, kehilangan pupuk terjadi saat untilan dari kendaraan dilemparkan ke tepi jalan. Lemparan tersebut dapat menyebabkan terbukanya ikatan untilan dan pecahnya karung sehingga pupuk tercecer. Kehilangan pupuk tersebut dapat diminimalisir dengan adanya kontrol mandor terhadap karyawan untuk mengikat untilan dengan kuat, penggunaan karung yang tidak bocor, pemuatan dan pengeceran untilan pupuk dengan hati-hati, serta penuangan pupuk ke ember harus hati-hati. Faktor Penunjang dan Hambatan Pelaksanaan Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi status pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produksi TBS. Oleh karena itu pelaksanaan pemupukan di lapangan harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu. Faktor penunjang kegiatan pemupukan di lapangan antara lain: (1) perencanaan yang dilakukan dengan cermat yaitu penentuan rekomendasi pupuk, jenis pupuk dan penyediaan pupuk yang cukup dan tepat waktu; (2) organisasi kerja yang meliputi tenaga kerja dan trasportasi; (3) kontrol dan pengawasan. Kontrol terhadap pekerjaan pemupukan harus dilaksanakan secara seksama guna menghindari terjadinya kesalahan aplikasi di lapangan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, banyak sekali permasalahan yang ditemui selama kegiatan pemupukan. Permasalahan tersebut antara lain kesulitan dalam penentuan jumlah kebutuhan pupuk secara tepat disebabkan jumlah pohon saat penentuan rekomendasi yang berdasarkan tegakan perhektar (SPH) berbeda dengan jumlah dan kondisi pohon yang ada di lapangan, sehingga perlu diadakan sensus pohon secara rutin untuk menentukan jumlah tanaman dan keadaan blok. Ketidaksiapan lapangan untuk dilaksanakannya pemupukan, yaitu piringan belum siap dipupuk karena gulma belum dikendalikan; hambatan karena hujan lebat, sehingga blok yang akan

dipupuk menjadi banjir dan jalan rusak; kesalahan yang dilakukan tenaga kerja pada saat berlangsungnya kegiatan pemupukan di lapangan, antara lain masih adanya beberapa pohon yang belum dipupuk, penaburan pupuk di piringan yang tidak sesuai dengan standar perusahaan. Ada beberapa hal yang sering menjadi kendala dan penghambat dalam pelaksanaan pemupukan antara lain karena kondisi infrastruktur yang kurang baik, seperti jalan rusak sehingga kendaraan yang digunakan untuk pengeceran pupuk mengalami kesulitan melalui jalan tersebut. Hambatan juga terjadi karena topografi areal/blok yang bergelombang, areal/blok yang berawa-rawa, serta jumlah titi panen yang kurang dan tidak layak juga menjadi kendala bagi para penabur untuk masuk ke dalam blok.54 Hal yang menjadi kendala di atas perlu mendapat perhatian khusus karena dapat menimbulkan kerugian dan mempengaruhi keefektifan pemupukan. Misalnya pemupukan akan membutuhkan waktu yang lama, ada tanaman yang belum mendapatkan pupuk, dan kehilangan pupuk karena tercecer.

You might also like