You are on page 1of 9

Kamis, 09 Oktober 2008

BUDIDAYA MARKISA
BUDIDAYA MARKISA; Pemangkasan Perbanyak Hasil Panen 12/09/2008 08:50:27 Kedaulatan Rakyat, BUAH markisa mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, karena dapat dijadikan minuman segar yang menyehatkan. Sari buahnya sehat dikonsumsi segala usia, karena mengandung vitamin C dan antioksidan. Markisa unggu (Passiflora edulis) cocok ditanam di dataran tinggi dan markisa kuning (Passiflora flavicarva) di dataran rendah. Sedangkan di pulau Sumatera dikenal markisa jenis Passiflora edulis forma flavicarva yang rasanya manis. Menanam markisa tidaklah sulit. Perawatannya mudah. Kita bisa menanamnya di lahan kosong. Misalnya di halaman depan atau belakang rumah, jelas Vlorianus Ventures Gani (42), yang biasa dipanggil Ventus, pembudidaya buah markisa di Dusun Tebanan, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Markisa berdaun lebar, batangnya kecil, langsing dan panjang. Hidupnya merambat dengan bantuan sulur berbentuk spiral. Sedangkan bunganya hermafrodit (berkelamin dua) dan baunya harum. Penyerbukannya silang dengan atau tanpa bantuan lebah madu. Tanaman markisa termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kondisi lahan yang basah. Bibitnya dapat mengunakan biji atau stek batang, yang sebaiknya disemaikan dahulu. Dipindahkan setelah tingginya lebih dari 0,5 meter atau sudah berdaun 3-4 helai, papar Ventus. Lahan yang akan digunakan sebaiknya terbuka, dicangkul untuk menghilangkan gulma dan alang-alang. Selanjutnya dibuat lubang berukuran 40 cm X 40 cm, kedalamannya 30-40 cm. Lalu diberi pupuk kandang kira-kira 10 kg. Jarak tanam antar pohon berkisar 2 kali 5 meter. Waktu penanaman paling baik dilakukan menjelang musim kemarau. Sebab biasanya bunganya cepat keluar, kira-kira enam bulan. Kalau di tanam menjelang musim hujan, bunga akan keluar menjelang bulan ke sepuluh hingga 12, kata Ventus. Tanaman markisa dapat dirambatkan pada pohon hidup atau kayu Gliricidia. Markisa yang dirambatkan dengan sistem pagar produksinya lebih tinggi. Untuk menjalarkan batang markisa, digunakan kawat yang dibentangkan mendatar seperti pada perambatan tanaman anggur. Pemeliharaannya dengan pemberian pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 25-100 g per tanaman, tergantung umurnya. Setelah bibit yang ditanam di sepanjang pagar (jarak 2-3 m) mencapai bentangan kawat terbawah, ujung bibit segera dipangkas. Dipilih tiga tunas yang kekar. Dua tunas dijalarkan pada bentangan kawat terbawah dan satu lagi dibiarkan tumbuh mencapai bentangan kawat di atasnya. Diposkan oleh Resep Tosasan di 02:14 Label: MARKISA

ASPEK PRODUKSI BUDIDAYA MARKISA


Januari 23, 2008 oleh plantus karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di | tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS BERKUALITAS IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain MANAJEMEN AKUNTANSI ILMU KOMUNIKASI ILMU PEMERINTAHAN
022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

BUDIDAYA TANAMANPASCA PANEN Tanaman markisa (passifloraceae) berasal dari Amerika Selatan yang beriklim tropis. Saat ini terdapat lebih dari 400 spesies yang mana dari jumlah tersebut sekurang-kurangnya 50 diantaranya dapat dikonsumsi buahnya. Diantara spesies tersebut yang banyak dibudidayakan secara komersial adalah markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims) dan markisa kuning (Passiflora edulis f. flavicarpa Degner). Nama lain buah markisa di luar negeri adalah passion fruit, granadilla, purple granadilla, yellow granadilla fruit atau meracuja. Jenis tanaman markisa yang dimaksud dalam lending model ini adalah markisa asam untuk industri yaitu markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims) 1. Lokasi Tanaman markisa merupakan tanaman subtropis, sehingga jika ditanam di Indonesia harus di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian antara 800 1.500 m dpl dengan curah hujan minimal 1.200 mm per tahun, kelembaban nisbi antara 80 90%, suhu lingkungan antara 20 30oC, tidak banyak angin. 2. Tanah Tanaman markisa dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, terutama pada yang gembur, mempunyai cukup bahan organik, mempunyai pH antara 6,5 7,5 dan berdrainase baik. Jika tanah tersebut masam, maka perlu ditambahkan kapur pertanian (dolomit). Pada umumnya lokasi yang sesuai untuk tanaman markisa adalah dataran tinggi, sehingga kondisi lahannya banyak yang berlereng. Sebaiknya kemiringan lahan tidak lebih dari 15%, jika lebih harus dibuat terasering untuk memudahkan pemeliharaan tanaman. 3. Pembibitan Tanaman jenis tanaman yang umum dibudidayakan oleh petani adalah jenis markisa ungu (edulis), tetapi jenis ini mempunyai batang yang kecil, perakaran yang dangkal dan tidak tahan terhadap nematoda. Kemudian ada jenis lain, markisa kuning (flavicarpa) yang mempunyai batang yang cukup besar, perakaran yang dalam, tahan terhadap nematoda, tetapi buahnya kurang disukai karena rasanya lebih asam dan sari buahnya sedikit. Oleh karena itu telah dikembangkan teknik sambungan antara markisa ungu sebagai batang atas dan markisa kuning sebagai batang bawah. Teknik sambungan tersebut telah dikembangkan di Sulawesi Selatan dan ternyata hasilnya cukup memuaskan.

Dalam model kelayakan usaha budidaya markisa ini disarankan agar plasma menanam markisa dengan bibit sambungan dan untuk semua besaran teknis yang diberikan berikut ini, ditunjukkan untuk budidaya tanaman markisa. 4. Pengolahan Tanah Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan pengolahan tanah, yaitu kegiatan mulai dari land clearing sampai lahan siap tanam. Untuk kegiatan tersebut diperlukan tenaga kerja sekitar 95 HOK per ha. Selanjutnya di buat lubang tanaman dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm. Untuk pembuatan lubang tersebut 1 HOK dapat menyelesaikan 30 lubang perhari. 5. Penanaman Jarak tanam yang digunakan adalah 2 x 5 m, yaitu 2 m jarak antara baris tanaman dan 5 m jarak antar tanaman. Dengan demikian jumlah tanamannya adalah 1.000 pohon per ha. Tanaman markisa adalah tanaman merambat, untuk itu perlu dibuatkan tiang rambatan. Tiang rambatan dapat dibuat dari pohon hidup, misalnya lamtoro, tonggak kayu atau bambu. Cara rambatan lain dengan menggunakan kawat yaitu diantara dua tiang disambungkan sebuah kawat rambatan yang berdiameter berkisar 3 mm. Sesuai hasil penellitian yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Hortikultura Berastagi, penggunaan tiang rambatan dengan pucuk bambu (tanpa kawat) memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman markisa serta jumlah buah dan berat buah per pohon dibandingkan dengan tiang rambatan dengan penggunaan kawat (sistem para-para tiang jemuran dan sistem memakai kawat). 6. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan interval 3 kali per tahun pada bulan November s/d Mei. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk makro, yaitu urea dengan dosis 800 900 gram/pohon/tahun, TSP yaitu 60 120 gram/pohon/tahun dan KCl dengan dosis 800 1.200 gram/pohon per tahun, tergantung dari umur tanaman. Untuk tanah yang masam sebaiknya diberi dolomit dengan dosis 200 500 gram per pohon per tahun. Selain itu diperlukan juga pupuk organik yang diberikan dengan dosis 40 kg per pohon per tahun. Pupuk organik biasanya di berikan sebagai pupuk dasar diberikan sebagai pupuk dasar. Kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan tersebut adalah 8 12 HOK per ha per tahun, untuk pemupukan. 7. Plant Maintenance Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah kegiatan penyiangan, pengairan dan pemangkasan tanaman. Penyiangan tanaman dilakukan secara berkala untuk menggemburkan tanah dan mencabut rumput yang ada disekitar tanaman. Pembersihan air secara teratur pada tanaman sangat dianjurkan, terutama pada saat tanaman berbunga dan berbuah. Kebutuhan air akan meningkat pada saat mendekati pemasakan buah. Jika pada saat buah itu tanaman kekurangan air, buah akan berkerut dan jatuh sebelum masak. Pemangkasan tanaman diperlukan untuk menumbuhkan tunas-tunas baru tempat dimana bunga akan muncul. Kegiatan ini dilakukan segera setelah selesai panen. Kebutuhan tenaga kerja untuk perawatan tanaman diperkirakan antara 15 18 HOK per ha per tahun tergantung dari umur tanaman. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN Tanaman markisa sangat rentan terhadap nematoda, khususnya yang jenis ungu (edulis), sedangkan yang kuning (flavicarpa) cukup resisten. Serangan nemotoda akan mempercepat kematian tanaman. Selain nematoda, beberapa jenis penyakit seperti Fusarium Wilt (Fisarium oxysporum f. sp. Passiflrae). Phytophthora Blight (Phytopthora nicotianae) dan bercak coklat

(Alternaria passiflorse) serta hama bekicot yang dapat berkembang baik di daerah dingin, juga menyerang tanaman ini. Beberapa jenis pestisida yang banyak digunakan antara lain adalah insektisida : Perfekthion 400 EC, Tiodan 35 EC dan Rhocap 10 G, fungisida : Dithane M 45 dan Vitigran Blue serta nemotocida : Nemacur 400 R. Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan kondisi serangan hama penyakit, namun demikian secara normal diperkirakan antara 20 25 HOK per ha per tahun. PANEN DAN PASCA PANEN 1. Panen Tanaman markisa yang berasal dari buah mulai berbuah setelah berumur 9 10 bulan, sedangkan yang berasal dari stek, mulai berbuah lebih awal, yaitu sekitar 7 bulan. Warna buah yang pada mulanya berwarna hijau muda, akan berubah menjadi ungu tua (edulis) atau kuning (flavicarpa) ketika masak. Sejak pembungaan diperlukan waktu 70 80 hari untuk menjadi buah masak. Buah yang masak akan terlepas dengan sendirinya dari tangkainya dan jatuh di atas tanah. Untuk mendapatkan kualitas sari buah yang baik, buah markisa harus dipanen minimal 75% tingkat kematangan Sari buah markisa ungu mempunyai rasa lebih manis dan beraroma lebih kuat dari pada markisa kuning. Kandungan karbohidrat dan asam-asam organik kedua jenis markisa tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Produksi markisa ungu dari perkebunan rakyat bervariasi antara 5 10 ton ha per tahun, padahal produksi tersebut dapat ditingkatkan sampai 15 ton per ha per tahun. Dengan menggunakan sambung pucuk antara markisa kuning sebagai batang bawah dan markisa ungu sebagai batang atas, produksi markisa diharapkan akan meningkat antara 20 30 ton per ha per tahun Tabel 3. Kandungan Karbohidrat Dan Asam-Asam Organik Markisa Ungu dan Kuning. Component A. Karbohidrat (%) Fructosa Glucosa Sucrosa B. Asam Organik(meq/100 gr) Asam Sitrat (citrit) Asam Malam (malic) Asam Laktat (Lactic) Asam Malonat (Malonic) Asam Susinat (Succinic) Asam Askorbat (Ascorbic) Markisa Ungu 33,5 37,1 29,4 13,1 3,86 7,49 4,95 2,42 0,05 Kuning 29,4 38,1 32,4 55,0 10,55 0,58 0,13 Trace 0,06

Sumber : 1. Jagtiani, J H.T Chan Jr and W.S Sakai 1988. Tropical Fruit Processing. Academic Press. Inc San Diego, California, USA. 2. Ashurst, P. R 1995 Food Flavourings Blackie Academic & Professional. Bishopbriggs, Glascow, UK. 2. Pasca Panen Perlakuan pasca panen buah markisa yang akan dijual sebagai buah segar atau sari buah berbeda. Buah markisa termasuk buah klimaterik, untuk itu jika buah tersebut akan dijual sebagai buah segar, sebaiknya buah panen pada saat persentase warna ungu mencapai 50

70% dan disisakan tangkai buah 3 cm. Buah tersebut harus dijaga kenampakan kulit buahnya, yaitu tetap mulus, tidak berkeriput. Buah markisa dapat disimpan selama 4 5 minggu pada suhu 70C dan kelembaban nisbi 85 95% tanpa merusak kualitasnya. Pada umumnya dalam 1kg markisa terdapat 20 25 buah. Untuk mengekspor buah segar, grading buah didasarkan pada diameter buah, yaitu : Ukuran kecil : 48 buah per 3,5 kg dengan diameter 50 mm Ukuran sedang : 36 buah per 3,5 kg dengan diameter 65 mm Ukuran besar : 24 buah per 3,5 kg dengan diameter 80 mm Ukuran menghasilkan sari buah markisa yang berkualitas baik, buah harus dipanen masak. Buah sebaiknya dipanen minimal pada saat kematangan mencapai 75% akan lebih baik jika buah dipanen masak, tetapi buah yang dipanen masak yaitu tang telah jatuh dari tangkainya akan cepat mengalami penurunan kadar air, sehingga kulitnya menjadi keriput. Namun demikian kondisi sari buahnya tetap tidak berubah. Dari 100 kg buah dapat dihasilkan sekitar 40 kg sari buah yang masih berbiji (pulp) atau 30 kg sari buah. Pengolahan sari buah markisa cukup sederhana, sehingga dapat dilakukan oleh home industry. Tetapi untuk tujuan ekspor, industri markisa harus dapat menjaga kualitas dan hiegenis bahan. Hal ini belum dapat dilakukan oleh home industry. Ekspor yang dilakukan di Sulawesi Selatan adalah dalam bentuk sari buah yang masih tercampur buahnya (pulp). Proses ini cukup sederhana, yaitu buah markisa di belah dua, disendok pulp nya kemudian dimasukkan ke dalam plastik atau wadah tertentu dan langsung dibekukan (block quick freeze), kemudian di simpan di dalam cold storage selama menunggu pengapalan untuk diekspor.

Membuat Sari Buah Markisa

oleh : anin
Pengarang : Buletin Teknopro Hortikultura (Edisi 70, 2004)

Summary rating: 3 stars (24 Tinjauan) Kunjungan : 2260 kata:600

More About : budidaya buah markisa

Tanaman markisa berasal dari Brasil, yang menyebar sampai ke Indonesia. Di negara asalnya Markisa tumbuh liar dihutan-hutan basah yang mempunyai ratusan Species Passiflora. Di Indonesia, markisa terutama ditemukan di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung dan Sulawesi Selatan. Empat jenis markisa yang dibudidayakan di Indonesia adalah markisa ungu ( Passiflora edulis var. edulis), markisa konyal (Passiflora lingularis ), markisa kuning (Passiflora edulis var. flavicarpa) dan markisa erbis (Passiflora quadrangularis). Markisa ungu banyak dikembangkan di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Buah markisa kaya vitamin khususnya vitamin C dan vitamin A. Passiflorance yang dikandungnya berkhasiat untuk mengendorkan urat syaraf. Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, daging buah ini juga bisa diolah menjadi sari buah. Sari buah adalah cairan yang diperoleh dengan memeras buah, baik disaring ataupun tidak, yang tidak mengalami fermentasi dan dimaksudkan untuk minuman segar yang langsung diminum. Sari buah markisa memiliki aroma yang keras dan khas dengan rasa yang asam. Jika ditambah pemanis (gula) dan diencerkan maka rasanya akan sangat enak dan cocok untuk dicampur dengan sari buah lainnya. Cara pembuatan sari buah markisa adalah sebagai berikut:
;

Pilih buah markisa yang matang dan tidak cacat, cuci bersih dan tiriskan. Potong buah dengan pisau stainless steel, lalu kerok isinya dengan sendok.

Hancurkan isi buah dengan mixer, lalu disaring dengan kain saring kasar (yang berlubang-lubang besar).

Hasil saringan diblender untuk menghaluskan partikel-partikel dan serat buah, kemudian disaring kembali dengan kain saring halus. Pada tahapan diatas, dapat ditambahkan air matang (air yang telah direbus) untuk mengencerkan sari buah. Jumlah air seitar 3 x berat hancuran buah. Air yang terlalu banyak menyebabkan sari buah encer dan flavor markisa menjadi lemah. Tambahkan gula pasir, CMC, dan Na benzoat kedalam sari buah, lalu diaduk rata. Panaskan sari buah hingga mencapai suhu 800C 850C selama 10 menit.

Tuangkan ke dalam wadah (botol) dalam kondisi panas, botol yang telah diisi langsung ditutup dalam kondisi panas. Botol yang telah berisi sari buah markisa kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 30 menit. Setelah pemanasan selesai, botol diangkat dan didinginkan.

Diterbitkan di: April 25, 2008 Mohon ringkasan ini dinilai :12345 Nilai : 1 2 3 4 5

More About : budidaya buah markisa

Markisa berpotensi meraup keuntungan oleh : Martin Sihombing Potensi usaha budi daya markisa menjanjikan keuntungan yang menggembirakan. Pasalnya, kini, pasar masih belum mampu memperoleh pasokan sebanyak yang diinginkan. Padahal, sari buah dari komoditas markisa, pun termasuk salah satu sari buah tropis yang semakin meningkat popularitasnya di negara-negara Barat karena rasa dan aromanya yang khas. Pada umumnya, sari buah markisa digunakan sebagai bahan campuran dengan sari buah lainnya. Hingga saat ini, masih banyak negara yang dikategorikan pengimpor markisa. Negara-negara pengimpor buah dan sari buah itu a.l. Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Prancis, Inggris, Brasil, Cile, Argentina, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Australia, Arab Saudi, Kuwait dan Bahrain. Permintaan sari buah markisa untuk concentrated juice di Amerika Serikat dan Puerto Rico diperkirakan1.000 ton per tahun. Untuk negara-negara Eropa permintaan buah markisa diperkirakan 100-150 ton per tahun dan permintaan tersebut cenderung meningkat pada Desember. Menurut Bank Indonesia, negara pengekspor sari buah markisa terbesar di Eropa adalah Belanda dan Jerman. Pasar markisa di negara-negara Asia belum berkembang, namun demikian untuk Jepang, Taiwan dan Korea Selatan, pasar produk ini mulai berkembang. Arab Saudi, Kuwait dan Bahrain terus mengimpor buah markisa dari Kenya dan Australia. Harga buah markisa di Bahrain berkisar antara 2.00-2.50 dinar per kg, sedangkan di Arab Saudi harganya berkisar antara 20-30 rial per kg. Di Amerika Selatan, Brasil, Cile dan Argentina merupakan pasar sari buah markisa yang sedang berkembang. Brasil dari negara pengekspor markisa telah menjadi negara pengimpor sari buah markisa dengan

kebutuhan antara 500-1.000 ton per tahun, dan saat ini Brasil merupakan negara konsumen buah dan sari buah markisa terbesar di dunia. Tapi kenapa, seperti yang terjadi di Sumatra Utara, sejumlah pabrik sirup yang beroperasi di Sumatra Utara, setiap tahun masih saja kesulitan mendapatkan pasokan bahan baku markisa akibat tidak adanya komoditas itu. Ketiadaan itu disebabkan rendahnya minat petani membudidayakan buah tersebut. Akibatnya, yah bisa dibayangkan. "Produksi markisa lokal hanya mampu memenuhi sekitar 30% dari kapasitas produksi dan pemasaran pabrik sirup markisa," kata M. Rajab, Marketing Manager PT Pyramid Unta, salah satu perusahaan minuman khusus sirup di Medan. Bisa jadi, pemicu persoalan itu, akibat kasus lama di mana pasar sari buah markisa yang acap kali tidak stabil. Jika pada 1991 harganya mencapai US$6.000 per ton, maka pada 1992, harga tersebut turun mencapai US$ 2.000 per ton. Hal ini disebabkan karena adanya kelebihan produksi di pasaran. Sejak itu, banyak produsen yang meninggalkan usahanya, sehingga pada 1994, harga pasaran sari buah meningkat kembali akibat berkurangnya produksi sampai US$6.000 dan bahkan pada Juli 1995, harga sari buah markisa dari Ekuador yang dijual di Brasil mencapai US$10.500 per ton. Namun demikian, pada tahun-tahun berikutnya harga sari buah markisa cenderung turun. Pada 1996, harganya berkisar antara US$4.000-US$ 5.000 per ton. Dari salah satu eksportir di Ujung Pandang didapatkan keterangan harga FOB pulp markisa yang diekspor ke Australia untuk pengiriman Februari 1999 mencapai US$1.250 per ton atau equivalent denganUS$5.000 per ton dalam bentuk concentrated juice. Akibatnya, untuk kasus Sumatra, sejak awal 1990-an, areal pertanaman buah markisa menurun drastis. Pasokan markisa yang sebelumnya mencapai 15-20 ton per minggu saat ini hanya tinggal satu hingga dua ton per minggu. Jumlah ini, kata Rajab, hanya mampu memenuhi sekitar 30% dari kebutuhan pabrik untuk menghasilkan sirup dengan kandungan sari yang sesuai dengan standar baku pembuatan sirup. Dia menambahkan selain dari Kabupaten Karo, sebelumnya pemasok markisa terbesar adalah Solok (Sumatra Barat) dan Aceh. Tapi, sejak awal 1990-an hingga saat ini produksi markisa dari kedua kawasan itu terhenti. Sementara, Kabupaten Karo juga sudah mulai meninggalkan markisa dan beralih menanam jeruk dan komoditas hortikultura lainnya. Kalaupun ada markisa, menurut dia, hanya dijadikan sebagai tanaman sampingan dan tidak mendapatkan perawatan maksimal, bahkan petani juga tidak mengikuti kriteria pascapanen yang baik, sehingga mutu buah markisa cenderung semakin turun. Permintaan pasar Padahal, pemasaran markisa, yang pada umumnya dalam bentuk sari buah, baik dalam bentuk single strength maupun frozen concentrate, pada 1994 dari Sulawesi Selatan pernah sampai diekspor ke Australia dalam bentuk pulp. Sedangkan untuk Sumatra Selatan, ekspor ke Malaysia dan Singapura dalam bentuk juice. Dan Indonesia terkenal sebagai salah satu negara produsen markisa di samping negara-negara di Amerika Selatan seperti Kolombia, Ekuador, Brazil, Argentina dan Peru. Kemudian ada juga beberapa negara dari benua Afrika seperti Kenya, Zimbabwe, Burundi dan Afrika Selatan. Sedangkan dari benua Asia dan Australia, produsen markisa adalah Australia, Selandia Baru, India, Malaysia, Thailand dan Filipina. Pemasaran utama dari produk ini adalah ke Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada), Eropa (Belanda, Jerman dan Inggris), Amerika Selatan (Brasil, Cili dan Argentina), Australia dan

beberapa negara Asia(Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Bahrain dan Kuwait). Untuk itu, kini mungkin saatnya untuk kembali menggeluti usaha budi daya markisa. Menurut Rajab, permintaan pasar kini cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, apalagi untuk hari-hari besar. "Jadi meskipun pasokan bahan baku kurang, produksi sirup tidak mungkin dikurangi." Akibatnya, para pengusaha melakukan berbagai terobosa. Caranya, kata Rajab, perusahaan semacam PT Pyramid Unta membagi produksi sirup menjadi beberapa grade yang dibedakan berdasarkan kadar sari markisa yang digunakan. "Super untuk sirup yang kadar markisanya paling banyak dan makin tinggi angkanya, kadar kandungan sarinya semakin sedikit," jelasnya. Hal ini, ujar Rajab, tertera pada kemasan sirup, sehingga konsumen bisa memilih berdasarkan seleranya dan makin sedikit kandungan sari markisanya harganya semakin rendah. Geliat ke arah bangkitnya usaha budi daya markisa, memang sudah mulai terlihat. Rajab mengemukakan meskipun kawasan yang sebelumnya merupakan pemasok terbesar markisa sudah tidak berproduksi dengan maksimal lagi, saat ini telah mulai bermunculan sentra-sentra markisa di Sumut. Lokasi budi daya markisa yang sudah mulai beroperasi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Langkat. Untuk Tapanuli Utara, jelasnya, petani dikoordinir oleh pemuka agama dalam membudidayakan markisa, perlakuan budi daya dan pascapanen lebih seragam, sehingga penyimpangan mutu dapat diminimalisir. Di Simalungun, kata dia, prospek pengembangan markisa juga tampak cerah, karena petani di daerah tersebut sudah mampu memenuhi kriteria mutu buah yang sesuai untuk diolah menjadi sirup."Bahkan yang menggembirakan di Langkat yang sebenarnya dataran rendah sudah pula mulai dikembangkan markisa." Namun, dibandingkan dengan permintaan yang membesar belakangan ini, upaya itu belumlah cukup. Masih terbuka peluang untuk yang lain masuk ke dalam usaha komoditas tersebut.

You might also like