You are on page 1of 7

4. Pengayakan dan Klasifikasi (Screening and Classification) 4.1.

Definisi Sizing Sizing adalah tindakan untuk mengelompokkan partikel menurut besar kecilnya ukuran, dan bila pengelompokan itu dilakukan dengan menggunakan ayakan, maka disebut screening. Umumnya, pengayakan sistem kering (dry-type screening) ditingkat industri mempunyai batas minimal 1mm. Untuk partikel halus dimana pengelompokan tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan ayakan, terdapat satu metode dengan memanfaatkan beda kecepatan pengendapan partikel di dalam media udara atau di dalam air. Cara ini disebut klasifikasi (classification). Pada klasifikasi, selain ukuran partikel, berat (atau berat jenis) juga merupakan faktor penentu. Pada kegiatan peremukan atau penggerusan, sizing yang dilakukan sebelum partikel diumpankan ke mesin peremuk/pengerus dapat meningkatkan efisiensi mesin. Selain itu, sizing merupakan aktivitas yang sangat penting dalam upaya penyeragaman ukuran untuk mendapatkan kelompok partikel dengan ukuran butir yang sesuai untuk tiap-tiap metode pemisahan/pengolahan mineral. Batubara juga terlebih dahulu dikelompokkan menjadi batubara kerakal dan batubara halus sebelum dijual. Selain itu, pengayakan (screening) dan klasifikasi (classification) dipakai juga dalam penanganan dan pengolahan air buangan/limbah. 4.2. Pengayakan (Screening) Screening adalah kegiatan pengelompokan partikel dengan melewatkannya melalui mata/lubang ayakan, sehingga terbagi menjadi kelompok yang lolos lubang ayakan dan tidak lolos lubang ayakan. Mata ayakan itu sendiri, dapat dibuat dari lempengan besi yang dilubangi dengan ukuran tertentu, atau dari kawat logam yang dianyam. Partikel yang lolos melewati mata ayakan disebut undersize product, sedangkan yang tertinggal di atas mata ayakan disebut oversize product. 4.2.1. Efisiensi Pengayakan Partikel-partikel dengan ukuran butir lebih besar dari mata ayakan, tentu akan tertinggal sebagai oversize product, sedangkan yang berukuran lebih kecil dari mata ayakan akan lolos sebagai undersize product. Namun pada kenyataanya, bila kita melakukan pengayakan dengan ayakan industri (industrial screen), maka selalu ada saja partikel berukuran kecil dalam jumlah yang cukup banyak bercampur dengan partikel berukuran besar dan tinggal sebagai oversize product. Hal ini terjadi karena mekanisme pengayakan bekerja terhadap kelompok partikel yang bersinggungan langsung dengan permukaan ayakan. Bila partikel yang diayak membentuk lapisan/ketebalan tertentu maka lapisan yang ada di atas tidak terkena mekanisme pengayakan tadi. Untuk meningkatkan efektifitas pemisahan melalui pengayakan, dilakukan upaya dengan memberikan getaran yang cukup pada permukaan ayakan. Selain itu, besarnya kandungan air juga berpengaruh terhadap penggumpalan dan kelengketan butiran partikel, sehingga untuk mengatasinya dilakukan pemanasan dan pengeringan terlebih dahulu, atau dengan mengaliri permukaan ayakan dengan listrik hingga panas, seperti pada ayakan yang disebut electric-heated screen. Selain dengan metode di atas, dijumpai pula metode wet screening (pengayakan basah) dengan menyemprotkan air ke atas batubara mentah yang diayak, atau dengan membuat tekanan di bawah ayakan lebih kecil dari yang di atas, atau juga dengan melewatkan udara ke permukaan ayakan. Untuk menghitung efisiensi pengayakan, salah satu caranya adalah dengan membandingkan berat undersize product hasil pengayakan sebenarnya terhadap berat undersize produk pada pengayakan sempurna atau ideal, kemudian hasilnya dinyatakan dalam %. Yang disebut pengayakan ideal adalah pengayakan dengan menggunakan ayakan uji atau ayakan baku (standard sieve atau test sieve), dengan lubang ayakan yang sama

besarnya, dan dalam waktu yang cukup lama. Sebagai contoh, bila seandainya dilakukan pengayakan ideal terhadap suatu kelompok partikel sebanyak 1 ton pada besar mata ayakan tertentu, dan didapat hasil 500kg, kemudian dengan pengayakan industri didapatkan hasil yang sebenarnya sebanyak 440kg, maka efisiensinya adalah 440/500 = 88%. Untuk ayakan industri, efisiensi ini harus memenuhi nilai 70~80%. 4.2.2. Ayakan Uji (Test Sieve) Untuk mengetahui distribusi ukuran partikel pada suatu kelompok partikel tertentu, dipakai ayakan uji (test sieve) atau ayakan baku (standard sieve). Ayakan baku ditetapkan sendiri-sendiri oleh tiap negara. Di Amerika Serikat, dahulu sering dipakai ayakan baku Tyler dengan ukuran yang dinyatakan dalam satuan inci. Sekarang ini pun, ayakan baku Tyler masing dipakai sebagai standard, namun telah diganti dengan sistem satuan meter (sistem SI). Di bidang sipil dan materi rangka bangunan, ditetapkan pula ayakan baku. Pada ayakan baku, lubang ayakan dibuat dari anyaman baja berbetuk bujur sangkar, sehingga besarnya lubang dinyatakan dengan panjang sisinya dalam mm atau mikron (m, 1/1000 mm). Ayakan baku terdiri dari sederet ayakan dengan lubang ayakan mulai yang besar hingga yang kecil. Untuk ayakan dengan ukuran satu tingkat lebih besar, sisi lubangnya menjadi lebih besar 21/2. Atau dengan kata lain, luas lubang akan menjadi menjadi 2 kalinya. Skala pada deret ayakan ini disebut dengan skala Rittinger, dan merupakan skala standard. Selain itu, terdapat pula skala Double Rittinger dengan rasio perbedaan panjang sisi lubang ayakan menjadi 21/4 kali. Pada contoh ini, maka sisi lubang ayakan adalah 1, 21/4, 22/4 (=21/2), 23/4, 24/4 (=2) berturut-turut menjadi besar. Hal ini sama dengan menyisipkan masing-masing satu ayakan pada deret 21/2 dan dengan demikian pengayakan dapat dilakukan dengan lebih teliti. Untuk mengetahui distribusi ukuran butir pada kelompok partikel tertentu, maka digunakan serangkaian ayakan uji semacam ini, yang disusun mulai dari ayakan dengan lubang yang lebih besar di atas. Kemudian partikel yang hendak di analisis distribusi ukuran butirnya dituangkan ke ayakan yang paling atas, lalu dimulai proses pengayakan selama waktu tertentu dengan memberikan goyangan secara mekanis pada ayakan. Partikel yang tertinggal di atas masing-masing ayakan lalu ditimbang. Alat untuk mengoyang mengetarkan ayakan disebut dengan sieve shaker. Bila kita gambarkan hubungan antara % berat partikel yang tertinggal di atas ayakan (oversize product) dengan ukuran butir, maka kita bisa mengetahui distribusi ukuran butir untuk kelompok partikel tersebut. Tindakan pengujian semacam ini disebut analisis ukuran butir (size analysis) atau analisis distribusi pengayakan (screen analysis). Untuk menyatakan ukuran lubang ayakan yang kecil, di Amerika atau Inggris dipakai satuan mesh dengan angka yang menunjukkan banyaknya kawat mata ayakan per satu inci. Jadi, ayakan 200 mesh berarti bahwa per satu inci (25mm) terdapat 200 kawat mata ayakan. Di negara Eropa lainnya, mesh dipakai untuk menyatakan banyaknya kawat mata ayakan per satu cm2. Karena satu nama dipakai untuk dua maksud yang berbeda, maka kita perlu berhati-hati. Ukuran ayakan baku Tyler adalah 200 mesh, dengan diameter kawat anyaman untuk lubangnya adalah 0,0021 inci (0,053mm), dan panjang sisi lubang/mata ayakan 0,074mm. Ayakan yang lebih besar berturut-turut memiliki luas lubang ayakan 2 kali lebih besar. Dengan kata lain, diameter kawat atau mata/lubang ayakan diatur sehingga panjang sisi lubang menjadi 21/2 kalinya. Ayakan 200 mesh setara dengan ayakan 75m pada standard JIS.

Uji Pengayakan

4.3 4.3.1.

Ayakan Ayakan Tetap

Ayakan Tetap Tipe Kering (Dry-type Stationary Screen) Contoh utamanya adalah grizzly, berupa ayakan yang terdiri dari tongkat-tongkat panjang yang dipasang berderet sejajar. Penampang irisan tongkat-tongkat tersebut dapat berbentuk bulat, persegi, bersudut/pasak (wedge), rel, atau yang lain. Kemiringan grizzly biasanya dipasang tetap pada 30~50. Grizzly umumnya dipakai pada fasilitas penerima batubara mentah di unit preparasi batubara. Karena batubara atau batuan yang diumpankan ke ayakan ini berukuran besar, maka struktur grizzly harus dibuat kokoh. Dari segi biaya, grizzly termasuk alat yang murah. Selain itu, biaya perawatannya juga rendah. Namun sebagai ayakan, tingkat ketelitian yang diberikan masih kurang. Pada fasilitas penerimaan batubara mentah, biasanya dipasang rel-rel bekas arah horisontal membentuk kisi-kisi untuk mencegah tercampur masuknya benda berukuran besar yang diturunkan dari truk atau lainnya. Bila benda berukuran besar tercampur masuk, maka harus diambil dengan tenaga manusia dan sebagainya. Ayakan Tetap Tipe Basah (Wet-type Stationary Screen) Wedge-wire Screen: Berupa kawat stainless steel dengan penampang irisan berbentuk pasak yang dipasang sejajar berderet dengan arah tegak lurus atau sama dengan arah aliran slurry (bubur lumpur yang mengandung partikel) yang hendak diayak. Biasanya alat ini dipasang dengan kemiringan tertentu. Ketebalan dari wedge-wire serta sudut kemiringan pemasangannya dapat berbeda tergantung kepada kebutuhan maupun ukuran butir yang hendak diproses. Sieve Bend: Merupakan variasi dari alat yang disebut di atas, dan merupakan ayakan dari wedge-wire yang dipasang horisontal membentuk lengkungan 60~90. Bagian sudut dari wedge (pasak) sering mengalami keausan, sehingga efisiensi dewatering (pengeringan/penurunan kadar air) menurun. Bila terjadi demikian, umumnya bagian atas dan bawah ditukar posisinya sehingga efisiensi dewatering dapat dipulihkan. Alat ini banyak dipakai pada penanganan serbuk halus, atau pada pemisahan padatan-cairan (solid-liquid separation) dalam proses preparasi batubara dengan media berat. Pada bagian bawah ayakan berbentuk busur ini, kecepatan akhir slurry tetap dipertahankan sehingga penyumbatan pada lubang ayakan dapat dihindari.

Adapula bentuk kerucut terbalik yang dipakai sebagai wedge-wire, lalu slurry diumpankan dari arah garis singgungnya untuk menjalankan proses pemisahan padatancairan (pengentalan). 4.3.2. Roller Screen Dipakai pada pengayakan sistem kering, tongkat-tongkat pengayakan diputar pada arah kisi-kisinya dan pengayakan dilakukan sambil melihat kondisi umpan (feed). Seperti halnya ayakan tetap (fixed screen), kita tidak perlu memiringkan permukaan/ayakannya. Kemiringan hingga 10 dianggap cukup, sedang perputaran rollernya antara 40~80 rpm. 4.3.3. Rotating Cylindrical Screen Bidang ayakan dibuat dari pelat logam yang dilubangi atau kawat logam yang dianyam, lalu dibuat menjadi bentuk silinder/drum. Porosnya dipasang horisontal atau dibuat bersudut membentuk kemiringan. Batu bara mentah lalu dimasukkan sebagai umpan (feed) sambil silinder tersebut diputar sehingga proses pengayakan berlangsung. Secara umum, alat ini disebut trommel. Selain bentuk silinder, dijumpai pula bentuk kerucut. Ukuran yang umum adalah panjang 2~7 m, diameter 1~1,8 m, dan sudut kemiringan 5~10. Putaran pada nilai 35~40% dari putaran kritis merupakan putaran yang ideal. Trommel memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya secara mekanis strukturnya sederhana, tidak menimbulkan getaran, dan daya yang diperlukan kecil. Secara umum, permukaan bidang ayakan pada trommel dimana terjadi proses pengayakan hanyalah 1/4~1/5-nya saja, sehingga efisiensi mesinnya sangat buruk. Selain itu, tidak seperti pada ayakan getar (vibrating screen) yang permukaan ayakannya bergerak naik-turun, mekanisme pengayakan pada trommel hanya berupa gerakan karena adanya pengaruh gaya sentrifugal dan sudut kemiringan saja. Karena itu, ketelitian/keakuratan hasil pengayakan juga kurang bagus. Selain itu, sering terdapat kekhawatiran bahwa batu bara mentah akan menjadi hancur akibat tumbukan yang terjadi dibagian dalam silinder. Alat ini tidak cocok untuk mengayak benda berukuran halus, dan untuk sistem kering, batasannya adalah 10mm. 4.3.4. Shaking Screen Alat ini melakukan pengayakan dengan gerakan maju-mundur yang teratur. Gerakan ini didapat dengan menggerakkan poros eksentrik, lalu gerakan berputar dari motor diubah menjadi gerakan linear maju mundur. Untuk menyanga ayakan terdapat beberapa cara: ayakan digantung pada 4 buah titik, ayakan naik di atas roller pada 4 titik, ayakan dipasang pada kaki penyangga yang elastis, dan berbagai cara lainnya. Pada Zimmer Screen, frame/bingkai ayakan disangga dengan menggunakan pelat kaki, lalu pelat kaki ini dapat miring membentuk sudut 60~75. Dengan demikian, pada saat terjadi gerakan maju, bidang ayakan menjadi terangkat sehingga partikel tertekan pada bidang ayakan, dan akhirnya maju bersama-sama dengan ayakan. Pada posisi horisontal pun, partikel yang diayak masih mampu bergerak. Secara umum, panjang langkah (stroke) 200250 rpm, ukuran ayakan 2.7~5.4 1.5~2 m, kapasitas pemrosesan 30~60 t/h, dan daya 5~10 hp (tenaga kuda). Zimmer screen dipakai untuk mengayak batubara kerakal. 4.3.5. Vibrating Screen

Jumlah getaran yang ditimbulkan secara mekanis pada ayakan getar (vibrating screen), dapat mencapai 600~1800 rpm. Secara elektris, jumlah getaran yang ditimbulkan dapat mencapai 3000~3600 rpm, suatu angka yang sangat tinggi. (a) Low Head Screen Ayakan ini dikembangkan oleh suatu perusahaan Amerika bernama Allis Chalmer Company. Berdasarkan metode penyanggaannya, ada tipe dengan mesin yang tergantung dan adapula tipe yang dipasang dilantai dengan menggunakan penyangga pegas dan lainlain. Untuk menimbulkan getaran pada permukaan/bidang ayakan, 2 buah pemberat eksentris diputar dengan kecepatan tingggi pada arah yang berlawanan sehingga menghasilkan getaran linear (garis lurus). Bagian yang berputar ini dipasang tetap (fixed) pada bingkai ayakan dan membentuk sudut 45 terhadap bidang ayakan, sehingga materi/partikel yang ada di atas permukaan ayakan akan terlempar pada arah 45. Dengan demikian, seandainya bidang ayakan berada pada posisi horisontal pun, partikel tetap terdorong maju dan proses pengayakan berlangsung. Dengan amplitudo getaran 8~15 mm, jumlah getaran 800~1200 rpm, bidang ayakan berukuran 1,2 3,6 m dan besar lubang ayakan 12 mm, alat ini mempunyai kapasitas 90 t/h dan membutuhkan daya 5 hp (tenaga kuda). Pada unit preparasi batu bara, alat ini terutama dipakai pada pra dan pasca proses pemisahan sistem basah seperti pelepasan lumpur (desliming), pencucian cairan media berat, dan pengeringan (dewatering). Berdasarkan letak pemasangan mesin-nya, pengaturan besarnya amplitudo getaran dapat diubah ke sisi inlet atau outlet. (b) Resonance Screen Dengan memberikan gaya luar secara periodik maka kita dapat mengubah getaran yang kecil menjadi besar dengan memanfaatkan efek resonansi. Prinsip inilah yang dipakai untuk proses pengayakan pada ayakan getar resonansi (resonance vibrating screen). Untuk resonansi, dipakai plat karet yang tebal berbentuk lingkaran dengan diameter 30 cm. Pada titik pusat plat karet ini, dipasang salah satu ujung batang penghubung dari penggerak eksentrik. Gerakan dari penggerak eksentrik ini menggetarkan plat karet, dan getaran tadi diteruskan ke bingkai ayakan. Pada bingkai ayakan dipasang plat pengatur getaran dari bantalan karet, yang berfungsi untuk mengatur amplitudo getaran agar terjadi resonansi. (c) TyRock Screen Keunikan ayakan ini adalah bahwa bingkai ayakannya ditopang oleh 8 buah bantalan karet, dan adanya sumbu/poros eksentrik akan menyebabkan getaran yang bergerak melingkar. Umumnya, jumlah getaran 700~1000rpm, amplitudo getaran 6~10mm, dan sudut kemiringan 8~25. Selain itu, ukurannya 1,5m 3,0m, konsumsi daya 7,5hp, dan kapasitas pengolahan batubara 40 t/h. Pada unit preparasi batubara, untuk melakukan pengayakan sistem kering terhadap batubara mentah yang diterima, dipakai ayakan getar yang memiliki single eccenter engine. Untuk meningkatkan efisiensi pengayakan, putaran mesinnya dibuat berlawanan terhadap arah aliran (flow) proses. Namun hal ini menjadikan kapasitas pengolahan menjadi turun.

(d) Electromagnetic Vibrating Screen Ayakan ini menghasilkan getaran secara elektrik dengan memanfaatkan elektromagnet. Jenisnya pun banyak. Dengan memberikan aliran arus AC (arus bolak balik) pada koil elektromagnet, maka lempeng gerak dari besi lunak (soft iron) akan ditarik dan ditolak bergantian secara berulangkali oleh magnet sehingga menyebabkan timbulnya getaran. Ayakan jenis ini memilki jumlah getaran yang tinggi (1000~3000 rpm) dan mempunyai

keunikan dengan amplitudo getarannya yang kecil. Alat ini cocok untuk pengayakan partikel halus. (e) Morgensen Sizer Alat ini dikembangkan oleh seorang Swedia bernama Morgensen, dan merupakan salah satu jenis ayakan getar bertingkat banyak (multi-deck vibrating screen). Lima buah bidang ayakan dengan kemiringan berbeda dipasang pada satu bingkai yang sama, lalu dengan 2 buah motor yang ada di dalam counterweight pada bagian atas bingkai ayakan, ditimbulkan getaran linear pada arah 45. Pada ayakan ini, lubang ayakan dibuat besar di bagian atas dan kecil dibagian bawah sehingga beban pada tiap rak/tingkat menjadi seragam. Hal ini menyebabkan ketebalan lapisan partikel yang diayak (particle bed) menjadi tipis sehingga meningkatkan efisiensi pengayakan. Sudut kemiringan pada ayakan ditingkat bawah dibuat curam, sehingga walaupun lubangnya besar, luas terproyeksi efektif dari lubang adalah kecil. Hal ini sama dengan memasang ayakan dengan lubang yang lebih kecil dari yang sebenarnya. Karena ayakan ini mempunyai lubang yang besar dengan sudut kemiringan yang curam, maka terjadinya penyumbatan juga jarang. Alat ini cocok untuk pengayakan partikel dengan ukuran 15mm atau lebih kecil. Hanya saja, alat ini mempunyai kekurangan, yaitu rentang ukuran butir produknya masih cukup lebar. (f) Ayakan yang lain Untuk melakukan pengayakan sistem kering terhadap ukuran butir yang halus, namun mendapatkan efisiensi yang bagus terhadap batubara dan lain-lain, maka penelitian dan pengembangan terhadap berbagai jenis ayakan senantiasa dilakukan. Contoh dalam hal ini adalah ayakan drum putar sumbu eksentris tipe tegak, ayakan dari plat karet yang dilubangi untuk mencegah menempelnya partikel, dan lain-lain.

Morgensen Sizer

Rotating probability screen

Double deck screen

Combination screen

You might also like