You are on page 1of 6

A) BERBAGAI PUTUSAN MAHKAMAH INTERNASIONAL 1.

YANG SUDAH DIPUTUSKAN

Putusan 'Komprimistis' Genosida oleh Mahkamah Internasional


Dua belas tahun silam, kejahatan internasional terhadap kemanusiaan berkecambuk di negeri Bosnia. Ribuan warga Bosnia dibunuh secara membabi buta oleh pasukan Serbia. Ratusan wanita diperkosa secara paksa, orang tua dan anak-anak tidak berdosa harus meregang nyawa diujung laras senapan. Akan tetapi di saat yang bersamaan, hampir seluruh negara-negara Eropa dan dunia lainnya hanya duduk termangu menyaksikan terjadinya hamparan tragedi kemanusian tersebut. Suatu peristiwa berdarah yang masih sulit untuk kita hapuskan dari ingatan. Pada saat itu, Srebrenica yang terletak di Bosnia Timur merupakan zona aman di bawah kendali penjaga perdamaian PBB asal Belanda, di mana ribuan pengungsi muslim Bosnia menggunakan daerah tersebut sebagai tempat pelarian dan penampungan sementara. Namun, ketika tentara Serbia pimpinan Jenderal Mladic menyerbu masuk dan kemudian meminta agar pasukan Belanda menyerahkan warga Bosnia kepada mereka, permintaan itu pun dipenuhi oleh pasukan tersebut. Pada akhirnya, secara sistematis tentara Serbia membantai habis sekitar 8.000 warga Bosnia, dan penjaga perdamaian PBB yang ada tidak dapat melakukan apapun selain menya ksikan pembantaian keji tersebut. Atas peristiwa tersebut, Bosnia mengajukan gugatan resmi terhadap pemerintah di Beograd ke hadapan Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) yang mempunyai kewenangan untuk menangani sengketa antar -negara. Setelah menunggu selama empat belas tahun, akhirnya pada minggu yang lalu, ICJ di Hague memutuskan bahwa pembunuhan massal warga muslim Bosnia di Srebrenica merupakan kejahatan genosida, tetapi berdasarkan hukum internasional, negara Serbia dinyatakan terbebas dari kesalahan atas drama kejahatan kemanusiaan tersebut. Tentunya keputusan yang dinilai tidak tegas dan bersifat formalisme yuridis belaka ini menyulut kontroversi di berbagai kalangan ahli hukum dan aktivitas HAM dari berbagai belahan dunia.

2. YANG SUDAH DIBERLAKUKAN Chorfu Channel Case Kasus ini merupakan sengketa antara Albania dan Inggris yang cara pengajuannya melalui pengadilan yaitu ke Mahkamah Internasional pada tahun 1949. Peristiwanya terjadi pada tanggal 15 Mei 1946 pada saat kapal-kapal Inggris berlayar memasuki selat Chorfu wilayah Albania. Ketika memasuki laut teritorial Albania kapal-kapal tersebut ditembaki dengan meriam-meriam yang ada di pantai Albania. Albania ketika itu sedang dalam keadaan perang dengan Yunani. Tanggal 22 Oktober 1949 sebuah kapal Inggris telah menabrak ranjau yang

berada di selat tersebut yang kemudian menimbulkan korban jiwa. Atas kejadian tersebut Inggris kemudain melakukan pembersihan terhadap ranjau -ranjau yang ada di selat tersebut tanpa adanya izin dari pemerintah Albania. Kemudian sengketa timbul dan diajukan ke Mahkamah Internasional. Keputusan mahkamah Internasional menyatakan bahwa Albania bertenggungjawab atas kerusakan kapal Inggris dan Inggris telah melanggar kedaulatan Albania karena tindakannya menyapu ranjau. Persoalan ini sebenarnya tidak berkaitan dengan masalah lingkungan hidup secara langsung. Namun dalam kasus ini telah diterapkan suatu prinsip yang mirip dengan Prinsip 21 Deklarasi Stockhlom 1972 yaitu dalam salah satu keputusannya menyatakan bahwa setiap negara tidak diperbolehkan melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu atau merugikan negara lainnya. 3. YANG MASIH DALAM PROSES PENYELESAIAN Gulf of Maine Case Kasus ini mengenai masalah perbatasan antara Amerika Serikat dan Kanada. Pengajuan perkara diajukan melalui cara ke pengadilan internasional yaitu Mahkamah Internasional. Dalam sengketa ini untuk pertama kalinya Mahkamah Internasional membentuk Kamar Penyelesaian Sengketa (Chamber of Disputte Settlement) berdasarkan pasal 26 (1). Persoalan pokok yang diajukan adalah mengenai penetapan perbatasan tunggal (single maritime boundary) yang digunakan. Batas Kanada yang diajukan adalah equidistance line tapi Amerika Serikat menginginkan bahwa perbatasan tergantung dari keadaan yang relevan di wilayah tersebut. Selain itu menurut Kanada, Teluk Maine beserta wilayah yang berdekatan termasuk bagian penting karena memunyai hubungan yang kompleks dan memiliki proses biologis yang penting. Juga wilayah ini merupakan eksosistem laut yang penting di wilayah utara. Dilain pihak Amerika Serikat menyatakan bahwa wilayah ini memiliki karakteristik berdasarkan 3 prinsip rezim ekologi. Dalam hal ini ternyata Teluk Maine juga membentuk komunitas flora dan funa dalam semua siklus jaring makanan dari yang terkecil hingga ikan yang terbesar. Mahkamah Internasional kemudian mempelajari kasus ini. 4. SENGKETA YANG BARU DIAJUKAN a. Kasus Sabah Pemerintah Filipina akan mengajukan klaimnya atas kawasan sengketa Sabah kepada Mahkamah Internasional, walaupun Manila mengizinkan Kuala Lumpur mendeportasi para imigran gelap Filipina dari negara bagian di selatan Filipina itu. Koresponden Radio Australia di Manila melaporkan, bahwa menurut Filipina, Sabah telah merupakan bagian dari sebuah kesultanan dalam wilayah Filipina sejak tahun 1800-an. Pembantu Menlu Filipina, Jose Brillantes, mengatakan bahwa Filipina telah mendirikan kantor baru bernama Direktorat Sabah, yang akan menyelesaikan soal-soal yang bersangkutan dengan klaim Manila atas Sabah.Brillantes tidak menghiraukan pernyataan bahwa dengan mengizinkan Kuala Lumpur mendeportasi imigran gelap Filipina di Sabah, hal itu kelak bisa digunakan sebagai bukti bahwa Manila sudah tidak berminat lagi terhadap Sabah. Di Sabah terdapat sedikitnya 350-ribu warga Filipina -- sebagian besar tidak memiliki izin tinggal. Filipina mengatakan bahwa Sabah merupakan bagian dari Kesultanan Sulu, yang menyewakan wilayah itu kepada Perusahaan Inggeris

Borneo Utara pada tahun 1878, dan menjadi bagian dari Malaysia tahun 1963. Kuala Lumpur setiap tahun terus membayar uang sewa kepada Kesultanan Sulu seperti ditetapkan dalam perjanjian sewa-menyewa yang asli. b. Kasus Singapura Malaysia Singapura dan Malaysia akan tampil di depan majelis sidang Mahkamah Internasional di Belanda pekan depan untuk menyelesaikan masalah klaim atas sebuah pulau yang berlokasi strategis. Kedua negara masing-masing mengatakan akan menghormati apapun yang menjadi keputusan Pengadilan Internasional atas Pedra Branca yang terletak di Selat Melaka sebagai penyelesaian akhir atas perebutan pulau tersebut yang telah berlangsung selama 28 tahun. Sidang awal di Den Haag, tempat 15 anggota sidang ditetapkan setelah kedua negara mengajukan permohonan kasus sebanyak tiga tahap sejak Maret 2004 hingga November 2005. Negara kota Singapura telah mengajukan klaimnya atas pulau tersebut semenjak 1840 ketika pemerintah kolonial Inggris membangun mercu suar di pulau tersebut. Pedra Branca yang terletak 40 km sebelah timur Singapura berada di lokasi yang sangat strategis yaitu di pintu masuk timur Selat Melaka. Sementara Malaysia yang mengajukan hak terhadap pulau itu pada 1979 dan menyebutnya sebagai Pulau Batu Putih telah menyebabkan ketidak sepakatan antara kedua negara. Satu perjanjian di tanda-tangani pada 6 Februari 2003 yang akan menyerahkan nasib pulau itu kepada Pengadilan Internasional. Menurut Mahkamah Internasional dalam situs internetnya mengatakan Singapura akan diberi kesempatan selama empat hari mulai 6 November untuk membuat presentasi klaim atau pulau tersebut. 5. SENGKETA YANG MENJADI ISU DUNIA a. Sengketa Israel Palestina Setelah Mahkamah Internasional mengambil putusan, bahwa pembangunan tembok pemisah oleh Israel di tepi barat Sungai Yordan melanggar hukum internasional, Palestina dan negara-negara Arab menyelaraskan aksi untuk mendesak Israel menaati putusan Mahkamah Internasional itu. Bersamaan dengan itu, Perdana Menteri Israel Ariel Sharon menandaskan, Pemerintah Israel menolak menerima putusan Mahkamah Internasional tersebut, dan akan terus membangun tembok pemisah. Persengketaan antara Palestina dan Israel dalam masalah pembangunan tembok pemisah semakin sengit, dan memperjuangkan sokongan masyarakat internasional menjadi fokus perjuangan kedua pihak.
Mahkamah Internasional dalam putusannya mengatakan, Israel berkewajiban menghentikan tindakannya yang melanggar hukum internasional , berkewajiban menghentikan tindakan membangun tembok pemisah di tanah Palestina yang diduduki termasuk Yerusalem, sementara itu membongkar tembok pemisah yang sudah dibangun di dae tersebut, rah memberi ganti-rugi kepada Palestina akibat pembangunan tembok pemisah itu. Walaupun putusan itu tidak mempunyai kekuatan yang mengikat secara hukum yang memaksa, tapi mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam moral internasional, dan berkemun gkinan

menjadi dasar bagi PBB untuk mengambil aksi pada masa selanjutnya. Palestina berpendapat, putusan Mahkamah Internasional merupakan kemenangan bersejarah, sedangkan Israel segera mengambil langkah untuk mengantisipasi krisis itu, berupaya secara maksimal mengurangi pengaruh negatif akibat putusan itu . Kini, pekerjaan pertama bagi Palestina ialah memobilisasi masyarakat internasional untuk mendesak Israel melaksanakan putusan Mahkamah Internasional itu, apabila tidak dapat mencapai tujuan itu, ia akan memperjuangkan sanksi PBB terhadap Israel . Untuk hal itu , Palestina telah mengambil tiga taktik yaitu pertama mendorong misi negara Arab di PBB untuk menuntut Majelis Umum PBB mengadakan sidang darurat sebelum dan sesudah tanggal 16 bulan ini, dalam rangka mendesak Israel menaati putusan Mahkamah Internasional, kedua, selama Sidang Majelis Umum PBB pada bulan September mendatang, menuntut meluluskan resolusi tentang sanksi terhadap Israel, dan ketiga, menghimbau Dewan Keamanan PBB melakukan pemungutan suara, agar meluluskan resolusi berkekuatan yang mengikat secara hukum yang mengenakan sanksi pada atau mendesak Israel menaati dan melaksanakan putusan Mahkamah Internasional itu.

b. Sengketa Ambalat
Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Anifah Aman, mengataka n, pemerintah Indonesia tidak pernah secara resmi memprotes dugaan pelanggaran batas oleh pasukan Malaysia di perairan Ambalat. Sejauh ini, kata Anifah, tuduhan itu hanya dibuat oleh media di Indonesia. Seperti dikutip dari laman harian The Star , Selasa 16 Juni 2009, Anifah mengatakan, media Indonesia dikenal memainkan isu, apalagi jelang pemilihan umum presiden di Indonesia. Anifah yakin, publisitas berlebihan sekarang terkait dengan pemilihan presiden bulan depan. Bahkan, nama Ambalat diciptakan oleh media Indonesia, merujuk pada blok konsesi gas dan minyak di wilayah yang menjadi pertikaian tersebut. Sedangkan badan maritim Malaysia menyebutnya sebagai Laut Sulawesi. Malaysia memilih jalur diplomatik untuk membica rakan isu tersebut, kata Anifah, dan Malaysia telah mengeluarkan 13 nota protes atas pelanggaran batas oleh pasukan maritim Indonesia. Nota protes telah dilayangkan sejak 2007, dan yang terbaru adalah nota protes yang dikeluarkan April lalu. Dua negara ini berusaha mencari solusi melalui komite teknis gabungan, kata Anifah dalam konferensi pers, kemarin. Dia menjelaskan, komite teknis telah bertemu 13 kali sejauh ini. Pertemuan ke -14 yang akan diadakan di Malaysia bulan depan. Malaysia berharap, pertemuan b erikutnya bisa menemukan solusi. Kementrian Luar Negeri Malaysia, kata Anifah, telah meminta kementrian berwenang untuk meminta semua badan maritim Malaysia untuk menjauh dari perairan konflik itu untuk saat ini. Pernyataan bahwa kapal perang Malaysia masu k ke wilayah kedaulatan Indonesia disampaikan rilis TNI Angkatan Laut yang menyebut kapal Perang TNI Angkatan Laut, KRI Untung Surapati -872 menghalau kapal perang milik Tentara Diraja Laut Malaysia, KD Yu -308 di perairan Blok Ambalat pada Senin 25 Mei 2009 . Dalam rilis yang sama, disampaikan selama periode Januari -April 2009 telah ada sembilan kali pelanggaran kapal Malaysia. Beberapa hari kemudian,

Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, mengatakan pelanggaran Malaysia pada 2007 seb anyak 76 kali, pada 2008, ada 23 kali, sedangkan pada 2009 sudah 11 kali. Malaysia mengklaim Ambalat sebagai wilayah kedaulatannya berdasarkan peta sepihak yang dibuat Malaysia pada 1979. Peta sepihak itu tak hanya memicu sengketa dengan Indonesia, tapi j uga dengan negara tetangga Malaysia lainnya yakni Singapura, Vietnam, Filipina, dan Brunei Darussalam.

B) Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai Berdasarkan Persamaan Derajat Konsepsi perdamaian sebagai suatu hak asasi manusia jelas akan membantu meningkatk an kesadaran umum bahwa setiap orang mempunyai peran dalam memelihara perdamaian, memperluas dukungan umum terhadap kebijaksanaan pelucutan senjata sebagai tonggak bagi kebijaksanaan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Usaha untuk menciptakan perdamaian dunia telah banyak dibicaran oleh para ahli politik dan kenegaraan sejak zaman dahulu, diantaranya dalam siding umum PBB tanggal 24 Oktober 1970 yang menyatakan bahwa setiap perang agresi merupakan kejahatan terhadap perdamaiana dan bahwa suatu ancaman atau penggunaan kekuatan merupakan pelanggaran terhadap hokum internasional . Setiap Negara didunia menginginkan adanya suatu yang tertib dan aman. Akan tetapi kenapa terjadi peperangan dan kesengketaan antar Negara? Hal ini disebabkan karenasetiap Negara memiliki kepentingan, keinginan serta kemauan yang berbeda-beda, yang dilandasi oleh suatu system atau cara memperjuangkan yang berbeda -beda pula, sehingga menimbulkan konflik kepentingan antar negra. Penggunaan kekerasasan dalam hubungan int rnasional sudah dilarang dan seharusnya e diselesaikan secara damai. Majelis Umum PBB telah mendeklarasikan dalam Pasal 2 ayat(4) Piagam PBB serta berdasarkan Deklarasi Manila ahun 1982 yang melarang Negara anggota menggunakan kekerasan dalam hubungannya satu sama lain. Prinsip hidup berdampingan secara damai telah dirintis dalam KAA I di Bandung tanggal 18 24 April 1955 menghasilkan salah satu hal penting yaitu prinsip prinsip hubungan internasional dalam rangka memelihara dan memajukan perdamaian dunia. Prinsip prinsip itu dikenal dengan 10 Dasa Sila Bandung. Maka dapat dikatakan bahwa setelah KAA, penghargaan dan pengakuan HAM semakin meningkat.Hidup berdampingan secara damai berarti adanya kerja sama maka kerja sama antar berbagai pihak dapat terlaksana karena faktor:
  

Ada persamaan / tujuan. Ada ikatan moral yang bulat antara sesama anggota. Ada persamaan derajat, hak dan kewajiban masing dalam kerja sama.

masing pihak yang mengikatkan diri

You might also like