You are on page 1of 8

Bronkitis Akut 1.

Definisi Bronkitis akut adalah peradangan pada bronkus yang disebabkan oleh infeksi saluran napas yang ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak berdahak) yang berlangsung hingga 3 minggu.
1

2. Epidemiologi Di Amerika Serikat, menurut National Center for Health Statistics, kira-kira ada 14 juta orang menderita bronkitis. Lebih dari 12 juta orang menderita bronkitis akut pada tahun 1994 atau sama dengan 5% populasi Amerika Serikat pada saat itu. Karena angka kejadiannya yang tinggi bronkitis telah menjadi masalah kesehatan dunia. Bronkitis akut dipengaruhi 44 dari 1000 orang dewasa per tahun, dan 82% episode terjadi pada musim gugur atau musim dingin. Frekuensi bronkitis lebih banyak pada populasi dengan status ekonomi rendah dan pada kawasan industri. Bronkitis lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding wanita. Data epidemiologis di Indonesia sangat minim. Meskipun ditemukan pada semua kelompok usia, bronkitis akut yang paling sering didiagnosis pada anak-anak muda dari 5 tahun, sedangkan bronkitis kronis lebih umum pada orang tua dari 50 tahun.
1

3. Etiologi Penyebab bronkitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronkitis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. a. Kelainan kongenital Dalam hal ini bronkitis terjadi sejak dalam kandungan. Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan faktor perkembangan fetus memegang peran penting. Bronkitis yang timbul kongenital ini mempunyai ciri sebagai berikut : 2

Bronkitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru. Bronkitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya, misalnya : mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis), sindrom kartagener ( bronkiektasis konginetal,sinusitis paranasal dan situs inversus), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur ( anak yang satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan kongenital berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.

b. Kelainan didapat Kelainan yang didapat merupakan akibat dari:


3

Infeksi virus, yang paling umum influenza A dan B, parainfluenza, RSV, adenovirus, rhinovirus dan coronavirus.

Infeksi bakteri, seperti yang disebabkan oleh Mycoplasma spesies, Chlamydia pneumoniae , Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis, dan Haemophilus influenzae.

Rokok dan asap rokok. Paparan terhadap iritasi, seperti polusi, bahan kimia, dan asap tembakau, juga dapat menyebabkan iritasi bronkial akut.

Bahan-bahan yang mengeluarkan polusi. Penyakit gastrofaringeal refluk-suatu kondisi dimana asam lambung naik kembali ke saluran makan (kerongkongan).

Pekerja yang terekspos dengan debu atau asap.

4. Patofisiologi Pada bronkitis terjadi penyempitan saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada penderita bronkitis saat terjadi ekspirasi maksimal, saluran pernapasan bagian bawah paru akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang, sehingga penyebaran udara pernapasan maupun aliran darah ke alveoli tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak napas. Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia. Terjadi hipertensi pulmonal yang dalam jangka lama dapat menimbulkan kor pulmonal.
1

Selain terjadi penyempitan saluran napas, juga terjadi hipersekresi mukus dalam bronkus karena hipertrofi kelenjar submukosa dan penambahan jumlah sel goblet pada epitel bronkus. Produksi mukus jadi berlebihan dan kehilangan silia terhambat dan menimbulkan batuk produktif.
2

sehingga pembersihan mukosiliar

5. Gelaja klinis Pada awalnya gejalanya mirip dengan pneumoni ringan berupa batuk-batuk dengan dahak mukopurulen, peningkatan suhu tubuh yang belum terlalu tinggi, rasa tak nyaman di dada dan bisa disertai sesak napas ringan. Bila ditanya dengan cermat, penderita biasanya juga menyatakan bahwa beberapa hari sebelumnya memang menderita ISPA seperti sakit tenggorokan, hidung tersumbat, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan ekstrim. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya rongki basah dan wheezing yang tersebar di seluruh lapang paru, tanpa tanda-tanda infiltrat. Juga pada foto thorax tidak didapatkan tanda-tanda infiltrat. Bila sputum diperiksa dengan pengecatan Gram akan banyak didapatkan leukosit PMN dan mungkin pula bakteri.
3

6. Diagnosa Diagnosa di tegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. a) Anamnesis


1,3

Keluhan pokok: Gatal-gatal di kerongkongan Sakit di sekitar dada Batuk kering/batuk berdahak Demam yang tidak terlalu tinggi
3

b) Pemeriksaan fisik -

Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat, tidak sesak atau takipnea. Mungkin ada nasofaringitis.

Paru: ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah batuk), wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga ngik-ngik) dan krepitasi .
1,3

7. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan sputum dengan pengecatan Gram akan banyak didapat

leukosit PMN dan mungkin pula bakteri. Uji sensivitas terhadap antibiotic perlu dilakukan bila ada kecurigaan adanya infeksi sekunder. Respon terhadap pemberian kortikosteroid dosis tinggi setiap hari dapat dipertimbangkan diagnosa dan terapi untuk konfirmasi asma. Tes keringat yang negative dengan menggunakan pilocarpine iontophoresis dapat memikirkan kemungkinan fibrosis kistik. Pemeriksaan Gas Darah. Perubahan gas darah berupa penurunan PaO2 menunjukan abnormalitas regional distribusi ventilasi, yang berpengaruh pada perfusi paru. b) Tes pencitraan Dapat dijumpai temuan peningkatan corakan bronkovaskular tanpa tandatanda infiltrat. c) Tes Faal Paru Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan aliran udara ekspirasi satu detik pertama ( FEV1 ), terdapat tendensi penurunan, karena terjadinya obstruksi airan udara pernafasan.

8. Diagnosis Banding Sering kali gejala pada bronkitis akut sulit dibedakan dengan beberapa penyakit saluran pernapasan yang gejalanya mirip dengan bronkitis akut, seperti:
3

Epiglotitis, yaitu suatu infeksi pada epiglotis, yang bisa menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan.

Bronkiolitis, yaitu suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang merupakan percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus.

Influenza, yaitu penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah yang diperoleh dari menghirup virus influenza.

Sinusitis, yaitu radang sinus paranasal yaitu rongga-rongga yang terletak disampig kanan - kiri dan diatas hidung.

PPOK, yaitu penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yyang bersifat progresif nonreversibel parsial.

Faringitis, yaitu suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang disebabkan oleh virus atau bakteri.

Asma, yaitu suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.

Bronkiektasis, yaitu suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran pernafasan yang besar.

9. Penatalaksanaan Terapi umumnya difokuskan pada pengentasan simptoms. Seorang dokter mungkin meresepkan kombinasi obat yang terbuka menghalangi saluran udara lendir bronkus dan obstruktif tipis sehingga dapat batuk dengan lebih mudah. Oksigenasi pasien harus memadai. Istirahat yang cukup. Minta pasien beristirahat hingga demamnya turun. Meningkatkan pemberian makanan secara oral pada pasien dengan demam dan Minum cukup. Cara yang paling efektif untuk mengontrol batuk dan produksi sputum pada pasien dengan bronchitis kronis adalah menghindari iritasi lingkungan, terutama asap rokok. Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obatobat yang lazim digunakan, yakni: 3 1

Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya

dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan. Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate) sirup 5m x 3 kali sehari , bromhexine sirup 10 ml x 3 kali sehari, ambroxol 30 mg x 3 kali sehari, dan lain-lain. Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen) 500 mg, dan sejenisnya., digunakan jika penderita mengalami demam. Bronkodilator (melonggarkan napas), diantaranya: salbutamol (2-4 mg x 3/hari), terbutalin sulfat (2.5 mg x 3/hari), teofilin ( 150mgx 3/hari), dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.
-

Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter. Dapat diberikan ampisilin, eritromisin, spiramisin, 3 x 500 mg/hari.
1

Terapi lanjutan

Jika terapi antiinflamasi sudah dimulai, lanjutkan terapi hingga gejala menghilang paling krang 1 minggu. Bronkodilator juga dapat diberikan jika diperlukan Pasien yang didiagnosis dengan asma dapat diberikan terapi controller, yaitu inhalasi terapi kortikosteroid, antihistamin dan inhibitor leukotrien setiap hari. Edukasi Pasien
1

Edukasi pasien sangat penting dalam pencegahan dan pengobatan bronkitis akut. Pasien harus diberitahu untuk mengambil langkah-langkah berikut: Hindari merokok dan asap rokok Hidup dalam lingkungan yang bersih Menerima vaksin influenza tahunan antara Oktober dan Desember Menerima vaksin pneumonia setiap 5-10 tahun jika berusia 65 tahun atau lebih atau dengan penyakit kronis Cuci tangan sesering mungkin dan kurangi kebiasaan menggosok hidung atau mata dengan tangan. Gunakan masker saat berada disekitar orang yang menderita flu.

10. Komplikasi Komplikasi yang biasanya terjadi akibat bronkitis akut yang tidak mendapat pengobatan yang adekuat adalah:
1

a) Bronkitis Kronik b) Bronkopneumoni c) Bronkiektasis d) Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis Bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka yang drainase sputumnya kurang baik.

e) Pleuritis Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

f)

Efusi pleura atau emfisema

g) Hemoptoe Terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali harus di rujuk untuk tindakan bedah gawat darurat.

h) Sinusitis Merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas

i)

Kegagalan pernapasan Merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat dan luas

j)

Amiloidosis Keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea

k) Penyakit-penyakit lain yang di perberat seperti : Kor Pulmonal Kronik Pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi

hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan Penyakit jantung rematik Hipertensi Abses Metastasis di otak Akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian

11. Prognosis Kemungkinan sembuh bagi penderita bronkitis akut sangat baik jika penderita cepat berkonsultasi ke dokter, melakukan tindakan konservatif yang disarankan dokter dan meminum obat yang diberikan dokter.
1

DAFTAR PUSTAKA
1. Fayyaz Jazeela. Bronchitis. J Med. Maret 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/297108-overview#showall, Agustus 2011 2. Whu Kurniawan. Makalah kesehatan. 9 Mei 2010. Diunduh dari : http://kurniawanwhu.wordpress.com/2010/05/09/makalah-kesehatan/, Agustus 2011 3. Danusantoso H. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates, 2000.hlm.70-73.

You might also like