You are on page 1of 36

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

FISIOGRAFI DAN POTENSI FISIK PROPINSI NUSA TENGGARA


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusa Tenggara terletak di Indonesia bagian tengah yang tersebar sepanjang 2.850 km dari barat ke timur (1150 49 BT sampai 134054 BT) dan 1.450 km dari utara ke selatan (2036 LU sampai 110LS). Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia Terdapat lima pulau besar yaitu Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, dan Sumba. Selain itu terdapat pulau-pulau kecil lainnya. Kondisi fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau besar, seperti Jawa dan Sumatera. Asal-usul kepulauan ini dan proses-proses yang dialami dalam pembentukan pulau-pulau yang sampai sekarang masih terjadi sangat mempengaruhi posisi, ukuran, dan bentuk pulau. Sebagian besar pulau-pulau di kawasan ini, secara geologis, masih sangat muda, umurnya berkisar antara 1-15 tahun dan tidak pernah merupakan bagian dari massa daratan lain yang lebih besar. Kerumitan kondisi geologi Nusa Tenggara disebabkan oleh posisinya di persimpangan tiga lempeng geologis yaitu lempeng Asia, lempeng Australia, lempeng Pasifik dan dua benua yaitu Asia dan Australia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979). Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Kondisi iklim di Nusa tenggara barat maupun timur tidak mempunyai berbedaan yang mencolok, hal ini terlihat dengan adanya kondisi alam yang hampir sama di wilayah tersebut, misalnya terdapatnya padang rumput yang luas sehingga mempengaruhi iklim yang ada. Selain itu juga karena wilayah nusa tenggara yang berbentuk pulau-pulau sempit juga mempengaruhi iklim yang ada disana. Nusa tenggara tergolong beriklim kering, yang antara lain ditandai dengan jumlah curah hujan yang sedikit, dan tidak terbagi merata. Selain itu pada daerah dengan iklim kering ditandai dengan luasnya padang rumput. Berdasarkan penyebarannya, maka prosentasi jenis-jenis tanah di wilayah Nusa Tenggara Timur antara lain terdiri dari tanah Mediteran 51%; tanah-tanah kompleks 32,25%; Latosol 9,72%; Grumusol 3,25%; Andosol 1,93%; Regosol 0,19% dan jenis tanah Aluvial 1,66% (Sumber Rencana Umum Kehutanan Propinsi Dati I Nusa Tenggara Timur tahun 1987). Nusa Tenggara merupakan kepulauan yang dikelilingi laut dan terletak di pesisir pantai,hal ini juga akan mempengaruhi kondisi hidrologi. Secara umum keadaan hidrologi Nusa Tengara sangat bergantung pada curah hujan setempat. Wilayah perairan laut Nusa Tenggara Barat termasuk pada perairan laut dalam dengan dasar perairan yang terdiri dari batu karang dan pasir.Meskipun curah hujan di kabupaten lombok barat relatif rendah, di wilayah kota ini mengalir 4 buah sungai yang cukup besar dan potensial sebagai sumber mata air permukaan. Sungai yang terdapat di Propinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya mempunyai fluktuasi aliran air yang cukup tinggi, pada musim penghujan berair dan banjir, sedangkan pada musim kemarau berkurang bahkan ada yang tidak berair sama sekali. Pemanfaatan lahan untuk pengembangan potensi wilayah kepulauan Nusa Tenggara berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi fisik lahan yang bervariasi dalam hal topografi, kelerengan, kesuburan tanah dan pasang surut air.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Adapun pemanfaatan lahan di Nusa Tenggara antara lain untuk pertanian, perhutanan, pertambangan, perkebunan, perternakan, perikanan, dan pariwisata. 1.2 Rumusan Masalah 2.1 Bagaimanakah keadaan fisik Nusa Tenggara? 2.2 Bagaimanakah pengembangan wilayah Nusa Tenggara? 1.3 Tujuan 3.1 Mengetahui keadaan fisik Nusa Tenggara. 3.2 Mengetahui pengembangan wilayah Nusa Tenggara.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 KEADAAN FISIOGRAFI NUSA TENGGARA A. Kondisi Geologi Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979). Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng utama diantaranya lempeng indo-australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut menimbulkan kompleks tektonik khususnya di perbatasan lempeng yang terletak di timur Indonesia.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Sebagian besar busur dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh zona subduksi dari lempeng Indo-australia yang berada tepat dibawah busur Sunda-Banda selama diatas kurun waktu tertier yang mana subduksi ini dibentuk didalam busur volcanik kepulauan Nusa Tenggara. Bagaimanapun juga ada perbedaan-perbedaan hubungan dari anlisis kimia diantara batuan volkanik pada kepulauan Nusa Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur wilayah sunda secara langsung dibatasi oleh kerak samudra yang keduanya memiliki karakteristik kimia yang membedakanya dari lava pada bagian barat busur Nusa Tenggara. Menurut Hamilton dibagian barat barisan pegunungan Nusa Tenggara dibentuk pada massa Senozoic. Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari kepulauan Nusa Tenggara yang diketahui lebih tua dari batuan pada awal miocene, ditemukan pada kedalaman 150 km dibawah zona gempa. Wilayah seismic di Jawa terbentang pada kedalaman maksimal 600 km ini merupakan indikasi dari subduksi dari sub-ocean lithosfer milik lempeng Australia.yang terletak dibawah busur Banda. Pada awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya tabrakan dari Timor dengan Alor dan Wetar, setelah semua lautan dimusnahkan oleh zona subduksi. Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda. Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini karena pantulan jumlah subduksi dari kerak samudra, Yang secara tidak langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerakan strike-slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia. Peta Kepulauan Nusa Tenggara

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Sumber: Microsoft Encarta

Sesuai dengan teori tektonik lempeng, Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi menjadi 4 struktur tektonik yaitu busur belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok, Sumbawa, Cmodo, Rinca, Flores, Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar. Busur volkanik luar yang dibentuk oleh kepulauan non-volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, dan dibagian depan busur dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah (basin) Lombok dan Sawu. a. Nusa Tenggara Bagian Barat Struktur Geologi NTB. Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (recent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa batugamping, batu gamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok. Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, Wilayah Nusa Tenggara Barat terletak pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan satu dengan yang lain. Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil ditandai dengan munculnya tiga gunungapi aktif tipe A (Rinjani, Tambora dan Sangeangapi).

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Struktur geologi yang kita jumpai di Jawa dapat ditelusuri sampai di pulau Flores. Hanya geantiklinalnya sebagian besar telah mengalami Tektonik Sekunder Dermal meluncur ke dasar laut di sebelah utaranya. Stutterhein (1922) mengemukakan bahwa berdasarkan sejarah Hindu, pulau Bali terpisah dari Pulau Jawa pada tahun 280M. Perluasan ke timur dari busur dalam vulkanis adalah rangkaian pulau-pulau Bali-Lombok-Sumbawa-Flores. Di setiap pulau tersebut dijumpai Zone-zone seperti di Jawa Timur misalnya zone Solo yang terisi vulkan kuarter menempati bagian utara Pulau Bali (G. Batur, G Agung), bagian utara pulau Lombok (G. Rinjani), mulai tidak nampak di Pulau Sumbawa karena geantiklinalnya tenggelam di dasar laut membentuk teluk Sholeh, di P. Flores bekas geantiklinalnya masih nampak Di pulau Komodo dan P. Rinca dan juga Teluk Maumere di Flores Timur. Busur luar non vulkanisnya berupa punggungan dasar laut sebelah selatan deretan pulau-pulau tersebut.

b. Nusa Tenggara Bagian Timur Bagian timur Nusa Tenggara mulai dari Alor-Kambing-Wetar-Romang, disebut orogene timor dengan pusat undasi di L. Flores. Evolusi orogenik daerah Nusa Tenggara bagian timur ini agak kompleks karena pada masa Mesozoikum muda terjadi penggelombangan yang termasuk sirkum Australia menghasilkan busur dalam dari P. Sumba kearah timur laut dan busur luar melalui P. Sawu ke timur laut, Namun memasuki periode tertier daerah ini mengalami penggelombangan dengan pusat undasi di Laut Flores sebagai bagian dari sitem Pegunungan Sunda. Keganjilan-keganjilan yang nampak seperti posisi pulau sumba di interdeep, garis arah busur luar Rote-Timor ke arah timur laut nndan sebagiannya, menurut Van Bemmelen adalah warisan dari evolusi Geologis terdahulu yang tidak dapat dikaitkan dengan sistem penggelombangan masa tertier dari pegunungan Sunda.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Adapun daerah undasi di Orogene Timor sebagai berikut: Busur dalam: Alor-Kambing-Wetar-Romang, tidak memperlihatkan tanda-tanda vulkanis. Palung Antara: Pulau Sumba-L. Sawu Busur Luar: Dana-Raijua-Sawu-Rote-Semau-Timor. Backdeep: Punggungan Batutaza Brouwer (1917) mengemukakan absenya aktivitas vulakanisme didaerah ini karena jalan keluarnya magma tersubat sebagai akibat dari pergeseran lempeng Australia ke utara. Pendapat Brouwer ini mendapat tantangan dari para ahli belakangan ini termasuk Van Bemmelen karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya pergeseran secara lateral ke utara disekitar P. Bantar-P. Alor, tempat mulai absenya aktivitas vulkanisme kearah timur. Juga tidak ada perubahan arah struktural pada busur luar yang menandakan pengaruh tekanan blok Australia, padahal busur luar inilah yang akan terlebih dahulu tenderita tekanan tersebut. Lebih jauh, Van Bemmelen mengemukakan alasannya bahwa bila ditelusuri terus ke timur maka deretan busur dalam yang tidak vulkanis ini tidak bersambung dengan deretan busur dalam DamarBanda yang vulkanis, tetapi dengan zona Ambon yang tidak vulkanis.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Menurut Van Bemmelen absennya aktivitas vulkanisme dari alor ke timur dan juga zona Ambon terjadi karena berbatasan dengan dangkalan sahul. Faktor lokal lainnya yang mungkin berpengaruh adalah: 1. 2. Gaya endogen dari lapisan tektonosfer telah habis Puncak asthenolithnya mungkin mengalami pembekuan sehingga saluran Sumbu geantiklin di Nusa Tenggara makin ke timur makin tenggelam. Hal ini dapat dilihat dari selat-selat antar pulau yang makin ke timur makin dalam (di sebelah barat pulau Tampar rata-rata kurang dari 200 meter, sedang sebelah timurnya makin dalam yaitu antara Pantar-Alor= 1140m, Alor-Kambing=1260m, Kambing=1040 m, Wetar-Roman=lebih 2000 m, sebelah timur Roman kira-kira 4000 m). P. Rote, tersusun dari sedimen-sedimen yang telah mengalami P. Sawu, terdiri dari batuan praterrier, dikelilingi oleh karang koral P. Timur, puncak genatiklinalnya mengalami depresi memanjang pelipatan kuat, tertutup dengan karang kuarter sampai ketinggian 430 m. setinggi 300 m. mulai dari teluk Kupang sampai dengan sungai Lois. Brouwer (1935) mengemukakan bahwa menurut cerita penduduk asli Timor, dahulu hampir seluruh pulau merupakan laut. G. Lakaan 1525 m dahulu merupakan pulau saja. Ini berarti pengangkatan P. Timor telah terjadi Belum lama ini. Adanya pengangkatan tersebut didukung oleh bukti-bukti ditemukannya sisa-sisa karang pada ketinggian 1000 m lebih. Pulau ini banyak mengalami over thrust, batuan intrusi banyak yang tersingkap di permukaan bumi. Bahan galian seperti emas, tembaga, chromium, dan uranium ditemukan di sana namun dalam jumlah yang tidak ekonomis. Sebaran struktur batuan geologi yang ada di wilayah propinsi ini, adalah : a. Batuan Silicic (acid) Rock (batuan berasam kersi asam), terdapat di Kabupaten Alor, Kabupaten Lembata, sebagian besar Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende, sebagian besar Kabupaten Ngada, sebagian Kabupaten Manggarai, sebagian besar Manggarai Barat dan sebagian kecil Kabupaten Kupang; b. Batuan Matic Basic Rocks (batuan basa);

magma yang keluar tersumbat.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

c. Batuan Intermediate Basic (basa menengah); d. Batuan Pre Tertiare Undivideo (pra tersier tak dibedakan); e. Batuan Paleagene (pleogen); f. Alluvial Terrace Deposit and Coral Reets (alluvium undak dan berumba koral); g. Batuan Neogene (neogen); h. Batuan Kekneno Series (deret kekneno); i. Batuan Sonebait Series (deret sonebait); j. Batuan Sonebait and Ofu Series Terefolde (deret sonebait dan deret terlipat bersama); k. Batuan Ofu Series (deret ofu); l. Batuan Silicic Efusives (efusiva berasam kersik); m. Batuan Triassic (trias); n. Batuan Crystalline Shist (sekis hablur).

B. Kondisi Geomorfologi Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantiklinal tersebut bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah dekat Sunda. a) Palung Belakang Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda selatan. Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal,

yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

2) Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan puncak terletak di sebelah selatan volkan Lompobatang, yang berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai utara Flores, yang merupakan bagian terdalam (-5140). 3) Laut Flores Timur terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara. Di sebelah utara Bali dan Lombok palung belakang ini dibentuk oleh Laut Bali (lebar 100 km dan dalam 1500 m) ke arah barat dasarnya berangsur-angsur terangkat sampai bersambung dengan laut dangkal di selat Madura. b) Busur Dalam Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur. Struktur umum Lombok di sebelah utara merupakan zone volkanis dengan volkan aktif Rinjani (zone Solo), dataran rendah Mataram (subzone Blitar). Di selatan berupa pegunungan selatan dengan materi kapur Tertier dan breksi volkanis. Bali dipisahkan oleh selat Bali terhadap Jawa. Zone di Bali sama dengan Jawa. Bagian utara merupakan bagian terluas terdiri dari volkan-volkan. Kuarter yang masih aktif, menunjukkan kelanjutan kompleks volkan muda di Jawa. Dataran Denpasar yang membentang pada kaki selatan volkan termasuk sub zone Blitar di Jawa. Dataran ini dihubungkan oleh tanah genting yang menyempit dengan bukitbukit kapur Tertier Ulu Watu (213 m) yang dapat dibandingkan dengan semenanjung Blambangan. Pulau Nusa Panida (529 m) antara Bali dan Lombok juga terdiri dari kapur Tertier ini. Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak geantiklinal. Sisi utara ditumbuhi oleh beberapa volkan muda. Volkan Ngenges, Tambora dan Soromandi menghasilkan

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

batuan leucit. Sedimen tertier dan batuan kapur alkali disebarkan secara luas di pulau Sumbawa. Hal ini memberikan gambaran bahwa zone pegunungan Selatan Jawa terdapat di seluruh pulau Sumbawa dan depresi menengah yang disebut zone Solo. Teluk Saleh merupakan sebuah depressi terpencil dari zone Solo. Pulau Flores dipisahkan dari Sumba oleh selat Sape. Komodo dan Rinca termasuk ke dalam puncak geantiklinal Flores Tengah, yang terdiri dari batuan volkanis lebih tua (Tertier) dan intrusi magmatis yang dapat dibandingkan dengan Pegunungan Selatan Jawa. Volkan-volkan yang lebih muda muncul di sepanjang pantai selatan Flores Barat. Di Flores Timur geantiklinal itu berupa sumbu yang tenggelam sehingga batuan volkanis yang lebih tua dan intrusi granodiorit tidak begitu banyak, serta hanya terdapat volkan muda yang muncul dibagian puncaknya. Geantiklinal itu bersambung disepanjang Solor, Adonara, Lomblen dan Pantar, dimana pulau-pulau tersebut terdiri dari volkan yang aktif. Sumbu itu kemudian melalui Alor, Kambing, Wetar dan Romang. Di bagian ini busur dalam tidak memiliki volkan aktif. Pulau-pulau tersebut tersusun dari endapan volkanis Tertier akhir yang sebagian terdapat di bawah permukaan laut. c) Palung Antara dengan Sumba Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabang-cabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti. Lereng yang curam pada Wetar dan basin Sawu serta dasar laut yang datar menunjukkan adanya penurunan permukaan bumi. Sedangkan ujung timur dan baratnya dibatasi oleh pengangkatan seperti sembul (horst) di Kisar dan Sumba. Kedua pulau tersebut secara morfologis termasuk zone palung antara. d) Busur Luar Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

4000 m. Palung antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu. Pulau sawu mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl dan mengelilingi pulau ini yang tersusun dari batuan pre-tertier. Punggungan danaRaijua-Sawu serong terhadap punggungan Roti-Timor, dari tempat itu dipisahkan oleh selat Daong. Pulau Roti tersusun dari sedimen terlipat kuat dan tertutup oleh batu karang kuater yang tingginya 430 m dpl. Timor merupakan hasil geantiklinal yang lebar. Disamping itu terdapat depressi memanjang di puncaknya, melalui Teluk Kupang sampai perbatasan Timor Leste dan berakhir di muara sungai Lois. e) Palung Depan Antar pulau Chrismast dan punggungan bawah laut di selatan Jawa terdapat cekungan dalam utama yang membujur arah timur-barat, kedalamannya 7450 m. Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap palung Timor. Palung di selatan Jawa itu di bagian selatan dibatasi oleh pengangkatan dasar laut yang tidak jelas batasnya melalui Pulau Chrismast menuju dasar laut yang dalamnya 3000-4000 m. bagian timur palung Timor ini dibatasi oleh dangkalan Australia atau dangkalan Sahul.

C. Kondisi Iklim Nusa Tenggara Kondisi iklim di Nusa tenggara barat maupun timur tidak mempunyai berbedaan yang mencolok, hal ini terlihat dengan adanya kondisi alam yang hampir sama di wilayah tersebut, misalnya terdapatnya padang rumput yang luas sehingga mempengaruhi iklim yang ada. Selain itu juga karena wilayah nusa tenggara yang berbentuk pulau-pulau sempit juga mempengaruhi iklim yang ada disana. Nusa tenggara tergolong beriklim kering, yang antara lain ditandai dengan jumlah curah hujan yang sedikit, dan tidak terbagi merata. Selain itu pada daerah dengan iklim kering ditandai dengan luasnya padang rumput.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

a. Nusa Tenggara Bagian Barat (NTB) Propinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai iklim kering dan siklus periode hujan yang singkat. Sebagian wilayahnya merupakan wilayah bayangan hujan. Dari catatan stasiun Badan Meteorologi di Ampean dan Mataram, suhu terendah adalah 20,8C pada bulan Januari dan suhu tertinggi 32,1C pada bulan Oktober. Curah hujan rata-rata per bulan pada musim penghujan paling tinggi hanya 421 sampai 526 mm (bulan Januari dan Desember). Pada bulan lain, jarang turun hujan. Kalaupun turun hujan, curah hujannya umumnya tidak lebih dari 290-an mm dan lebih sering di bawah 100 mm. Keadaan iklim di kota Mataram dipengaruhi oleh dua kali perubahan arah angin, sehingga menghasilkan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan April-Oktober bertiup angin kering dari Tenggara yang mengakibatkan musim kemarau, sedangkan pada bulan Nopember-Maret bertiup angin yang mengandung uap air dari Barat sehingga mengakibatkan musim hujan. Kecepatan angin pada musim hujan ini cukup kencang bahkan sering menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian kota seperti tumbangnya pohon besar di pinggir jalan, sedang kecepatan angin pada musim kemarau rendah. b. Nusa Tenggara Bagian Timur (NTT) Wilayah Nusa Tenggara Timur memiliki alam yang berbukit-bukit dengan iklim yang kering. Iklim kering tersebut dipengaruhi oleh angin muson dan memiliki periode hujan yang singkat juga. Musim kemarau lebih panjang, yaitu 8 bulan (April sampai dengan Nopember), sedangkan musim hujan hanya 4 bulan (Desember sampai dengan Maret). Suhu udara rata-rata 27,60C.. Suhu terendah adalah 29,7C pada bulan Januari dan suhu tertinggi 33,5C pada bulan November. Curah hujan rata-rata per bulan paling tingginya hanya mencapai 386,3 mm (Februari). Musim kemaraunya sangat kering, bahkan selama empat bulan tidak pernah terjadi hujan dan walaupun terjadi hujan, jumlahnya tidak lebih dari 290 mm, bahkan lebih sering di bawah 100 mm. Tipe iklim di daerah ini adalah tipe B sampai F (pembagian menurut Smidt dan Ferguson ) dan C (1,05%). Curah hujan berkisar antara 697-2.737 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata tiap tahun antara 44 sampai 61 hari. Suhu maksimum ratarata 33,2C dan suhu minimum rata-rata 21,7C. Kelembaban nisbi terendah terjadi pada

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Musim Timur Tenggara (63-76%) yaitu bulan Juni sampai November dan kelembaban tertinggi pada Musim Barat Daya (82-88%) yaitu bulan Desember sampai bulan Mei. Curah hujan tertinggi di wilayah Flores bagian barat, Sumba bagian barat dan Timor bagian tengah (2000-3000 mm/thn). Kecepatan angin rata-rata pada Bulan November sampai April 03-05 Knot dan angin Musim Timur Tenggara terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober dengan kecepatan dapat mencapai 06-10 Knot (apabila ditunjang angin permukaan). Nusa Tenggara bagian timur daerah dengan iklim kering ditandai dengan luasnya padang rumput. Pada Bulan Juni September arus angin yang berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada Bulan DesemberMaret arus angin banyak mengandung uap iar yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Minimnya curah hujan di NTT dipengaruhi oleh posisi NTT yang dekat dengan Australia, dimana arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik ketika sampai di wilayah NTT kandungan uap airnya sudah berkurang, akibatnya hari hujan di NTT berkurang. Keadaan ini menjadikan NTT sebagai wilayah kering dimana hanya 4 bulan (Januari s/d Maret dan Desember) yang keadaannya relatif basah dan 8 bulan lainnya relatif kering. Tabel : Keadaan Iklim di NTT Keadaan Iklim Suhu (C) Kelembaban Udara (%) Curah hujan (mm/th) Kecepatan Angin (Knot) Sumber : Data Base Profil NTT Rata-Rata 26,7 77,3 265,9 3,6

D. Kondisi Tanah Nusa Tenggara a. Nusa Tenggara Barat (NTB) Secara terperinci, jenis tanah di Nusa Tenggara Barat terdiri atas tanah latosol, aluvial coklat, mediteran atau campuran antara jenis-jenis itu. Secara morfologi, ada tanah dataran, lipatan maupun gabungan keduanya dengan permukaan yang datar, berbukit, juga bergunung-gunung. Jenis tanah di Pulau Lombok bagian tengah dan utara

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

umumnya aluvial coklat, dan di bagian selatan latosol. Bagian tengah pulau berupa tanah datar, di utara berbukit dan di selatan bergunung-gunung. Jenis tanah yang ada di wilayah kota Mataram sebagian besar dari jenis tanah liat, tanah liat berpasir dan tufa. Ini akibat endapan kuarter yang berasal dari hasil pengikisan atas lereng gunung atau sungai yang banyak terdapat di daerah ini, kemudian diendapkan di wilayah yang letaknya relatif lebih rendah. Jenis tanah ini mempunyai karakteristik daya penyerapan air yang lambat akibat kondisi permeabilitas yang rendah. Kondisi ini sebenarnya baik bagi pengembangan wilayah saluran pertanian atau irigasi, sehingga tanah di kota Mataram berpotensi sebagai daerah pertanian. Tetapi apabila curah hujan tinggi, kondisi tanah dan topografi kota Mataram mempunyai potensi sebagai daerah banjir dan genangan. Khusus di daerah Bima jenis tanah terdiri dari Kompleks aluvial, Regosol, Litosol dan Mediteran dengan sebaran dapat dilihat pada Tabel 2. Dari tabel terlihat bahwa penyebaran jenis tanah di wilayah Kabupaten Bima berturutturut dari yang terluas adalah sebagai berikut : Tabel :Penyebaran Jenis Tanah di Kabupaten Bima Jenis Tanah Aluvial Regosol Litosol Mediteran Lain-lain Sumber : Bima Dalam Angka 2005 Litosol Jenis tanah ini dicirikan oleh kedalaman efektif tanah sangat dangkal dan langsung berada diatas batuan dan umumnya berada pada daerah pegunungan/perbukitan dengan kemiringan yang terjal. Untuk pengembangan, faktor penghambat jenis tanah ini adalah kedalaman efektif tanah yang dangkal dan lereng. Mediteran Jenis tanah ini terbentuk pada wilayah berombak sampai bergelombang, mempunyai kedalaman efektif relatif dalam, drainase baik dan terbentuk pada Luas (Ha) 31.464 98.934 179481 116.064 19.307 % 70.07 22.02 40.31 26.07 4.34

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

itilin mediteran tekstur halus untuk pengembangan pertanian jenis tanah ini potensial untuk dikembangkan tanaman perkebunan/tanaman keras.
Regosol

Tanah ini terbentuk dari batuan induk muda hasil letusan gunung berapi, dicirikan oleh adanya batuan yang menyebar baik dipermukaan tanah maupun pada lapisan tanah bagian atas. Tanah Regosol mempunyai drainase tanah sangat cepat sehingga tidak potensial untuk pengembangan pertanian. Tanah ini dapat meresapkan air cukup sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan lindung untuk resapan air. Di wilayah Bima tanah Regosol merupakan hasil letusan gunung api Tambora, sehingga sebarannya sekitar Gunung Tambora. Aluvial Tanah Aluvial merupakan tanah muda hasil endapan. Tanah ini mempunyai sifat kimia dan fisik relatif baik dari pada ke 3 jenis di atas. Di wilayah Kabupaten Bima jenis tanah ini menyebar di wilayah sekitar (mulai dari wilayah perlembaban). Dalam pemanfaatan jenis tanah ini merupakan lahan potensial untuk pengembangan tanaman pangan. Sebagian besar tanah yang ada di wilayah Kabupaten Bima tergolong dalam tekstur sedang (77.8 %), Tekstur kasar 21.26 % dan tekstur halus (0.93 %). Kelas tekstur dalam pemanfaatan lahan sangat berhubungan erat dengan drainase tanah dimana untuk tekstur kasar sangat tidak sesuai untuk tanaman yang memerlukan banyak air (padi sawah). Berdasarkan kedalaman efektifnya tanah di wilayah Kabupaten Bima 58.44 % di atas 60 cm, 30,39 % mempunyai kedalaman efektif antara 0-30 %. Dengan demikian, berdasarkan kedalaman efektifnya tanah yang baik untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian adalah sebesar 58.44 %. b. Nusa Tenggara Timur (NTT) Keadaan formasi tanah di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Pulau Flores dan sekitarnya Tanah di Pulau Flores terdiri dari jenis tanah mediteran dengan bentuk wilayah Volkan, tanah Kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan, kompleks Latosol dengan bentuk wilayah Volkan, aluvial dengan bentuk wilayah dataran. Tanah-tanah Mediteran dengan bentuk wilayah Volkan mempunyai penyebaran yang paling luas. Pulau Lembata Adonara dan Solor mempunyai tanah jenis Mediteran dengan bentuk Volkan.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

2. Pulau Sumba Tanah di Pulau Sumba terdiri dari jenis Mediteran dengan bentuk wilayah pegunungan lipatan dan datar serta bentuk wilayah volkan. Latosol dan Grumusol dengan bentuk wilayah pelembahan. Tanah Mediteran dengan bentuk wilayah pegunungan lipatan adalah merupakan jenis tanah yang paling luas penyebarannya. 3. Pulau Timor dan sekitarnya Jenis tanah di Pulau Timor adalah tanah-tanah kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks, mediteran dengan bentuk wilayah lipatan, Grumusol dengan bentuk wilayah dataran, Latosol dengan bentuk wilayah plato/volkan. Tanah-tanah kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks merupakan jenis tanah yang paling luas penyebarannya. Pulau Alor dan Pantar mempunyai jenis tanah Mediteran bentuk tanah Volkan. Berdasarkan penyebarannya, maka presentasi jenis-jenis tanah di wilayah Nusa Tenggara Timur antara lain terdiri dari tanah Mediteran 32,25%, Latosol 9,72%, Grumusol 3,25%, Andosol 1,93%, Regosol 0,19% dan jenis tanah aluvial 1,66% (Sumber Rencana Kehutanan Propinsi Dati I Nusa Tenggara Timur tahun 1987). Keadaan tanah apabila dilihat dari topografinya, maka wilayah NTT dapat dibagi atas 5 bagian besar, yaitu : Agak berombak dengan kemiringan 3-16 % Agak bergelombang dengan kemiringan 17-26 % Bergelombang dengan kemiringan 27-50 % Berbukit-bukit bergunung dengan kemiringan lebih besar dari 50 % Dataran banjir dengan kemiringan 0-30 %

C. Kondisi Hidrologi Nusa Tenggara Nusa Tenggara merupakan kepulauan yang dikelilingi laut dan terletak di pesisir pantai, secara umum keadaan hidrologi Nusa Tengara sangat bergantung pada curah hujan setempat. Persebaran kawasan perairannya yaitu:

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

a. Nusa Tenggara Barat Wilayah perairan laut Nusa Tenggara Barat termasuk pada perairan laut dalam dengan dasar perairan yang terdiri dari batu karang dan pasir, khususnya di wilayah perairan laut Selat Lombok, Selat Alas dan Selat Sape. Wilayah perairan ketiga selat tersebut merupakan suatu perairan yang menghubungkan dan mempertemukan dua massa air dari wilayah perairan Laut Jawa dan Laut Flores dengan Samudera Indonesia. Meskipun curah hujan di kabupaten lombok barat relatif rendah, di wilayah kota ini mengalir 4 buah sungai yang cukup besar dan potensial sebagai sumber mata air permukaan. Sampai saat ini, penduduk terutama yang bermukim di bantaran sungai masih memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air sehari-harinya. Semua sungai tersebut berhulu di lereng gunung Rinjani. Pada musim kemarau sungai tersebut tidak pernah kering sedangkan pada musim penghujan aliran airnya sangat deras. sumber mata air yang utama berupa sungai, mata air embung, sebagian besar dimanfaatkan untuk irigasi dan budidaya ikan air tawar, juga dimanfaatkan untuk air minum dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Dari 38 kali/sungai yang mengalir di Kabupaten Lombok Barat terdapat 23 sungai yang merupakan sumber mata air tetap dengan debit rata-rata 8.588 liter/detik dan volume 270.831 m3 pertahun. Adapun kali/sungai yang merupakan sumber mata air dengan debit terbesar adalah sungai target satu (1) dengan debit rata-rata 1.500 liter/detik, sedangkan yang terkecil adalah sungai Ampak Tepang dengan debit rata-rata sebesar 45 liter/detik. Kebanyakan sungai-sungai dimaksud mengalir dari utara dan Timur dan bermuara ke Wilayah Selatan dan Barat. b. Hidrologi Nusa Tenggara Timur Sungai yang terdapat di Propinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya mempunyai fluktuasi aliran air yang cukup tinggi, pada musim penghujan berair dan banjir, sedangkan pada musim kemarau berkurang bahkan ada yang tidak berair sama sekali. Sungai-sungai yang ada di Pulau Flores antara lain Sungai Aisesa (65 km, terpanjang di Flores), Reo (55 km), Moke (45 km), Leo Ria (40 Km) dan Jamal (40

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Km). Di Pulau Sumba antara lain terdapat sungai Kambaniru (118 Km, terpanjang di Pulau Sumba), Kadaha (46 Km), Melolo (51 Km), Baing (48 Km) dan Kalada (46 Km). Di Pulau Timor antara lain terdapat Sungai Benain (135 Km, terpanjang di Pulau Timor dan di Nusa Tenggara Timur), Mina (97 Km), Termanu (51 Km), Muke (45 Km) dan Mena (33 Km). Berdasarkan pola daerah aliran sungai yang dibatasi garis-garis gunung, maka wilayah Nusa Tenggara Timur terbagi atas 509 Daerah Aliran Sungai (DAS). Tabel : Das per kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 1. 2. Kabupaten/Kota Kota Kupang Kupang Oesao 1. 2. 3. 3. 4. Rote Ndao Timor Tengah Selatan Oesao Tramanu Noelmina Nama DAS

P. Roti 1. 2. 3. Noelmina Muke Benenain Besi Erat Benenain Benenain Laumea Lois Mangili-Rendi Kambaniru Kalada Wonokaka Kalada Wonokaka

5.

Timor Tengah Utara

1. 2.

6.

Belu

1. 2. 3.

7.

Sumba Timur

1. 2. 3. 4.

8.

Sumba Barat

1. 2.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

3. 9. Alor 1. 2. 10. Lembata 11. Flores Timur

Bondokodi P. Alor P. Pantar

P. Lomblen 1. 2. 3. 4. P. Adonara P. Solor Waeruni Nebe Waeruni Nebe Magepanda Loworea Magepanda Loworea Magepanda Loworea Aisesa Wera Buntal Moke Wera Buntal Moke Waeterang Jamal Lembor Waeterang Jamal Lembor Anganae P. Komodo

12. Sikka

1. 2. 3. 4.

13. Ende

1. 2.

14. Ngada

1. 2. 3. 4. 5.

15. Manggarai

1. 2. 3. 4.

16 Manggarai Barat

1. 2. 3. 4.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

5.

P. Rinca

Terdapat beberapa dari DAS di atas yang sudah dibagi menjadi sub DAS - sub DAS terutama pada daerah-daerah yang dianggap strategis untuk mendukung pembangunan.di sekitarnya baik berupa cek dam, bendungan dll. Beberapa Sub DAS yang telah dibuat diantaranya, antara lain : DAS Oesao (Sub DAS Oesao, Noelbeno, Nunkurus, Pulukayu, Oebelo, Manikin, Oesapa Besar) terletak di Kotamadya Kupang dan kabupaten Kupang.

DAS Noelmina (Sub DAS Bokong, Lake, Besiam, Meto) terletak DAS Benenain (Sub DAS Noni, Lakoe, Maubesi, Baen-Tobino,

di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan.

Kotoen, Bikomi) di Kabupaten Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara dan Belu,

DAS Aisesa (Sub DAS Aisesa, Posolik, Waru) di Kabupaten

Ngada DAS Kalada dan DAS Wonokaka (Sub DAS Karendi) di Kabupaten Sumba Barat. Sistem aliran air tanah di Pulau Lombok dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok utama, yaitu: 1. Sistem aliran air tanah batuan vulkanik dan sedimen Tersier, terbagi menjadi: a. Sub Sistem Aliran Air Tanah Pelangan-Bumbang, b. Sub Sistem Aliran Air Tanah Mangkung c. Sub Sistem Aliran Air Tanah Puyung-Keruak; 2. Sistem aliran air tanah bagian vulkanik Kuarter, terbagi menjadi : a. Sub Sistem Aliran Air Tanah Vulkanik Punikan, b. Sub Sistem Aliran Air Tanah Vulkanik Sembalun, c. Sub Sistem Aliran Air Tanah Vulkanik 1 (Piroklastik Kaldera), d. Sub Sistem Aliran Air Tanah Vulkanik 2 (Kondo), e. Sub Sistem Aliran Air Tanah Vulkanik 3 (Rinjani Muda), f. Sub Sistem Aliran Air Tanah Vulkanik 4 (Sangkareang), g. Sub Sistem Aliran Air Tanah Vulkanik 5 ( Rinjani Tua).

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Sistem air tanah di bagian utara Pulau Lombok, terutama pada daerah vulkanik komplek Rinjani, dikontrol oleh pola struktur pada daerah resapan dan luahan yang dihubungkan oleh media akuifer (antar butir dan rekahan) yang terbentuk pada proses erupsi efusif (tenang) dan eksplosif (kuat) berupa perulangan perlapisan lava, lahar dan piroklastik.

2.2 PENGEMBANGAN WILAYAH NUSA TENGGARA Propinsi Nusa Tenggara merupakan sebuah propinsi yang terletak di belahan Selatan Indonesia dan berdampingan dengan Benua Australia. Propinsi Nusa Tenggara ini merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar, seperti pulau Lombok, Flores, Sumba, Timor, Alor, dan lebih dari 500 pulau kecil yang letaknya tersebar membentang dari ujung barat sampai ujung timur. Dilihat dari sudut pandang tektonisme, busur Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara merupakan salah satu daerah dengan tingkat kegempaan yang tinggi di Indonesia. Keaktifan ini disebabkan wilayah ini berada di antara zone benturan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia di selatan dan patahan naik busur belakang Bali-Flores (Bali-Flores back arc thrusting) di utara. Kenyatan ini akan memberi gambaran yang cukup jelas bahwa seolah daerah ini hampir-hampir tidak akan pernah aman dari bencana kebumian, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan letusan gunung api. Dari catatan sejarah gempa besar dan merusak di jalur busur Bali-Nusa Tenggara tersebut, sedikitnya di kawasan ini sudah terjadi 16 kali gempa kuat dan merusak yang menelan ribuan korban jiwa.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Terlepas dari ancaman bencana yang mengancam, adanya beberapa gunung itu juga memberi beberapa dampak positif. Secara tidak langsung, daerah yang dekat dengan pegunungan tersebut cenderung akan lebih subur disbanding dengan daerah lainnya. Adanya perbedaan iklim, cuaca, kondisi geologi menghasilkan adanya perbedaan jenis tanah yang terdapat di wilayah Propinsi Nusa Tenggara. Dengan anugrah kondisi fisik yang bervariasi, menjadikan Propinsi Nusa Tenggara memiliki begitu banyaknya potensi fisik yang patut untuk dikembangkan. Berbagai potensi Propinsi Nusa Tenggara yang beragam dapat kita lihat dalam wacana di bawah ini : 1. Kondisi kelautan Karakteristik laut dan pesisir setiap pulau yang ada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara pada umumnya tidak sama, hal ini disebabkan oleh tipe lautan dan kondisi topografi setiap pesisir. Dilihat dari posisi wilayahnya yang berbatasan dengan Australia dan dipisahkan oleh laut lepas, akan sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan dan pesisir pantainya. Saat ini garis pantai dipergunakan antara lain untuk penangkapan ikan, budidaya laut (teripang, mutiara, rumput laut, penampungan ikan hidup), penangkapan nener dan penangkapan ikan hias serta wisata bahari. Lokasi yang potensial untuk budidaya laut meliputi Kabupaten Kupang, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan masih banyak daerah yang lain. Sumber daya pesisir dan laut di Nusa Tenggara sangat beraneka ragam sehingga memberikan peluang ekonomis yang cukup tinggi untuk kegiatan perikanan, pariwisata bahari serta jasajasa lingkungan laut. Sumberdaya alam pesisir dan laut yang terdapat di wilayah Nusa Tenggara adalah sebagai berikut : a. Perikanan Tangkap Potensi sumber daya ikan laut Propinsi Nusa Tenggara, berdasarkan hasil survey Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut pada tahun 1999, cukup besar yaitu lebih dari 365,7 metrik ton/tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 292,2 metrik ton/tahun sedangkan tingkat pemanfaatan baru sekitar 30 %. Potensi perikanan laut

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

terdiri dari: (a) Ikan pelagis besar meliputi Tuna, Cakalang, Paruh Panjang, Tongkol, Tenggiri; (b) Ikan pelagis kecil meliputi Tembang, Teri, Terbang, Kombong, Layang, Selar, (c) Ikan demersal meliputi Kakap, Bambangan, Lencam, Pari dll, (d) Udang yang meliputi Lobster, dan jenis udang Penaid, (e) Cumi-cumi, dan (f) Ikan karang seperti Kerapu, Beronang dan Ekor Kuning. Jenis Ikan Pelagis Kecil, berpotensi besar dan bernilai ekonomis tinggi adalah Kembung, Lemuru, Teri, Laying, Terbang dan Selar. Ikan-ikan Pelagis Kecil ini terutama dipasarkan untuk konsumsi lokal, sebagian untuk pasar regional dan umpan hidup penangkapan Ikan Pelagis Besar. Jenis Ikan Pelagis Besar, antara lain terdiri dari Cakalang, Tongkol, Tuna Madidihang; Mata Besar, Albacore dan Cucut. Ikan Pelagis Besar merupakan hasil perikanan laut utama yang diekspor. Ikan Pelagis Besar banyak terdapat di perairan laut dalam. Semua jenis Tuna hampir terdapat di perairan Nusa Tenggara Timur, terkecuali Tuna Sirip Biru Utara (Thunnus Thynnus) dan Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus Atlanticus). Jenis Ikan Demersal, Ikan-ikan Demersal merupakan kelompok ikan yang tinggal di dasar atau dekat dasar perairan. Ikan Demersal tersebar di seluruh perairan dengan kecenderungan kepadatan populasi dan potensi yang tinggi pada daerah sekitar pantai. Ikan Demersal menurut kategori nilai ekonomis terdiri dari kelompok utama sebanyak 24 % (Kerapu, Bambangan, Bawal Putih, Kakap, Manyung, Kuwe dan Nomei) kelompok komersial kedua sebanyak 17 % (Bawal Hitam, Gerot-gerot, Cucut), kelompok komersial ketiga 37 % (Pepetek, Beloso, Mata Merah, Kerongkerong, Gabus Laut, Besot dan Sidat) dan kelompok Ikan Rucah sebanyak 22 % (Srinding, Lidah, Sebelah, Kapas-kapas, Wangi Batu dan Kipper). Jenis-jenis Ikan Demersal tersebar di seluruh perairan Nusa Tenggara Timur terutama sepanjang pantai utara Flores, perairan pulau-pulau kecil dan RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020 II - 9 kawasan perairan terumbu karang, ikan-ikan demersal ini dijual untuk konsumsi domestik dan pasar ekspor.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

b. Udang Kepiting.

Jenis-jenis Udang Penaeid, Borong, Windu dan jenis Crustecea lain seperti Kepiting, Rajungan merupakan komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi dan banyak terdapat di Kabupaten Kupang, Ngada, Belu, Alor, Flores Timur dan masih banyak daerah yang lain. Komoditas kelompok ini umumnya ditangkap dengan perangkap (bubu) dan jaring. c. Komoditas Perikanan Jenis Lainnya. Hasil perikanan lain seperti Cumi-cumi, Kerang-kerangan, Teripang, Ikan hias laut dan Rumput Laut merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi juga. Cumi-cumi banyak terdapat di Kabupaten Manggarai, Flores Timur, Sumba Timur, Ende dan Ngada. Kerang-kerangan terutama Kerang Mutiara hasil budidaya, Batu Loa, Japing-japing dan Mata Tujuh (Abolan) merupakan komoditas berpotensi untuk dipasarkan. Kerangkerangan kecuali Mutiara, Teripang dan Rumput Laut terdapat pada sebagian besar perairan Nusa Tenggara Timur, sedangkan Mutiara, sebagai induk alam budidaya, terdapat di perairan Kabupaten Kupang, Flores Timur, Alor, Lembata, Sikka dan Manggarai. Potensi lainnya adalah budidaya laut yang mulai dikembangkan di pantai pulau-pulau di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Panjang pantai keseluruhan mencapai 5.700 Km memiliki kualitas perairan pantai relatif masih baik. Dasar pantai umumnya berpasir dan ditumbuhi karang sampai berlumpur bercirikan tanaman Mangrove dan bentuk pantai yang berteluk serta terlindungi. d. Perikanan Budidaya Termasuk Darat. Budidaya Laut. Potensi pengembangan budidaya laut diperkirakan sekitar 5.150 Ha, dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 8,74% atau sekitar 450 Ha. Jenis produksi dan sebarannya adalah sebagai berikut : a.) Mutiara : pengembangan usaha budidaya mutiara terdapat pada lokasi - lokasi perairan pantai di Kabupaten Sumba Timur, Ende, Alor, Flores Timur, Lembata, Manggarai dan Ngada; b.) Rumput laut : potensi pengembangan budidaya rumput laut pada lokasi-lokasi; perairan pantai di Kabupaten Belu, Kupang, Sumba Timur, Timor Tengah Utara, Ngada, Pantai Utara Kabupaten Ende, Lembata, Tanjung Karoso Bangedo,

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Kabupaten Manggarai, Pulau Pemana, Pantai Pulau Damhila, Perairan Pantai Pangabatang (Sikka); c.) Teripang : potensi pengembangan usaha budidaya teripang terdapat pada lokasi-lokasi perairan di Pantai Utara dan Selatan Ngada, Manggarai, perairan Pantai Utara Kabupaten Sikka, perairan Pantai Kabupaten Flores Timur dan Alor. Budidaya Tambak. Lahan yang tersedia adalah 35.455 Ha dan lahan yang telah diusahakan adalah 284,5 Ha atau tingkat pemanfaatan baru 1,23 % dengan produksi : Bandeng 463,4 ton, Belanak 39,9 ton dan Udang Windu 275,8 ton dan potensi tambak garam yang baru sebagian kecil dimanfaatkan. Budidaya Kolam. Lahan yang tersedia 8.375 Ha dan yang telah diusahakan adalah 284,5 Ha atau tingkat pemanfaatan lahan baru 3,40 % dengan kemampuan produksi : Ikan Mas 91,6 ton, Mujair 53,9 ton, Tawas 23,0 ton dan Nila produksi 49,5 ton. Budidaya Ikan di Sawah (Mina Padi). Lahan yang tersedia 185 Ha dengan tingkat pemanfaatan lahan baru 75 % atau seluas 138,7 Ha. Kemampuan produksi yaitu : Ikan Mas 10,6 ton, Nila 5,2 ton dan Lele 1,5 ton. Hutan Mangrove. Potensi Hutan Mangrove di Nusa Tenggara cukup besar, hasil survey Dinas Kehutanan yang bekerjasama dengan Perguruan Tinggi pada tahun 1995 berhasil mengidentifikasi 11 Species Mangrove di Pulau Timor, Rote, Sabu dan Semau dengan luas 19.603,12 Ha dan 17.251,71 Ha di Pulau Flores dan Solor. Luas Hutan Mangrove di Sumba Timur sekitar 15.000 Ha dengan jumlah tegakkan yang telah diidentifikasi seluas 1.359 Ha. Terumbu Karang. Perairan Nusa Tenggara diperkirakan memiliki 160 jenis terumbu karang dari 15 famili dengan 350 jenis ikan yang mendiaminya. Lokasi penyebaran terumbu karang di Nusa Tenggara disekitar wilayah Teluk Kupang, Teluk Maumere, Pantai Utara, Timur dan Selatan Pulau Sumba, Alor, Lembata dan Labuan Bajo.

2. Kegiatan Pertanian

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Pertanian merupakan sektor yang paling dominan di Nusa Tenggara. Lebih dari 80% penduduknya terlibat dalam kegiatan sektor pertanian. Meskipun total kontribusi pertanian dalam pembentukan nilai PDRB mengalami penurunan dari tahun ke tahun, tetapi tetap merupakan sektor yang dominan, dalam arti bahwa persentase sektor ini tetap besar. Sektor pertanian ini meliputi sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. a. Tanaman Pangan Pembangunan tanaman pangan dapat dilakukan pada lahan basah dan lahan kering yang luas dan kemampuannya potensinya bervariasi antar wilayah kabupaten/kota. Berdasarkan kajian potensi lahan pertanian terdapat potensi pertanian kering seluas lebih dari 1.528.308 Ha. Produksi padi (padi sawah dan padi ladang) tahun 2003 sebesar 509,4 ribu ton menurun menjadi 495,5 ribu ton dalam bentuk gabah kering giling. Penurunan tersebut memang sejalan dengan penurunan luas panen sekitar 2000 hektar dari tahun sebelumnya. Penurunan produksi juga terjadi pada komoditas jagung dan kacang hijau, dimana pada tahun 2003. - Padi Sawah : Kabupaten Manggarai dengan luas panen 43.447 Ha dan produksi 143.679 ton. - Padi Ladang : Berdasarkan luas panen, yang terbesar adalah Kabupaten Sumba Barat yaitu 12.424 Ha, tetapi berdasarkan jumlah produksinya, yang terbesar adalah Kabupaten Manggarai. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa produktivitas di Manggarai lebih tinggi dari pada Sumba Barat. - Jagung : Kabupaten Timor Tengah Selatan - Ubi-ubian : Kabupaten Timor Tengah Selatan - Kacang-kacangan : Kabupaten Kupang Produksi jagung sebesar 583,4 ribu ton menurun menjadi 568,4 ribu ton pada tahun 2004. Hal ini juga sejalan dengan penurunan luas panen 13.000 hektar. Sedangkan komoditi kacang hijau pada tahun 2003 mampu menghasilkan produksi sebesar 20,1 ribu ton dan menurun menjadi 16,2 ribu ton pada tahun 2004.Lain halnya dengan komoditi tanaman pangan lainnya, seperti kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan sorghum, dalam dua

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

tahun terakhir ini mengalami peningkatan baik luas panen maupun produksinya. b. Perkebunan Tanaman perkebunan merupakan komoditi strategis dalam pembangunan perekonomian Nusa Tenggara, karena merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap total ekspor. Seperti telah disinggung di atas bahwa peranan subsektor perkebunan ini terhitung masih begitu kecil peranannya terhadap PDRB Nusa Tenggara. Walaupun begitu kecil produksi dari sektor ini dapat menunjang pendapatan, terutama dalam rangka memenuhi bahan baku sektor industri. Penentuan daerah penghasil utama didasarkan pada jumlah produksi dan luas areal perkebunan, yaitu : - Kelapa : Kabupaten Sikka, Flotim dan Ende - Kopi : Kabupaten Manggarai, Kabupaten Ngada - Kapok,Pinang : Kabupaten Sumba Barat - Cengkeh : Berdasarkan luas daerah panen terbesar adalah Kabupaten Manggarai, tetapi berdasarkan produksinya adalah Kabupaten Sikka. - Coklat, lada : Kabupaten Sikka - Kapas : Kabupaten Ende - Vanili : Kabupaten Manggarai, Kabupaten Alor - Tembakau : Kabupaten Sumba Barat Seperti telah diuraikan di atas bahwa tanaman perkebunan telah dimanfaatkan untuk ekspor ke luar negeri, terutama dalam bentuk diolah. Berdasarkan jalur pemasaran yang telah dirintis, disamping untuk kebutuhan masyarakat atau perdagangan dalam wilayah, beberapa komoditas telah menjadi komoditas ekspor seperti Kopi, Kakao, Jambu Mente, biji Kapas dan Cassiavera. Bawang merah, bawang putih, dan buncis merupakan sayuran yang banyak ditanam di Kecamatan Kintamani, kecamatan yang paling luas di Bangli. Tanaman buah-buahan juga menjadi komoditas andalan Bangli. Jeruk keprok, misalnya. Produksi jeruk Kabupaten Bangli bersaing dengan jeruk

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

keprok dari Kabupaten Badung. Bangli menghasilkan 22.103 ton jeruk keprok, sementara Badung 49.469 ton. Dari lapangan usaha perkebunan, kopi arabika nilai jualnya tinggi dan menjadi andalan Bangli. Pada tahun 2001 produksi kopi arabika Bangli mencapai 64 persen dari total produksi provinsi sebesar 5.644 ton. Petani yang mengelola perkebunan kopi juga paling besar ditemukan di Bangli dibandingkan daerah lain di provinsi, berjumlah 5.436 petani dari 13.986 petani kopi di Bali. Budidaya kopi arabika dikelola oleh perkebunan rakyat. Biji kering olahan secara tradisional dari petani kemudian dibawa ke pabrik pengolahan kopi PT Perkebunan Nusantara XII di Kintamani. Kemudian oleh sebuah perusahaan perdagangan dibawa ke Surabaya untuk dikemas dan dikapalkan ke Jepang. Tahun 2002, ekspor kopi ke Jepang sekitar 10 persen atau 240 ton dari produksi biji kopi olahan. Saat ini, pemerintah daerah kabupaten sedang mencoba prospek pemasaran ke Perancis. c. Kehutanan Propinsi Nusa Tenggara mempunyai areal kawasan hutan lebih dari 1.808.981,21 Ha yang terdiri dari hutan lindung 713.216,97 Ha, hutan produksi tetap 428.357,98 Ha, hutan produksi terbatas 197.249,73 Ha, hutan yang dapat dikonversi 101.827,03 Ha. Berdasarkan penyebaran hutannya, terlihat bahwa beberapa pulau besar seperti Pulau Lombok dan Flores merupakan terbanyak terdapat hutan produksi. Produksi kayu cendana di Propinsi Nusa Tenggara Timur selama tahun 2002 sebesar 261,26 ton yang berasal dari 5 kabupaten yaitu : Sumba Barat 50,02 ton, Sumba Timur 30,09 ton, Timor Tengah Selatan 72,58 ton, Timor Tengah Utara 17,10 ton, dan terbesar di Belu 91,48 ton. Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol adalah Kayu Jati. Selama tahun 2002 produksinya mencapai sekitar 3,10 ribu meter kubik. Beberapa Pulau di Nusa Tenggara juga memiliki kawasan hutan yang bervariasi seperti padang rumput (sabana) meliputi daratan timur, Sumba bagian timur dan flores bagian timur. Hasil hutan berupa kayu anpupu (Flores), kayu merah dan cendana (Timur). Jenis inimerupakan hasil hutan

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

primer. Sedangkan hasil hutan sekunder terdiri dari jati, pinus, mahoni, albasia dan akasia. Hutan ini menghasilkan kayu untuk bahan bangunan guna kebutuhan lokal, menghasilkan madu dan lilin d. Peternakan Sebagai salah satu gudang ternak di Indonesia, peranan subsektor peternakan di propinsi ini adalah kedua terbesar setelah tanaman pangan. Populasi ternak besar di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2002 tercatat untuk Sapi sebanyak 503.154 ekor, Kerbau 132.497 ekor dan Kuda 93.157 ekor. Untuk populasi Sapi sebagian besar berada di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, sementara untuk Kerbau dan Kuda sebagian besar berada di Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Ngada dan Manggarai. Populasi ternak kecil yang menonjol di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah babi yakni tercatat sekitar 1,17 juta ekor pada tahun 2002, disusul kambing 420,8 ribu ekor, dan terendah domba dengan populasi 55,6 ribu ekor. Untuk kelompok unggas, populasi ayam kampung tahun 2002 tercatat sekitar 9,64 juta ekor yang sebagian besar berada di Kabupaten Kupang dan Ende. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas andalan dari sub sektor peternakan karena telah menjadi komoditas perdagangan antar pulau dengan peluang pasar cukup prospektif. Dalam upaya meningkatkan peluang usaha peternakan terdapat peluang padang pengembalaan yang kualitas padangnya perlu ditingkatkan dalam upaya percepatan populasi ternak sapi dan ternak kecil. Hewan jenis unggas terdiri dari ayam dan itik. Wilayah Nusa Tenggara Barat ikut mendorong perkembangan usaha komoditi Ayam Buras. Meningkat terutama untuk pasar lokal guna memenuhi kebutuhan rumah makan. Sedangkan hasil produksi Ayam Jago untuk memenuhi pasar luar seperti Bali dan Jawa Timur lebih kurang mencapai 25.000 ekor per tahun. Produksi ternak itik digunakan untuk memenuhi pasar lokal dan Bali, sedangkan produksi telur asin, yang merupakan salah satu komoditi unggulan

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

NTB, umumnya untuk memenuhi permintaan pasar luar daerah NTB mencapai 25.000 butir per minggu, namun kemampuan mensuplai baru 50%. Wilayah peternakan tersebar di pulau Timor, pulau Sumba dan pulau Flores. Melalui penggunaan lahan yang tepat serta keadaan alam yang ada, maka kesesuaian lahan dan arah pengembangannya bagi lahan ternak dapat ditentukan. Luas lahan untuk sapi potong (termasuk kambing/domba) seluas 2.707.057 ha. Kuda banyak dipelihara di Sumba, Flores, dan Timor. Kuda di pelihara untuk ditunggangi dan sebagai kuda beban saja. Setiap tahun puluhan ribu ekor yang diekspor ke negara lain sebagai ternak-ternak potong.

e.

Perikanan Produksi perikanan di daerah ini meliputi perikanan darat dan perikanan laut. Untuk perikanan darat di usahakan di perairan umum, perikanan budidaya tambak, kolam dan sawah. Perkembangan produksi perikanan menunjukkan arah yang menggembirakan, yaitu cenderung meningkat dari tahun ke tahun, terutama untuk perikanan darat. Peningkatan produksi perikanan darat ini sebagai akibat berkembangnya luas areal kolam di desadesa dan kegiatan penebaran benih di perairan umum. Produksi perikanan laut sebagian besar masih dihasilkan oleh nelayan kecil (armada perikanan rakyat) yang pada umumnya beroperasi di daerah pantai, sedangkan penangkapan ikan di daerah lepas pantai dan Zona Ekonomi Eksklusif belum diusahakan. Biasanya usaha tersebut dilakukan oleh perusahaan perikanan skala menengah atau besar. Tingkat perkembangan usaha perikanan baik usaha penangkapan maupun budidaya masih rendah dan lamban disebabkan keterbatasan modal/sarana produksi, ketrampilan nelayan/petani ikan yang masih rendah, penyediaan prasarana pasca panen yang masih rendah dan terjaminnya pemasaran hasil perikanan. Disamping hal tersebut, tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan di propinsi ini masih tergolong rendah dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya. Produksi perikanan pada tahun 2001 sebesar 85.329 ton. Sebesar 83.991 ton diantaranya atau sekitar 98,43% merupakan hasil perikanan laut dan

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

selebihnya sekitar 1,57% merupakan hasil dari perikanan darat. Untuk lebih jelas lihat pada Tabel II.20. Dilihat dari daerahnya, hampir seluruh kabupaten yang ada menghasilkan perikanan laut. Kabupaten-kabupaten yang paling banyak memproduksi ikan (perikanan laut) adalah Kabupaten Kupang (19,6%), Sikka (18,8%), Flores Timur dan Ende. Yang terkecil produksi perikanan lautnya adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sementara itu, kabupatenkabupaten yang tidak memproduksi perikanan darat adalah Kabupaten Sikka dan Ende. Disamping untuk memenuhi kebutuhan penduduk sendiri, komoditi perikanan merupakan salah satu komoditas ekspor. Yang termasuk komoditas ekspor pada tahun 2003 adalah ikan Tuna dan Cakalang, Mutiara, Rumput Laut, Lobster, Udang Windu matang, sirip ikan Hiu, minyak hati ikan Hiu.

f.

Sektor Pertambangan Peranan sektor pertambangan di dalam struktur ekonomi wilayah Propinsi Nusa Tenggara terlihat masih kecil. Berdasarkan data PDRB 1999 2002 tercatat peranan sektor ini di dalam pembentukan nilai PDRB masih di bawah 1% atau rata-rata peranan tiap tahunnya 0,5%. Dilihat dari potensi geologisnya, sebenarnya di propinsi ini banyak mengandung bahan-bahan mineral yang terdiri dari bahan galian seperti: logam mulia, logam dasar besi dan bahan galian industri seperti batu kapur, tanah liat, gypsum, pasir, silica, belerang, barit sesuai dengan jumlah dan kadarnya masing-masing. Tetapi dari sumber daya pertambangan yang ada hanya beberapa mineral yang telah dieksploitasi. Beberapa jenis bahan tambang yang telah dilaksanakan penambangannya adalah batu kapur, tanah liat, logam mulia, mangan, barit, marmer, bahan galian C dan fosfat. Luas penggunaan lahan pertambangan untuk masingmasing lokasi dan hasil tambang adalah sebagai berikut : Penambangan pasir, batu dan kerikil luas arealnya telah lebih dari mencapai 48 Ha; Penambangan batu kapur dan tanah liat seluas 17 Ha masing-

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

masing di Kabupaten Kupang seluas 15 ha dan di Kabupaten Timor Tengah Selatan seluas 2 Ha; Penambangan marmer di Kabupaten Belu, Kecamatan Malaka Timur Desa Sanleo seluas 25 Ha; Penambangan bahan galian phospat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kecamatan Amanuban Selatan 137 Ha. Sistem penambangan yang dilakukan untuk bahan galian seperti pasir, batu, kerikil, batu kapur dan tanah liat adalah sistem terbuka, sedangkan untuk bahan penambangan batu kapur dan tanah liat, khususnya oleh PT. Semen Kupang dilakukan secara terbuka dan menggunakan alat berat. Ada tiga macam kegiatan penambangan yang dilakukan yaitu kegiatan kontrak karya penambangan, kuasa penambangan dan penambangan oleh rakyat. Penambangan oleh rakyat biasanya terbatas pada bahan galian C, yang lokasinya tersebar dengan jumlah kecil. Lokasi penambangan mangan terletak di daerah Reo dan Cibal Kabupaten Manggarai. Perusahaan yang mengeksploitasi adalah PT. Aneka Tambang dengan hasil yang diekspor ke Jepang sebagai teknik Grade. Pada akhir tahun 1986 suatu kontrak Kerja antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan patungan PT. Nusa Lontar Mining telah ditandatangani untuk eksplorasi emas epithermal di Kabupaten Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flores, Timor dan Alor. Kemudian pada tahun 1987 menyusul suatu kontrak kerja serupa dengan PT. Flores Indah Mining di lokasi sebelah utara Pulau Rinca Kabupaten Manggarai. Sebenarnya sektor pertambangan di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur akan dapat berkembang sebagai sektor penting, apabila hasilnya sudah dapat berperan dalam meningkatkan derajat kesejahteraan, ditinjau dari tingkat pendapatan masyarakat daerah ini.

g.

Sektor Pariwisata Dengan keindahan alam yang dimilikinya, Nusa Tenggara menyuguhkan berbagai objek wisata yang menarik. Perkembangan pariwisata di Nusa Tenggara meliputi daerah pantai yaitu Pantai Sanur, Pantai Kuta, Pantai Padang Bai, Pantai Candidasa, pantai pasir putih yang terletak di pulau Bali.

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Obyek wisata bahari Tulamben memiliki pemandangan bawah laut yang indah dan alami dengan beragam ikan hias. Wilayah obyek wisata Bahari menyebar di kawasan Bali Selatan dan Kupang. Selain pariwisata pantai, di bali juga terdapat obyek wisata yang memiliki panorama alam yang indah. Misalnya Danau Batur yang terletak diantara pegunungan yaitu Gunung Batur yang berada di bawah Kintamani. Selain itu di beberapa pulau yang lain juga banyak dimanfaatkan sebagai tempat wisata, misalnya di Lombok yang pengembangan wilayahnya sebagian besar disektor wisata pantai dan pegunungan (Rinjani). Bagi wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, pariwisata dapat berlangsung di mana-mana. Variasi alamiah dan kebudayaannya merupakan daya tarik yang berbeda satu dengan yang lain. Namun demikian di tempattempat tertentu dijumpai daya tarik khusus, yaitu obyek-obyek yang memiliki ciri khas yang unik dan merupakan pusat daya tarik karena alasan-alasan tertentu. Pusat-pusat daya tarik ini memiliki skala yang berbeda-beda tergantung kepada tingkat keunikan dan juga jumlah serta jenis obyek-obyek wisata lain yang terletak dalam jangkauan jarak yang berdekatan, sehingga saling menunjang dalam menciptakan daya tarik bersama, membentuk suatu kawasan wisata atau Satuan Pengembangan Pariwisata (SPP). Kawasan-kawasan wisata atau Satuan Pengembangan Pariwisata tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing, yang sesuai dengan daya tarik yang terdapat di lokasi tersebut. Sektor pariwisata di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu penghasil devisa non-migas yang potensial. Memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi salah satu tulang punggung pengembangan perekonomian wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, karena ditunjang oleh sumber daya manusia (human resources), sumber alam (natural resources), sumber daya buatan yang beraneka ragam dan faktor keindahan lainnya. Bila sektor non migas ini berkembang dengan baik, akan merangsang dan mendorong pertumbuhan pembangunan setiap Kabupaten/ Kota, pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber daya alam dengan manusia dan

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

kebudayaan serta meningkatkan devisa/pendapatan daerah. Disamping itu sektor ini mampu menumbuhkan sektor-sektor lainnya, seperti industri kerajinan rakyat, perluasan kesempatan kerja, agrowisata, pelayanan jasa perhubungan, perdagangan, pengembangan budaya dan sebagainya.

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN Kepulauan Nusa Tenggara terletak di Indonesia bagian tengah yang tersebar sepanjang 2.850 km dari barat ke timur (1150 49 BT sampai 134054 BT) dan 1.450 km dari utara ke selatan (2036 LU sampai 110LS). Kondisi fisik Nusa Tenggara sangat berbeda dengan kawasan lainnya di Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Kondisi geomorfologi yang bervariasi menyuguhkan adanya keanekaragaman jenis tanah dan adanya kawasan pesisir pantai yang berpotensi untuk daerah kehutanan, pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan dan pariwisata. 3.2 SARAN Pada dasarnya, Nusa Tenggara adalah sebuah propinsi yang memiliki potensi yang sangat baik. Kita tahu bahwa mulai dari ujung barat sampai ujung timur membentang sumber daya nan sangat eksotis dan masih perawan yang sangat berpotensi jika dikembangkan. Di sebelah barat kita tahu bahwa Bali dan Lombok adalah tanah sejuta pantai yang memesona dan diselingi pegunungan yang indah. Di bagian timur ada

http://basyaworld.blogspot.com

ACH BASYARUDDIN - GEOGRAFI - UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Sumbawa memiliki potensi kuda beserta susunya yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Tidak lupa pulau Komodo yang sering didatangi ilmuan dunia juga menambah ranah kekayaan Nusa Tenggara. Dari rangkaian kalimat di atas penulis berharap, Pemerintah Nusa Tenggara harus lebih serius dan konsisiten dalam mendandani propinsinya. Jika hal itu terjadi, tak khayal bahwa Nusa Tenggara akan menjadi tambang berharga bagi dunia yang telah mengglobal ini.

REFERENSI
Herlambang, Drs. Sudarno, M.Si.________. Dasar-dasar Geomorfologi Indonesia. Malang: IKIP Malang. Buranda, JP, M.Si.________. Geologi Indonesia. Malang: IKIP Malang. Darman, Herman dan Sidi, F. Hasan. 2000. The Geology of Indonesia. Jakarta: Ikatan Ahli Geology Indonesia (IAGI). Verstappen, Herman Th.___________. Outline of The Geomorphology Of Indonesia. Jakarta: Applied Geomorphological Survey (AGS). http://www.bkmd.nttprov.go.id http://www.tempointeraktif.com http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Lombok. http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores. http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sumbawa. http://ms.wikipedia.org/wiki/Sumba. http://www.walhi.or.id/ bioregion/nt/bio_nt_prof/.

http://basyaworld.blogspot.com

You might also like