You are on page 1of 39

MALNUTRISI PADA ANAK DAN BAYI SERTA TERAPI BERMAIN

PAPER Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Koordinator : Fitria Handayani, M.Kep., Sp.KMB

Oleh : Kelompok 2 Norma Anggelina Layar Mutiara Arniati Dwikatsari Triarini Warawirasmi Wachid Prasetyo Christty N.D Sitompul Jati Adi Prakoso Wiwin Nopitasari Singgih Sugiarto Risti Ardhila 22020110120032 22020110120033 22020110120034 22020110120041 22020110120042 22020110120046 22020110120051 22020110120053 22020110120055 22020110120060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2011

BAB VII MALNUTRISI PADA ANAK DAN BAYI SERTA TERAPI BERMAIN
Malnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan gizi (overnutrisi). Keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial. Perkembangan malnutrisi melalui 4 tahapan: 1. 2. 3. 4. Perubahan kadar zat gizi dalam darah dan jaringan Perubahan kadar enzim Kelainan fungsi pada organ dan jaringan tubuh Timbulnya gejala-gejala penyakit dan kematian.

A. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari mulai manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang samapun tindakan yang diberikan akan sangat berdeda karena setiap orang adalah unik, sehingga seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.

Tumbuh kembang merupakan hasil dari 2 faktor yang berinteraksi yaitu : 1. faktor herediter 2. faktor lingkungan.

Manusia dalam tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh kondisi: 1. fisik 2. kogniti 3. psikologis 4. moral 5. spiritual

Tumbuh kembang merupakan proses yang dinamis dan terus menerus. 1. Prinsip Tumbuh Kembang 1.1 Prinsip tumbuh kembang secara Umum a. tumbuh kembang terus menerus dan komplek. b. tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi. c. tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi. d. setiap aspek tumbuh kembang berbeda dalah setiap tahapnya dan dapat dimodifikasi. e. tahapan tumbang spesifik untuk setiap orang.

1.1 Prinsip Perkembangan dari Kozier dan Erb a. manusia tumbuh secara terus menerus

b. manusia mengikuti bentuk yang sama dalam pertumbuhan dan perkembangan c. manusia berkembang menyebabkan dia mendapatkan proses pembelajaran dan kematangan d. masing-masing tahapan perkembangan memiki karakteristik tertentu e. selama bayi (infancy) dan balita merupakan saat pembentukan perilaku, gaya hidup, dan bentuk pertumbuhan.

2. Tahapan tumbuh kembang spesifik untuk setiap orang 2.1 Psikoanalisa Oral (0-18 bulan), kesenangan berpusat pada mulut Anal (8 bulan 4 tahun), kesenangan pada anal Phallic (3 tahun 7 tahun), tertarik pada perbedaan jenis kelamin Latency (5 tahun 12 tahun) a. meningkat peran sex b. proses identifikasi pada orang tua c. persiapan berperan sebagai orang dewasa dan menjalin hubungan

Genital (12 tahun 20 tahun) a. Menjalin hubungan dengan hetero seksual b. Sexual pressures.

2.1 Psikososial Berdasarkan pada 4 konsep utama a. tahapan perkembangan b. tujuan dan tugas perkembangan c. krisis psikososial d. proses koping

2.2 Basic Trust vs Mistrust, (Infancy, 0-1 tahun) Pada tahap ini bayi mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari orang lain dengan keyakinan bahwa setiap dia membutuhkan pasti ada orang yang akan memberikan maka tumbuh pada dirinya sendiri kepercayaan (trust). Mistrust disebabkan karena inkonsistensi. Perilaku positif : a. b. c. Kasih sayang Gratification (kegembiraan, kegiarangan) Recognition (pengakuan/penghargaan)

2.3 Autonomy Vs Shame & Doubt (Toddler, 1-3 tahun) a. motorik dan bahasa berkembang b. mulai belajar makan, berpakaian dan toilet c. Perilaku positif: tergantung kepada orang tua tetapi

memmandang diri sendiri sebagai seseorang yang merupakan bagain dari orang tua. d. orang tua yang overprotec atau terlalu tinggi pengaharapan terhadap anak akan menyebabkan anak Shame & Doubt (malu dan ragu)

2.4 Initiative Vs Guilt, (Preschool, 4 5 tahun) a. kepercayaan diri tumbuh maka anak akan memiliki isisiatif b. pengekangan menyebabkan perasaan berdosa c. Perilaku positif: menunjukan imajinasi, imitasi orang dewasa, mengetes realitas, anticipates roles (mengharapkan peran) 2.5 Industry Vs Inferiority (School age, 6 11 tahun) a. anak senang menyelesaikan ssesuatu dan menerima pujian b. anak tidak berhasil menyelesaikan tugasnya akan menjadi inferior c. perilaku positif: memiliki perasaan untuk bekerja atau melaksanakan tugas, mengembangkan kompetisi sosial dan sekolah, melakukan tugas yang nyata. 2.6 Identity Vs Role Confusion (Adolesence, 12 20 tahun) a. banyak perubahan yang terjadi pada fisik b. mencoba berperan dan apabila berhasil maka identitas akan terbangun akan tetapi apabila tidak akan terjadi kebingungan confusion c. perilaku positif: percaya pada diri sendiri (self certain), memiliki pengalaman sexual, comitmen terhadap

ideologi/kepercayaan 2.7 Intimacy Vs Isolation ( Young adulthood 20 40 tahun) a. dewasa muda, membangun komitmen sehingga timbulah keintiman b. apabila tidak mampu membangun komitmen anak akan mengalami isolasi c. perilaku positif: menunjukan kemampuan untuk komitmen terhdap diri sendiri dan orang lain, memmiliki kemampuan untuk mencintai dan bekerja

2.8 Generativity Vs Stagnantion ( Midle adulthood, 41 65 tahun) a. memikirkan keturunan (generasi) b. stagnasi disebabkan karena hanya memikirkan diri sendiri c. Perilaku positif: produktif dan kreatif untuk diri sendiri dan orang lain 2.9 Ego Integrity Vs Despair (Late adulthood, 65 tahun lebih) a. apabila orang dewasa tua tidak mampu membangun integritas egonya maka ia akan mengalami putus asa b. Perilaku positif; menghargai kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang, menerima siklus hidup dan gaya hidup, menerima kematian

3. Teori perkembangan Piaget Jean Piaget lebih menekankan kepada perkembangan kognitif atau intelektual. Piaget menyatakan perkembangan kognitif berkembang dengan proses yang teratur dengan 4 urutan/tahapan melalui proses ini:

3.1 Assimilasi, adalah proses pada saat manusia ketemu dan berekasi dengan situasi baru dengan mengunakan mekanisme yang sudah ada. Pada tahap ini manusia mendapatkan pengalaman dan keterampilan baru termasuk cara pandang terhadap dirinya dan duania disekitarnya

3.2 Akomodasi, merupakan proses kematangan kognitive untuk memecahkan masalah yang sebelumnya tidak dapat dipecahkan. Tahap ini dapat tercapai karena ada pengetahuan baru yang menyatu.

3.3 Adaptasi, kebutuhan.

merupakan

kemampuan

untuk

mengantisipasi

Tahapan Perkembangan Piaget Tahap Sensorimotor Usia 0 Tingkah laku yang signifikan 2 Perilaku preverbal, kegiatan motorik sederhana terkoordinasi, dapat

tahun

mempersepsikan perasaan yang berbeda Preoperasional 3 7 Egoscentrism: dapat menghubungkan

tahun

konsep suatu benda dengan kenyataan, konsep elaborate (rumit/panjang),

mengajukan pertanyaan Concrete operation 7 11 Pemecahan masalah: mulai mengerti 12 hubungan seperti ukuran, mengetahuai kiri dan kanan, mempunyai penda[at atau sudut pandang Formal operation 11 15 Hidup dalam sekarang/nyata dan bukan atau tahun 16 sekarang/ mempokuskan tidak kepada nyata, sesuatu lebih yang

atau tahun

mungkin, dapat menggunakan alasan ilmiah, dapat menggunakan logika

4. Teori Perkembangan Robert J. Havighurst Havighurst meyakini ada 6 periode atau tahap dari perkembangan. Periode Infancy childhood Tugas dan Belajar berjalan, belajar berbicara, belajar makan makanan cair, belajar mengontrol eleiminasi

kotoran dari tubuh, belajar membedakan kelamin, menerima kestabilan psikologi, membentuk konsep sosial dan fisik yang sederhana, belajar

berhubungan emosi dengan orang tua, saudara (sibling), dan orang lain, belajar membedakan benar dan salah, mengembangkan nurani Middle childhood Belajar keterampilan fisik yang penting dalam

permainan, membangun perilaku yang menunjukan diri sendiri sebagai organisme yang berkembang. Belajar mendapatkan teman sebaya, belajar menilai peran feminim dan maskulin, mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis dan

menghitung, mengembangkan konsep yang penting dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan nilai perasaan, moral, dan skala, mendapatkan kebebasan individu, mempertahankan perilaku dalam

kelompok dan institusi. Adolesence Menerrima keadaan fisik dan menerima peran maskulin atau feminim, mengembangkan hebungan dengan jenis kelamin yang berbeda, memiliki ketidak tergantungan emosid engan orang tua dan orang dewasa lain, memiliki jaminan ekonomi sendiri, memilih dan mempersiapkan pekerjaan sendiri, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep dalam kehidupan sipil, mempersiapkan perkawinan, dan kehidupan berkeluarga,

mendapatkan nilai dan sistem etik yang harmoni dalam memandang dunia, memiliki keinginan dan menerima tanggung jawab perilaku sosial. Early adulthood Memilih teman hidup, belajar hidup dengan pasangan memiliki perkawinan, anak, memulai berkeluarga, mulai

mengatur

rumah,

mendapatkan pekerjaan, memikirkan kepentingan umum, menemukan grup hobies Midle age Menerima peran sivil dan tanggung jawab sosial, membangun dan mempertahankan standar ekonomi kehidupan, membantu remaja memmiliki tanggung jawab, menggunakan waktu luang menerima untuk dan

mengembangkan

kedewasaan,

menilai perubahan psikologis usia pertengahan, mengatur waktu sebagai orang tua Late maturity Menerima penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, menerima pensiun dan penurunan pendapatan, menerima hubungan kematian ekplisit pasangan, membangun seusia,

dengan

kelompok

kegiatan sosial dan melakukan kewajiban sipil, membangun kepuasan kehidupan fisik

B. JENIS JENIS MALNUTRISI PADA ANAK 1. Malnutrisi Mikronutrien Malnutrisi mikronutrien adalah asupan nutrien seperti vitamin A, zat besi dan yodium yang tidak cukup. Keadaan ini secara fisik sering tidak terdeteksi tetapi mempengaruhi kesehatan lebih dari 2 milyar orang di seluruh dunia. Anak-anak serta wanita adalah golongan yang paling rentan.

2. Kekurangan Gizi Suatu penyakit kurang gizi karena tubuh kurang memperoleh makanan berupa sumber zat tenaga (energi) dan sumber zat pembangun (protein) dalam waktu yang lama. Bila ditimbang, titik berat badan anak pada pada KMS terletak di bawah garis merah atau kurang 60% dari berat anak yang seharusnya. Kekurangan gizi menyebabkan KKP ( Kekurangan Kalori Protein).

Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi: 1. KKP ringan/sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan. 2. KKP berat, meliputi:

2.1 Kwashiorkor a. Pengertian Kwashiorkor adalah suatu sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994).

b. Etiologi Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat sedikit mengandung protein (terutama protein hewani), kebiasaan memakan makanan berpati terus-menerus, kebiasaan makan sayuran yang mengandukarbohidrat. Penyebab kwashiorkor yang lain yaitu: Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh ibu karena alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang salah tentang makanan. Adanya infeksi, misalnya: a. Diare akan mengganggu penyerapan makanan. b. Infeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang menambah kebutuhan tubuh akan protein dan dapat

mempengaruhi nafsu makan. c. Kekurangan ASI.

c. Manifestasi Klinik Tanda-tanda Klinik kwashiorkor berbeda pada masing-masing anak di berbagai negara, dan dibedakan menjadi 3, yaitu: 1) Selalu ada Gejala ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa pada anak umur 1-3 tahun karena kemungkinan telah mendapat makanan yang mengandung banyak karbohidrat. a. Kegagalan pertumbuhan.

b. Oedema pada tungkai bawah dan kaki, tangan, punggung bawah, kadang-kadang muka.

c. Otot-otot menyusut tetapi lemak di bawah kulit disimpan. d. Sukar diukur, dengan gejala awal anak menjadi rewel diikuti dengan perhatian yang kurang.

2) Biasanya ada Satu atau lebih dari tanda ini biasanya muncul, tetapi tidak satupun yang betul-betul memerlukan diagnosis. a. Perubahan rambut Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan, mendekati putih), lurus, jarang halus, mudah lepas bila ditarik. b. Warna kulit lebih muda c. Tinja lebih encer akibat gangguan penyerapan makanan, terutama gula. d. Anemia yang tidak berat. Jika berat biasanya ada kemungkinan infeksi cacing atau malaria. d. Patofisiologi Defisiensi protein-Gangguan metabolic - Asam amino esensial - Produksi insulin - Asam amino dalam serum Hepar - Produksi albumin - Gangguan pembentukan beta-lipoprotein - Timbunan lemak - Edema

2. 2 Marasmus a. Pengertian Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997).

b. Etiologi Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan. Kelaparan biasanya terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena pengobatan, kegagalan memberikan makanan tambahan.

c. Manifestasi Klinik Tanda-tanda marasmus dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) Selalu ada Tanda-tanda ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa: a. Gangguan perkembangan b. Hilangnya lemak di otot dan di bawah kulit. 2) Kadang-kadang ada a. Mencret/diare atau konstipasi. b. Perubahan pada rambut, seperti pada kwashiorkor. c. Tanda-tanda dari defisiensi vitamin. d. Dehidrasi. (Jelliffe, 1994)

Tanda dan Gejala yang lain yaitu: a) Anak menjadi cengeng, sering bangun tengah malam. b) Turgor kulit rendah dan kulitnya nampak keriput. c) Pipi terlihat kempot. d) Vena superfisialis tampak lebih jelas. e) Ubun-ubun besar cekung. f) Tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol. g) Mata tampak besar dan dalam. h) Sianosis. i) Ekstremitas dingin. j) Perut buncit/cekung dengan gambaran usus jelas. k) Atrofi otot. l) Apatis. m) Bayi kurus kering.

d. Patofisiologi Defisiensi kalori Energi- Pemenuhan kebutuhan kurang

2.3 Marasmik Kwashiorkor a. Pengertian Marasmik kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien yang telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi fisiologi. (Graham L. Hill, 2000).

b. Etiologi Penyebab dari marasmik kwashiorkor sama pada marasmus dan kwashiorkor.

c. Patofisiologi Perubahan cairan tubuh, lemak, mineral dan protein - Pertumbuhan terhenti - Berat badan turun - Cairan tubuh meningkat

3. Kelebihan Gizi Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebihan secara merataada seluruh jaringan. Sering diartikan sebagai kelebihan berat badan walaupun tidak selalu bermakna sama. Obesitas biasanya disebabkan oleh masukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh dan biasanya disertai kurangnya aktivitas jasmani.

C. KONDISI KONDISI DAN PENYAKIT PENYEBAB MALNUTRISI PADA ANAK

a. Kondisi-kondisi Penyebab Malnutrisi Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk : 1. Pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya 2. Terdapat masalah pada sistem pencernaan

3. Adanya kondisi medis tertentu 4. kurang mengkonsumsi protein, kalori, vitamin, dan mineral serta 5. infeksi yang sering terjadi. 6. kekurangan pangan Selain kondisi kondisi di atas, ada penyebab sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan yang lebih dalam. Yang terutama dari semuanya itu ialah kemiskinan, yang mengimbas jutaan orang, khususnya di negara berkembang. Akan tetapi, selain menjadi penyebab, kemiskinan juga merupakan konsekuensi, karena kekurangan gizi memperlemah produktivitas orang-orang, sehingga memperhebat kemiskinan. Ada faktor-faktor lain yang turut menyebabkan malnutrisi. Kurangnya pengetahuan menyebabkan kebiasaan makan yang buruk. Infeksi, seperti yang telah kita lihat, turut berperan. Ada juga penyebab sosial dan budaya, seperti pendistribusian pangan yang tidak merata dan diskriminasi terhadap kaum wanita. Kaum wanita sering kali makan terakhir dan tersedikityaitu setelah kaum pria dan lebih sedikit daripada kaum pria. Kaum wanita juga tidak diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang akan membantu mereka untuk merawat anak-anak mereka dengan lebih baik. Selain itu, faktor-faktor lingkungan menyebabkan penurunan dalam produksi pangan. Di antaranya ialah bencana alam dan perang. Menurut The State of Food Insecurity in the World 2001, dari bulan Oktober 1999 hingga Juni 2001 saja, 22 negeri terimbas oleh kekeringan, 17 negeri oleh badai atau banjir, dan 14 oleh perang sipil atau pertikaian, 3 oleh musim dingin yang sangat membekukan, dan 2 oleh gempa bumi. b. Penyakit yang menyebabkan malnutrisi Beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada saluran pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu gluten. Penyakit seliak ini

mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi sehingga terjadi defisiensi. Kemudian ada juga penyakit cystic fibrosis yang mempengaruhi pankreas, yang fungsinya adalah untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga penderita intoleransi laktosa yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya. Penyakit seperti diare, campak, malaria, dan penyakit pernapasan sangat melelahkan tubuh dan menyebabkan hilangnya zat gizi. Penyakit-penyakit ini mengurangi selera dan konsumsi makan, sehingga turut menyebabkan malnutrisi. Sementara itu, anak yang kurang gizi lebih mudah terinfeksi. Dengan demikian membentuk semacam lingkaran setan yang menambah tingkat kematian akibat malnutrisi protein-energi (PEM). Anak-anak lebih berisiko menderita malnutrisi karena mereka ada dalam periode pertumbuhan pesat yang menambah tuntutan akan kalori dan protein. Untuk alasan yang serupa, kaum wanita yang hamil dan menyusui rentan terhadap malnutrisi. Sering kali, problem si bayi dimulai bahkan sebelum kelahiran. Jika seorang ibu kekurangan gizi sebelum dan selama kehamilan, berat si bayi akan ringan pada waktu lahir. Kemudian, terlalu cepat disapih, kebiasaan menyusui yang buruk, dan kurangnya higiene dapat mendatangkan malnutrisi. Kurangnya zat gizi yang diperlukan menyebabkan si anak berhenti bertumbuh dan berkembang secara wajar. Anak itu sering menangis dan rentan terhadap penyakit. Seraya kondisinya memburuk, hilangnya berat badan semakin nyata, mata dan ubun-ubun (bagian lembut di puncak kepala) menjadi cekung, kulit dan jaringan kehilangan kelenturannya, dan kesanggupan untuk

mempertahankan temperatur tubuh berkurang. Kekurangan gizi dapat muncul dalam bentuk-bentuk lain. Hal-hal ini juga dapat menghambat pertumbuhan pada anak-anak. Misalnya, kurang mengkonsumsi mineralterutama besi, yodium, dan sengserta vitaminkhususnya vitamin Adapat menimbulkan dampak demikian. Dana Anak-Anak Internasional PBB (UNICEF) mengomentari bahwa kekurangan vitamin A mempengaruhi sekitar 100 juta anak kecil di dunia dan

mengakibatkan kebutaan. Hal itu juga memperlemah sistem kekebalan, mengurangi daya tahan anak terhadap infeksi.

Tanda dan Gejala Gizi Buruk


Gizi buruk dapat dibedakan menjadi 3, yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor. Marasmus terjadi bila gizi utama yang kurang adalah kalori atau karbohidrat, sedangkan kwashiorkor terjadi bila gizi utama yang kurang adalah protein. Sementara itu, marasmic-kwashiorkor merupakan kombinasi keduanya, yaitu kekurangan kalori dan protein Adapun ciri-ciri gizi buruk adalah sebagai berikut: a). Marasmus atau kekurangan konsumsi karbohidrat. i. Biasanya diderita bayi berumur kurang dari 1 tahun, bila ditimbang berat badannya kurang dari 60% dari berat badan standar usia tersebut. ii. Kulit keriput dan lapisan lemak dibawah kulit sangat tipis sehingga kulit mudah diangkat iii. iv. Wajah seperti orang tua Otot daging sangat menyusut dan lembek yang dapat diliat dipaha dan lengan atas yang seharusnya tebal dan kencang v. vi. vii. Perut cekung Iga gambang (terlihat jelas seperti alat musik gambang) Sering disertai dengan penyakit kronisberulang seperti diare kronis atau sembelit b). Kwashiorkor atau kekurangan protein i. ii. Biasanya diderita anak umur 1-3 tahun Otot dagingnya menyusut dan lembek, tetapi masih ada lapisan lemak dibawah kulit iii. iv. Terjadi pembengkakan (Oedem) terutama dikaki bagian bawah Bentuk muka seperti bulan (moon face) dan pandangan mata sayu.

v. vi.

Wajah tampak murung, rewel dan apatis Warna kulit pucat karena menderita anemia. Selain itu, bisa terjadi kelainan kulit, yaitu bercak-bercak merah muda yang terus meluasdan berubah warna menjadi cokelat kehitaman dan mudah mengelupas

vii.

Rambut berubah. Jika normalnya berwarna hitam bisa berubah menjadi cokelat, coklat kemerahan (pirang) seperti rambut jagung, atau abu-abu dan sangat mudah dicabut tanpa rasa sakit. Selain itu, rambut yang keriting bisa menjadi lurus.

viii. ix. x.

Terjadi pembesaran hati Tidak mempunyai nafsu makan sehingga sulit diberi makan Sering disertai penyakit infeksi, anemia, diare

c). Marasmic-kwashiorkor Biasanya dijumpai tanda-tanda gabungan kedua keadaan tersebut diatas Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk adalah : i. ii. iii. Kelelahan dan kekurangan energi Pusing Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi) iv. v. vi. vii. viii. ix. x. xi. xii. xiii. Kulit yang kering dan bersisik Gusi bengkak dan berdarah Gigi yang membusuk Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat Berat badan kurang Pertumbuhan yang lambat Kelemahan pada otot Perut kembung Tulang yang mudah patah Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

Bahaya kelebihan gizi: Tidak hanya kekurangan gizi yang bisa menjadi masalah paa anak. Kelebihan gizi juga bisa berdampak serius bagi kesehatan anak. Keluarga yang mempunyai kebiasaan makan dalam porsi yang berlebihan biasanya akan menular pada pola makan anak hingga dewasa. Efek yang sering terlihat adalah obesitas tipe hiperplasi, yakni obesitas karena jumlah sel melebihi batas normal. Obesitas tipe ini akan sulit diturunkan berat badannya. Kondisi ini bisa memicu munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperkolesterol, dan penyakit jantung.

Penanganan Gizi Buruk


Untuk diagnosa terjadinya gizi buruk, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan : a) Memeriksa tinggi dan berat badan pasien untuk menentukan BMI (body mass index) b) Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidak normalan c) Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain d) Memeriksa penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk Untuk penanganan gizi buruk. Dokter atau ahli gizi biasanya akan mengusulkan untuk pengaturan pola makan, termasuk jenis dan jumlah makanan. Bila diperlukan dapat juga diberikan suplemen atau vitamin untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin yang kurang tersebut. Apabila penyebab gizi buruk karena penyakit atau kondisi medis tertentu maka, terapi lain disarankan untuk menanganinya.

D. JENIS DAN TUJUAN IMUNISASI TERKAIT NUTRISI DAN CAIRAN Imunisasi adalah salah satu cara untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang terkadang belum ada obat untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan kepada anak-anak balita (usia di bawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kapada seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri terhadap bibit penyakit kuat yang sama. Anak-anak kecil adalah korban yang lemah terhadap berbagai serangan penyakit yang berbahaya karena tubuh anak masih belum sempurna sistem kekebalan tubuhnya di mana belu banyak terdapat antibodi di dalam tubuhnya. Untuk itulah diperlukan imunisasi lengkap wajib yang teratur pada anak agar terhindar dari berbagai macam gangguan penyakit berbahaya dan fatal. Vaksin imunisasi mungkin dapat memberikan efek samping yang membuat anak jatuh sakit, namun dampak positif perlindungan yang dihasilkan vaksin tersebut amat sangat berguna. Berikut di bawah ini adalah merupakan beberapa jenis-jenis atau macam-macam imunisasi bagi anak : 1. Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Wajib Pada Anak : a. BCG i. Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis ii. Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin iii.Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan Waktu Pemberian :Umur / usia 2 bulan

b.

DPT/DT i. Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus (kaku rahang). ii. Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus Waktu Pemberian : a). Umur / usia 3 bulan

b). Umur / usia 4 bulan c). Umur / usia 5 bulan d). Umur / usia 1 tahun 6 bulan e). Umur / usia 5 tahun f). Umur / usia 10 tahun c. Polio i. Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang menyababkan nyeri otot, lumpuh dan kematian. Waktu Pemberian : a). Umur / usia 3 bulan b). Umur / usia 4 bulan c). Umur / usia 5 bulan d). Umur / usia 1 tahun 6 bulan e). Umur / usia 5 tahun

d.

Campak / Measles i. Perlindungan Penyakit : Campak / Tampek ii. Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit, diare Waktu Pemberian : a). Umur / usia 9 bulan atau lebih b). Umur / usia 5-7 tahun

e. Hepatitis B i. Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati mematikan Waktu Pemberian : a). Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya b). Tergantung situasi dan kondisi I

c). Tergantung situasi dan kondisi II d). Tergantung situasi dan kondisi III 2. Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Yang Dianjurkan Pada Anak : a. MMR i. Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman Waktu Pemberian : a). Umur / usia 1 tahun 3 bulan b). Umur / usia 4-6 tahun b. Hepatitis A i. Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati) ii. Penyebab : Virus hepatitis A Waktu Pemberian : a). Tergantung situasi dan kondisi I b). Tergantung situasi dan kondisi II c. Typhoid & parathypoid i. Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid ii. Penyebab : Bakteri Salmonela thypi Waktu Pemberian : a). Tergantung situasi dan kondisi d. Varisella (Cacar Air) i. Perlindungan Penyakit : Cacar Air ii. Penyebab : Virus varicella-zoster Waktu Pemberian : a).Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1 kali dan di atas 13 tahun 2 kali dengan selang waktu 4 s/d 8 minggu.

Tujuan Imunisasi Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya. Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.

E. Tanda/Ciri/Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit DBD atau singkatan dari Demam Berdarat Dengue adalah penyakit yang sangat berbahaya jika tidak cepat ditangani dengan benar karena bisa mematikan. Virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegipty atau Aedes albopictus betina dapat menyebabkan wabah dbd pada suatu wilayah. Gejala-Gejala Umum Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) : a. panas demam tinggi yang mendadak b. nyeri sendi dan di badan c. rasa mual-mual ingin muntah d. sakit kepala di sekitar dahi e. wajah berwarna kemerahan f. suka timbul bercak-bercak merah di kulit (tidak pasti) g. trombosit dan leukosit darah turun dan hematokrit naik Diagnosa penderita dbd harus dilakukan secara seksama karena gejalanya mirip dengan banyak penyakit lain. Terlambat melakukan penanganan yang tepat bisa memperparah pasien dan bahkan bisa membuatnya meninggal dunia.

Jika demam terus-menerus selama tiga hari bawa ke dokter, rumah sakit atau puskesmas. Penderita harus istirahat dengan banyak minum atau bila perlu diberi infus jika sulit makan dan minum. Hindari syok pada penderita dengan tanda-tanda lemas, ngantuk terus, kaki dingin, dan pingsan. Bawa saja ke rumah sakit jika tidak ada perkembangan ke arah yang lebih baik.

F. TERAPI

BERMAIN

PADA

ANAK

SEBAGAI

INTERVENSI

KEPERAWATAN Terapi permainan/game adalah suatu terapi interaksi sosial yang menyediakan kesempatan untuk belajar keterampilan sosial-emosional dan meningkatkan ketahanan emosional. Sementara kebanyakan anak belajar keterampilan sosial dari mengamati orang lain atau melalui instruksi yang eksplisit, yang lain belum belajar atau tidak menerapkan keterampilan sosial pro dan membutuhkan pengajaran tambahan, latihan dan pembinaan. Kecenderungan alami anak-anak untuk bermain menyediakan cara yang sangat memotivasi untuk melibatkan mereka dalam belajar keterampilan sosial pro. Anak-anak cenderung dengan pribadi yang menyelesaikan masalah dengan agresi, kurangnya persahabatan, manajemen kemarahan dan pembohong. Membangun hubungan baik bisa rumit, terutama jika seorang anak oposisi dan tidak menghargai perhatian ekstra yang disediakan. Permainan dapat memotivasi anak-anak dengan cepat, terutama jika anak tersebut berada pada sekelompok kecil dengan teman-teman. Beri mereka sebuah dadu dan beberapa kotak di papan tulis dan mereka akan bermain dengan Anda sebagai teman seusianya. Buang di beberapa insentif dan sebelum mereka tahu itu, mereka sedang bersenang-senang, berbicara tentang isu-isu yang diangkat dalam permainan dan mempraktekkan keterampilan baru. Sementara memainkan permainan, situasi konflik muncul secara alami, memberikan kesempatan kepada model dan mengajarkan keterampilan sosial pro.

Dengan menggunakan metode Life Space Interview (LSI), terapis, guru, orang tua dan karir pelatih anak-anak dapat melalui krisis, membantu mereka memperoleh wawasan mereka sendiri dan perilaku orang lain sambil belajar bahasa resolusi konflik dan empati. Hospitalisasi pada anak merupakan salah satu masalah yang dapat menyebabkan trauma atau kecemasan yang efeknya dapat mengganggu tugas perkembangan anak. Meskipun anak berada di rumah sakit masih tetap diperlukan stimulasi tumbuh kembang untuk membantu anak tetap mampu menyelesaikan tugas perkembangannya sehingga tidak mengganggu proses tumbuh kembang anak selanjutnya. Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari. Selama menjalani masa perawatan di rumah sakit, seorang anak mempunyai tugas perkembangan yang harus dia selesaikan sesuai dengan usia perkembangannya (Wong, 2004). Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa di dalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan di dalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Hasil observasi juga menunjukkan sebagian pasien mengalami nyeri akibat dari prosedur tindakan medis dan proses penyakit, sehingga anak tidak kooperatif atau menolak terhadap prosedur tindakan medis. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa anak juga kurang bisa mengekspresikan area sakit atau nyeri. Dalam kondisi seperti ini anak membutuhkan suatu hiburan dalam bentuk permainan dimana anak dapat memindahkan benda dari dalam box (kotakan). Dimana terapi bermainnya dalam bentuk PINCER PICK UP yang bermanfaat bagi anak selama hospitalisasi di rumah sakit. Pincer Pick Up adalah suatu bentuk terapi bermain dimana anak akan memindahkan benda dari dalam box (kotakan) ke luar box. Tujuan dari

pelaksanaan terapi bermain yang dilakukan di rumah sakit adalah untuk memampukan anak beradaptasi dengan lingkungan yang asing baginya, melanjutkan tumbuh kembang yang dialami walaupun anak harus dirawat dan mengembangkan kreatifitas anak dalam bermain. Disamping itu juga untuk melatih rentang gerak dan penggunaan ekstremitas secara bertahap. 1. Tujuan Umum Untuk meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana fungsi tubuh selama di rumah sakit. 2. Tujuan Khusus Untuk meningkatkan perkembangan ketrampilan motorik halus

(koordinasi mata dengan tangan)

Jenis permainan yang biasa dilakukan adalah Pincer Pick Up atau mencatut lalu mengambil. Anak diberikan semangat untuk memindahka benda dari dalam box ke luar, setelah berhasil anak diberi reward. Permainan ini dilakukan pada usia (12-36 bulan). Dengan rasio pasien : perawat adalah 1 : 1. Lama waktunya tidak ditentukan. Waktunya sesuai dengan kemampuan anak dalam mencatut dan mengambil. a. Media i. Sebuah box dengan luas 1 inci dan panjang kurang lebih 2 inci, dan tinggi box jangan melampaui panjangnya jempol anak. ii. Beberapa benda yang menarik dan kecil yang sesuai dimasukkan ke dalam box.

b. Metode Metode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang dilakukan oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan. Langkah-langkah:

i. ii.

Tempatkan objek ke dalam box yang telah dibuat. Berikan semangat kepada anak kecil untuk memindahkan benda yang ada di dalam box ke luar box.

iii.

Setelah selesai beri reward pada anak.

c. Peserta Kegiatan bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria inklusi i. ii. iii. iv. v. Anak usia 12-36 bulan. Suhu tubuh 36C -37C Tidak terpasang alat-alat invasive seperti NGT, kateter, dll. Tidak infeksi Pasien tidak dalam masa inkubasi

2. Kriteria eksklusi i. ii. iii. iv. v. Suhu tubuh > 38C Terpasang alat-alat invasive seperti NGT, kateter, dll. Pasien infeksi Pasien dalam masa inkubasi Pasien post-operasi hari 0-1

b. Setting Tempat

Tempat Tidur

Keterangan: : Fasilitator

: Peserta

: Observer

c. Pengorganisasian 1. Melakukan kontrak dengan anak dan orang tua. 2. Menyiapkan alat yang diperlukan. 3. Kegiatan dipimpin oleh 1 orang yang sekaligus menjadi leader dan fasilitator, dibantu oleh observer. 4. Mengobservasi kondisi pasien selama terapi bermain berlangsung. 5. Mengamati dan mengevaluasi permainan 6. Mengamati tingkah laku anak, leader 7. Memberikan kritik dan saran

d. Rencana Pelaksanaan No. Kegiatan 1. Persiapan: a. Menyiapkan ruangan b. Menyiapkan alat c. Menyiapkan keluarga 2. Proses: anak dengan 5 menit Waktu Subyek Terapi

a. Membuka proses terapi bermain 5 menit dengan mengucap salam,

Menjawab salam Memperkenalkan diri

memperkenalkan diri. b. Menjelaskan kepada anak dan keluarga tentang tujuan dan 5 menit

manfaat bermain. c. Menjelaskan cara bermain d. Mengajak anak bermain e. Mengevaluasi respon anak dan keluarga 10 menit 20 menit Mengajak anak bermain 5 menit bersama antusias mengungkapkan perasaannya 3. Penutup a. Menyimpulkan b. Mengucapkan salam 5 menit Memperhatikan menjawab salam dan dengan dan

e. Kriteria Evaluasi 1. Anak bersedia mengikuti terapi bermain 2. Anak mengikuti kegiatan sampai selesai. 3. Anak dapat mengikuti dan melakukan apa yang diharapkan dari leader 4. Kebutuhan bermain anak terpenuhi 5. Anak mengikuti instruksi yang diberikan 6. Anak berperan aktif dalam permainan 7. Anak bisa melakukan permainan dengan mandiri 8. Anak dapat menyelesaikan permainan sampai selesai.

9. Anak merasa senang mengikuti terapi bermain

Terapi bermain memiliki manfaat bagi anak-anak, yaitu: 1. Pertama, anak-anak terjaga ketika berhadapan dengan prospek bermain. Mereka langsung terlibat dalam situasi sosial yang mengajarkan keterampilan saat mereka sedang bersenang-senang. Mereka yang akrab dengan unsur-unsur bermain seperti turn-taking, aturan menjaga, menang, kalah dan kooperasi. 2. Kedua, sementara anak-anak secara aktif terlibat dengan proses bermain game, tantangan sosial dan emosional muncul saat mendidik atau krisis terjadi, sehingga memberikan pengalaman belajar bermakna dengan segera. 3. Ketiga, terapi bermain anak-anak dengan menyediakan lingkungan yang aman untuk mempraktekkan keterampilan baru. Anak-anak merasa santai dan arus diskusi mudah dalam pengaturan ini. 4. Keempat, pengamatan klinis dapat dilakukan dan ditarik kesimpulan tentang anak-anak yang tidak meningkatkan penggunaan keterampilan prososial setelah pembelajaran ekstra dan pemanduan praktek. Adanya sindrom organik, masalah kesehatan mental atau masalah perlindungan anak perlu diselidiki. Kemajuan permainan pada pengembangan keterampilan dan kompleksitas dengan fokus yang kuat pada intervensi awal, mulai dari usia 4-14. Permainan dapat digunakan secara berurutan selama enam sampai delapan minggu dan satu sesi untuk menutup keterampilan tertentu. Anak-anak muda akan mulai dengan permainan Persiapan Bersama dan bekerja dengan Teman yang Ramah dan mungkin untuk Pemikir Ulang. Anak-anak berusia delapan atau sembilan atau yang lebih tua akan mulai dengan Teman yang Ramah, Pengusik atau Pemikir ulang, tergantung pada pengembangan keterampilan yang dibutuhkan. Permainan dapat digunakan dengan individu, kelompok atau anak-anak seluruh kelas.

Ciri Bentuk Permainan pada Anak Usia Pra Sekolah Karakteristik bermain pada anak usia pra sekolah berdasarkan isi permainannya menurut Wong and Whaley (1996) antara lain : a. Solitary Play : Anak bermain sendiri dan mencari kesibukan sendiri. b. Parallel Play : Anak bermain dengan permainan yang sama tanpa ada tukar menukar alat permainan dan tanpa ada komunikasi satu sama lain c. Assosiatif Play : Anak bermain bersama-sama temannya dan masingmasing anak bermain berdasarkan keinginannya tetapi tidak ada tujuan group d. Cooperative Play : Anak bekerja sama dan berkoordinasi dalam alat-alat dan peranan-peranan; ada perjanjian dan pembagian tugas Sedangkan bermain menurut karakteristik sosial adalah : e. Sosial Affektive Play : Permainan yang mengarahkan anak untuk belajar bersosialisasi dengan orang lain; misal permainan kucing-kucingan dan permainan sembunyi-sembunyian. f. Sense of Pleasure Play : Permainan yang dilakukan untuk mencapai suatu kesenangan, misal bermain air dan bermain tanah. g. Dramatic play Role Play : Anak bermain menggunakan simbol-simbol dalam permainan. Anak mulai berfantasi dan belajar dari model keluarga; misal peran guru, ibu dan perawat. Menurut Wong and Whaley (1996) Dramatik play adalah permainan yang membantu anak mengungkapkan perasaan, ketakutan atau kesulitan yang dialami di rumah sakit dengan menggunakan boneka kesayangannya, peralatan rumah sakit tiruan dan alat rumah tangga tiruan. h. Dramatic play membantu anak belajar tentang prosedur yang dilakukan pada mereka dan berperan sebagai petugasnya. i. Skill play : Permainan pada anak yang sifatnya membina keterampilan; misal bermain roda tiga dan bermain sepatu roda.

Adapun bentuk permainan yang sesuai dengan anak usia pra sekolah (Mottet al, 1994 dan Syamsu Yusuf; 2001) antara lain : a. Anak usia 2-3 tahun

Bermain boneka, kegiatan belajar, melemparkan dan memungut bendabenda (seperti bola) serta memasukkan atau mengeluarkan benda-benda dari tempatnya.

b. Anak usia 3-4 tahun Bermain puzzel, balon, musik, bercerita, bermain game sederhana, belajar bermain kelompok dengan pengawasan orang dewasa, permainan pura-pura memasak, membersihkan, menjadi dokter, perawat dan lain-lain.

c. Anak usia 4-5 tahun Bermain game, menyobek, memotong dengan gunting, buku bergambar, menggunakan kertas dibuat boneka, topeng dan perahu, memiliki mainan sendiri, mainan musik (drum), berfantasi, berimajinasi dan menggambar.

d. Anak usia 5-6 tahun Menangkap bola, membuat gambar segiempat, mengenal angka dan huruf serta berhitung dan berpakaian sendiri tanpa bantuan. Terapi Bermain sebagai upaya menurunkan tingkat kecemasan pada anak. Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan pada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakitnya dan hospitalisasi (Mottet al, 1990). Permainan yang sesuai dengan usia anak merupakan alat untuk merealisasikan keperawatan, medis dan tujuan pengobatan. Bermain menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang diharapkan kecemasan anak bisa menurun sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit. Secara psikologis, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga bagi anak, diantaranya anak memperoleh perasaan senang, puas, meredakan ketegangan dan memberikan kesimpulan pada anak untuk mengekspresikan

emosinya sehingga anak memberikan respon kooperatif (Syamsu Yusuf, 2001). Bermain pada dasarnya adalah pengobatan (Mott et al, 1990). Anak-anak membutuhkan bantuan dalam menghubungkan fantasi, ketakutan dan

kecemasannya. Selama bermain, fisik anak menjadi lebih aktif dan penggunaan sekelompok otot yang meningkatkan perkembangan biofisik dan membantu penyembuhan.

G. PENILAIAN STATUS GIZI Untuk menilai status gizi seseorang, ditanyakan tentang makanan dan masalah kesehatan, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium tertentu. Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar zat gizi dan bahanbahan yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya hemoglogbin, hormon tiroid dan transferin). Untuk menentukan riwayat makan seseorang, ditanyakan makanan apa yang dimakan dalam 24 jam terakhir dan jenis makanan seperti apa yang biasanya dimakan. Dibuat catatan tentang daftar makanan yang dimakan selama 3 hari. Selama pemeriksaan fisik, diamati penampilan secara keseluruhan dan tingkah lakunya, juga distribusi lemak tubuh serta fungsi organ tubuhnya. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Misalnya, perdarahan lambung dapat menyebabkan anemia karena kekurangan zat besi. Seseorang yang telah diobati dengan vitamin A dosis tinggi karena berjerawat, bisa mengalami sakit kepala dan penglihatan ganda sebagai akibat keracunan vitamin A. Berbagai sistem tubuh bisa dipengaruhi oleh kelainan gizi:

1. Sistem saraf bisa terkena oleh kekurangan niasin (pelagra), beri-beri, kekurangan atau kelebihan vitamin B6 (piridoksin) dan kekurangan vitamin B12 2. Pengecapan dan pembauan bisa dipengaruhi kekurangan seng

3. Sistem pembuluh darah jantung bisa dipengaruhi oleh :

a. beri-beri b. kegemukan (obesitas) c. makanan tinggi lemak menyebabkan hiperkolesterolemi dan penyakit jantung koroner

d. makanan kaya garam bisa menyebabkan tekanan darah tinggi.

4. Saluran pencernaan dipengaruhi oleh pelagra, kekurangan asam folat dan banyak minum alkohol. 5. Mulut (lidah, bibir, gusi dan membran mukosa) dipengaruhi oleh kekurangan vitamin B dan vitamin C. 6. Pembesaran kelenjar tiroid terjadi akibat kekurangan iodium

7. Kecenderungan mengalami perdarahan dan gejala pada kulit seperti ruam kemerahan, kulit kering dan pembengkakan karena penimbunan cairan (edema) bisa terjadi pada kekurangan vitamin K, kekurangan vitamin C, kekurangan vitamin A dan beri-beri 8. Tulang dan sendi dapat terkena ricketsia, osteomalasia, osteoporosis dan kekurangan vitamin C.

Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:

1. Mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan tabel standar. 2. Menghitung indeks massa tubuh (BMI, Body Mass Index), yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter).

Indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita. 3. Mengukur ketebalan lipatan kulit. Lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.

Lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita. 4. Status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (Lean Body Mass, massa tubuh yang tidak berlemak).

Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi. Pada malnutrisi yang berat, dilakukan pemeriksaan hitung jenis sel darah lengkap serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk mengukur kadar vitamin, mineral dan limbah metabolit seperti urea. Pemeriksaan kulit juga bisa dilakukan untuk menilai jenis-jenis tertentu dari kekebalan.

H. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK ANAK TERKAIT NUTRISI DAN CAIRAN Perawat dalam memimpin pengkajian nutrisi yang komprehensif melakukan pemeriksaan karena makanan dan cairan adalah kebutuhan dasar biologis semua makhluk hidup demikian juga pada bayi dan anak. Pengkajian nutrisi sangat penting khususnya pada klien yang berisiko masalah nutrisi yang berhubungan dengan penyakit, kebiasaan gaya hidup, hospitalisasi dan factor factor lain. Pusat pengkajian nutrisi sekitar 4 area pokok : 1. Pengukuran fisik ( tinggi dan berat ) dan antropometri 2. Tes laboratorium 3. Riwayat diet dan kesehatan 4. Observasi klinik Pada kasus ini yang dilakukan hanya pemeriksaan fisik anak terkait dengan nutrisi dan cairan. Pengukuran fisik yang meliputi tinggi dan berat badan anak harus diperoleh ketika masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan

kesehatan apapun. Apabila memungkunkan, anak harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada skala yang sama dan dengan pakaian atau linen yang sama. Tinggi dan berat badan anak dapat dibandingkan dengan standar hubungan tinggi berat badan seperti tabel asuransi kehidupan metropolis. Perubahan berat badan yang terakhir harus didokumentasi. Jika tinggi badan tidak dapat diukur dengan anak berdiri, rentang lengan, atau jarak dari ujung jari ujung jari dengan lengan diulurkan penuh pada tingkat bahu, kurang lebih ketinggian anak usia normal. Antropometri adalah suatu system pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus tubuh. Pengukuran antropometri yang membantu dalam mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk perbandingan ketinggian untuk lingkar pergelangan tangan, lingkar lengan bagian tengah atas (mid-upper arm circumference, MAC), lipatan kulit trisep (triceps skinfold, TSF) , dan lingkar otot lengan bagian atas (mid-upper arm muscle circumference, MAMC). Pengukuran antropometri dapat memiliki variasi penting kecuali pengujinya

terampil, telah mempraktikkan pengukuran ini dan memiliki peralatan yang tepat. Selain itu, pengukuran antropometri menyediakan data yang pada umumnya lebih dapat digunakan di lingkungan yang banyak tersedia cara pengukuran. Pengukuran tunggal selama waktu tinggal di rumah sakit yang singkat merupakan penggunaan yang dibatasi. Lingkar pergelangan tangan digunakan untuk memperkirakan kerangka tubuh anak. Ukuran pita digunakan untuk mengukur porsi kecil dari distal tangan sampai prosesus stiloid. Perawat menghitung ukuran kerangka dengan membagi lingkar pergelangan tangan dengan tinggi anak : ( tinggi [cm] : lingkar

pergelangan tangan [cm] ). Hasilnya dihitung nilai r. nilai kerangka tubuh untuk wanita adalah >11,0 (kecil, 10,1 11,0 (sedang) dan >10,1 (besar). Ukuran kerangka untuk pria adalah <10.4 (kecil), 9,6 10,4 (sedang), > 9,6 (besar). MAC memperkirakan massa otot skelet. Lengan non dominan anak direlaksasikan dan lingkarnya diukur pada titik tengah lengan, antara ujung dari prosesus akromial scapula dan prosesus olekranon ulna. Pengukuran lengan non dominan mencegah rekaman kedua yang salah untuk peningkatan massa otot dari aktivitas hidup atau pekerjaan sehari-hari. Pengukuran lipatan kulit digunakan untuk memperkirakan isi lemak dari jaringan subkutan. TSF adalah pengukuran yang paling umum. Dengan ibu jari dan jari tengah, lipatan panjang dari kulit dan lemak yang dipegang kira-kira 1 cm dari titik tengah MAC. Jepitan dari jangka lengkukan lipatan kulit standar ditempatkan pada sisi lain dari lipatan lemak. Area anatomi alain untuk pengukuran lipatan kulit termasuk bisep, scapula dan otot abdominal. Lingkar otot lengan bagian tengan atas (MAMC) adalah perkiraan dari massa otot skelet. Hal ini dihitung dari pengukuran antropometrik MAC dan TSF. Rumusnya adalah :

MAMC = MAC (TSF x 3,14)

Nilai untuk MAC, TSF, dan MAMC dibandingkan dengan standard an gihitung sebagai suatu presentasi standar. Perubahan pada nilai seorang individu yang melebihi batas waktu lebih penting daripada pengukuran yang diidolasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggani, Sudono. 2004. Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grafindo

Donna L. Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Hart,

Robyn dkk. 1992.Therapeutic Play Activities Children.United States of America: Mosby-year Book

for

Hospitalized

Narendra, Sularso, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto

Soetjiningsih. 1997. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/19/bermain-bagi-pasien-anak-dirumah-sakit.

http://rsud.siakkab.go.id/plugins/p2_news/printarticle.php?p2_articleid=6

You might also like