You are on page 1of 20

1.

Pengertian Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006). Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III (Dinkes Jateng, 2005) 1. Manfaat imunisasi TT ibu hamil a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001). b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI, 2000) Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum (Depkes, 2004) 1. Jumlah dan dosis pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000). 1. Umur kehamilan mendapat imunisasi TT Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan sejak di ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000) 1. Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2 Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu (Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 2000). 1. Efek samping imunisasi TT Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan (Depkes RI, 2000). TT adalah antigen yang

sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT (Saifuddin dkk, 2001). Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan tindakan/pengobatan (Depkes RI, 2000). 1. Tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT a. Puskesmas b. Puskesmas pembantu c. Rumah sakit d. Rumah bersalin e. Polindes f. Posyandu g. Rumah sakit swasta h. Dokter praktik, dan i. Bidan praktik (Depkes RI, 2004). Tempat-tempat pelayanan milik pemerintah imunisasi diberikan dengan gratis. Pustaka: BKKBN., 2005. Kartu Informasi KHIBA (Kelangsungan Hidup Ibu Bayi, dan Anak Balita).
Chin, James., Kandun, I Nyoman., 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Available at www.ppmplp.depkes.go.id Depkes RI., 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1059/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi Ditjen PPM-PL Depkes RI., 2000. Modul Latihan Petugas Imunisasi edisi ketujuh. Nomor:

Idanati, Rukna., 2005. TT Pregnancy. Available at http://adln.lib.unair.ac.id Saifuddin, Abdul Bari., Andriaansz, Geoege., Wiknjosastro, Gulardi Hanifa., Waspodo, Djoko., 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. JNPKKR-POGI dan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan Kesehatan Ibu a. Cakupan Kunjungan Ibu hamil Pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga kesehatan terampil (Dokter, Bidan atau Perawat) 4 kali dengan interval 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga, akan menggambarkan cakupan pelayanan antenatal ibu hamil yang dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan ibu hami K1 dan K4. Penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilan, pemberian tabet Fe, pemberian imunisasi TT, dan konsultasi merupakan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan (Antenatal Care/ANC). Cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 86,82% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2006 yang mencapai 88,78%, dan masih dibawah target pencapaian tahun 2010 yaitu 95%. Meskipun demikian, cakupan kunjungan antenatal di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 lebih tinggi bila dibandingkan dengan cakupan nasional yaitu 84%. Dari 35 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, baru 17,2% (6 kabupaten/kota) yang sudah melampaui target pencapaian yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pekalongan, dan Kota Surakarta.

Adanya penurunan cakupan kunjungan antenatal (K4) di Jawa Tengah, pada tahun 2007 kemungkinan disebabkan karena : Ibu hamil yang datang ANC

untuk pertama kali pada masa kehamilannya (cakupan K1 95,23%), hanya 91,2% yang datang kembali untuk kunjungan kunjungan antenatal keempat (K4). Pada trimester 4, ibu hamil pindah dan periksa ke tenaga kesehatan di wilayah lain.

Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Antenatal K4 di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 - 2007

b. Persalinan Yang Ditolong Oleh Nakes Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 86,60%, mengalami kenaikan 0,51% dari pencapaian tahun 2006 sebesar 86,09%. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ini lebih tinggi bila dibanding cakupan nasional yang hanya mencapai 82%. Cakupan tertinggi di Kota Salatiga yaitu sebesar 99.81% dan terrendah di Kabupaten Wonosobo sebesar 74,11%. Sebanyak 16 kabupaten/kota sudah melampaui target 2010 sebesar 90%, yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Pati,

Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pekalongan, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal. Secara keseluruhan di Provinsi Jawa Tengah, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami kenaikan mulai dari tahun 2005 sebesar 81,36%, kemudian 86.09% pada tahun 2006 dan 86.60% pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan adanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan persalinan yang baik dari ibu, suami maupun dukungan keluarga. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 s.d. 2007 dapat dilihat dalam grafik berikut ini Gambar 4.2 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2007

c. Pelayanan Ibu Nifas Paska persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan. Pelayanan Ibu Nifas meliputi

pemberian Vitamin A dosis tinggi ibu nifas yang kedua dan pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakan terjadi perdarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit dan lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus. Cakupan pelayanan pada ibu nifas di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 85,64%, masih dibawah target pencapaian tahun 2007 yaitu 86%. Sebanyak 20 kabupaten/kota (60,6%) sudah melampaui target dan 8 kabupaten/kota bahkan sudah mencapai 100%, yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Pati, Kabupaten Kendal, Kota Surakarta, dan Kota Pekalongan. Sedang cakupan terrendah adalah di Kabupaten Grobogan yaitu sebesar 33,56%, Kota Salatiga dan Kabupaten Pekalongan tidak menginformasikan data cakupan pelayanan ibu nifas

d. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah dengan memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada Balita, Bumil, Bufas, remaja putri, dan WUS ( Wanita Usia Subur ). Hasil survey anemi ibu hamil pada 15 kabupaten/kota pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi anemi di Jawa Tengah adalah 57,7%, angka ini masih lebih tinggi dari angka nasional yakni 50,9%. Penanggulangan anemi yang dilaksanakan adalah dengan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil, WUS, dan remaja putri. Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil ada 2 indikator, Fe1 dan Fe2. Pencapaian Fe 1 dan Fe 2 Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin meningkat yakni pada tahun 2003, Fe 1 sebesar 88,97% dan Fe 3 sebesar 79,91%, sedangkan pada tahun 2007 Fe1 menjadi 92,98% dan Fe 3 menjadi 85,91%. Grafik perkembangan pemberian Fe pada ibu hamil dari tahun 2003 sampai pada tahun 2007 sebagai berikut :

Gambar 4.3 Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 2007

Dari grafik di atas dapat diihat bahwa cakupan Fe 1 sudah cukup baik, namun cakupan Fe 3 masih belum memadai. Masih ada sekitar 7,1% ibu hamil tidak meneruskan konsumsi Fe sampai pada Fe 3. Hal ini amat mungkin berkaitan dengan masih tingginya prevalensi anemi pada ibu hamil.

2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah a. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita dan Prasekolah Deteksi dini tumbuh kembang anak Balita dan pra sekolah yang dimaksudkan adalah anak umur 1 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali per tahun. Upaya pembinaan kesehatan anak diarahkan untuk meningkatkan kesehatan fisik , mental, dan sosial anak dengan perhatian khusus pada kelompok balita yang merupakan masa krisis atau periode emas tumbuh kembang. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 35,66% menurun dibandingkan dengan cakupan tahun 2006 sebesar 53,44%, dengan kisaran terrendah 3,82% di Kabupaten Kebumen dan tertinggi 100% di Kabupaten Kendal. Cakupan tersebut ini masih jauh dibawah target SPM tahun 2005 sebesar 65% apalagi bila dibandingkan dengan target SPM 2010 sebesar 95%. Upaya peningkatan ketrampilan petugas

kesehatan dalam upaya Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang anak (SDIDTK) telah dilakukan dengan pelatihan standarisasi SDIDTK di 9 kabupaten/kota terpilih. Hal ini diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan petugas dalam melaksanakan pembinaan teknis pelaksanaan SDIDTK.

Gambar 4.4 Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita dan Pra Sekolah di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 2007

b. Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI Pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya meningkatkana kesehatan (promotif) dan upaya meningkatkan pencegahan penyakit (preventif). Salah satu upaya preventif yang dilaksanakan di sekolah adalah kegiatan penjaringan kesehatan anak sekolah (Health Screening), sebagai prosedur pemeriksaan kesehatan yang bertujuan untuk mengelompokkan anak sekolah dalam berbagai kategori sehat dan sakit yang memerlukan tindakan lebih lanjut, serta mendapatkan gambaran kesehatan anak sekolah dan mengikuti perkembangan serta pertumbuhan anak sekolah sebagai pertimbangan dalam menyusun program pembinaan kesehatan sekolah.

Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI oleh tenaga kesehatan/guru UKS/kader kesehatan sekolah pada tahun 2007 sebesar 51,59% lebih tinggi dibandingkan tahun 2006 sebesar 38,29%. Nilai cakupan terendah di Kabupaten Jepara sebesar 3,50% dan tertinggi (100%0 dicapai oleh 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, dan Kota Pekalongan. Cakupan tersebut sudah melebihi target SPM 2005 (15%) tetapi masih dibawah target SPM 2010 (80%). Gambar 4.5 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 2007

c.

Pelayanan Kesehatan Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan terjadi perubahan fisik yang cepat menyamai orang dewasa, tetapi emosinya belum dapat mengikuti perkembangan jasmaninya, hal ini sering menimbulkan gejolak sehingga masa ini perlu mendapat perhatian. Salah satunya adalah pendidikan dan perhatian agar anak berperilaku hidup sehat, baik secara fisik maupun mental. Pemeriksaan kesehatan remaja adalah pemeriksaan kesehatan siswa kelas 1 SLTP dan setingkat, kelas 1 SMU dan setingkat melalui penjaringan kesehatan

terhadap murid kelas 1 SLTP dan Madrasah Tsanawiyah, kelas 1 SMU/SMK dan Madrasah Aliyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama dengan guru UKS terlatih dan kader kesehatan remaja secara berjenjang. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa Remaja oleh tenaga kesehatan/Guru UKS/kader kesehatan remaja di Provinsi JawaTengah tahun 2007 sebesar 35,47%, lebih besar daripada tahun 2006 sebesar 15,27%. Cakupan tersebut sudah melebihi target SPM tahun 2005 (15%) tetapi masih dibawah target SPM than 2010 (80%). Nilai terendah cakupan di Kabupaten Jepara (3,64%) dan tertinggi di Kabupaten Sukoharjo (100%), Kabupaten Batang (100%), dan Kota Pekalongan (100%).

Gambar 4.6 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Remaja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 2007

3. Pelayanan Keluarga Berencana a. Peserta KB Baru Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebanyak 6.248.972, meningkat sebanyak 63.562 dibanding tahun 2006. Jumlah peserta KB

baru pada tahun 2007 sebanyak 746.701 atau 11,95% dari jumlah PUS yang ada. Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut : Suntikan : 71,15% Implant MOP/MOW : 6,77% : 2,60% Pil IUD Kondom : 17,82% : 2,74% : 2,51%

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa bagian terbesar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi hormonal (suntikan, Pil, dan Implant) yaitu sebesar 92,15%. Peserta KB baru tersebut membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi.

Gambar 4.7 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007

b. Peserta KB Aktif

Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan Pasangan Usia Subur. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara Pasangan Usia Subur. Cakupan peserta KB aktif di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 77,79%, mengalami peningkatan sebesar 0,79% dibanding pencapaian tahun 2006 sebesar 77%. Angka ini masih di bawah target tahun 2010 sebesar 80%. Cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Temanggung sebesar 81,76% dan terrendah adalah di Kota Tegal sebesar 71,44%. Sebanyak 8 kabupaten/kota telah melampaui target tahun 2010 yaitu Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Rembang, Kabupaten, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Temanggung. Gambar 4.8 Cakupan Peserta KB Aktif di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 2007

Adapun jenis kontrasepsi yang digunakan para peserta KB aktif adalah sebagai berikut :

Suntikan Implant

: 54,55% : 9,88%

Pil IUD Kondom

: 17,71% : 9,19% : 1,26%

MOP/MOW : 7,41%

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa bagian terbesar peserta KB aktif mempergunakan kontrasepsi hormonal (Suntikan, Implant, dan Pil) yaitu sebesar 63,36%.

Gambar 4.9 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Aktif Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007

Peserta KB hormonal tersebut membutuhkan pembinaan yang berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Secara khusus proporsi pemakai kontrasepsi suntikan sangat besar yaitu 54,55%, hal tersebut dapat difahami karena akses untuk memperoleh pelayanan suntikan relative lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB. Sementara itu partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB aktif dengan mempergunakan kontrasepsi MOP dan kondom sangat kecil, karena

terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan sebagian pria masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri), sehingga ibu (istri) yang menjadi sasaran. 4. Pelayanan Imunisasi a. Persentase Desa yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang berdasarkan indikator cakupan DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 80% dari jumlah sasaran bayi di desa. Pencapaian UCI desa di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, kecuali tahun 2005 mengalami penurunan karena ketersediaan vaksin tidak mencukupi. Hasil UCI desa tahun 2003 (82,08%), 2004 (83,51%), 2005 (77,06%), 2006 (84,42%) dan 2007 (83,64%). Dari target pencapaian 85% , ada 15 kabupaten/kota (42,85%) yang belum mencapai target dengan persentase cakupan desa/kelurahan UCI terendah Kab. Blora (57,29%) dan tertinggi (100%) adalah Kabupaten Kudus, Kota Magelang, dan Kota Surakarta. Gambar 4.10 Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 - 2007

Kabupaten/kota yang belum mencapai target imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan antara lain : Adanya perbedaan jumlah sasaran pada perencanaan dibandingkan dengan sasaran yang ada, hal ini dikarenakan penentuan jumlah sasaran masih berdasarkan angka estimasi jumlah penduduk bukan dari hasil pendataan. Belum semua Puskesmas membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) imunisasi secara rutin (bulanan, tribulanan) dikarenakan banyak petugas imunisasi yang merangkap dengan tugas lain. Belum dilakukan pelaksanaan sweeping atau kunjungan rumah untuk melengkapi status imunisasi pada daerah-daerah yang cakupan imunisasinya masih rendah, pada umumnya disebabkan keterbatasan sumber daya atau tenaga banyak yang merangkap dengan tugas lain. Masih ada sebagian kecil orang tua yang menolak anaknya untuk diimunisasi dikarenakan keyakinan/kepercayaan agama, dan lain-lain. b. Cakupan Imunisasi bayi Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program tambahan/suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan Campak. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, HB Uniject 1 kali dan campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur 9 (sembilan) bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB).

Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua usia kelas I SD/MI/SDLB/SLB, sedangkan BIAS TT diberikan pada semua anak usia kelas II dan III SD/MI/SDLB/SLB, Backlog Fighting (melengkapi status imunisasi). Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Jawa Tengah dari semua antigen sudah mencapai target minimal nasional (85%), pencapaian dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Jumlah sasaran bayi pada tahun 2007 adalah 584.171. Sedang cakupan masing-masing jenis imunisasi adalah sebagai berikut: BCG (100,78%), DPT-HB 1 (100,84%), DPT-HB 3 (98,24%), Polio 4 (97,28%), Campak (96,50%), Hepatitis (98,24%).

Gambar 4.11 Cakupan Imunisasi Bayi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 2007

c.

Drop Out Imunisasi DPT1-Campak

Dalam rangka mencapai dan mempertahankan UCI desa, analisis PWS harus diikuti dengan tindak lanjut. Dengan grafik PWS akan terlihat dan dapat dianalisis cakupan dan kecenderungan setiap bulan, maka dapat segera diketahui kekurangan cakupan dan beban yang harus dicapai setiap bulan pada periode berikutnya. Untuk kecenderungan cakupan setiap bulan dapat diketahui dengan indikator Drop Out (DO). Sesuai kesepakatan dengan kabupaten/kota indikator DO di Jawa Tengah maksimal 5% atau (-5%). Pada tahun 2007 untuk tingkat Provinsi Jawa Tengah mencapai 4.3%. Sedangkan dilihat per kabupaten/kota yang mencapai DO 5% atau (-5%) sebanyak 18 (51,42%) yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Surakarta, dan Kota Pekalongan. d. WUS Mendapat Imunisasi TT Imunisasi TT Wanita usia Subur adalah pemberian imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (15-39 th) sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Data kegiatan imunisasi TT WUS saat ini akurasinya masih sangat kurang sehingga belum dapat dinalisis. Hal ini disebabkan : Pencatatan dan pelaporan status imunisasi 5 dosis belum berjalan dengan baik karena pelaksanaan skrining status TT belum optimal. Penggunaan format pelaporan yang berbeda antara kabupaten/kota ke provinsi dan Puskesmas ke kabupaten/kota terutama untuk TT ibu hamil dan non ibu hamil. 5. Pelayanan Kesehatan Gigi a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian masyarakat bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif sebelum gigi tetap betul betul rusak dan harus dicabut, sedang pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif karena sudah tidak ada alternatif lainnya. Di tahun 2007, pelayanan dasar gigi mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2006. Persentase tumpatan gigi tetap dilihat dari jumlahnya di tahun 2007 ini ada kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2006, namun pencabutan gigi tetap juga meningkat. Dilihat dari rasio tumpatan dan pencabutan mengalami kenaikan dari 0.60 di tahun 2006 menjadi 0.62 ditahun 2007. Namun bila dibandingkan dengan tahun 2005 (0,68%), tahun 2006 dan 2007 mengalami penurunan. Ada beberapa kabupaten/kota yang pencabuan giginya jauh lebih banyak dibandingkan tumpatan giginya hal ini menandakan bahwa masyarakat di kabupaten yang bersangkutan masih kurang memperhatikan kesehatan gigi. Kabupaten dengan rasio rendah antara lain Kabupaten Rembang (0,03), Kabupaten Pekalongan (0,24) dan Kabupaten Blora (0,25). Ada beberapa kabupaten yang rasionya tinggi atau bila dibandingkan dengan pencabutan, tumpatan lebih banyak yaitu Kota Tegal (1,04), Kota Surakarta (1,09), Kota Magelang (1,01), Kabupaten Brebes (1,37), dan Kabupaten Kudus (1,75). Dilihat dari data diatas tergambar bahwa untuk kotakota besar kesadaran penduduk tentang kesehatan gigi cukup bagus.

Gambar 4.12 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007

b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan UKGS meliputi pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk mendapatkan murid yang perlu perawatan gigi kemudian memberikan perawatan pada murid yang memerlukan. Persentase murid yang diperiksa untuk tahun 2007 ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu dari 37,89% pada tahun 2006 menjadi 31,40% pada tahun 2007. Hal ini dikarenakan ada 4 kabupaten yang belum memberikan laporan. Selain itu karena beberapa kabupaten memang mempunyai cakupan sangat rendah seperti Kabupaten Cilacap (1,36%), Kabupaten Wonosobo (4,99%), dan Kabupaten Pekalongan (6,82%). Kabupaten/kota yang mempunyai cakupan cukup tinggi adalah Kota Pekalongan (100%), Kota Salatiga (99,29%), Kabupaten Boyolali (96%), dan Kabupaten Grobogan (92%). Cakupan pemeriksaan kesehatan gigi murid SD di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Macam-macam Imunisasi
A. Imunisasi Aktif Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat anti bodi. 1. Imunisasi aktif alamiah, adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit. 2. 2. Imunisasi aktif buatan, adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit B. Imunisasi Pasif Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar. 1. Imunisasi pasif alamiah, adalah antibody yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan. 2. Imunisasi pasif buatan, adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit tertentu.

You might also like