You are on page 1of 50

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif (keturunan) yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Apabila tidak dilakukan penanganan secara cermat, dampak dari penyakit tersebut dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius lainnya, di antaranya, jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan system syaraf. Meningkatnya prevalensi Diabetes Melitus di beberapa berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kotakota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara (Suyono, 2007). Penyakit Diabetes Melitus dapat menyebabkan beberapa komplikasi akut dan menahun. Untuk hiperglikemia, komplikasi akut antara lain menahun hipoglikemia dan lain penyakit

sedangkan

komplikasi 1

antara

2 makrovaskuler dan mikrovaskuler, neuropati saraf sensorik, saraf otonom, proteinuria, kelainan koroner, ulkus dan gangren (Mansjoer dkk, 1999). Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia, diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina. Meningkatnya penderita diabetes melitus disebabkan oleh peningkatan obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang

mengkonsumsi makanan yang berserat, merokok, dan tingginya lemak. (Melindacare, 2010) Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2010 tercatat jumlah kasus Diabetes Mellitus 3341 orang meningkat kurang lebih 20% dari tahun 2009 yang berjumlah 2672 orang. Jumlah Kasus baru Diabetes Melitus pada tahun 2010 tercatat 129 orang dan berdasarkan data rekam medik dan laporan poliklinik penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tercatat 179 orang pasien baru diabetes melitus pada bulan Januari s/d Juli 2011. Dari adanya peningkatan kasus baru pada semester pertama tahun 2011 dibandingkan jumlah total kasus baru di tahun 2010 maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran karakteristik pasien baru diabetes melitus di poli penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

3 1.2. Rumusan Masalah Adanya peningkatan angka kejadian Diabetes Melitus dari tahun 2009 ke tahun 2010 dan belum diketahuinya karakteristik pasien Diabetes Melitus. Jumlah kasus baru Diabetes Melitus periode Januari s/d Juli 2011 179 kasus dimana lebih besar dari jumlah kasus baru di tahun 2010 yang tercatat 129 kasus. Untuk itu peneliti ingin mengetahui, bagaimana gambaran karakteristik pasien baru Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2011?

1.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran karakteristik pasien baru Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2011 dari bulan Januaru sampai dengan Juli 2011. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin b. Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan umur, c. Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan terakhir

4 d. Mengetahui distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan

1.4. Manfaat Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien Diabetes Melitus

berdasarkan karakteristik penderitanya. 2. Institusi Poltekkes Provinsi Bengkulu Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan referensi mengenai karakteristik penderita Diabetes Melitus di poli penyakit dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. 3. Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Keaslian Penelitian 1. Putri Junita, 2010. Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Pentingnya Aktivitas Fisik di RSUP H. Adam Malik. Hasil rata-rata untuk gambaran pengetahuan adalah cukup sebanyak 54% dan hasil rata-rata gambaran tindakan yang melakukan aktivitas fisik adalah sedang sebanyak 70%. Dari penelitian tersebut dapat

5 dilihat bahwa informasi atau pengetahuan yang kurang dapat menjadi faktor terhambatnya proses pikir seseorang dalam pemahaman dan pelaksanaan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan tentang aktivitas fisik dan manfaatnya dalam menangani dan mencegah komplikasi dari penyakit DM tipe 2. 2. Erwina Rafni Harahap, 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Melitus (DM) dengan Pemanfaatan Klinik Diabetes Melitus di Puskesmas Tembung Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya berada pada kategori pengetahuan sedang (72,5%), dan kategori sikap baik (70%) serta kategori tindakan sedang (90%). Diperoleh hasil tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Tembung. Kemudian diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkatan pengetahuan dan sikap dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Tembung. Beda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, populasi dan sampel yang diteliti dan waktu penelitian dilaksanakan . Penelitian tentang ini tentang gambaran karakteristik penderita Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Diabetes Melitus Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Soegondo, 2005). 2.2. Anatomi Fisiologi Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi : fungsi endokrin dan fungsi eksokrin (Sloane, 2003). Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas, memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus pankreas ke dalam usus halus (Sloane, 2003). Pankreas terdiri dari 2 jaringan utama, Sloane (2003), yaitu: a. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum. b. Pulau langerhans yang mengeluarkan sekretnya keluar. Tetapi, menyekresikan insulin dan glukagon langsung ke darah.

7 Gambar 2.1 Pankreas

Pulau-pulau langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk opoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50, sedangkan yang terbesar 300, terbanyak adalah yang besarnya 100-225. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta (Sloane, 2003). Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ. Ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut, Sloane (2003):

8 a. Sel alfa, jumlah sekitar 20-40 %, memproduksi glukagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai antiinsulin like activity. b. Sel beta menyekresi insulin yang menurunkan kadar gula darah. c. Sel delta menyekresi somastatin, hormon penghalang hormon pertumbuhan yang menghambat sekresi glukagon dan insulin. d. Sel F menyekresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernaan untuk fungsi yang tidak jelas. Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah (Manaf, 2006). Sintesis insulin dimulai dalam bentuk prepoinsulin (precursor hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, prepoinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicle) dalam sel tersebut. Di sini, dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel (Guyton, 2007). Mekanisme secara fisiologis di atas, diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme glukosa, sehubungan dengan fungsi insulin dalam proses

9 utilasi glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta memproduksi insulin, meskipun beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, juga dapat memiliki efek yang sama. Mekanisme sintesis dan sekresi insulin setelah adanya rangsangan terhadap sel beta cukup rumit, dan belum sepenuhnya dipahami secara jelas (Manaf, 2006). Ada beberapa tahapan dalam sekresi insulin, setelah molekul glukosa memberikan rangsangan pada sel beta. Pertama, proses untuk dapat melewati membran sel yang membutuhkan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat dalam berbagai sel yang berperan proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai "kenderaan" pengangkut glukosa masuk dari luar ke dalam jaringan tubuh. Glucose transforter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati membran, ke dalam sel. Proses ini merupakan langkah penting, agar selanjutnya ke dalam sel, molekul glukosa tersebut dapat mengalami proses glikolisis dan fosforilasi yang akan membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbebas tersebut, dibutuhkan untuk mengaktifkan proses penutupan K channel yang terdapat pada membran sel. Terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel menyebabkan depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh proses pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca sehingga meningkatkan kadar ion Ca

10 intrasel, suasana yang dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan (Manaf, 2006). 2.3. Klasifikasi Diabetes Melitus Walaupun secara klinis terdapat 2 macam diabetes tetapi sebenarnya ada yang berpendapat diabetes hanya merupakan suatu spektrum defisiensi insulin. Individu yang kekurangan insulin secara total atau hampir total dikatakan sebagai diabetes juvenile onset atau insulin dependent atau ketosis prone, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan oleh ketoasidosis. Pada ekstrem yang lain terdapat individu yang stable atau maturity onset atau noninsulin dependent. Orang-orang ini hanya menunjukkan defisiensi insulin yang relatif dan walaupun banyak diantara mereka mungkin memerlukan suplementasi insulin (insulin requiring), tidak akan terjadi kematian karena ketoasidosis walaupun insulin eksogen dihentikan. Bahkan diantara mereka mungkin akan terdapat kenaikan jumlah insulin secara absolut bila dibandingkan dengan orang normal. Tetapi ini biasa berhubungan dengan obesitas dan/atau aktivitas fisik (Gustaviani, 2006). Klasifikasi DM menurut World Health Organization (2009) adalah: 1. Diabetes tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) 2. Diabetes tipe 2 : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (Noninsulin Dependent Diabetes Melitus) [NIDDM]. Menurunnya produksi insulin atau berkurangnya daya kerja insulin atau kedua-duanya

11 3. Diabetes tipe lain menurut (Powers, 2005): A. Defek genetik dari fungsi sel dikarakteristikkan dengan mutasi pada: 1.) Faktor transkripsi inti hepatosit (HNF) 4 (MODY 1) 2.) Glukokinase (MODY 2) 3.) HNF-1 (MODY 3) 4.) Faktor promotor insulin (IPF) 1 (MODY 4) 5.) HNF-1 (MODY 5) 6.) NeuroD1 (MODY 6) 7.) DNA mitokondria 8.) Konversi insulin atau proinsulin B. Defek insulin pada kerja insulin 1.) Resistensi insulin tipe A 2.) Leprekaunism 3.) Sindrom rabson-mendenhall 4.) Sindrom lipodistrofi C. Penyakit dari eksokrin pankreaspankreatitis, pankreatektomi,

neoplasia, kistik fibrosis, hemokromatosis, pankreatopati fibrokalkulous. D. Endokrinopatiakromegali, sindrom cushing, glukagonoma,

feokromasitoma, hipertiroid, stomatostatinoma, aldosteronoma. E. Induksi obat atau kimiapentamidine, asam nikotinik, glukokortikoid, hormon tiroid, -bloker.

12 F. Infeksirubella kongenital, citomegalivirus, koksakie. G. Bentuk yang tidak umum dari diabetes yang diperantarai oleh imun "stiffman" sindrom. 4. Diabetes melitus gestasional (diabetes selama kehamilan) (ADA, 2003).

2.4. Etiologi Diabetes Melitus Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resisitensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi resistensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001). 2.5. Patofisiologi Diabetes Melitus (Brunner and Suddarth, 2002) A. Diabetes Tipe 1 Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari

13 makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut dieksresikan dalam urin (glukosuria). Eksresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elekrolit yang berlebihan, keadaan ini disebut diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi). B. Diabetes Tipe II Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel-sel tidak mampu

14 mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat

intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, pilidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur. C. Diabetes Gestasional Didefenisikan sebagai permulaan intoleransi glukosa atau pertama sekali didapat selama kehamilan (Michael , 2005).

2.6. Epidemiologi Diabetes Melitus Tingkat prevalensi diabetes melitus adalah tinggi. Diduga terdapat sekitar 16 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 ribu kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan penyebab kebutaan pada orang dewasa akibat

15 retino diabetik. Pada usia yang sama, penderita diabetes paling sedikit 2 kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak terkena serangan jantung. Tiga puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren adalah komplikasi yang paling utama. Selain kematian fetus intrauterin pada ibuibu yang menderita diabetes melitus tidak terkontrol juga meningkat (Schteingart, 2005). 2.7. Faktor Resiko Diabetes Melitus Faktor resiko diabetes melitus dari emedicine health: 1.) Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%. 2.) Hipertensi Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer. 3.) Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang

16 bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus. 4.) Dislipedimia Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes. 5.) Umur Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah > 45 tahun.

2.8. Gejala Klinis Diabetes Melitus Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu: (a.) Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan. (b.) Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl. (c.) Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl. Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996).

17 2.9. Diagnosa DM Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurangkurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat (Budiyanto, 2009). Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida 250 mg/dl). Uji diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring (Gustaviani, 2006). Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar (Gustaviani, 2006).

18 Tabel. 2.1 Kadar glukosa darah dalam diagnosis DM Belum pasti Golongan klinik /Jenis Sampel Bukan DM DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu <110 (mg/dl) 110-199 200

Kadar glukosa darah puasa <110 (mg/dl) 110-125 126

Ket : Darah diambil dari plasma vena atau darah kapiler. Sumber : Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia, PERKENI 2002

2.10. Komplikasi DM Menurut (Mansjoer dkk, 1999) beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah: 2.10.1. Komplikasi Akut (a.) Hipoglikemia Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal. Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L)

19 masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood) karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara kadar arteri dan vena (Wahono Soemadji, 2006). (b.) Hiperglikemia Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan meningkatnya produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisme habis secara normal melalui glikolisis. Tetapi, sebagian melalui perantara enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol, yang selanjutnya akan tertumpuk dalam sel/jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi (Arifin). Hiperglikemia terdiri dari: 1.) Diabetes Keto Asidosis (DKA) Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik yang ditandai dengan trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif (Soewondo, 2006). 2.) Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (KHHNK) Sindrom KHHNK ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat,

20 hiperglikemia berat dan sering kali disertai ganguan neurolis dengan atau tanpa adanya ketosis (Soewondo, 2006). 2.10.2. Komplikasi Kronik (a.) Penyakit Makrovaskuler Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler) (Avicenna, 2009). Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah koroner harus ditingkatkan terutama untuk yang mereka yang mempunyai resiko tinggi terjadinya kelainan aterosklerosis seperti mereka yang mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh darah koroner ataupun riwayat keluarga DM yang kuat (Waspadji, 2006). (b.) Penyakit Mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal yangmemerlukan pengelolaan dengan

pengobatan substitusi (Waspadji, 2006). Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai dari retinopati diabetik nonproliferatif sampai perdarahan retina, kemudian juga ablasio retina dan lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kebutaan. Diagnosa dini

21 retinopati dapat diketahui melalui pemeriksaan retina secara rutin (Waspadji, 2006). (c.) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler (Suddarth dan Brunner, 2002). (d.) Ulkus/gangren (Avicenna, 2009).

2.11. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Karakteristik adalah sifat khas dengan perwatakan tertentu. Karakteristik mencakup hal-hal sebagai berikut: umur, pendidikan, pekerjaan, gaya hidup (pola makan, pola komunikasi, kebiasaan mandi), agama, ras dan lainnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998). (a.) Jenis Kelamin Jenis kelamin (Wikipedia, 2011) adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan

keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan. Di Indonesia Prevalensi wanita terkena diabetes lebih tinggi (64%) dibandingkan prevalensi pada pria (Riskesdas, 2007)

22 (b.) Usia Umur adalah lama seseorang (Depdikbud, 1997). Umur ditentukan dengan hitungan tahun, semakin banyak umur seseorang semakin banyak pula pengalaman yang dimilikinya. Penderita penyakit diabetes melletus (penyakit gula) banyak diderita warga Indonesia pada usia produktif, 45 tahun sampai 60 tahun. Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut. Masa dimana fungsi tubuh yang dimiliki oleh manusia semakin menurun terutama fungsi pankres sebagai penghasil hormon insulin. Menurut Slamet Suyono, 2001 dalam ilmu penyakit dalam mengatakan bahwa peningkatan usia di indonesia > 40 tahun akan menyebabkan peningkatan diabetes melitus. Penelitian sejak tahun 2007 yang dilakukan oleh pemerintah, menunjukkan bahwa penyakit itu disebabkan gaya hidup dan pola makan yang keliru. Semakin dewasa seseorang maka resikonya terkena diabetes akan semakin tinggi (Sidartawan Soegondo, 2009) (c.) Pendidikan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2010) Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan cara didik. Kemahiran menyerap pengetahuan

23 akan meningkat sesuai dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap

pengetahuan yang diserapnya. Sedangkan perilaku merupakan penyatuan sikap seseorang (Kuantjaraningrat, 1997). Umumnya pengetahuan yang akan tinggi akan berdampak pada peningkatan kesadaran seseorang dalam upaya meminimalisasi penyakit diabetes melitus. Walaupun demikian pengetahuan yang tinggi sebenarnya tidak juga menentukan apakah seseorang akan terkena penyakit diabetes melitus atau tidak. Tetapi faktor lain seperti pekerjaan, gaya hidup, keturunan dan lain-lain juga mempengaruhi seseorang dalam terkena penyakit diabetes melitus Menurut John Dewey (2000) pendidikan adalah suatu proses untuk memperoleh kemampuan untuk kebiasaan berfikir sebagai suatu kegiatan yang inteligent atau yang ilmiah dalam memecahkan berbagai masalah di dalam kehidupan. Penderita Diabetes Melitus yang tidak mengetahui bagaimana cara

perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya oleh karena kurangnya sumber informasi atau tingkat pendidikan mereka akan bisa memperparah penyakitnya

24 (d.) Pekerjaan Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Lowongan pekerjaan yang paling banyak diinginkan orang Indonesia rata-rata adalah PNS, dan pegawai BUMN. Anggapan mereka mungkin karena jadi pegawai negeri atau pegawai BUMN gajinya stabil dan terjamin (Wikipedia, 2011). Semakin jarang seseorang melakukan aktivitas fisik maka gula yang dikonsumsi juga akan semakin lama terpakai, akibatnya prevalensi peningkatan kadar gula dalam darah juga akan semakin tinggi.

2.15. Kerangka Konseptual Bagan 2.1 Bagan Kerangka Konsep Karakteristik: 1. 2. 3. 4. Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Penyakit Diabetes Melitus

Keterangan: : diteliti --------- : tidak diuji

25 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian Jenis Penelitian ini adalah deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan yang objektif (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran karakteristik penderita baru diabetes melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2011. 3.2. Populasi Dan Sampel 3.2.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien baru diabetes melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dari bulan Januari sampai dengan Juli 2011 yang berjumlah 179 orang. 3.2.2. Sampel Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien baru diabetes melitus (Total Sampling) yang berkunjung di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.Yunus Bengkulu dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Juli 2011 sebanyak 179 orang. 25

26 3.2.3. Besar Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 179 orang. 3.3. Variabel Penelitian 3.3.1. Klasifikasi Variabel bebas peneletian ini adalah jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan. Sedangkan variabel indepeden atau tergantung adalah variabel akibat, yang dipengaruhi oeh variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah penyakit diabetes melitus. 3.3.2. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Oprasional Variabel Yang Diteliti a. Jenis Kelamin Defenisi Operasional Variabel Cara Ukur Hasil Ukur - Laki-laki - Perempuan <25 th 25 s/d 45 th 46 s/d 55 th >55th Tidak Sekolah SD SMP SMA PT Tidak Bekerja PNS Swasta Buruh/Tani Skala Nominal

Keadaan fisik jenis Checklist kelamin lahiriah yang tercatat di buku register b. Umur Lama waktu hidup Checklist dimulai sejak dilahirkan sampai dengan waktu penelitian dilakukan c. Pendidikan Pendidikan formal Checklist terakhir yang ditamatkan pasien yang tercatat di buku register.

Interval

Ordinal

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu Checklist tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi pasien yang tercatat di buku register

Ordinal

27 3.4. Pengumpulan Data 3.4.1. Instrument Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar cheklist. 3.4.2. Prosedur Pengumpulan Data Cara pengumpulan data penelitian yaitu dengan melihat data sekunder dari buku register mencatat status penderita rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dari bulan Januari s/d Juli 2011

kemudian dicatat sesuai lembar checklist dengan sub variabel yang dibutuhkan. 3.4.3. Pengolahan Data Pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan yang nantinya akan dipersentasekan. Menghitung persentase dengan rumus sebagai berikut : P=
F x100% n

Keterangan : P = Jumlah persentase yang dicari. F = Jumlah skor yang diperoleh. n = Jumlah responden Hasil prosentase kemudian di inteprestasikan dengan modifikasi kesimpulan menurut kriteria Nursalam (2008) sebagai berikut : 0% : Tidak satupun dari pasien

28 1% - 25% 26% - 49% 50% 51% 75% 76% - 99% 100% : Sebagian kecil dari pasien : Hampir sebagian dari pasien : setengah dari pasien : Sebagian besar dari pasien : Hampir seluruh dari pasien : Seluruh pasien

3.5. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada bulan September 2011.

3.6. Keterbatasan Penelitian Dalam setiap penelitian pasti mempunyai kelemahan-kelemahan yang ada, kelemahan tersebut tertulis dalam keterbatasan. Dalam penelitian ini kelemahan atau keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti adalah: 3.6.1. Kemampuan peneliti masih kurang, karena peneliti masih termasuk taraf pemula, sehingga penelitian masih banyak kekurangan. 3.6.2. Dalam melakukan penelitian adanya pertimbangan mengenai

keterbatasan waktu, dana dan keahlian.

29 BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Awal berdirinya RSUD Dr M.Yunus Bengkulu, pada Tahun 1922 dimana pada waktu itu masih dalam penjajahan pemerintah Hindia Belanda yang berlokasi di samping kantor pos dan giro lama (kota Bengkulu), barulah pada tahun 1925 didirikan tersendiri dengan bangunan semi permanen berlokasi di JL.Ratu Agung (Anggut Atas) yang saat ini menjadi Jalan Soekarno Hatta, dan pimpinan RS pada waktu itu adalah seorang dokter dari Belanda bernama dokter Briounkop dan dibantu dokter Indonesia dokter Asikin dan empat orang tenaga antara lain Zickken Opasser (1 orang perawat), satu orang tenaga administrasi dan dua orang pembantu atau pelayan. Pada saat itu RS ini didirikan status provinsi Bengkulu masih dalam bentuk keresidenan Bengkulu terbagi menjadi beberapa kabupaten yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan, kemudian dengan adanya perubahan beberapa daerah tingkat II menjadi daerah tingkat I akibat pemekaran dari beberapa provinsi di Indonesia, maka pada tanggal 18 Nopember 1968 provinsi Bengkulu disahkan menjadi daerah tingkat I dengan kedudukan Ibukota rovinsi di Bengkulu.Upaya yang tak mengenal lelah dari penyelenggara rumah 29

30 sakit serta pihak-pihak lain yang terkait akhirnya membuahkan hasil dengan berdirinya komplek RS di Padang Harapan. RS ini diresmikan oleh Menkes RI Prof.G.A.Siwabessy pada tanggal 7 Maret 1978, sekaligus hari jadinya RSMY Bengkulu, dengan berklasifikasi c berdasarakan SK.Menkes No

51/menkes/SK/II/79 tahun 1979 kemudian menjadi kelas B non kependidikan berdasarkan keputusan Menkes no 1065/menkes/sk/xi/1992 dan surat keputusan gubernur no 15 tahun 1993. RSMY menjadi RS Swadana daerah uji coba berdasarkan SK gubernur no 145 tahun 1993.

4.2 Jalannya Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data. Pada tahap persiapan meliputi kegiatan penetapan judul, pengumpulan data sekunder, seminar proposal, perbaikan hasil seminar proposal dan pengurusan surat izin untuk melakukan penelitian di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti langsung melakukan pengumpulan data dengan mengisi lembar checklist dengan melihat data sekunder dari buku register rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

31 4.3 Hasil Penelitian 4.3.1. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.3.1. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah 77 102 Presentase (%) 43,02 56,98

Dari tabel 4.3.1. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu sebagian besar adalah perempuan 56,98%.

4.3.2. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan umur, Tabel 4.3.2. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan umur Umur < 25 th 25 45 th 46 55 th > 55 th Jumlah 13 47 32 87 Presentase (%) 7,26 26,26 17,18 48,60

32 Dari tabel 4.3.2. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan umur di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien berumur >55 tahun yaitu 48,60%.

4.3.3. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 4.3.3. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah 72 30 27 23 27 Presentase (%) 40,22 16,76 15,08 12,85 15,08

Dari tabel 4.3.3. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak sekolah yaitu 40,22%.

33 4.3.4. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan Tabel 4.3.4. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Tidak Bekerja PNS Swasta Tani/Buruh Jumlah 57 48 45 29 Presentase (%) 31,84 26,82 25,14 16,20

Dari tabel 4.3.4. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak bekerja yaitu 31,84%.

34 BAB V PEMBAHASAN

5.1. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan jenis kelamin di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu sebagian besar adalah perempuan 56,98%. Penelitian terakhir yang dilakukan PERKENI, menunjukkan bahwa, dengan tinggi dan berat badan sama, wanita Asia lebih berisiko mengidap diabetes dibandingkan wanita yang tinggal benua lainnya. Menurut dugaan, penyebabnya karena mereka telah meninggalkan pola makan dan gaya hidup tradisional, dan menggantinya dengan gaya hidup yang tidak sehat. Misalnya: pola makan yang serampangan dan porsi olahraga yang semakin minim. Perubahan gaya hidup seperti ini bisa memicu semacam dampak biologis yang dapat mengganggu proses pengolahan gula darah, yang pada akhirnya berakibat diabetes

5.2. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan umur, Hasil Penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan umur di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien berumur >55 tahun yaitu 48,60%. 34

35 Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut. Masa dimana fungsi tubuh yang dimiliki oleh manusia semakin menurun terutama fungsi pankres sebagai penghasil hormon insulin. Menurut Slamet Suyono, 2001 dalam ilmu penyakit dalam mengatakan bahwa peningkatan usia di indonesia > 40 tahun akan menyebabkan peningkatan diabetes melitus. Hal ini disebabkan peningkatan gaya hidup seseorang yang tidak terjaga dalam mengkonsumsi makanan dan kurangnya aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya masa usia tersebut merupakan yang cukup mumpuni sebagai kepala keluarga dalam membina dan menjaga hubungan baik dengan anggota keluarga dalam upaya meminimalisasi terkena penyakit diabetes melitus pada seseorang. (Slamet Suyono, 2001) Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas of Washington di Seattle, menemukan bagaimanapun juga kelebihan berat badan sangat berpengaruh bagi kesehatan pada usia 50. Jika mereka kelebihan berat badan antara 20 pon atau lebih, tiga kali lipat beresiko terserang diabetes dibandingkan dengan mereka yang berat badannya optimal. Mereka yang telah tergolong obesitas pada usia 50 tahun dan kemudian memiliki kelebihan berat badan lebih dari 20 pon, 5 kali lipat kemungkinan mereka terserang diabetes tipe dua dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kelebihan berat badan.

36

5.3. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan terakhir Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pendidikan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak sekolah yaitu 40,22%. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan seseorang. Pendidikan yang rendah umumnya akan mengakibatkan kurangnya pengetahuan seseorang terutama penyakit diabetes melitus, pendidikan akan memberikan pencerahan pada seseorang terutama dalam pengetahuan penyakit diabetes melitus. Tetapi pendidikan seseorang bukanlah jaminan satunya indikator dalam pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo, 2010 pendidikan akan mempengaruhi kognitif seseorang dalam peningkatan pengetahuan. Karena pengetahuan sebenarnya tidak dibentuk hanya satu sub saja yaitu pendidikan tetapi ada sub bidang lain yang akan juga akan mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya pengalaman, informasi, keperibadian dan lainya. Umumnya pengetahuan yang akan tinggi akan berdampak pada peningkatan kesadaran seseorang dalam upaya meminimalisasi penyakit diabetes melitus. Walaupun demikian pengetahuan yang tinggi sebenarnya tidak juga menentukan apakah seseorang akan terkena penyakit diabetes melitus atau tidak.

37 Tetapi faktor lain seperti pekerjaan, gaya hidup, keturunan dan lain-lain juga mempengaruhi seseorang dalam terkena penyakit diabetes melitus. Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2002) peningkatan pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas cara berfikir dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.

5.4. Distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien baru Diabetes Melitus berdasarkan pekerjaan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu hampir sebagian dari pasien tidak bekerja yaitu 31,84%. Pekerjaan seseorang umumnya memiliki dampak yang penting dalam upaya meminimalisasi seseorang dalam terkena penyakit diabetes melitus. Pekerjaan petani identik dengan pekerjaan yang cukup berat dibandingkan dengan pekerjaan lainya. Pekerjaan tersebut umumnya menguras keringat karena lebih banyak menggunakan otot dibadingkan dengan pikiran. Secara umum pekerjaan petani jarang terkena penyakit diabetes melitus karena umumnya olah fisik menyebabkan tubuh merasa lebih sehat dibadingkan dengan pekerjaan pikiran. Tetapi ada beberapa responden terkena penyakit diabetes meitus karena faktor keturunan. Orang yang tidak bekerja umumnya seringkali menjadikan

38 seseorang terkena penyakit diabetes melitus. Faktor yang mempengaruhinya adalah stress dalam bekerja, kurangnya olahraga dan pola hidup yang tidak sehat

39 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian gambaran karakteristik pasien baru Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2011 dapat disimpulkan bahwa: 6.1.1. Sebagian besar jenis kelamin pasien baru Diabetes Melitus adalah perempuan 56,98% 6.1.2. Hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus berumur >55 tahun yaitu 48,60%. 6.1.3. Hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus tidak sekolah yaitu 40,22%. 6.1.4. Hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus tidak bekerja yaitu 31,84%

6.2. Saran 6.2.1. Bagi Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Para petugas kesehatan hendaknya terus memberikan

penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi pasien Diabetes Melitus 39

40 kapan saja terjadi interaksi agar bisa menghindari larangan yang bisa memperparah penyakitnya dan mematuhi segala hal yang bisa meningkatkan taraf kesehatan pasien. 6.2.2. Bagi Poltekkes Provinsi Bengkulu Diharapkan dapat memperbanyak literatur (sumber bacaan) di perpustakaan terutama yang berhubungan dengan Diabetes Melitus. 6.2.3. Bagi Peneliti Diharapkan peneliti bisa lebih mendalami bentuk karya tulis ilmiah dan untuk peneliti selanjutnya agar bisa mengembangkan lagi variabel penelitian mengenai Diabetes Melitus.

41 KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2011

Diajukan Sebagai Persyaratan Menyelesaiakan Pendidikan Diploma III Keperawatan Disusun Oleh : HERIANTO NIM. 2008058

POLITEKNIK KESEHATAN PROVINSI BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN BENGKULU 2011

42 Karya Tulis Ilmiah dengan Judul GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2011

Disusun Oleh: HERIANTO NIM. 2008058 Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan penguji

Pembimbing I

Ns. Yusran Hasymi, S.Kep,M.Kep.Sp.MB. NIP. 19711019 199503 1 003

Pembimbing II

Ns. Nurmukaromatis Saleha, S.Kep. NIP. 19780718 200604 2 008

ii

43 KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah dengan Judul Gambaran Karakteristik Pasien Baru Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2011 bisa diselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan moril dan material yang diberikan kepada penulis. Secara khusus penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Ns. Yusran Hasymi, S.Kep, M.Kep.Sp.MB, selaku pembimbing I dan Ibu NS. Nur Mukhoromatis, S.Kep, selaku pembimbing II, yang telah bersedia dengan sabar dan penuh kasih sayang meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ns. Gusti Miniarti, S.Kep., selaku Direktur Poltekkes Provinsi Bengkulu yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di Poltekkes Bengkulu Jurusan Keperawatan,

iii

44 2. Ns. Yusran Hasymi, S.Kep, M.Kep.Sp.MB, selaku ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Provinsi Bengkulu yang telah membantu saya untuk mendapatkan fasilitas menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah saya, 3. Tim penguji Karya Tulis Ilmiah, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaanya menguji dan menyempurnakan proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 4. 5. Semua keluargaku yang telah memberikan dukungan moril dan materiil. Serta teman-teman mahasiswa jurusan Keperawatan Poltekkes Provinsi

Bengkulu yang banyak memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materiil kepada penulis. Penulis menyadari, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga proposal Karya Tulis Imiah ini bermanfaat.

Bengkulu, Oktober 2011

Penulis

iv

45
DAFTAR PUSTAKA

Avicenna, 2009. Diabetes Melitus ( Komplikasi dan Gejala Klinis). Diperoleh dari: http//368-diabetes-mellitus-gejala-klinis-dan-komplikasi.html. [Accessed 18 Agustus 2011]. Brunner and Suddarth. 2002. Patofisiologi Diabetes Melitus. Dalam: Cyber Nurse. 2009. Konsep Diabetes Melitus. Budiyanto, Carko. 2009. Diabetes Melitus, Diagnosa dan Komplikasinya. Available from:http//diagnosa%20DM/Diabetes%20Melitus,%20Diagnosis%20dan%20K omplikasinya%20%20kedokteran%20islam.htm. [Accessed 20 Agustus 2011]. Gustaviani, Reno. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1857. Guyton, C. Arthur . 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa, Irawati ... [et al.] ; editor edisi bahasa indonesia, Luqman Yanuar Rachman ... [et al.]. Ed. 11 Jakarta: EGC, 2007. Kapita Selekta Kedokteran, 2001. Etiologi Diabetes Melitus. Dalam: Cyber Nurse. 2009. Konsep Diabetes Melitus. Manaf, Asman. 2006. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1868. Mansjoer dkk. 1999. Komplikasi. Dalam: Avicenna. 2009. Diabetes Melitus (Gejala Klinis dan Komplikasi). Available from: http//komplikasi%20DM/368-diabetesmellitus-gejala-klinis-dan-komplikasi.html. [Accessed 22 Agustus 2011]. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Newsroom, 2009. Diagnosa dan Medis Diabetes Melitus. Available from: http//diagnosa%20DM/agromedia.net.html. [accessed 22 Agustus 2011].

46
PERKENI, 2002. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM. Konsensus Pengelolaan DM Tipe-2 di Indonesia. Powers, C. Alvin. 2005. Diabetes Mellitus. In: Harrison's Principles of Internal Medicine. 16th Edition. United States of America: McGraw Hill Companies, Inc, 2152. Schteingart, E. David. 2005. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Editor Edisi bahasa indonesia, Huriawati Hantanto ... [et. Al.]. Ed. 6 Jakarta: EGC, 1263. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Editor Edisi Bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC, 213-214. Soegondo, Sidartawan. 2005. Pengertian Diabetes Melitus. Diabetes The Killer Silent. Available from: http//DIABETES%MELITUS/medicastore.com.diett.httm. [Accessed 19 Agustus 2011]. Soewondo, Pradana. 2006. Ketoasidosis Diabetik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1874. Soewondo, Pradana. 2006. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Nonketotik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1878. Suyono, Slamet. 2006. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 18551856. Wahono Soemadji, Djoko. 2006. Hipoglikemia Iatrogenik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1870. Waspadji. 1996. Gejala Klinis. Dalam: Avicenna. 2009. Diabetes Melitus (Gejala Klinis dan Komplikasi). Available from: http//komplikasi%20DM/368-diabetesmellitus-gejala-klinis-dan-komplikasi.html. [Accessed 20 Agustus 2011]. Waspadji, Sarwono. 2006. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1886-1888.

47 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................

i ii iii v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 1.5. Keaslian Penelitian ......................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Diabetes Melitus ................................................................ 2.2. Anatomi Fisiologi ........................................................................... 2.3. Klasifikasi Diabetes Melitus ........................................................... 2.4. Etiologi Diabetes Melitus ............................................................... 2.5. Patofisiologi Diabetes Melitus ....................................................... 2.6. Epidemiologi Deabetes Melitus ..................................................... 2.7. Faktor Resiko Diabetes Melitus ..................................................... 2.8. Gejala Klinis Diabetes Melitus ....................................................... 2.9. Diagnosa Diabetes Melitus ............................................................. 2.10. Komplikasi Diabetes Melitus ....................................................... 2.11. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus ..................................... 2.12. Kerangka Konsep ......................................................................... 6 6 10 12 12 14 15 16 17 18 21 23 1 3 3 4 4

48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 3.2. Populasi dan Sampel........................................................................ 3.3. Variabel Penelitian ......................................................................... 3.4. Pengumpulan Data .......................................................................... 3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 3.6. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 25 26 26 27 28 28

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................................. 4.2. Jalannya Penelitian ......................................................................... 4.3. Hasil Penelitian ............................................................................... 29 30 31

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur ........................................ 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ................................ 5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan .................................. 34 35 36 37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 6.2. Saran ............................................................................................... 39 39

Daftar Pustaka ................................................................................................. Lampiran

41

49 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul : GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2011

Disusun Oleh: HERIANTO NIM. 2008058 Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Politeknik Kesehatan Provinsi Bengkulu Jurusan Keperawatan Pada hari Senin 03 Oktober 2011 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Dewan Penguji: Pembimbing I : Ns. Yusran Hasymi, M.Kep,Sp.MB. ( ......................................) ( ......................................) ( ......................................) ( ......................................)

Pembimbing II : Ns. Nurmukaromatis Saleha, S.Kep Penguji I Penguji II : Esti Sorena, SST, SKM : Drs. Achmad Kashmir, SKM

Mengetahui Direktur Politeknik Kesehatan Provinsi Bengkulu

Ns. Gusti Miniarti, S.Kep. Pembina/NIP. 19680801 198703 2 002

50 GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BARU DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2011 Herianto, 2011.1

ABSTRAK

Adanya peningkatan angka kejadian Diabetes Melitus dari tahun 2009 ke tahun 2010 di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dan jumlah kasus baru Diabetes Melitus periode Januari s/d Juli 2011 179 kasus dimana lebih besar dari jumlah kasus baru di tahun 2010 yang tercatat 129 kasus. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien baru Diabetes Melitus di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2011. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien baru diabetes melitus (Total Sampling) yang berkunjung di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M.Yunus Bengkulu dari bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Juli 2011 sebanyak 179 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin pasien baru Diabetes Melitus adalah perempuan 56,98%, hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus berumur >55 tahun yaitu 48,60%, hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus tidak sekolah yaitu 40,22%, hampir sebagian dari pasien baru Diabetes Melitus tidak bekerja yaitu 31,84%

Kata kunci: Diabetes Melitus, Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, Pengetahuan.

)Mahasiswa Jurusan D-III Keperawatan Poltekkes Provinsi Bengkulu

You might also like