You are on page 1of 4

Sabtu, 1 Oktober 2011 Matius 18 : 1 4 Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga (1) Pada waktu itu datanglah

h murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" (2) Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka (3) lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Renungan I Yang terbesar dalam Kerajaan Sorga alias hidup beriman dan beragama hemat saya adalah yang tersuci. Tanpa bermaksud merendahkan mereka yang memang suci atau tersuci serta terpilih menjadi gembala atau teladan umat Allah, perkenankan saya mengingatkan bahwa anak-anak kecil tentu lebih suci daripada orang-orang dewasa atau orangtuanya; dengan kata lain secara umum boleh dikatakan yang lebih muda lebih suci. Mengapa? Karena tambah usia dan pengalaman pada umumnya orang juga bertambah dosa dan kekurangan, itulah kenyataan yang terjadi. Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga, demikian sabda Yesus. Sifat atau cirikhas anak kecil antara lain: ceria, gembira, dinamis, terbuka, menyerahkan diri kepada orang lain lebih-lebih yang mengasihi alias rendah hati, dst.. Dari sifat atau cirikhas anak kecil ini kiranya yang baik kita hayati adalah rendah hati. Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 24). Kerendahan hati adalah keutamaan yang paling utama dan dasar, maka jika kita ingin menjadi besar dan terhormat hendaknya hidup dan bertindak dengan rendah hati kapanpun dan dimanapun. Marilah kita meneladan serta

mendukung para gembala kita, para uskup dan paus, yang senantiasa berusaha untuk rendah hati dalam melaksanakan tugas pengutusan dan menghayati panggilannya. Kami berharap kepada para orangtua untuk sedini mungkin mendidik anak-anaknya untuk rendah hati, dan jika perlu sebenarnya orangtua dapat belajar dari anak-anak, yang rendah hati serta tidak pernah marah alias melecehkan orang lain. Renungan II "Alkisah ada seorang pelawak yang telah mengalami kejenuhan ke sana kemari menghibur orang, dan memutuskan untuk masuk ke dalam sebuah biara. Suatu harisi pelawak hendak berdoa dalam kapel dalam biara tsb, dalam keheningan dia merasakan sebuah kedamaian namun sulit bagi dia memusatkan pikirannya, untuk berdoa. Dan berikutnya dia memutuskan untuk melepaskan jubahnya, hanya bercelana pendek dan kaos t shirt dia mulai berjumpalitan, berguling guling dan menari naridi hadapan Tuhan, sebagaimana dia selama ini melakukan pekerjaan nya untuk menghibur orang orang sebagai pelawak. Kejadian ini di lihat oleh pemimpin biara, namun hanya dilihat tanpa dicegah oleh pimpinan biara tsb. Keesokan hari nya si pelawak tsb dipanggil oleh pemimpin biara tsb, si pelawak diminta menjelaskan mak -sud tujuan dari kejadian semalam. Si pelawak dengan gemetar menjelaskan bahwa dgn cara itu lah dia dengan bebas dan merdeka meluapkan seluruh keberadaan -nya di hadapan Tuhan, dan si pelawak langsung mengajukan keinginan nya keluar dari biara. Namun pemimpin biara langsung memeluk pelawak tsb, dan mengatakan"Engkau telah memberikan yang terbaik yang Tuhan inginkan, yaitu seluruh keberadaan mu, teruskan lah cara mu untuk memuji dan menyembah Tuhan, karena Tuhan menginginkan kejujuran atas keberadaan kita di hadapan Tuhan." Sejalan dengan injil hari ini, Tuhan Yesus mengajak kita untuk menyadari bahwa seluruh keberadaan kita adalah berharga di mata Nya. Yang diminta dari Tuhan Yesus adalah seluruh keberadaan kita, bagaimana pun juga keadaan kita sebagaimana kepolosan seorang anak kecil di hadapan orang tuanya. Seorang anak kecil selalu dapat mengungkapkan seluruh keberadaan nya, keinginan dan perasaan nya tanpa di pengaruhi oleh kekhawatiran dan ketakutan karena anak ini memiliki kepercayaan dan ketergantungan hanya kepada orang tuanya.

By the time we become adults, most of us have felt diminished by the low self-esteem that others have pushed upon us as they, in their own low self-esteem, tried to raise themselves above us. We try to cope with this by making ourselves feel important, because we believe their poor assessment of us. And so we put our focus on keeping a good image, building a good reputation, and achieving high status etc. The opinions of others matter way too much. Their opinions hold us back from being fully who we are as children of God. (source: http://gnm.org/index.html) Demikian juga kita sebagai murid/pengikut Yesus, sering kali kita mengaku percaya kepada Tuhan, namun sulit untuk menjadi jujur di hadapan Allah. Kenapa kita sulit menjadi jujur, dalam kehidupan kerajaan dunia ini manusia cenderung memiliki nilai berbeda, manusia hidup dari penilaian manusia yang lain, seorang akan dinilai mempunyai nilai yang lebih karena materi, kepintaran, atau cara manusia hidup dalam kemunafikan, bahkan manusia bisa dinilai sangat tidak pantas atau tidak bernilai ketika manusia tsb hidup dalam dosa, kemiskinan, ataupun dalam status perkawinan yang tidak layak. Dalam kerajaan dunia manusia cenderung berlomba lomba untuk membentuk dirinya agar terlihat sangat baik di hadapan sesama manusia bukan mempersembahkan keberadaan kita kepada Allah Bapa, agar di bentuk oleh Allah sendiri. Bagaimana kita di hadapan Bapa kita di sorga ? Dalam perumpamaan injil hari ini tentang seekor domba yang tersesat lebih berharga dari pada ke sembilan puluh sembilan ekor yang lain, Yesus menggambarkanseberapa besar Kasih Allah Bapa kepada manusia. Bapa di sorga selalu melihat seluruh manusia ciptaan Nya hanya dengan belas kasih yang maha besar, Dia yang telah menciptakan manusia dengan gambaran yang se citra dengan Allah sendiri menyatakan bahwa setiap manusia ciptaan Nya adalah sama dan layak mendapat perlakuan yang sama. Marilah kita hidup jujur dan tak bercela dihadapan Tuhan bukan hanya agar terlihat sangat baik dihadapan sesama manusia. Bagaimana kita menanggapi pandangan Allah Bapa terhadap kita, manusia ciptaanNya ? Ketika kita menyadari bahwa dalam setiap diri manusia, Allah ada dan hidup dalam setiap manusia, maka dengan demikian nilai dari seorang manusia dengan manusia yang lain menjadi sama di hadapan Allah maupun manusia. Tidak ada seorang yang lebih tinggi dari manusia yang lain ketika kita menempatkan Yesus sebagai pusat dalam hidup kita, bukan harta kekayaan, martabat, atau kebenaran pribadi. Karena kita

berharga dihadapan Allah Sang Pencipta dengan demikian sudah seharusnya kita juga menghargai sesama kita sebagaimana Allah menghargai setiap manusia, karena kita percaya bahwa Roh Allah ada dalam setiap manusia ciptaan Nya. Kita mau berusaha mencoba melihat dan mengalami Allah yang hidup didalam diri setiap pribadi manusia. Doa "Tuhan Yesus, pimpinlah kami dengan kebijaksanaan Kerajaan Mu agar semakin hari kami semakin memahami betapa besar Kasih Mu terhadap kami, tidak perduli berapa banyak yang telah kami lakukan maupun yang belum kami lakukan, serta semakin menyerupai Engkau, sebab Engkau lah Tuhan dan Pengantara kami, yghidup dan berkuasa untuk selama lama nya, Amin." Vivit Dominus In Cuius Conspectu Sto (Allah hidup dan aku berdiri dihadiratNya),

You might also like