You are on page 1of 27

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menurut Sadiman (1996), Kata media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jaman dari medium. Sedangkan menurut Azhar Arsyad (1997), secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Media merupakan perantara untuk menyampaikan pesan. Satu hal yang utama dan menantang dalam memutuskan rancangan mengajar adalah menentukan medium atau media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengajaran. Penentuan media yang akan digunakan didasarkan pada apa yang akan diajarkan, bagaimana diajarkan dan bagaimana akan dievaluasi dan siapa yang menjadi siswa. Oleh karena itu maka kemampuan profesional guru harus ditingkatkan, karena pada gilirannya akan memberikan dampak positif pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar (Sadiman. 1996). Dengan adanya media pendidikan diharapkan bahwa penyajian materi belajar lebih jelas tidak bersifat verbalistis. Adanya contoh-contoh yang menarik berupa fakta, data, gambar, grafik, foto atau video dengan atau tanpa suara menjadikan kegiatan belajar menjadi lebih menarik. Bahan-bahan dapat disajikan dengan suatu rangkaian peristiwa yang disederhanakan atau diperkaya sehingga kegiatan belajar tidak merupakan uraian yang membosankan siswa (Azhar Arsyad. 1997). Penggunaan media juga akan mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan kemampuan indera. Hal ini dimungkinkan karena objek yang terlalu besar dapat lebih dibuat lebih kecil dalam bentuk foto, gambar atau model. Sementara untuk objek yang terlalu kecil untuk diamati dapat diperbesar dengan menggunakan alat bantu proyeksi. Demikian juga dengan gerak atau suatu proses yang terlelu cepat atau terlalu lambat dapat diatasi dengan mengatur kecepatan penampilannya di kelas. Berbagai kejadian masa lalu, peristiwa yang berbahaya atau peristiwa langka yang sudah terekam dalam suatu film dapat ditampilkan pada saat kapan saja (Azhar Arsyad. 1997). Menurut Azhar Arsyad (1997), media memiliki pengertian fisik (hardware), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera. Selain itu juga mengandung pengertian non-fisik (software), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. Sementara itu, menurut Sadiman (1996), media atau bahan adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan dan informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang dikandung media tersebut.

Menurut Sadiman (1996), Kegiatan belajar merupakan suatu proses yang menuntut adanya aktivitas siswa, dengan demikian pengembangan media diarahkan pada kegiatan yang ditunjang oleh alat peraga praktek dan alat observasi. Dalam pengajaran, ketika perangkat penunjang kegiatan tersedia masih mungkin terdapat sejumlah kendala sehingga proses pembelajaran tidak berjalan seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan, diantaranya: a. objek sebagai sumber fakta yang terbatas, terjadi karena objek tidak ada, kemelimpahannya tidak tepat dengan waktu belajar (musim), sulit dijangkau karena jarak, posisi atau lokasi, terlalu kecil atau terlalu besar, berbahaya bila didekati atau dilindungi. Perkembangan fisik kota sebagai salah satu cekaman antrapogenik pada tingkat komunitas mengakibatkan terjadinya pergeseran bahkan penghilangan habitat organisme, akibatnya pada daerah perkotaan objek biologi menjadi jauh dari jangkauan. b. Proses sulit diamati, terjadi karena terlalu cepat (reaksi metabolisme), terlalu lambat (adaptasi dan pertumbuhan), atau berada dalam sistem yang sangat kecil (sel/organel), terjadi dalam sistem mahluk hidup dan tidak konstan (mudah dipengaruhi faktor lingkungan). c. Terbatasnya sarana laboratorium Keterbatasan sarana laboratorium ini merupakan suatu yang umum terjadi. Keterbatasan ini bisa disebabkan karena alatnya yang tidak ada atau rusak. Umumnya sekolah jarang menganggarkan dana untuk pemeliharaan perangkat laboratorium, akibatnya banyak alat-alat yang rusak karena tidak terpelihara. Disisi lain kebutuhan bahan-bahan lab sering tidak terpenuhi karena terbatasnya dana yang ada. Sampai saat ini dunia pendidikan selalu dihadapkan dengan proporsi alat yang tidak seimbang, dan di sekolah tertentu bahkan tidak pernah mencapai keadaan minimum. d. Siswa terlalu banyak, proporsi siswa guru tidak seimbang Keadaan ini mengakibatkan siswa tidak belajar secara optimal. Jumlah kelas yang terlalu banyak menyulitkan guru untuk membagi perhatian kepada seluruh siswa secara merata. Sementara itu untuk kegiatan praktikum dalam laboratorium yang semestinya perbandingan guru dan siswa menjadi lebih kecil tidak terjadi. Bahkan karena banyaknya murid di sekolah mengakibatkan terjadi perubahan peruntukan laboratorium menjadi kelas. Akibatnya terjadi kesulitan dalam mengembangkan tuntutan kurikulum.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat kami mengambilkan beberapa rumusan masalah yakni: 1. Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran? 2. Apa mamfaat dan peranan media? 3. Mengapa media sangat penting dalam pendidikan?

1.3 Tujuan Penulis Untuk mengetahui pengetahuan tentang media yang mendukung dalam proses pembelajaran, khususnya media spesimen. baik itu dari segi pengunaannya, peranannya dalam pendidikan, mamfaatnya, kelebihan dan kekurangannya secara umum.

1.4 Manfaat Penulis Dengan adanya makalah ini, saya sebagai pemekalah diharapkan dapat atau

mampu memberikan tambahan baik dalam bentuk informasi maupun yang lainnya. Dapat bermanfaat bagi manusia atau masyarakat khususnya mahasiswa universitas jambi mengenai media pembelajaran, khusunya media spesimen. Dan dapat meningkatkan motivasi dalam belajar.

BAB II PENTINGNYA MEDIA DALAM PENDIDIKAN

Sanjaya (1995), Dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh tenaga pendidik. Sanjaya (1995), mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Di dalam proses belajar mengajar siswa sering menjadi kambing hitam ketika pembelajaran tidak memenuhi target seperti yang diinginkan. Banyak alasan dilontarkan, seperti karena siswa malas, kurang perhatian ketika guru menerangkan mata pelajaran, bodoh, kurangnya fasilitas pembelajaran. Hal tersebut memang bisa terjadi (Azhar Arsyad. 1997). Sering terjadi seorang guru tidak kreatif dalam menggunakan metode pengajaran. Mereka sudah cukup puas dengan metode konvensional sehingga kurang memotivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Mereka mengandalkan metode ceramah yang sangat membosankan sehingga tidak terjadi proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan di dalam kelas (Azhar Arsyad. 1997). Menurut Sadiman (1996), Akibat dari semua itu sering terjadi seorang siswa mengalami kejenuhan di dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas, dimana banyak peserta didik yang merasa sekolah ibarat penjara, sekolah tidak bisa menimbulkan semangat belajar. Bahkan lebih parah, banyak peserta didik yang paling suka bila sang guru absen, tanpa merasa kehilangan sesuatu. Boleh jadi, fenomena tersebut disebabkan selama ini peserta didik hanya diposisikan sebagai objek atau robot yang harus dijejali beragam materi sehingga membuat peserta didik tidak betah di kelas. Sedangkan, pengajaran yang baik yaitu ketika para peserta didik bukan hanya sebagai objek tapi juga subyek. Jadi siswa akan menjadi aktif tidak pasif sehingga peserta didik akan merasa betah dalam mengikuti proses belajar mengajar dan paham terhadap penjelasan guru. Untuk mengejawantahkan hal ini
4

dibutuhkan kejelian dan kreatifitas guru dengan cara mendisain model pembelajaran sehingga peserta didik merasa enjoy dan pas atas sajian yang disampaikan oleh guru tanpa merasa bosan dan terkekang. Sanjaya (1995), Salah satu cara untuk meningkatkan belajar siswa adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran. Dengan memanfaatkan media tersebut proses belajar mengajar di kelas menjadi menarik dan menyenangkan, berbeda dengan pendekatan konvensional yang hanya mengadalkan ceramah.

BAB III MAMFAAT DAN PERANAN MEDIA

Pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung didalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh sebab itu sebaiknya memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan (Azhar Arsyad. 1997). Menurut Sadiman (1996), Secara umum media mempunyai mamfaat: 1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis 2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra. 3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar. 4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya. 5. memberi rangsangan yang sama, mempersamaakn pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Yusuf (1989), menyatakan bahwa manfaat media antara lain: Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran, kebutuhan, dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajenasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar. Memberikan umpan balik yang diperlukan sehingga dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan dan membuat generalisasi yang tepat. Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.

Menurut Azhar Arsyad (1997), Manfaat media bagi pengajar: memberikan pedoman arah dan tujuan menjelaskan struktur, urutan pengajaran, memudahkan pembelajar memberikan kerangka sistematis mengajar metode pengajaran bervariasi memudahkan kendali mengajar membantu kecermatan, ketelitian membengkitkan rasa percaya diri menungkatkan kualitas pengajaran meberikan variasi belajar memberikan situasi belajar tanpa tekanan menyajikan inri informasi dan sistematika materi pembalajaran.

Sanjaya (1995), Peranan media pembelajaran: Mempermudah proses pembelajaran Meningkatkan efisisensi pembelajran Menjaga relevansi dengan tujuan belajar Membantu konsentrasi pembelajar

Menurut Sadiman (1996), Media pembelajaran mempunyai peranan untuk merangsang pembelajaran dengan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. menghadirkan objek sebenatnya, objek yang langkah membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya membuat konsep abstrak ke konsep konkret memberi kesamaan persepsi mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak menyajikan ulang informasi secara konsisten memberi suasana belajar yang tidak tertekan, dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

BAB IV MACAM-MACAM MEDIA

A. MEDIA AUDIO Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima pesan (Wibawa,1991/1992). 1. Radio Menurut Wibawa (1991/1992), Fungsi kelebihan Radio, yaitu: Daya jangkauannya luas sehingga dapat menjangkau daerah terpencil, Radio dapat mengembangkan daya imajinasi anak, Radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu secara lebih baik bila dibandingkan dengan jika dikerjakan oleh guru Radio dapat memusatkan perhatian siswa pada kata-kata yang digunakan, pada bunyi dan artinya Dapat merangsang partisipasi aktif daripada pendengar.sambil mendengarkan, siswa boleh menggambar, menulis, melihat peta, menyanyi ataupun menari Harganya relatif murah dan variasi programnya lebih banyak daripada TV Dapat dipindah-pindah.

Namun media radio juga memiliki keterbatasan antara lain: penyesuaian jadwal siaran dan jadwal sekolah umumnya sulit, sifat komunikasinya satu arah, hanya menggunakan medium audio saja, sulit dikontrol, artinya pendengar tak dapt menghentikan siaran sebentar untuk berdiskusi atau minta mengulas bagian yang kurang jelas.(Wibawa,1991/1992) Penjadwalan dan pelajaran sering menimbulkan masalah. Intergrasi siaran radio ke dalam kegiatan belajar mengajar di kelas seringkali menyulitkan. (Sadiman,1986)

1. Tape recorder dan Pita audio Sadiman (1986), Seperti halnya radio, tape recorder dan pita audio tidak dapat diabaikan fungsinya sebagai media pengajaran di sekolah. Media ini memiliki fungsi untuk meningkatkan komunikasi audio, membuat suasan belajar lebih mantap dan komunikatif, serta

mengembangkan kemampuan apresiasi dan imajinasi siswa terhadap hal-hal yang sedang disajikan.

2. Laboratorium Bahasa Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Media ini yang dipakai adalah alat perekam (Sadiman,1986).

B. MEDIA VISUAL Menurut Sadiman (1986), Media visual dibedakan menjadi dua, yaitu Media Visual diam, dan Media Visual Gerak

1. Fungsi Media Visual pengalaman siswa terhadap dunia nyata pada unumnya dapat dibentuk melalui media pengajaran. Foto

Diantara media pendidikan, gambar/ poto merupakan media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum,yang dapat dimengerti dan dinikmati di manamana. Ilustrasi

Buku tes dan buku-buku pelajaran pada umumnya dilengkapi dengan gambar ilustrasi. Flash Cards

Flash Cards biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa asing pada khususnya. Gambar Pilihan dan Potongan Gambar Seringkali kita temui para guru suka mengumpulkan dan membuat kliping gambargambar oilihannya dari berbagai sumber seperti majalah, surat kabar, buku, kalender, katalog, iklan dan poster.

1. Media Proyeksi Diam Dalam media proyeksi diam gambar yang mengandung pesan yang akan disampaikan ke penerima harus diproyeksikan terlebih dahulu dengan proyektor agar dapat dilihat penerima pesan Film Bingkai (Slide)

Film bingkai adalah suatu film transparan berukuran 35 mm, biasanya dibingkai dengan ukuran 2x2 inci dengan bahan plastik, atau karton. Film Rangkai (Film Strip)

Berbeda dengan film bingkai, dalam media ini gambarnya berurutan dan menjadi satu kesatuan. Transparansi

Media trransparansi atau overhead transparency (OHT) seringkali disebut dengan nama perangkat kerasnya, yaitu overhead proyektor (OHP). Proyektor tak Tembus Pandang (Opaque Proyektor)

Berbeda dengan proyektor untuk film bingkai, film rangkai dan transparansi, pada proyektor ini pesan yang diproyeksikan bebrbentuk bahan yang tidak tembus pandang. Mikrofis

Adalah lembaran film transparan terdiri dari lambang-lambang visual (grafis maupun verbal) yang diperkecil sedemikian rupa sehingga tak dapat dibaca dengan mata telanjang. Film Gelang

Film gelang atau film Loop (Loop Film) adalah njenis media yang terdiri dari film berukuran 8 mm atau 16 mm yang ujung-ujungnya saling bersambungan, sehingga film ini akan berputar terus berulang-ulang kalau tidak dimatikan. Media Grafis Grafik

Grafik pada dasrnya merupakan gambar yang dalam penyajiannya sengaja dipisah dengan tujuan untuk memberi pemahaman yang lebih mendalam. bagan

Bagan berfungsi untuk menvisualisasikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan dalam bentuk lisan atau tulisan saja.

10

Bagan pengalaman (Experience Chart)

Terutama digunakan oleh guru-guru SD dan guru-guru Sekolah Lanjutan untuk menmggambarkan cerita, berita, atau pengalaman di kelas secara visual. Bagan pohon (Tree Chart) Adalah kebalikan dari strem chart. Ibarat sebuah pohon yang terdiri dari batang, cabang dan ranting-ranting. Bagan ini dimulai dari satu hal, kemudian memecahkan menjadi berbagai hal. Miosalnya silsilah keluarga, program kuliah dan sebagainya. Bagan tabular (Tabular Chart)

Dapat menggambarkan data tabular. Misalnya keuntungan dan kerugian; eksporimpor, schedule program TV. Bagan Proses (Procces Chart)

Menggambarkan langkah dalam membuat sesuatu, misalnya langkah-langkah mencetak foto, membuat celemek, dsb. Bagan waktu (Time Chart)

Menunjukkan hubungan antar peristiwa dan waktu. Pesan-pesan tersebut disajikan dalam bagan secara kronologis. Diagram dan sketsa

Diagram seringkali dimasukkan dalam klasifikasi bagan. Diagram itu bersifat abstrak. memiliki latar belakang pengetaqhuan hewan. Sketsa adalah gambar sederhana yang melukiskan bagian-bagian pokok yang tidak rinci. Selain menartik perhatian, penggunaan sketsa menghindari verbalisme dan dapat memperjelas pesan. Poster

Poster umumnya bersifat simbolik, dirancang untuk memberi pesan dengan cepat dan ringkas. Gambar Kartun

Gambar kartun adalah suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol dan kadang-kadang agak berlebihan untuk menyampaikan pesan atau sikap terhadap sesuatu, seseorang, situasi, atau kejadian tertentu. Peta dan Globe

Peta dan globe dirancang untuk menunjukkan hubungan dan menyatakan data lokasi. Peta dan globe digunakan dalam proses belajar mengajar untuk saling melengkapi. peta politis-fisik
11

Menggambarkan hubungan tertentu antara satu daerah dengan penghuninya. peta timbul

Merupakan model yang realistis dari suatu daerah dalam bentuk tiga dimensi. Dalam peta ini perbedaaan tinggi tanah dinyatakan dalam relief. peta buta

Peta buta berfungsi untuk latihan mengingat nama, letak koyta, gunung, sungai, laut, dan sebagainya serta hubungan satu denagn yang lainnya.

C. MEDIA AUDIO VISUAL

Menurut Wibawa (1991/1992), Media audio visual memiliki kemampuan untuk dapat mengatasikekurangan dari media audio atau media visual semata. 1. media audio visual diam 2. media audio visual gerak Televisi (TV)

Televisi adalh media yang menyampaikan pesan melelui gamabar gerak yang dilengkapi suara. Film

Ada beberapa jenis film, yaitu 8mm, 16mm, 35mm. untuk kepoentingan pengajaran biasanya digunakan film 16mm. Video

Media ini dapat menyampaikan pesan Audio-Visual_Gerak. Seperti halnya film dan televisi, video tapes/pita audio dapat pula menyajikan hal-hal yang nyata/fiktif.

D. MEDIA SERBANEKA 1. Papan Tulis (Boards) Chalkboard

Walaupun Chalkboard digunakan secara luas, namun penggunaaanya seringkali kurang benar (Wibawa 1991/1992).

12

Papan Buletin (Bulletin board)

Seringkali di tempatkan di aula, cafetaria, dan kantor, tapi tempat utamanya adalah dalam kelas (Wibawa 1991/1992). Papan Flannel (Flannel Board)

Diantara sekian media pengajaran yang banyak digunakan untuk mengkomunikasikan pesan di kelas adalah flannel board (Wibawa 1991/1992). Papan Magnetik

Pada dasarnya mirip chalkboard, tapi bagian belakang chalkboard tersebut dilapisi dengan lembaran baja, sehingga ia akan mengikat bahan yang ditempelkan pada board atau berbahan magnet (Wibawa 1991/1992). Papan Listrik (Elektrik Board)

Media ini umumnya dikembangkan oleh guru. Prinsipnya adalah mencocokkkan pertanyaan dengan jawaban yang ditandai dengan menyalanya bola lampu (Wibawa 1991/1992).

2. Media Tiga Dimensi Media ini dapat memberikan perasaan akan realita. media ini lebih banyak melibatkan banyak pengertian dan perasaaan dibandingkan dengan media lainnya (Wibawa 1991/1992). Model dan Mocks-up

Adalah perwujudan suatu benda secara terskala, yang ukurannya mungkin sama. Lebih kecil atau besar dari aslinya (Wibawa 1991/1992). Diorama

Adalah pemandanga tiga dimensi mini dari suatu objek, kejadian atau proses yang disusun atas bebagai simbnol dan bahan-bahan nyata yang bertujuan untuk menggambarkan pemandangan ynag sebenarnya (Wibawa 1991/1992). Realita

Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya tanpa perubahan. Penggunaaan realita dalam proses belajar itu sangat baik sebab realita dapat menampilkan ukuran, suara dan gerakan. Para siswa akan lebih banyak belajar, misalnya tentang tanaman yang dibawadi kelas untuk dipelajari, dibandingkandari sekedar melihatnya di gambar. Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru sebelum mempergunakan realita sebagai media pengajaran (Wibawa 1991/1992). 3. Sumber belajar pada masyarakat
13

a. Karya Wisata Merupakan kegiatan yang bersifat memerlukan waktu tidak panjang, walaupun seringkali memrlukan bantuan alat transportasi (Wibawa 1991/1992). b. Kemah Kerja Di beberapa sekolah, kegiatan kemah kerja secara terbtas sudah menjadi bagian dari program sekolah (Wibawa 1991/1992).

14

BAB V KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

Menurut Sadiman (1986), Meskipun dalam penggunaannya jenis-jenis teknologi dan media sangat dibutuhkan guru dan siswa dalam membantu kegiatan pembelajaran, namun secar`umu terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya. Diantara kelebihan atau kegunaan media pembelajaran yaitu: a. Memperjelas penyajian pesanagar tidak terlalu bersifat verbalistis( dalam bentuk katakata, tertulis atau lisan belaka) b. Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai, film atau model Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse atau high speed photografi Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dll Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll. c. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi sifat pasif anak didik dapat diatasi. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk: Menimbulkan kegairahan belajar Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minat masing-masing. d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa,maka guru akan mengalami kesulitan. Semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini juga bisa diatasi dengan media yang berbeda dengan kemempuan dalam: Memberikan perangsang yang sama Mempersamakan pengalaman Menimbulkan persepsi yang sama.

15

BAB VI MEDIA SPESIMEN

A. pengertian Spesimen Spesimen merupakan sebagian dari jenis atau seagian dari kelompok benda yang sama untuk di jadikan contoh. Spesimen juga dikatakan sebagai benda sebenarnya tapi benda tersebut sudah diawetkan (Anonim, 2010a: 1). Spesimen adalah contoh binatang/tumbuhan/mikroba utuh (misal serangga, ikan), bagian dari tubuh binatang/tumbuhan (misal tengkorak mamalia, tulang burung, daun yang diserang hama, bunga) atau organ (hati, pucuk akar serabut) atau darah (untuk material DNA) yang dikumpulkan dan disimpan untuk jangka waktu tertentu (Anonim, 2010b: 1). Menurut Herawati (1968), Spesimen merupakan obyek sebenarnya yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Cakupan spesimen dalam pembelajaran sangat luas, mulai dari bagian kecil dari suatu obyek sampai ke obyek utuh lengkap dengan habitatnya. Berdasarkan ukurannya mulai dari obyek yang besar sampai dengan obyek mikroskopis yang hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. spesimen sering juga disebut sebagai realia karena media tersebut adalah obyek nyata (real), dalam kaitannya dengan materi adalah makhluk hidup utuh atau bagian-bagiannya. Menampilkan obyek nyata di dalam kelas, dapat memberikan pengalaman langsung kepada para siswa saat pembelajaran. Apabila memungkinkan para siswa dapat menyentuh, membaui, memegang atau memanipulasi obyek tersebut. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan spesimen antara lain tingkatan pengalaman siswa yang belajar dan ketersediaan obyek sebagai media. Beberapa obyek mungkin terlalu besar atau terlalu kecil untuk disajikan pada tingkatan sekolah tertentu atau mungkin juga obyeknya membahayakan siswa, misalnya ular berbisa, binatang buas, tumbuhan beracun dan lain sebagainya. Hal lainnya adalah kemudahan mengoleksi serta harga suatu obyek yang mungkin sangat mahal. Namun demikian penggunaan spesimen dapat menjembatani perbedaan situasi pembelajaran di kelas dengan situasi kehidupan nyata (Herawati. 1968). Berkaitan dengan media pengajaran, sebenarnya tidaklah sukar untuk mendapatkan spesimen. Di sekitar sekolah atau lingkungan tempat tinggal siswa banyak sekali objek yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Kita jangan lupa bahwa spesimen itu suatu ilmu tentang alam kehidupan nyata, yang tentunya objek kajiannya adalah hal-hal yang nyata pula. Bertitik tolak dari kenyataan ini, tentulah media pengajaran yang paling cocok, mudah dan murah adalah objek nyata pula. Kalau tentang struktur akan lebih baik menggunakan objek asli, kecuali untuk struktur yang berupa molekuler seperti membran sel misalnya, tetapi kalau tentang suatu proses mungkin media video atau animasi akan lebih baik digunakan sebagai medianya (Sadiman. 1986). Ketika sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar, guru dapat menggunakan peserta didik sebagai media atau bahkan kelas yang digunakannya juga dapat berperan
16

sebagai media. Demikian juga untuk di luar kelas, halaman sekolah, kebun sekolah, kolam dan taman sekolah dapat digunakan sebagai media apabila diperlukan. Melalui media spesimen, anak didik melihat langsung peristiwa yang nyata, yang jauh lebih baik ketimbang sekedar membaca uraian atau deskripsi mengenai obyek tersebut. Contoh ketika kita akan memperkenalkan salah satu hewan invertebrata yaitu Bintang Laut, siswa secara langsung dapat menggunakan semua panca indranya. Siswa dapat menginderai bentuk, warna, ukuran dan dapat pula merabanya apakah halus atau kasar. Selain itu apabila obyeknya masih hidup para siswa dapat melihat secara langsung bagaimana gerakan hewan tersebut (Sadiman. 1986). 1) Contoh media asli yang dapat disajikan di kelas, berupa awetan Bintang Laut.

2) Contoh media asli yang berada di luar kelas, Siswa sedang mengamati perilaku Kera di Kebun Binatang.

Contoh lain sesimen pada saat pembelajaran tentang proses metamorfosis Jangkrik, selain ukuran, bentuk, warna, anak juga mendengar bunyi yang dikeluarkan oleh jangkrik jantan atau betina. Maka Jangkrik merupakan alat yang paling baik, karena pengalaman yang diperoleh siswa ketika mengamati jangkrik merupakan pengalaman nyata yang tidak mudah terlupakan serta memberi rangsangan pada anak didik untuk lebih jauh lagi menggali keingintahuannya (Sadiman. 1986). Contoh lain lagi specimen dalam pembelajaran konsep keanekaragaman, melalui sajian berbagai macam bentuk daun yang diperoleh dari lingkungan sekitar, para siswa dalam suasana senang dapat membandingkan, mengelompokkan daun-daun tersebut berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya masing-masing (Sadiman. 1986).

17

Contoh macam-macam daun sebagai media pembelajaran konsep Keanekaragaman Hayati

Macam-macam spesimen Berdasarkan uraian di atas, media spesimen dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara, misalnya dari ukurannya, keutuhannya, kondisinya dan sebagainya. Berdasarkan ukurannya, spesimen dapat dikelompokkan menjadi media makroskopis dan mikroskopis. Apabila pengelompokkan tersebut didasarkan pada keutuhannya, spesimen dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu media dengan menampilakan satu atau sekelompok individu utuh dan media dengan hanya menampilkan bagian dari tubuh individu tersebut. Sedangkan apabila didasarkan pada kondisinya, specimen dapat dikelopokkan menjadi media segar dan media awetan (Herawati. 1968). 1) Media Segar Media segar atau seringkali disebut sebagai preparat segar dapat diartikan sebagai media yang langsung disiapkan dan dipakai saat media tersebut masih benar-benar alami. Keuntungan media atau bahan segar tersebut antara lain kondisi media yang sama persis dengan keadaan alaminya, seperti ukuran, warna serta perilakunya (apabila media tersebut berupa hewan). Para siswa akan sangat diuntungkan dengan penggunaan media segar tersebut, karena apa yang mereka pelajari sangat menunjukkan kedekatannya dengan kehidupan sehari-hari (Herawati. 1968). Contoh media segar yang umum digunakan dalam kegiatan pembelajaran biologi adalah: Tumbuhan dan bagian-bagiannya; akar, batang, daun, bunga, buah, biji, sporangium dan sebagainya Binatang; mencit, burung merpati, katak hijau, ikan, udang, belalang, jangkrik, cacing tanah, Planaria dan sebagainya.

2) Media Awetan Media awetan terdiri dari awetan basah dan awetan kering. Awetan basah dibuat dengan cara merendam tumbuhan dan atau binatang baik dalam bentuk utuh atau pun bagian18

bagiannya dalam larutan pengawet. Larutan pengawet tersebut umumnya berupa alcohol dengan konsentrasi 50% - 70%, campuran formalin, asam asetat dan alcohol (larutan FAA) atau larutan formalin 4%. Larutan alcohol biasanya digunakan untuk mengawetkan binatang rendah dari Phylum Arthropoda. Pengawet FAA banyak digunakan untuk mengawetkan specimen tumbuh-tumbuhan. Untuk tumbuhan tingkat rendah seperti lumut biasanya digunakan FAA konsentrasi rendah, sedangkan untuk tumbuhan berkayu menggunakan FAA dengan konsentrasi tinggi. Larutan formalin 4% digunakan untuk mengawetkan binatang atau bagian tubuh binatang dengan cara merendamkannya. Hal yang perlu diperhatikan pada media awetan basah adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan awetan basah tersebut harus tertutup rapat dan specimen yang ada di dalamnya harus terendam, oleh karena itu volume larutan pengawetnya harus dijaga. Hal lainnya yang harus diperhatikan adalah ketika digunakan, larutan pengawet jangan sampai tertelan karena bersifat racun (Herawati. 1968). Awetan kering dibuat dengan cara mengeringkan tumbuh-tumbuhan, binatang atau bagian-bagiannya baik dengan atau tanpa bahan pengawet. Contoh yang paling populer adalah herbarium yang diawetkan dengan sublimat. Serangga tertentu dapat diawetkan dengan cara menaruh kapur barus di tempat penyimpanannya. Contoh media awetan kering lainnya adalah rangka hewan yang dipasang sesuai dengan struktur aslinya (Herawati. 1968). Contoh bagaimana media asli dalam bentuk awetan digunakan sebagai media ketika KBM berlangsung. 1) Awetan basah ganggang dan lumut

2) Awetan basah binatang

19

3) Herbarium

4) Rangka ikan

5) taksidermi , yaitu kulit binatang yang dibentuk mengerupai binatang aslinya.

Menurut Abdulhak (1995), spesimen terbagi atas: 1) Spesimen bukti Spesimen yang dikumpulkan untuk bukti suatu kegiatan penelitian atau proyek. 2) Spesimen untuk pekerjaan taksonomi Spesimen yang sengaja dikumpulkan untuk kegiatan penelitian taksonomi. 3) Spesimen tipe Spesimen dari kegiatan penelitian yang dipilih atau ditentukan untuk dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan identifikasi spesimen yang dikoleksi berikutnya.

20

4) Spesimen molekuler Spesimen yang digunakan untuk kegiatan penelitian molekuler. Untuk binatang besar, biasanya cukup bagian tubuhnya seperti rambut, kulit, darah dan hati. Sedangkan untuk serangga diperlukan tubuh secara utuh. 5) Spesimen pendukung Foto, video, rekaman suara juga merupakan spesimen koleksi yang sangat berguna dalam mendukung kegiatan terutama untuk membuat publikasi.

B. Mamfaat dan peranan: 1) Menurut Herawati (1968), Mamfaat: Merangsang minat untuk meluskan pengetahuan. Menimbulkan perhatian kepada subjek yang digarap. menyediakan bahan untuk membuat papan pertunjukan atau pameran. mendorong untuk berfikir dan menyelidiki sendiri. Manurut Herawati (1968), Manfaat dan Dayaguna Spesimen yaitu: Membantu dalam identifikasi atau mengenali jenisnya Mendiagnosa/mendiskripsi/mempertelakan karakter pemiliknya Membantu mempelajari hubungan kekerabatan Mempelajari pola sebaran geografi Mempelajari pola musim keberadaannya Mengetahui habitat Mengetahui tumbuhan/hewan inang Mengetahui biologi: perilaku, daur hidup dsb.

2) Peranan: Mengingatkan akan rasa cinta dengan alam. Memungkinkan pelajar melihat mahluk hidup yang benda dalam lingkngannya. Mengembangkan kemampuan untuk mengadakan pengawetan. Dapat meningkatkan dan memuaskan perasaan ingin tahu.

C. Kelebihan dan kekurangan 1) Menurut Sadiman (1986), Kelebihannya adalah : bisa digunakan berulang kali apabila alat peraganya sulit untuk di dapat.
21

dibuat sendiri tanpa ada kesulitan yang berarti.

2) Kekurangan : tidak dapat menunjukan perilaku seperti benda aslinya karena benda tersebut sudah mati dan diawetkan. biaya pembuatannya agak mahal dan waktu ang dibutuhkan agak lama.

D. Cara Membuat Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering, untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium. Awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4% (Suleiman, 1981). Awetan yang telah dibuat kemudian dimasukkan dalam daftar inventaris koleksi. pencatatan dilakukan kedalam field book/collector book. sedangkan pada herbarium keterangan tentang tumbuhan dicantumkan dalam etiket. dalam herbarium ada dua macam etiket, yaitu etiket gantung yang berisi tentang; nomer koleksi, inisial nama kolektor, tanggal pengambilan spesimen dan daeran tingkat II tempat pengambilan (untuk bagian depan) dan nama ilmian spesimen (untuk bagian belakang). dan etiket tempel yang harus dicantumkan dalam etiket temple antara lain; kop( kepala surat) sebagai pengenal indentitas kolektor/lembaga yang menaungi, (No) nomer koleksi, (dd) tanggal diambil, familia, genus, spesies, Nom. Indig(nama lokal), (dd) tanggal menempel, (determinasi) nama orang yang mengidentifikasi spesimen itu, (insula) pulau tempat mengambil, (m. alt) ketinggian tempat pengambilan dari permukaan air laut, (loc) kabupaten tempat pengambilan, dan (annotatione) deskripsi spesimen tersebut (Suleiman, 1981).

1) Menurut Suleiman (1981), Membuat spesiman Herbarium ambil salah satu tanaman/ bagian dari tanaman Cara 1 : masukkan tanaman itu pada sasak bambu yang telah dibuat dan keringkan tanaman dengan penjemuran terhadap cahaya matahari. Cara2 : atur posisi tanaman pada lembaran koran hingga rata.lapisi lagi dengan beberapa lembar koran, tangkup dengan tripleks pada kedua sisinya lalu ikat dengan kencangsehingga tanaman ter-press dengan kuat. ganti koran dengan yang kering setiap kali koran pembungkus tanaman basah. lakukan berulang-ulang hingga tanaman benar-benar kering. tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa dingin. tanaman yang akan dibuat herbarium, sebaiknya memiliki bagian-bagian yang lengkap. jika bunga nya mudah gugur maka masukkan bunga tersebut dalam amplop
22

dan selipkan pada herbarium . daun atua bagian tanaman yang terlalu panjang bisa dilipat. tempelkan tanamanyang telah dikeringkan pada karton dengan menggunakan jahitan tali/ selotip. usahan kenampakan atas dan kenampakan bawah daun diperlihatkan. lengkapi keterangan yang terdapat pada collector book pasang etikenya.

2) Menurut Suleiman (1981), Membuat Awetan Basah siapkan spesimen yang akan diawetkan sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan. masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan. tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.

3) Menurut Suleiman (1981), Pengawetan Kering (Taksidermi) pada Hewan Menyediakan hewan yang akan diawetkan yang telah dicuci dengan air bersih. Menyediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan Meletakkan hewan di atas papan bedah Menyutikkan formalin di seluruh badan kura-kura dengan metode zigzag. Dijemur di panas matahari.

E. Cara Penggunaan Dalam pembelajaran, khususnya mata kuliah biologi lazimnya dibutuhkan spesimen untuk mendukung pembelajaran tersebut. Kadang-kadang kebutuhan ini sulit untuk dipenuhi karena memerlukan persediaan hewan-hewan hidup dan tidak semua jenis hewan dan tumbuhan bisa dipelihara di laboratorium atau sekitarnya. Oleh karena itu untuk kepentingan praktikum disediakan spesimen awetan (Suleiman 1981). Untuk mengeluarkan spesimen, tariklah penutup tempat spesimen bagian atas dengan memegang dudukan label/nama sampai spesimen terlihat. Keluarkan masing-masing spesimen tersebut dengan hati-hati lalu letakan di atas meja praktikum. Hitung jumlah spesimen yang tersedia, untuk disesuaikan dengan jumlah yang diharuskan. Sebelum spesimen diamati dari berbagai sisi, keluarkan masing-masing spesimen dari kemasan plastik dan jadikan kemasan plastik tersebut sebagai alasnya. Peganglah yang kuat spesimen selama mengamati dari berbagai sisi dan simpanlah kembali setiap selesai pengamatan tersebut di atas kemasan plastik. Kedua hal tersebut sangat penting dilakukan karena untuk menjaga spesimen tidak jatuh dan spesimen tetap terjaga dari goresan (Suleiman 1981).

23

Selanjutnya, ketika pengamatan berlangsung siswa diberi kebebasan berekspresi dalam menerjemahkan observasinya dengan cara memvisualisasikannya ke dalam bentuk gambar dan tulisan. Pengamatan merupakan bagian untuk mengetahui keragaman kemampuan siswa dalam mengamati, seperti dalam menemukan ciri-ciri umum ataupun ciriciri khusus terhadap spesimen yang diamatinya (Suleiman 1981). Setelah kegiatan praktikum selesai, masukan kembali masing-masing spesimen ke dalam kemasan plastiknya, masukan dan simpan kembali ke tempet penyimpanan (Suleiman 1981).

F. Kesimpulan 1. Media merupakan bagian dari proses komunikasi. Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan saluran dalam komunikasi tersebut. Saluran/ channel yang dimaksud diatas adalah media. Karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi, maka media yang masuk adalah media pembelajaran. 2. Secara umum media mempunyai kegunaan: Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya. memberi rangsangan yang sama, mempersamaakn pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. 3. Proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik jika siswa berinteraksi dengan semua alat inderanya. Guru berupaya menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar pula kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan siswa. Siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan. 4. Spesimen merupakan koleksi di suatu lembaga. Oleh karena itu sangat disarankan agar setiap lembaga yang memiliki spesimen koleksi. Dalam kebijakan koleksi dapat dirinci spesimen macam apa yang dimiliki, bagaimana koleksi harus dilakukan, label seperti apa yang akan digunakan, penentuan Harus ditentukan batasan-batasan spesimen yang memenuhi syarat untuk disimpan menjadi koleksi yang bagus.

24

G. Daftar pustaka 1. Abdulhak. 1995.Pengembangan Media Pendidikan. IKIP: Bandung. 2. Sanjaya. 1995. Media Pendidikan. Pusat Pelayanan: Bandung. 3. Azhar Arsyad. 1997. Media Pengajaran. Grafindo: Jakarta. 4. Herawati Susilo. 1997. Kapita Selekta Pembelajaran Biologi (modul 10). Universitas Terbuka: Jakarta. 5. Sadiman,dkk. 1996. Media Pendidikan. Grafindo: Jakarta. 6. Suleiman. 1981. Media Audio Visual Untuk Pengajaran, Penerangan Dan Penyuluhan. Gramedia: Jakarta. 7. Yusuf. 1989. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

25

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI....................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1.3 Manfaat ................................................................................................. 1.4 Tujuan ................................................................................................... BAB II PENTINGNYA MEDIA DALAM PENDIDIKAN .......................... BAB III MAMFAAT DAN PERANAN MEDIA ............................................ BAB IV KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MEDIA ................................ BAB V MEDIA SPESIMEN ............................................................................ A. Pengertian.......................................................................................... i 1 1 2 3 3 4 6 8 9 9

B. Mamfaat dan Peranan ........................................................................ 14 C. Kelebihan dan Kekurangan ............................................................... 14 D. Cara Membuat ................................................................................... 15 E. Cara Penggunaan ............................................................................... 16 F. Kesimpulan ........................................................................................ 17 G. Daftar Pustaka ................................................................................... 18

26 i

MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI MEDIA SPECIMEN

Dosen pengampu : Dra. Hj. Asni Johari, M.Si

Di susun oleh: Nama : Marlina Nim : RRA1C409055

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2011


27

You might also like