You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan adalah sesuatu hal yang patut kita syukuri dan harus dijaga sebaik mungkin. Karena hal itu adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT agar kita bisa melakukan hal yang bermanfaat bagi sesama. Akan tetapi di era globalisasi ini, terdapat bermacam-macam gaya hidup yang dapat mempengaruhi penurunan kesehatan. Salah satu penyakit yang banyak terjadi akibat perubahan gaya hidup adalah penyakit Jantung Koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi patologis arteri koroner (aterosklerosis koroner) yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri serta penurunan aliran darah ke jantung (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Sumiati,dkk, 2010). Berdasarkan catatan WHO (2002) lebih dari 117 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia. Angka ini diperkirakan akan meningkat 11 juta orang pada tahun 2020. (Survey Kesehatan Nasional, 2001 dikutip dalam Sumiati, Rustika, Tutiany, Heni Nurhaeni dan Mumpuni, 2010). Di Indonesia penyakit ini adalah pembunuh nomor satu dan jumlah kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1992 persentase penderita PJK di Indonesia adalah 16,5%, dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 26,4% (Yessy Kurniati, 2009). Sedangkan hasil survey Dinas Kesehatan Kota
1

Bogor (2010) mencatat terdapat 2.918 orang terkena kasus PJK dan sisanya 69.040 orang terkena kasus penyakit yang lainnya. Terdapat 2 faktor risiko PJK, yaitu yang bisa diubah dan faktor yang tidak bisa diubah. Faktor yang tidak bisa diubah yaitu usia, jenis kelamin dan faktor genetik. kemudian faktor yang bisa diubah yaitu

hipertensi, diabetes melitus dan merokok (Sumiati, Rustika, Tutiany, Heni Nurhaeni dan Mumpuni, 2010). Salah satu faktor resiko terbesar penyebab penyakit jantung koroner yaitu kebiasaan merokok. Merokok menyebabkan serangan jantung 3 kali lebih sering dari bukan perokok. Jika kebiasaan ini dimulai dari usia muda, risiko mendapat serangan jantung 2 kali lebih sering dari pada yang tidak merokok. (Bambang, 2005). Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India. Diperkirakan saat ini sekitar 65 juta penduduk Indonesia atau sekitar 28% orang Indonesia menjadi perokok (WHO, 2008 dalam Eny wibowo, 2010). Begitupun di ASEAN, Indonesia merupakan penyumbang perokok terbesar, yakni, 57.563 juta orang atau sekitar 46,16% (Moeloek, 2010). Sedangkan di Bogor terdapat 49,53% perokok dari 352.594 jiwa penduduk laki-laki dan 3,32% perokok dari 338,635 jiwa penduduk perempuan (Dinas Kesehatan, 2007 dikutip dalam Sukoharjo, 2009). Hasil penelitian lain menunjukan bahwa 28,3% perokok termasuk dalam kelompok sosial ekonomi kurang dan mereka membelanjakan 9,1%

dari penghasilan mereka untuk tembakau. Prevalansi merokok cenderung meningkat pada kelompok masyarakat berpendidikan rendah dan mempunyai penghasilan yang rendah (Survei Kesehatan Nasional 2001 dikutip dalam Bambang 2005). Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK (Ahyar, 2009). Namun, meski menjadi pembunuh utama, masih sedikit sekali orang yang mengetahui tentang PJK ini. Terutama tentang faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut. Dalam ilmu epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui maka akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan. Karena bagaimanapun mencegah lebih baik dari mengobati (Yessy Kurniati, 2009). Disinilah salah satu peran perawat, yaitu sebagai educator, maka perawat wajib menginformasikan dan mendidik klien dalam tindakan keperawatan yang dapat mengoptimalkan proses penyembuhan klien. Peran perawat sebagai educator dijelaskan oleh Potter Perry (2009:16), yaitu melalui edukasi klien, perawat menjelaskan konsep dan fakta kesehatan, mendemonstrasikan prosedur, memperbaiki tingkah laku belajar, dan mengevaluasi kemampuan klien dalam belajar. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan Perokok tentang pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Karena hal

tersebut akan sangat penting dalam setiap upaya-upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan,

B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran pengetahuan Perokok tentang Pencegahan Penyakit Jantung Koroner?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan Perokok tentang Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Perokok tentang Pencegahan Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Penyakit Dalam RS Salak Bogor Tahun 2011.

D. Manfaat 1. Bagi Peneliti a) Peneliti mendapatkan pengalaman dalam menerapkan ilmu keperawatan khususnya mengenai Penyakit Jantung Koroner. b) Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan ilmu sebagai kajian teoritis maupun referansi, kepada para peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

2. Bagi Institusi Pendidikan a) Mendapatkan data tentang pengetahuan Pencegahan Resiko Penyakit Jantung Koroner sebagai acuan untuk menerapkan ilmu keperawatan. b) Sebagai data untuk melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan pengetahuan pencegahan resiko Penyakit Jantung Koroner. 3. Bagi Lahan Praktek a) Menjadi masukan data mengenai pengetahuan Perokok tentang pencegahan penyakit jantung koroner. b) Menjadi bahan perencanaan program penyuluhan selanjutnya. 4. Bagi Profesi Keperawatan a) Menambah peran Perawat sebagai peneliti

You might also like