You are on page 1of 17

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Banjarmasin, seperti kota-kota lainnya sedang berbenah diri menuju kota yang diidamkan oleh masyarakatnya. Pertambahan penduduk yang cepat menjadikan Kota Banjarmasin memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan tergolong kategori Kota Besar (> 500.000 tepatnya 624.089 jiwa) dengan luas kota yang hanya 80,00 Ha. Kota Banjarmasin terletak pada daerah dataran rendah, tanahnya terjadi dari endapan (aluvial), dialiri oleh banyak sekali sungai-sungai yang saling berpotongan. Sungai Barito di sebelah Barat kota merupakan sungai terbesar (utama), serta Sungai Martapura yang mengalir dari Timur Laut ke arah Barat Daya. Sungai Martapura mengalir melalui Kota Martapura lalu membelah Kota Banjarmasin melalui 5 (lima) wilayah kecamatan yang bermuara ke Sungai Barito. Disamping itu ada berpuluh-puluh sungai lain yang berpotongan satu sama lain, semuanya bermuara ke Sungai Martapura dan atau ke Sungai Barito. Di antara ratusan anak-anak Sungai Martapura terdapat puluhan yang cuma tinggal nama, sedangkan sungainya sudah berubah menjadi permukiman, badan jalan, bangunan kantor, dan peruntukan lainnya. Sungai yang hilang misalnya Sungai A. Yani di kiri-kanan Jalan Jenderal A. Yani, sepanjang 15 kilometer lebar 15 meter yang sudah menjadi badan jalan. Semua sungai dan anak sungai merupakan urat nadi kehidupan dan perekonomian masyarakat Kota Banjarmasin karena berfungsi sebagai pembuangan air (outlet), drainase dan prasarana transportasi air disamping prasarana transportasi darat yang berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.
Civil Engineering Study Program Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang dibahas pada masalah ini yaitu : a. b. c. Permasalahan Banjarmasin. Sebab-sebab munculnya permasalahan tersebut. Solusi-solusi yang bisa menyelesaikan permasalahan sungai di Kota Banjarmasin. C. TUJUAN DAN MANFAAT Adapun tujuan dan manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.

yang

ada

pada

sungai-sungai

di

Kota

Mahasiswa mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi pada sungai-sungai di Kota Banjarmasin. Mahasiswa mengetahui penyebab-penyebab munculnya permasalahan tersebut.

b.

c. Mahasiswa mampu memberikan solusi berdasarkan pendapat dan pemikiran masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada sungai-sungai di Kota Banjarmasin. d. Mahasiswa menyadari arti pentingnya sungai bagi kehidupan, serta bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk saling menjaga kelestarian sungai. D. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode observasi/ tinjauan langsung dan kepustakaan, yaitu dengan meninjau langsung ke lapangan serta mempelajari buku-buku yang relevansi dengan bahan

Civil Engineering Study Program

Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

makalah ini. Selain itu sarana internet juga banyak membantu dan menjadi salah satu sumber pembuatan makalah ini. BAB II STUDI PUSTAKA A. PERMASALAHAN SUNGAI DI BANJARMASIN Kota 1000 Sungai. Itulah julukan bagi Kota Banjarmasin, Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Memang, ada ratusan sungai yang malang melintang di kota ini. Kehidupan masyarakatnya pun sangat akrab dengan sungai. Namun, itu kondisi Kota Banjarmasin puluhan tahun silam. Sebab, wajah kota yang pernah menjadi ibukota Kesultanan Banjar kini telah banyak berubah. Hubungan mesra warga kota dengan sungai kini mulai tergerus. Sebab, berbagai perubahan yang terjadi, perlahan tapi pasti telah mengubah budaya masyarakat Banjarmasin dari berbasis sungai menjadi berbasis lahan. Sudah ratusan aliran sungai di Kota Banjarmasin menghilang akibat ulah manusia dan degradasi alam. Ini terjadi, karena masyarakat kurang peduli terhadap sungai, dan pemerintah kurang tegas terhadap manusia yang merusak sungai. Menurut data, jumlah sungai yang malang melintang di Banjarmasin sekitar 400 lebih sungai. Kini yang tersisa hanya sekitar 108 sungai. Jumlah tersebut tentu akan terus berkurang jika pemerintah tidak serius menyelamatkan sungai. Beberapa sumber menyebutkan, tingkat degradasi lingkungan sungai di Banjarmasin termasuk cukup serius. Beberapa sungai sudah mengalami pendangkalan dan penyempitan hebat sehingga besaran badan sungai menjadi sebesar parit atau got. Beberapa tahun lagi, sebutan yang cocok bagi Banjarmasin adalah Kota Seribu Parit alias Got atau

Civil Engineering Study Program

Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

Kota Seribu Ruko, karena banyak sungai telah berubah menjadi lahan yang di atasnya terdapat bangunan-bangunan ruko. Banyaknya sungai yang menghilang di kota Banjarmasin mengundang keprihatinan banyak pihak. Keunikan Banjarmasin itu terletak pada banyaknya sungai sehingga wajah kota ini berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Sebenarnya, banyaknya sungai itulah yang sebenarnya membuat Banjarmasin menjadi kota yang unik, karena ia menjadi beda dengan kota-kota lain, dan sungai adalah modal alami yang bisa dipoles agar memikat wisatawan. Menurut data sungai di Indonesia, selain terdapat tiga sungai besar (lebar lebih dari 500 meter) yakni Sungai Barito, Sungai Martapura dan Sungai Alalak, di Banjarmasin juga terdapat sungai-sungai berukuran sedang (lebar di atas 25 m hingga 500 m) seperti Sungai Andai, Sungai Duyung, Sungai Kuin dan Sungai Awang. Sedangkan sungai kecil (lebar kurang dari 25 m) jumlahnya sekitar 77 sungai, antara lain Sungai Guring, Sungai Keramat, Sungai Kuripan, dan Sungai Tatas. Sungai-sungai itu selain menghadapi ancaman pendangkalan dan penyempitan, juga terancam oleh pencemaran sehingga mutu airnya sudah tidak layak dikonsumsi. Hasil uji petik yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalimantan Selatan menunjukkan secara umum kondisi air sungai di Banjarmasin telah banyak mengandung logam berat dan bakteri e-coli. Pencemaran paling parah terjadi di Sungai Alalak. Kondisi sebagian sungai di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kini sudah mulai rusak parah. Kerusakan bukan saja karena bantaran sungainya penuh dengan deretan permukiman warga, melainkan sungai juga mengalami pendangkalan. Kondisi ini terjadi akibat tak terkendalinya pengembangan ibu kota provinsi yang dihuni sekitar 600.000 jiwa tersebut.
Civil Engineering Study Program Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

Selain sungai, sebagian daerah rawa-rawa dan kawasan pasang-surut juga berubah menjadi daratan karena diuruk dengan tanah untuk pendirian bangunan. Di Sungai Barito dan Martapura kebanyakan bantarannya sudah menjadi kawasan permukiman padat dan industri. Kondisi Sungai Barito yang parah terlihat di daerah kawasan industri pengolahan kayu rakyat di Kecamatan Banjarmasin Utara pada Kelurahan Alalak Utara, Tengah, Selatan, dan Kuin Utara. Sebagian besar limbah kayu dari ratusan industri penggergajian kayu dibuang ke sungai sehingga menyebabkan pendangkalan dan makin menyempitkan badan sungai di daerah tersebut. Kerusakan paling parah terjadi di Sungai Kelayan, Pekapuran, dan Antasan Segera. Ketiga sungai ini terancam mati. Sebagian ruas sungai tersebut sudah tidak bisa dilewati perahu kelotok (perahu bermesin), hanya bisa dilalui jukung (perahu kecil khas Kalsel yang dijalankan dengan cara dikayuh). Hal itu terjadi, selain karena pendangkalan, juga makin menyempitnya badan sungai akibat pendirian pemukiman yang menjorok ke tengah sungai. Sungai-sungai itu tadinya rata-rata lebarnya lebih dari 6 meter, kini hanya 2-3 meter. Adapun airnya juga bau akibat pembusukan sampah yang dibuang di sungai-sungai tersebut. Ironisnya, sungai-sungai itu masih dipakai warga untuk mencuci, memasak, dan mandi. Saat ini kondisi air sungai di Kalsel dinilai sudah tercemar zat berbahaya bagi kesehatan manusia, yakni bisa merusak sel syaraf otak. Zat berbahaya itu antara lain logam berat seperti mercury, timbale, besi dan air raksa (emas). Zat-zat itu sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama penduduk yang tinggal di pesisir sungai dan penduduk yang tinggal di daerah pertambangan batubara. Bidang Pemantauan Kualitas Lingkungan Bapedalda Provinsi Kalsel telah melakukan pengecekan air sungai Martapura pada bulan April 2008
Civil Engineering Study Program Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

dengan 8 titik pantau, yaitu di perairan muara Sungai Martapura, di atas aliran Sungai Barito, tepatnya di kawasan perairan Pasar Terapung, kawasan perairan dekat PT Wijaya Tri Utama, kawasan perairan di belakang pabrik karet Banua Lima Sajurus, kawasan perairan Simpang Empat Sungai Andai, perairan belakang Banua Anyar tepatnya dekat warung Soto Amat, perairan Sungai Tambuk, serta kawasan perairan belakang Pondok Darul Salam. Di perairan Sungai Martapura inilah ditemukan pencemaran logam berat, yang seluruhnya sudah melampaui ambang batas. Untuk mercury (Hg) misalnya, sudah mencapai 5,876. Sedangkan batas normalnya hanya sebesar 0,001 saja. Sedangkan untuk pencemaran yang disebabkan pertambangan batubara dan besi (Fe) sebesar 16,209, semestinya batas normalnya hanya 0,3. Timbal (Pb) sudah mencemari sebesar 0,125 untuk batas normalnya hanya 0,3. Warga Kota Banjarmasin terutama ibu-ibu rumah tangga biasa mencuci beras atau makanan menggunakan air sungai. Kalau bakteri yang ada di air sungai, bisa mati dalam proses pemanasan, maka untuk logam berat tidak akan larut meski direbus. Logam tersebut akan menempel di beras yang kemudian di makan oleh manusia. Hal inilah yang membahayakan bagi kesehatan manusia, karena logam berat ini akan terakumulasi di dalam tubuh dan tak bisa keluar. Penimbunan itu bisa menyebabkan benjolan-benjolan sejenis tumor, serta kerusakan otak. Logam berat inilah yang menjadi salah satu penyebab autisme di Kalsel semakin banyak.

Civil Engineering Study Program

Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

B. PENYEBAB PERMASALAHAN SUNGAI Punahnya sebagian sungai di Banjarmasin tentu tidak cukup dipandang sebagai masalah teknis sebagai wujud ketidakmampuan upaya penyelamatan dan pemeliharaan mengimbangi laju kerusakan, tetapi juga berkaitan erat dengan pergeseran budaya yang terjadi di masyarakat kota ini. Modernisasi kota yang bertujuan menempatkan Banjarmasin pada posisi sejajar dengan kota-kota di negara-negara maju, disadari atau tidak telah mendorong perubahan pola hidup dan tatanan sosial budaya masyarakat setempat. Nilai-nilai budaya lokal yang akrab dengan sungai, kini kian memudar karena pembangunan kota lebih berorientasi pada model pembangunan berbasis lahan. Akibatnya, banyak anak sungai diuruk menjadi lahan untuk bangunan. Rumah panggung kini sudah tidak diminati lagi karena dianggap kuno. Pergeseran budaya, dari budaya sungai menjadi budaya daratan tampaknya menjadi salah satu faktor yang ikut memberikan kontribusi terhadap kerusakan sungai. Pergeseran budaya tersebut tampak menjadi masalah serius bagi Banjarmasin ke depan. Dalam kehidupan urang banua banjar, sungai memiliki makna vital dan mendalam. Sungai tidak hanya sarana transportasi, tetapi merupakan urat nadi kehidupan. Budaya masyarakat Banjar adalah budaya masyarakat sungai. Sebab sungai-sungai itulah yang menyebabkan Banjar sempat berjaya di masa lampau. Karena itu, keberadaan sungai seharusnya menjadi identitas yang membanggakan bagi warga Banjarmasin. Tetapi, masih adakah orang Banjarmasin yang bangga dengan identitas ini? Rendahnya kepedulian masyarakat sehingga tidak tergerak lagi untuk mempertahankan

Civil Engineering Study Program

Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

keberadaan sungai sesungguhnya pertanda bahwa sudah tak ada lagi, atau sudah sangat sedikit warga Banjarmasin bangga dengan identitas itu. Meredupnya kebanggaan terhadap sungai sebagai identitas kota Banjarmasin, mungkin saja karena sungai-sungai itu tidak lagi menjadi tumpuan hidup yang dapat menjanjikan masa depan lebih baik. Dengan kata lain, jika dilacak lebih jauh, akar penyebab ketidakpedulian masyarakat terhadap sungai bisa berkaitan erat dengan degradasi lingkungan DAS yang menyebabkan sumber daya alamnya menipis sehingga tidak cukup memenuhi kebutuhan penduduk. Dalam perspektif inilah, perubahan orientasi kehidupan yang terjadi pada masyarakat Banjarmasin dari sungai ke darat adalah hal yang manusawi dan kerusakan sungai adalah keniscayaan yang tak terelakkan. Telah menjadi hukum alam bahwa perkembangan kehidupan suatu kota senantiasa ditentukan oleh hasil interaksi antara biofisik kota, dengan tuntutan kebutuhan hidup masyarakat yang mendiaminya. Dengan demikian, kelestarian lingkungan kota hanya terpelihara jika ada hubungan simbiose mutualistik antara lingkungan dengan kebutuhan penduduk. Jika kita lihat, kerusakan yang terjadi pada sungai di Banjarmasin kini kian parah. Kerusakan bukan saja karena bantaran sungainya penuh dengan deretan pemukiman warga, melainkan sungai juga mengalami pendangkalan. Kondisi ini terjadi akibat tak terkendalinya pengembangan ibu kota provinsi yang dihuni sekitar 600.000 jiwa tersebut. Kesadaran masyarakat sekarang ini sudah tidak peduli lagi terhadap Lingkungan. Bantaran sungai jadi pemukiman kumuh ini juga termasuk salah satu penyumbang kotornya air Sungai, belum lagi ditambah limbah rumah tangga dan industri. Padahal Kota Banjarmasin kita ini dulu dikenal sebagai Kota Sungai, sekarang tinggal nama dan Sungai pun mulai menyempit.
Civil Engineering Study Program Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

Kotornya sungai di tengah kota Banjarmasin ini sebenarnya salah bersama. Pemerintah bersalah karena tidak tegas dalam melaksanakan peraturan, cenderung lamban dalam penanganan dan terkesan kurang tanggap. Pedagang kaki lima juga bersalah, beberapa dari mereka ingin mudahnya aja, buang sampah sembarangan. Selain itu, sebagian masyarakat (pejalan kaki, pengendara) cenderung malas mencari tong sampah pada saat hendak membuangnya, lalu mereka membuangnya begitu aja sambil lewat. Penghuni bantaran kali, mestinya sudah mengetahui bahwa tidak boleh tinggal di bantaran kali, namun tetap aja bandel, mereka tidak mengindahkan larangan tersebut. Begitulah fenomena yang terjadi di masyarakat Kota Bajarmasin, kesadaran akan kebersihan dan pentingnya keberadaan sungai mulai memudar. Pembuangan limbah tambang yang beroprasi di hulu yang membuang limbahnya ke sungai juga makin memperparah pencemaran air sungai di bagian hilir seperti di Banjarmasin ini. Inilah salah satu penyebab terkandungnya zat-zat berbahaya di dalam sungai.

Civil Engineering Study Program

Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

C. SOLUSI PENYELESAIAN PERMASALAHAN SUNGAI Terkait dengan upaya pemeliharaan sungai-sungai di Banjarmasin, maka selain perlu tindakan-tindakan teknis yang terpadu dan menyeluruh dalam penyelamatan DAS dan rehabilitasi fungsi sungai, tak kalah pentingnya gagasan-gagasan kreatif dan langkah inovatif untuk menciptakan hubungan simbiosis mutualistik antara sungai dengan penghidupan masyarakat. Tentu dengan itu pula warga Banjarmasin akan merasa bangga dengan identitas sebagai warga Kota Seribu Sungai. Perlu dilakukan perbaikan dan penataan kembali sungai-sungai di Kota Banjarmasin, mengingat semakin parahnya keadaan sungai di kota ini. Pemerintah Kota Banjarmasin perlu secara bertahap melakukan perbaikan dan menata kembali sungai-sungai tersebut, dan mengembalikan sungai-sungai yang mati. Beberapa dari hal ini sudah terealisasi dengan tindakan nyata dari Pemerintah Kota Banjarmasin, yaitu pada tahun 2009, selain perbaikan drainase, pemerintah juga telah mengembalikan beberapa sungai yang mati, di antaranya, sungai di daerah Jalan Veteran. Kita mengakui, pekerjaan menata kembali sungai-sungai di Banjarmasin memang berat dan tidak bisa dilakukan cepat. Sebagai contoh, pembebasan lahan pemukiman di Jalan Tendean membutuhkan dana Rp 10 miliar. Tetapi, memperbaiki sungai-sungai itu harus menjadi komitmen Pemerintah Kota Banjarmasin yang pembangunannya berbasis sungai. Dinas Sungai dan Drainase Kota Banjarmasin mengungkapkan, pihak mereka kini tengah melakukan inventarisasi sebagai awal untuk menormalkan sungai-sungai tersebut. Sampai tahun 2004 jumlah sungai di Banjarmasin masih tercatat 74 buah. Banyak sungai yang hilang akibat berubah menjadi kawasan permukiman.
Civil Engineering Study Program Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

Kiranya perlu bagi Pemerintah Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel) melalui Dinas Sungai dan Drainase dalam mengupayakan normalisasi sungai. Upaya normalisasi tersebut dilakukan dengan pembersihan sungai dari bangunan-bangunan yang ada di atasnya. Selain pembersihan sampah yang menumpuk di sungai, juga perlu dilakukan pembersihan saluran sungai agar tidak tersumbat timbunan sampah. Pemeliharaan drainase dan sungai di wilayah Kota Banjarmasin dinilai tidak ideal jika anggarannya minim karena Banjarmasin memiliki banyak sungai. Anggaran untuk pemeliharaan drainase dan sungai sangat besar jika menginginkan normasilasinya maksimal sehingga bisa mengembalikan citra Kota Banjarmasin sebagai kota seribu sungai. Idealnya dalam pemeliharaan drainase dan sungai tersebut harus dilakukan dua kali dalam setahun, terutama sebelum dan sesudah musim hujan. Dengan demikian, drainase dan sungai itu bisa terus dilakukan pengawasan dan pemeliharaannya sebelum dan sesudah musim hujan yang terjadi di Kota Banjarmasin. Anggaran yang harus disediakan pemerintah untuk pemeliharaan drainase dan sungai tersebut paling tidak sebesar Rp2 triliun bagi pemeliharan serta normalisasi sungai. Banyak keperluan yang harus dilakukan di antaranya pemeliharaan drainase, pembangunan drainase, pemeliharaan sungai dan normalisasi sungai yang ada di daerah Banjarmasin. Pembangunan Kota Banjarmasin ke depannya harus mengarah berbasis sungai, yaitu dengan memanfaatkan keberadaan sungai sebagai pilar pembangunan dengan harapan perkembangan kota kian maju. Dengan dijadikannya sungai sebagai pilar pembangunan, maka Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banjarmasin perlu direvisi dengan memuat hal tersebut di atas.

Civil Engineering Study Program

Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

Jumlah sungai di Banjarmasin mencapai 107 yang membelah wilayah kota. Melihat potensi sungai demikian besar, tidak salahnya kalau sungai dimanfaatkan bagi pembangunan kota, khususnya sungai sebagai daya tarik pariwisata, daya tarik perekonomian, dan daya tarik transportasi air. Bahkan banyak melahirkan penilaian bahwa Kota Banjarmasin merupakan sebuah kota paling indah di dunia, bila berhasil menjadikan sungai-sungai itu sebagai aset pembangunan. Untuk itu, Pemkot setempat perlu berusaha membenahi sungai-sungai tersebut menjadi sebuah pemandangan alam yang indah dan menarik hingga wilayah Banjarmasin benar-benar menjadi sebuah kota sungai di tanah air dan memperkuat julukan kota seribu sungai. Dapat kita lihat pembenahan sungai yang sudah dilakukan, salah satunya adalah sungai veteran di mana bangunan pemukiman penduduk sudah dibebaskan, sungainya dilebarkan. Begitu juga di sungai Jafri zamzam, bangunan kios-kios di bantaran sungai sudah pula dirobohkan. Ini merupakan langkah bagus dalam menata kembali sungai-sungai di kota ini. Dalam upaya normalisasi sungai tersebut, Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase juga dirasa perlu melakukan pengerukan puluhan sungai lainnya, sehingga sungai tersebut makin dalam dan melebar. Terkait upaya menata sungai di tengah kota, salah satunya mungkin dengan mengadakan perlombaan membersihkan sungai. Ini tentunya menarik bila dijadikan perlombaan menjelang 17 Agustus. Ini tentu suatu hal yang sangat bagi panitia 17 Agustus dari seluruh kota ini perlu untuk mempertimbangkan diadakan bersih-bersih sungai, baik yang kecil, sedang maupun sungai besar. saat yang pas dalam rangka menyambut HUT RI mengadakan turun ke sungai. Saat kemarau sedang berlangsung, hujan pun tidak ada, menyedihkan sekali sungai yang membelah kota kita termasuk anak-anak sungainya
Civil Engineering Study Program Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

kering" tiada airnya. "kotor" dan "bau" karena tinggal sampah teringgal. Untuk itulah pada saat kemarau perlu ada tindakan pemerintah bersama masyarakat untuk membersihkan sampah-sampah di Sungai. Sebab pada saat kemarau itulah waktu yang tepat untuk membersihkan sungai dan anak sungainya. Kalau ada kemauan dari pemerintah, tentunya masyarakat pun akan ikut membantu pemerintah terhadap kebersihan lingkungan di sungai dan sekitar sungai. Perlu ada tindakan dari instansi terkait mengenai adanya kampanye perubahan perilaku masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai dan yang lebih penting kampanye agar masyarakat tanpa harus membuang sampah apapun ke aliran sungai baik pada waktu musim hujan apalagi kemarau. ini tentunya perlu ada perhatian dari pemerintah daerah beserta pemerhati Kualitas Air Sungai untuk sesegera mungkin menyelamatkan Sungai di seluruh wilayah Kota Banjarmasin. Selain itu, peraturan pemerintah mengenai pelestarian dan pemeliharaan sungai harus ditegakkan benar-benar. Harus ada sanksi tegas yang memberatkan bagi siapa saja yang mencemari sungai dan tidak mengindahkan peraturan tersebut. Tak terkecuali bagi perusahaanperusahaan industri dan pabrik-pabrik. Dengan demikian, tidak akan ada yang berani melanggar, dan sungai kita pun menjadi bersih dan terawat. Jika perlu, kita adakan Water Treatment Plant (WTP). Di negara maju, setiap beberapa km sungai terdapat Water Treatment Plant. Sayangnya, saat ini di banyak daerah di indonesia masih belum memungkinkan. Ini karena kurangnya data tentang sungai, karena kurangnya SDM dalam pemerintahan sendiri, dan karena mungkin kekurangan biaya. Padahal itu sangat membantu untuk menjaga kualitas air sungai. Untuk membangun WTP diperlukan data yang lengkap dan akurat

Civil Engineering Study Program

Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

tentang sungai tersebut. Jadi WTP bisa dibangun di spot-spot yang tertentu yang efektif dan efisien.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pergeseran budaya yang terjadi di masyarakat Kota Banjarmasin secara tidak langsung menyebabkan punahnya sebagian sungai di Banjarmasin. Pergeseran budaya, dari budaya sungai menjadi budaya daratan menjadi salah satu faktor yang ikut memberikan kontribusi terhadap kerusakan sungai. Nilai-nilai budaya lokal yang akrab dengan sungai, kini kian memudar karena pembangunan kota lebih berorientasi pada model pembangunan berbasis lahan. Akibatnya, banyak anak sungai diuruk menjadi lahan untuk bangunan. Selain itu, kebanggaan terhadap sungai sebagai identitas kota Banjarmasin mulai meredup di tengah masyarakat. Rendahnya kepedulian masyarakat sehingga tidak tergerak lagi untuk mempertahankan keberadaan sungai sesungguhnya pertanda bahwa sudah tak ada lagi, atau sudah sangat sedikit warga Banjarmasin bangga dengan identitas itu. Untuk itu, Terkait dengan upaya pemeliharaan sungai-sungai di Banjarmasin, maka selain perlu tindakan-tindakan teknis yang terpadu dan menyeluruh dalam penyelamatan DAS dan rehabilitasi fungsi sungai, tak kalah pentingnya gagasan-gagasan kreatif dan langkah inovatif untuk menciptakan hubungan simbiosis mutualistik antara sungai dengan penghidupan masyarakat. Tentu dengan itu pula warga Banjarmasin akan merasa bangga dengan identitas sebagai warga Kota Seribu Sungai.
Civil Engineering Study Program Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

Selain itu, pembangunan Kota Banjarmasin ke depannya harus mengarah berbasis sungai, yaitu dengan memanfaatkan keberadaan sungai sebagai pilar pembangunan dengan harapan perkembangan kota kian maju. Dengan dijadikannya sungai sebagai pilar pembangunan, maka Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banjarmasin akan selalu memperhatikan keberadaan sungai beserta fungsinya. Yang tak kalah pentingnya adalah perlu ada tindakan dari instansi terkait mengenai adanya kampanye perubahan perilaku masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai dan yang lebih penting kampanye agar masyarakat tanpa harus membuang sampah apapun ke aliran sungai baik pada waktu musim hujan apalagi kemarau. Memberikan penyuluhan dan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya keberadaan sungai bagi kehidupan, serta memberikan penjelasan tentang bahaya yang akan timbul apabila sungai tidak terawat. B. SARAN Sebagai golongan terpelajar, baik mahasiswa maupun para dosen, serta pemerintah dan seluruh masyarakat, tentunya kita diharapkan agar lebih peduli terhadap lingkungan kita, khususnya terhadap keberadaan sungai-sungai, baik sungai yang besar maupun yang kecil di kota Banjarmasin yang semakin tahun kian mengalami berbagai masalah, khususnya penyempitan, pendangkalan, alih fungsi sungai serta pencemaran air sungai yang diakibatkan sampah yang berasal dari rumahrumah penduduk dan industri. Peran serta kita semua akan sangat membantu dalam perawatan, pemeliharaan, dan pengembalian fungsi dari sungai-sungai kecil di Kota Banjarmasin, agar fungsi dari sungai-sungai tersebut dapat dikembalikan

Civil Engineering Study Program

Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

sebagaimana mestinya sehingga julukan Kota Banjarmasin sebagai Kota Seribu Sungai akan tetap ada sepanjang masa.

DAFTAR PUSTAKA Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Kalimantan Selatan Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Selatan www.google.co.id www.banjarmasinpost.co.id www.bps.go.id http://m.detik.com www.wikipedia.com www.wordpress.com

Civil Engineering Study Program

Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

MAKALAH REKAYASA SUNGAI

Civil Engineering Study Program

Fajar Taufik N. (H1A107085)

16

You might also like