You are on page 1of 12

I.

Tujuan 1. Menjelaskan variable-variabel yang berpengaruh dalam saponifikasi. 2. Menetukan komposisi yang tepat dalam pembuatan sabun padat dan bahan aditif yang ditambahkan 3. Menganalisis produk sabun padat yang didapat

II.

Landasan Teori Reaksi antara alkohol dan asam karboksilat disebut ester. Lemak dan minyak nabati

merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam karboksilat, seperti asam stearat, asam oleat, dan asam palmitat. Minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat. Lemak padat mengandung ester gliserol dan asam stearat atau asam palmitat. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci. Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun. (id.wikipedia.org/sabun) Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti soap making. Akar kata sapo dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang
Laporan Saponifikasi Page 1

digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH). Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.

Selain itu sabun biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium, atau besi dalam air sadah (hard water). Garam-garam tesebut tidak larut dalam air. Garam yang tidak larut dalam air itu membuat warna coklat pada dinding kamar mandi, kerah baju, atau warna kusam pada pakaian dan rambut. Masalah tersebut dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya dengan mengurangi ion-ion kalsium dan magnesium dan menggantinya dengan ion-ion natrium, atau yang dikenal dengan air lunak. (soft water). Selain itu bisa juga dengan menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat membentuk komplek dengan ion-ion logam, larut dalam air, sehingga mencegah ion-ion tersebut membentuk garam taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika ikut mengalir dalam danau atau sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan merangsang tumbuhnya tanaman sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan menyebabkan ikan-ikan mati. Cara lain misalnya dengan mengganti gugus ionik karboksilat pada sabun dengan gugus sulfat atau sulfonat. Cara inilah yang mendasari terbentuknya detergen.

Pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun menjadi bermacam-macam, yaitu: 1. Sabun cair o Dibuat dari minyak kelapa o Alkali yang digunakan KOH o Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar

Laporan Saponifikasi

Page 2

2. Sabun lunak o Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang tidak jernih o Alkali yang dipakai KOH o Bentuk pasta dan mudah larut dalam ai 3. Sabun keras o Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi o Alkali yang dipakai NaOH o Sukar larut dalam air

Wanita sangat menginginkan menggunakan sabun dalam bentuk cair, sebab bentuk cair memberikan busa yang cukup banyak. Sabun yang banyak mengandung busa, terutama pada sabun cair yang terbuat dari minyak kelapa atau kopra ini biasanya menyebabkan rangsangan dan memungkinkan penyebab dermatitis bila dipakai. Oleh karena itulah penggunaanya diganti dengan minyak zaitun dan minyak kacang kedele atau minyak yang lain yang dapat menghasilkan sabun lebih lembut dan baik. Tetapi para pemakai kurang menyukainya sebab sabun ini kelarutannya rendah dan tidak memberikan busa yang banyak.

Dengan perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri dimungkinkan adanya penambahan bahan-bahan lain kedalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan kegunaan baru. Bahan-bahan yang ditambahkan misalnya: 1. Sabun kesehatan o TCC (Trichorlo Carbanilide) o Hypo allergenic blend, untuk membersihkan lemak dan jerawat o Asam salisilat sebagai fungisida o Sulfur, untuk mencegah dan mengobati penyakit kulit 2. Sabun kecantikan Parfum, sebagai pewangi dan aroma terapi Vitamin E untuk mencegah penuaan dini Pelembab Hidroquinon untuk memutihkan dan mencerahkan kulit
Page 3

Laporan Saponifikasi

3. Shampoo Diethanolamine (HOCH2CH2NHCH2CH2OH) untuk mempertahankan pH Lanolin sebagai conditioner Protein untuk memberi nutrisi pada rambut

Selain jenis sabun diatas masih banyak jenis-jenis sabun yang lain, misalnya sabun toilet yang mengandung disinfektan dan pewangi. Textile soaps yang digunakan dalam industi textile sebagai pengangkat kotoran pada wool dan cotton. Dry-cleaning soaps yang tidak memerlukan air untuk larut dan tidak berbusa, biasanya digunakan sebagai sabun pencuci tangan yang dikemas dalam kemasan sekali pakai. Metallic soaps yang merupakan garam dari asam lemak yang direaksikan dengan alkali tanah dan logam berat, biasanya digunakan untuk pendispersi warna pada cat, varnishes, dan lacquer. Dan salt-water soaps yang dibuat dari minyak palem Afrika (Elaise guineensis) yang dapat digunakan untuk mencuci dalam air asin. Meskipun meupakan bahan utama pembentuk sabun, namun ternyata alkali mempunyai dampak negatif bagi kulit. Beberapa penyelidik mengetahui bahwa alkali lebih banyak merusak kulit dibandingkan dengan kemampuannya menghilangkan bahan berminyak dari kulit . Meskipun demikian dalam penggunaannya dengan air, sabun akan mengalami proses hidrolis. Untuk mendapatkan sabun yang baik maka harus diukur sifat alkalisnya, yakni pH antara 5,8 sampai 10,5. Pada kulit yang normal kemungkinan pengaruh alkali lebih banyak. Beberapa penyakit kulit sensitif terhadap reaksi alkalis, dalam hal ini pemakaian sabun merupakan kontra indikasi. pH kulit normal antara 3-6, tetapi bila dicuci dengan sabun, pH kulit akan naik menjadi 9, meskipun kulit cepat menjadi normal kembali, tapi mungkin saja perubahan ini tidak diinginkan pada penyakit kulit tertentu.

(http://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-sabun)

Laporan Saponifikasi

Page 4

III.

Alat dan bahan Alat Bahan 1. minyak kelapa 2. NaOH 3. Air 4. NaCl 5. etanol 6. amilum 7. bahan tambahan (parfum aroma terapi)

1. gelas ukur 100 ml 2. hot plate 3. beaker gelas 100 mL & 250 mL 4. batang pengaduk 5. thermometer 6. spatula 7. buret 8. corong 9. labu Erlenmeyer 10. statif 11. kaca arloji 12. thermometer

Laporan Saponifikasi

Page 5

IV.

Langkah kerja

Pembuatan Sabun Padat


40 mL air 10 gram NaOH 20 mL minyak goreng

Dipanaskan didalam beaker glass 250 mL sambil diaduk


Larutan Sabun

0,1 gram NaCl

Pengadukan larutan sabun

0,5 gram amylum 1 tetes aroma terapi (parfum)

Pencetakan dan pengeringan

Sabun padat jadi

Laporan Saponifikasi

Page 6

Analisis Kandungan Alkali pada Sabun yang Dihasilkan

1 gram sabun hasil percobaan

Erlenmeyer 50 mL

20 mL Alkohol netral

Dipanaskan 5 menit

didinginkan

2 tetes indikator pp

Dititrasi HCl 0,5 N sampai tak berwarna

V. No. 1. 2

Data pengamat dan Pengolahan data Bahan Lar. NaOH Minyak Kelapa 3 4 5 NaCl Amilum Parfum 0.1 gram 0.5 gram 0.04 cc 58 NaCl C12H22O11 Berat/volume 10 ml 20 ml Massa molekul 40 CnH2n+1 Rumus

Laporan Saponifikasi

Page 7

Proses pencampuran Bahan NaOH + air Tempat Beaker Pengamatan NaOH langsung Keterangan Memasukan NaOH sambil dilakukan pengadukan.

gelas+pemanasan larut dalam air yang sudah mendidih Lar. NaOH+Minyak Kelapa Beaker Berbuih, sedikit

Pengadukan dilakukan secara terus menerusdan suhu pada hot plate 80 .

gelas+pemanasan menerupai susu kental, awalnya terdiri dari dua lapis kemudian diaduk lapisan paling bawah menjadi lebih kecil dibanding lapisan atas

Lar. NaOH+Minyak Kelapa +NaCl

Beaker

Lapisan paling

Pengadukan dilakukan secara terus menerusdan suhu pada hot plate 80 .

gelas+pemanasan bawah semakin mengecil dan larutan tampak seperti susu kental

Lar. NaOH+Minyak Kelapa +NaCl +Amilum

Beaker

Menjadi

Pengadukan dilakukan secara terus menerusdan suhu pada hot plate 80 .

gelas+pemanasan menggumpal dan semakin diaduk gumpalan dan cairan yang dibawah memisah

Laporan Saponifikasi

Page 8

Proses analisa alkali bebas Proses 1 gr sampel +20 ml alcohol netral Tempat Gelas kimia+pemanasan Pengamatan Tidak semua sampel larut namun semakin lama dipanaskan Keterangan Pengadukan dilakukan secara terus menerusdan

sampel yang tidak larut suhu pada hot plate semakin sedikit Didinginkan Gelas kimia +pendinginan menggunakan air es Pada percobaan pertama larutan menjadi seperti gel Percobaan kedua, setelah larutan dingin langsung di titrasi Dititrasi Gelas kimia+PP Larutan+ppberwarna ungu Ketila dititrasi larutan berubah warna pada volume HCl 2 ml 80 . Pendinginan menggunakan air es, larutan tidak boleh didinginkan terlalu lama karena akan menjadi gel.

VI.

Pembahasan

Proses saponifikasi adalah reaksi antara campuran asam lemak/trigliserida dengan alkali. Hasil reaksi yaitu sabun dan gliserol. Sabun adalah suatu senyawa garam alkali dari asam lemak yang digunakan. Pada proses saponifikasi variable-variabel yang harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Pengadukan. (Muarif Abbas. M.Radinal,Norman S, Noviana ) Suhu pada sampel karena saponifikasi berlangsung pada suhu lebih dari 80C(Norman Sendjaya, Noviana B )
Laporan Saponifikasi Page 9

Jenis minyak karena perbedaan komposisi pada minyak akan menyebabkan hasil sabun dan lemak yang berbeda pula.(Muarif Abbas,M.Radinal, )

Pada percobaan saponifikasi ini, Tahap pertama yaitu melarutkan 10 gram NaOH dengan 40 ml air mendidih. NaOH harus dilarutkan dengan air yang mendidih karena NaOH akan cepat larut sempurna dengan air yang suhunya tinggi(Norman Sendjaya, M.Radinal,). Dalam penambahan NaOH dilakukan sedikit demi sedikit karena uap yang dihasilkan berbau manyangat. Kemudian kami menggunakan Minyak goreng sebagai campuran asam lemak dan larutan NaOH sebagai larutan alkali. Pada awalnya minyak goring tersebut tidak larut dalam air . Tetapi setelah beberapa saat minyak tersebut larut dan campuran yang dihasilkan menjadi lebih kental dan berwarna putih. Hal tersebut dikarenakan atom oksigen dari gugus asam karboksilat dari trigliserida mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air. (Muarif Abbas, Noviana B) Hasil dari reaksi ini adalah sabun dan gliserin yang masih bercampur.kemudian ditambahkan NaCl bertujuan untuk memisahkan antara sabun dengan gliserin yang mengakibatkan sabun akan menggumpal(Muarif Abbas,Norman S). Untuk meningkatkan efisiensi ditambahkan amilum yang berfungsi untuk menambah berat dari sabun(zat pengisi) selain itu amilum memiliki sifat menggumpalkan(M.Radinal, Noviana B). Selama proses saponifikasi dilakukan pengadukan dan dipanaskan secara terus menerus. Ketika larutan sampel ditambahkan dengan amilum, sampel menjadi menggumpal dan sulit untuk dilarutkan. Hal ini dikarenakan berbagai hal, diantaranya yaitu : cara pengadukan yang kurang tepat , suhu yang kurang tinggi karena suhu pada beaker(larutan sampel) akan lebih rendah dibandingkan suhu pada hot plate yang pada saat percobaan suhu pada hot plate 80C, jenis minyak yang digunakan, dan sifat lain dari amilum yaitu menggumpalkan pada suhu rendah.(Muarif Abbas. M.Radinal,Norman S, Noviana ) Dilakukan analisa terhadap sabun , yaitu analisa alkali bebas. Pada analisa pH, ketika diuji dengan kertas indicator pH, sampel sabun berada pada pH 13-14,itu menandakan sabun sangat basa sehingga hanya dilakukan analisis kandungan alkali saja karena asam lemak sudah habis tak bersisa. Pada analisa kandungan alkali digunakan alcohol netral sebagai pelarut dan pada suhu 120C pada hot plate bertujuan agar sampel larut dengan cepat dan sampel tidak menggumpal. Kemudian dititrasi dengan HCl 0.5 N dan didapat volum HCl yaitu 2 ml.( Norman S, Noviana B, radinal S)
Laporan Saponifikasi Page 10

VII.

Kesimpulan 1. Variable-variabel yang mempengaruhi dari saponifikasi yaitu: Pengadukan Proses pemanasan yang terlalu lama mengakibatkan air dalam larutan sabun habis menguap sehingga sabun menggumpal. Suhu pada sampel karena saponifikasi berlangsung pada suhu lebih dari 80C Jenis minyak karena asam lemak dari setiap minyak berbeda, perbedaan komposisi pada minyak akan menyebabkan hasil sabun dan lemak yang berbeda pula. 2. Sabun memiliki angka alkali bebas yang tinggi, ditandai dengan pH pada sabun yang dibuat sekitar 13-14, itu menandakan asam lemak dari bahan habis tersabunkan.

Laporan Saponifikasi

Page 11

DAFTAR PUSTAKA http://smk3ae.wordpress.com/category/kimia/ ( Sunday, April 11, 2010 4:41:46 AM) http://cara-buat-sabun.blogspot.com/feeds/ (Thursday,April,08,2010 4:22:22PM)

http://id.wikipedia.org/sabun/ (Sunday, March 28, 2010 3:07:44 PM)

http://kuliah.wikidot.com/industri-deterjen-dan-sabun/ (Sunday, March 28, 2010 3:05:12 PM) Emmanuella.Modul Reaksi Saponifikasi Pembuatan Sabun Padat.Bandung. Ghozali,Mukhtar.2010. Satuan Proses Alkalisasi .Bandung.

Laporan Saponifikasi

Page 12

You might also like