Professional Documents
Culture Documents
terbukti dari kharateristik DNA gen manusia Indonesia yang khas. Tapi kenapa kita malah mengcopy-paste budaya asing. Soekarno, Hatta, Ki Hadjar, Mohammad Roem, dan M Natsir senantiasa mengingatkan bahwa Pancasila buka sekedar ideologi negara, namun lebih dari itu Pancasila adalah saripati Budaya Nusantara! Secara lebih mendalam, paradigma kita terhadap sejarah musti direvisi. Di India ada Taj Mahal, tapi jika rakyat di sana ditanya siapa yang membangun bangunan megah tersebut, mereka akan menjawab itu adalah leluhur dari Dinasti Moghul. Memang rajanya beragama Islam, tapi mereka melihat sebagai peninggalan nenek-moyang mereka sendiri yang patut dihargai dan dilestarikan. Kalau di Indonesia, kita justru mengatakan Borobudur adalah peninggalan agama Buddha. Padahal mereka itu adalah nenek-moyang kita sendiri, leluhur kita semua. Perubahan mindset kita niscaya menyebabkan perubahan besar dalam tata kehidupan berbangsa. Lebih lanjut, 2000 tahun silam, nenek-moyang kita pernah memiliki maskapai pelayaran sendiri, mereka mengekspor rempah-rempah ke Madagaskar. Sriwijaya adalah kerajaan yang berkuasa selama 1000 tahun lebih, kehidupan rakyatnya pun sejahtera dan makmur. Hal itu bisa dilihat dari situs di Muara Takus. Dari sisi pengetahuanpun maju, sebab rancangan Angkor Wat yang terkenal di Kamboja itu dibuat oleh insinyur dari Nusantara. Akhir kata, Cinta kasih tanpa pamrih itulah kekuatan kita. Sifat mengasihi macam ini yang harus mewarnai keseharian ziarah hidup kita. Rasa cinta tanpa syarat pada bangsa, negara, Ibu Pertiwi, termasuk pada para Amrozi cs yang menjadi korban brain wash. Indonesia adalah bangsa besar sehingga penyakitnyapun besar. Niscaya bersama kita bisa menyembuhkanya. Rahayu!