You are on page 1of 20

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN DALAM PENGOBATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PENYAKIT TBC DI KABUPATEN TEMANGGUNG Proposal ini

Diajukan Sebagai Syarat unyuk Menyeleseikan Mata Kuliah Riset Keperawatan

Oleh : Lisa Riwayati NIM 2008.606

AKADEMI KEPERAWATAN NGESTI WALUYO PARAKAN 2010

HALAMAN PENGESAHAN

Diterima dan disetujui untuk disahkan sebagai persyaratan menyelesaikan tugas mata kuliah riset keperawatan program studi keperawatan Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo Parakan tahun akademik 2010.

Parakan, November 2010 Pembimbing

(Sapto Haryatmo S.Kep,Ns)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal riset penelitian dengan judul Hubungan Kepatuhan Pasien dalam Pengobatan dengan Tingkat Kekambuhan Penyakit TBC . Dalam proses penyusunan proposal ini seringkali penulis menghadapi hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan proposal ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Suwarsono SKM,S.pd selaku Direktur Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo Parakan. 2. Bapak Sapto Haryatmo S.kep,Ns selaku pembimbing pembuatan proposal. 3. Bapak/Ibu dosen dan karyawan Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo Parakan. 4. Kedua orangtua yang selalu memberi dukungan dan doa. 5. Rekan-rekan tingkat I, II, dan III yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 6. Semua pihak yang ikut serta dalam penyusunan proposal ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi kualitas, tata bahasa, cara penulisan maupun isi dari proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengharap adanya kritikan dan saran yang membangun guna memperbaiki proposal ini selanjutnya, Akhir kata semoga proposal ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Parakan, November 2010 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka B. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep Penelitian D. Hipotesis BAB III: METODE PENELITIAN A. Deasain Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Variabel dan Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Pengumpulan Data G. Analisis Data H. Jalannya Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis adalah salah satu dari beberapa penyakit menular yang banyak ditemukan di negara berkembang. Meski mematikan, namun penyakit ini dapat dikendalikan. Selain dengan pencegahan yaitu melalui vaksinasi BCG, Tuberkulosis dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Dalam pengobatan TBC kesetiaan minum obat terapi perlu dilakukan sekian lama, hal ini dimaksudkan untuk memusnahkan seluruh sarang infeksi dan kumanyang sedang tidur intraseluler untuk menghindari kambuhnya penyakit. Akan tetapi faktor terpenting untuk berhasilnya pengobatan adalah kesetiaan terapi dari penderita secara teratur dan terusmenerus minum obatnya. Seringkali penderita yang baru separuh jalan berobat sudah merasa sembuh, sehingga mereka mengabaikan kewajiban menyelesaikan pengobatan. ( Tjay dan Rahardja,2007 ) Penyakit yang kambuh jarang terjadi bila pasien benar-benar menjalankan pengobatan yang lengkap dan teratur. Jadi sangatlah penting untuk meyakinkan pasien dan keluarganya bahwa ia harus menyelesaikan seluruh jangka waktu pengobatan ( 6 atau 8 bulan) untuk menghindari kambuh. Ingatkan juga bahwa ia harus mematuhi waktu kontrol berobat dan mengecek persediaan obat agar jangan sampai kehabisan. ( Crafton,dkk.2002) Yang menjadi masalah utama kekambuhan adalah pasien sering menghentikan pengobatan dengan sendirinya karena merasa sudah sembuh, jadi harus dipastikan bahwa pasien paham bahwa ia

membutuhkan waktu pengobatan yang lengkap meskipu gejala-gejalanya cepat menghilang. ( Horne,dkk.2002) Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk mencegah kekambuhan TBC adalah dengan pengobatan yang lengkap dan teratur, hal ini menggugah peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pernyataan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti memilih Temanggung sebagai tempat penelitian, hal ini dikarenakan menurut Ari Susanto, salah satu pengelola program TB Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, dalam media indonesia tanggal 20 Maret 2010 menyatakan bahwatahun 2010 ini sedikitnya diperkirakan ada 796 warga Temanggung yang menderita TBC, dari seluruh penderita tersebut yang sudah terdata hanya 306 dan ditemukan 45 diantaranya merupakan kasus kambuhan. Atas dasar tersebut peneliti memilih Temanggung sebagai tempat penelitian. Sedangkan penulis hanya meneliti kekambuhan dari segi ketidakpatuhan pengobatan dikarenakan faktor ini adalah faktor yang dapat dikontrol sendiri oleh penderita. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara kepatuhan pasien dalam pengobatan dengan tingkat kekambuhan penyakit TBC . C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan pasien dalam pengobatan dengan kekambuhan penyakit TBC 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui seberapa patuh pasien TB dalam menjalani pengobatan.

b. Mengetahui tingkat kekambuhan penyakit TBC. c. Mengetahui keterkaitan antara kepatuhan pasien dalam pengobatan dengan kekambuhan penyakit TBC. D. Manfaat Penelitian E. 1. Manfaat Untuk Aspek Teoritis Manfaat untuk aspek teoritis yaitu dimana penelitian beguna dalam mengembangkan teori untuk memberikan jawaban yang pasti atas berbagai kemungkinan jawaban dari fenomena yang ditemukan. Berdasarkan ilmu uraian diatas maka penulis mengemukakan bahwa penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan yaitu menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan kepatuhan pengobatan dan tingkat kekambuhan penyakit TBC. 2. Manfaat Untuk Aspek Praktis a. Bagi pasien dan keluarga Meningkatkan kesadaran diri pasien dan keluarga untuk melakukan pengobatan TBC secara teratur. b. Bagi tenaga kesehatan Meningkatkan pemahaman bahwa suatu keharusan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan atau pengetahuan kepada pasien tentang pengobatan TBC. F. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan penulis penelitian yang serupa dengan judul penelitian yang akan penulis teliti belum ada, namun ada beberapa penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu penelitian dengan judul Kambuh Setelah Pengobatan TB Paru Multidrug-Resistent dan Penanganan TBC Memerlukan Pengobatan dan Pemantauan.

Penelitian mengenai Kambuh Setelah Pengobatan TB Paru Multidrug-Resistent diteliti oleh Mercedes C. Becerra,et all, penelitian ini dilakukan di Chicago dan dipublikasikan pada tanggal 15 September 2010 dengan hasil bahwa proporsi kekambuhan dalam waktu 2 tahun diantara 310 orang dengan masa tindak lanjut 24 bulan, 16 orang ditemukan mengalami kekambuhan. Jadi dapat diasumsikan 5,2 % pasien mengalami kekambuhan. Sedangkan penelitian mengenai Penanganan TBC Memerlukan Pengobatan dan Pemantauan diteliti oleh Elaine Zablocki di Cleveland dan dipublikasikan pada bulan februari 2010 dengan hasil bahwa salah satu masalah terbesar dalam pengobatan TB saat ini adalah munculnya strain yang resisten terhadap obat antibiotik. Miskin kepatuhan terhadap terapi TB adalah penyebab paling umum dari kegagalan pengobatan dan dapat menyebabkan resistensi obat. Jadi untuk mengatasi hal tersebut mereka harus diberikan terapi yang secara langsung diamati untuk menghindari kelalaian pasien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. TBC Paru TBC paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru ( Smeltzer dan Bare, 2001). Sedangkan menurut Price dan Wilson (2003) Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Mycobacterium Tuberculosis merupakan bakteri tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet ( Smeltzer dan Bare, 2001). Seseorang disangka menderita TB, terutama TB paru jika dijumpai keluhan dan tanda-tanda sebagai berikut : a. Batuk-batuk lebih dari 3 minggu b. Demam (terutama sore hari) c. Nafsu makan berkurang d. Berat badan turun e. Keringat malam hari

f. Badan terasa lemas/mudah capek/rasa malas g. Sesak nafas (bila penyakit sudah lanjut) h. Sakit dada (bila terjadi peradangan selaput paru atau dinding dada) (Hudoyo,2008) Sedangkan menurut Crafton,dkk (2002) gejala-gejala dari TBC adalah batuk lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, sakit di dada selama lebih dari 3 minggu,dan demam lebih dari 3 minggu. TBC merupakan salaha satu penyakit yang menular,

penularannya dapat melalui udara dan droplet yang keluar saat batuk, bersin, tertawa, dan berbicara. Jadi sangat dianjurkan bagi penderita untuk menutup mulut saat batuk atau bersin. Ada beberapa individu yang sangat rentan untuk tertular TBC antara lain mereka yang kontak dekat dengan penderita, individu yang imunosupresif, pengguna obat-obatan IV dan alkoholik, tuna wisma, tahanan, anak-anak, individu dengan gangguan medis sebelumnya misalnya DM, gagal ginjal dsb, serta petugas kesehatan yang seringkali menangani penderita TBC. ( Smeltzer dan Bare, 2001) Proses infeksi dari TBC ini adalah diawali dari individu yang menghirup basi tuberkulosis yang kemudian bakteri ini dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli dan memperbanyak diri. Sistem imun berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Reaksi ini menyebabkan nekrosis di jaringan paru atau sering disebut dengan perkejuan yang kemudian massa ini dapat mengalami kalsifikasi membentuk scar kolagenosa. Suatu saat tuberkel ini akan memecah, menyembuh dan membentuk jaringan parut. Kemudian paru yang terinfeksi akan membengkak.

10

( Smeltzer dan Bare, 2001) Untuk menegakkan diagnosis pasien yang menderita TBC menurut Hudoyo (2008) ada beberapa langkah dan cara pemeriksaan sebagai berikut :
a. Anamnesis ( Tanya jawab dokter dan pasien tentang

keluhan dan riwayat) b. Pemeriksaan jasmani


c. Pemeriksaan dahak/sputum BTA selama 3x

d. Pemeriksaan penunjang dan laboratorium, yaitu: pemeriksaan rontgen dada, darah (LED), tes mantoux, uji serologi lain misalnya PCR-TB, mycodot dll. 2. Pengobatan TBC Pada pengobatan tuberkulosis pengobatan terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4 atau 7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. Paduan obat yang dipakai adalah : a. Jenis obat utama yang digunakan, yaitu

Rifampisin,INH, Etambutol.

Pirazinamid,

Streptomisin,

b. Jenis obat tambahan lainnya, yaitu Kanamisin, Kuinolon, Derivat Rifampisin dan INH. (Aditama,2002)
3. TB Paru Kambuh

TB paru kambuh merupakan TB paru yang telah dinyatakan sembuh, akan tetapi bakteriologik (mikroskopik dan atau biakan) kembali positif. Pada kasus ini bila ada resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji resisten, dengan minimal

11

menggunakan 4 macam OAT pada fase intensif. Pengobatan fase lanjutan 6 bulan atau lebih dari pengobatan sebelumnya. (Aditama,2002) Resisten menurut Smeltzer dan Bare (2001) ada berbagai macam yaitu : a. Resisten obat primer adalah resisten terhadap salah satu agen antituberkulosis garis depan pada individu yang sebelumnya belum mendapatkan pengobatan. b. Resisten obat sekunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agen antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani terapi. c. Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agen sebut saja INH dan RIF.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan TBC menurut daryatno (2003)antara lain : status gizi, ketidakteraturan minum obat sebelumnya, dan kebiasan merokok. Sedangkan menurut mukhsin,dkk (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan pengobatan yaitu tingkat pendidikan, kualitas pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan, dan efek samping obat. 5. Kategori pengobatan TBC
a. Kasus baru TB paru dahak positif, kasus baru TB paru

dahak negative dengan kelainan luas di paru, kasus baru TB ekstra pulmonal berat: fase awal (setiap hari atau 3x seminggu) adalah 2EHRZ(SHRZ) 3 kali, fase lanjutan adalah 6HE, 4HR,4H3R3. b. Kambuh,dahak positif,pengobatan gagal,pengobatan setelah terputus: fase awal (2SHRZE/1HRZE (2x)),fase lanjutan (5H3R3E3 dan 5HRE)

12

c. Kasusu baru TB paru dahak negative,kasus baru TB ekstra pulmonal yang tidak berat : fase awal(2HRZ(3x)),fase lanjutan (6HE,4HR,4H3R3) Keterangan : H: Isoniazid R: Rifampisin Z: Pirazinamid E: Etambutol S: Strepmisin T: Tiasetazon (Crafton,2002)

6. Kepatuhan Kepatuhan adalah tunduk atau patuh pada anjuran atau aturan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2003),sedangkan menurut Katzung (2000) kepatuhan adalah derajat dimana besarnya kemauan penderita untuk mengikuti instruksi tenaga kesehatan dan terdapat beberapa tipe ketidakpatuhan pasien yang menyebabkan kesalahan pengobatan yaitu pasien gagal untuk mendapatkan pengobatan, pasien gagal untuk memperoleh obat seperti yang tertulis dalam resep, pasien menghentikan pemberian obat terlalu dini, pasien menggunakan obat secara tidak tepat. 7. Variabel yang mempengaruhi kepatuhan menurut Smeltzer dan Bare (2001) adalah : a. Variabel demografi Usia, suku bangsa, jenis kelamin, status sosial dan pendidikan. b. Variabel penyakit Keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi. c. Variabel program terapeutik

13

Kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan. d. Variabel psikososial Intelegensi,sikap terhadap tenaga kesehatan,penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama, budaya, dan biaya finansial. 8. Beberapa strategi untuk memperbaiki kepatuhan menurut Katzung (2000) adalah : a. Meningkatkan komunikasi antara pasien dan anggota pelayanan kesehatan b. Penilaian perorangan, kondisi sosial, dan ekonomi yang mencerminkan gaya hidup pasien c. Pengembangan suatu hal yang rutin dalam menggunakan obat d. Sistem provisi untuk membantu pasien minum obat (rencana untuk memisahkan obat sekian hari per minggu,menggunakan alarm untuk mengingatkan) e. Pengiriman informasi melalui pos. 9. Kriteria pasien yang dinyatakan sembuh menurut Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (2009) adalah : a. BTA mikroskopis negative dua kali pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan serta sudah mendapatkan pengobatan yang adekut. b. Gambaran radiologis pada foto torak secara serial terus menunjukkan ada perbaikan atau kesembuhan. c. Pemeriksaan biakan yang negative (bila ada fasilitas untuk pemeriksaan biakan) B. Kerangka Teori C. Hipotesa
14

Hipotesa kerja : Ada hubungan antara kepatuhan pasien dalam pengobatan dengan tingkat kekembuhan penyakit TBC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional deskriptif analitik dimana pada desain ini peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variabel pada suatu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subyek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran. ( Saryono,2009) B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dari penelitian ini yaitu seluruh puskesmas di Kabupaten Temanggung dan RSUD Djojonegoro Temanggung, yang dilakukan pada bulan Desember sampai Februari 2010 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

15

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,2002), sedangkan menurut Saryono (2009) populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Populasi dapat dibedakan menjadi populasi target dan populasi terjangkau. Dimana populasi target merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian, sedangkan populasi terjangkau dibatasi oleh tempat dan waktu. Populasi target dalam penelitian ini adalah semua pasien TBC yang mengalami kekambuhan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah pasien TBC kambuhan di Kabupaten Temanggung pada tahun 2010 yang berjumlah 45 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau waktu populasi yang akan diteliti (Arikunto,2001), sedangkan menurut Saryono (2009) sampel merupakan sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi. Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan sampel yang dikehendaki harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kriteria ini berupa kriteria inklusi dimana batasan ciri atau karakter umum pada subyek penelitian,dikurangi karakter yang masuk dalam kriteria eksklusi. Sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi, harus dikeluarkan dari penelitiankarena berbagai sebab yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga terjadi bias. Hal ini disebut kriteria eksklusi. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami kekambuhan TB yang diberikan pelayanan di seluruh puskesmas wilayah Kabupaten Temanggung dan pasien RSUD Djojonegoro Temanggung pada Tahun 2010 yang berjumlah 40 orang. a. Kriteria inklusi 1). Semua pasien asli warga Temanggung yang mengalami kekambuhan TBC. b. Kriteria eksklusi

16

1). Resisten primer 2). Gangguan imunologik 3). Tidak ada paparan Penderita TBC dilingkungan rumah, sekolah maupun tempat kerjanya. D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel a. Variabel bebas (Independent) Adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya / berubahnya variabel dependent (Sugiyono,2002). Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepatuhan pengobatan TBC. b. Variabel terikat Adalah variabel yang ipengaruhi / yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2002). Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah kekambuhan TBC. 2. Definisi operasional
a. Tingkat kepatuhan adalah derajat dimana besarnya kemauan

penderita untuk mengikuti instruksi pengobatan dari tenaga kesehatan.


b. TBC paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang

parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.


c. Kekambuhan TBC adalah pasien TB yang telah dinyatakan

sembuh, akan tetapi bakteriologik (mikroskopik dan atau biakan) kembali positif. E. Instrumen penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan medic untuk mengetahui kekambuhan pasien TBC dan format pengumpulan data yang dibuat oleh peneliti berupa kuisioner untuk mengetahui tingkat kepatuhan pengobatan .

17

F. Pengumpulan data Cara pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan catatan medis untuk mendata dan mengumpulkan pasien yang mengalami kekambuhan dan pengisian kuisioner oleh responden yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuisioner ini berisi tentang pernyataan identitas pasien, dan pertanyaan tentang kepatuhan pengobatan. G. Analisa Data Didalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis bivariat (korelatif pearson) untuk menganalisa data, dimana analisis ini digunakan untuk mengetahui interaksi dua variable. Peneliti menggunakan skala numeric rasio, dimana angka-angka ini dipergunakan untuk menyatakan jarak dari asal murninya. H. Jalannya Penelitian 1. Pembuatan proposal 2. Pengajuan proposal 3. Pengesahan proposal 4. Melakukan pendataan penderita yang mengalami kekambuhan dari catatan medis di Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. 5. Memilih sampel yaitu 40 pasien yang tersebar di Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Temanggung. 6. Memberikan kuisioner untuk diisi penderita yang ditangani di masing-masing layanan kesehatan 7. Menyimpulkan hasil dan melakukan uji validitas 8. Kesimpulan hasil penelitian.

18

DAFTAR PUSTAKA

Aditama,

Tjandra

Yoga.2002.Tuberkulosis

diagnosis,

terapi,

dan

masalahnya.Jakarta: IDI Arikunto.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: PT RINEKA CIPTA Crafton, John dkk.2002. Tuberkulosis Klinis.Jakarta: Widya Medika daryatno, Triman.2003.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan TBC Paru Strategi DOTS di Puskesmas dan BP4 di Surakarta. http://eprints.UNDIP.ac.id/14364 Elfindri.2006. Cerdas Mendapatkan Dana Riset.Cibubur : Visi Media Horne ,N dkk.2002. Tuberkulosis dan Pengobatan.Jakarta : Widya Medika Hudoyo, Ahmad.2009.Tuberkulosis Mudah Diobati.Jakarta : FKUI
19

Kamus Besar Bahasa Indonesia.2003.Jakarta: Gramedia Katzung, Bertam G.2000. Farmakologi Dasar dan Klinik.Jakarta : FKUI Mukshin,dkk.2008.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keteraturan Pengobatan TBC di Jambi. http://KMPK.UGM.ac.id/kmpkriset/?p=8 Saryono. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jogjakarta: MITRA C Smeltzer dan Bare.2001.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC Sugiyono. 2002.Panduan Riset Keperawatan.Jakarta:EGC Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Edisi 2.2009.Jakarta: EGC Tjay dan Rahardja.2007. Pengobatan TBC, Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya.Jakarta : Gramedia http://www.mediainonesia.com http://proquest.com/pqdweb

20

You might also like