You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Judul Percobaan Anaerobic Digester

1.2 Tujuan Percobaan Menentukan laju pemanfaatan substrat maksimum (k) Menentukan laju kematian mikroorganisme (kd) Menentukan perolehan biomassa yang sesungguhnya (Y) Menentukan konstanta setengah jenuh (ks) Menentukan laju pertumbuhan spesifik maksimum (m)

1.3 Dasar Teori 1.3.1 Pembuatan Biogas Biogas atau sering disebut pula gas bio merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organik seperti kotoran manusia, atau sampah tempat direndam kotoran hewan, dalam air dan

disimpan didalam

tertutup

atau anaerob (tanpa terjadi pada kondisi

udara). Biogas ini sebenarnya dapat pula alami.

Jika kotoran ternak yang yang telah dicapur air isian (slurry) dimasukkan maka akan terjadi dua tahap, yaitu kedalam alat pembuat yang

atau biogas

proses pembusukan

terdiri dari

proses aerobik dan proses anarobik. Pada

proses yang pertama diperlukan oksigen dan hasil prosesnya berupa karbon dioksida (CO2). Proses ini berakhir setelah

oksigen didalam alat ini habis. Selanjutnya proses pembusukan berlanjut pada tahap kedua (proses anaerobic). Pada proses

yang kedua inilah biogas dihasilkan. Dengan demikian, untuk menjamin terjadinya biogas alat ini harus tertutup rapat, tidak
1

berhubungan dengan udara luar sehingga tercipta kondisi hampa udara (tanpa udara). Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam prosesntasenya yang cukup tinggi (54 70%). Akibat lain yang ditimbulkan karena penggunaan kotoran ternak sebagai biogas adalah: 1. Mengurangi ketergantungan pada pemakaian minyak yang jumlahnya terbatas dan harganya mahal. 2. Mengurangi dampak yang muncul dari polusi yang

disebabkan oleh kotoran. 3. Dalam jangka panjang, diharapkan mampu mengurangi

penggunaan kayu sebagai bahan bakar sehingga kelestarian hutan menjadi lebih terjaga. 4. Sisa campuran kotoran yang sudah tidak menghasilkan gas (sludge) dapat digunakan pupuk organik yang baik. Pada prinsipnya, pembuatan Biogas sangat sederhana, hanya dengan memasukkan substrat (kotoran ternak) ke dalam digester yang anaerob. Dalam waktu tertentu Biogas akan terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas atau listrik. Penggunaan biodigester dapat membantu pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran ternak untuk memproduksi Biogas dan diperoleh hasil samping (by-product) berupa pupuk organik. Selain itu, dengan pemanfaatan biodigester dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi energi gas bio. Sebagaimana kita ketahui, Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas CO2 memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian masalah global.

Potensi kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan Biogas sebenarnya cukup besar, namun belum semua peternak memanfaatkannya. Bahkan selama ini telah menimbulkan masalah pencemaran dan kesehatan lingkungan. Umumnya para peternak membuang kotoran sapi tersebut ke sungai atau langsung menjualnya ke pengepul dengan harga sangat murah. Padahal dari kotoran sapi saja dapat diperoleh produk-produk sampingan (by-product) yang cukup banyak. Sebagai contoh pupuk organik cair yang diperoleh dari urine mengandung auksin cukup tinggi sehingga baik untuk pupuk sumber zat tumbuh. Serum darah sapi dari tempat-tempat pemotongan hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, selain itu dari limbah jeroan sapi dapat juga dihasilkan aktivator sebagai alternatif sumber dekomposer. Jika dibandingkan dengan bahan bakar nabati lainnya, nilai kalori Biogas sangat tinggi, yaitu sebesar 15.000 kJ/kg jika dibandingkan dengan arang (7.000 kJ/kg), kayu (2.400 kJ/kg) bahkan minyak tanah (8.000 kJ/kg). Oleh sebab itu, aplikasi penggunaan biogas bisa dikembangkan untuk memasak dan penerangan (menghasilkan listrik). Hanya dengan memasukkan kotoran sapi kedalam digester anaerob, dan mendiamkannya beberapa lama, Biogas akan terbentuk. Hal ini bisa terjadi karena sebenarnya dalam kotoran sapi yang masih segar terdapat bakteri yang akan menfermentasi kotoran tersebut. Tanpa dimasukkan ke dalam digester pun biogas sebanarkan akan terbentuk pada proses dekomposisi kotoran sapi, namun prosesnya berlangsung lama dan tentu saja biogas yang dihasilkan tidak dapat kita gunakan. Ada tiga jenis digester yang telah dikembangkan selama ini, yaitu: 1. Fixed dome plant, yang dikembangkan di china, 2. Floating drum plant, yang lebih banyak dipakai di India dengan varian plastic cover biogas plant, dan 3. Plug-flow plant atau balloon plant yang banyak digunakan di Taiwan, Etiopia, Kolombia, Vietnam dan Kamboja. Jenis ini juga yang banyak digunakkan oleh petani kita di daerah Lembang dan Cisarua. Bagian-bagian pokok digester gas bio adalah:

1. Bak penampung kotoran ternak, 2. Digester, 3. Bak slurry, 4. Penampung gas, 5. Pipa gas keluar, 6. Pipa keluar slurry, 7. Pipa masuk kotoran ternak. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain, 1 m3 Biogas setara dengan : Tabel 1. Kesetaraan biogas dengan sumber bahan bakar lain

Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar). Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman / budidaya pertanian. Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula.

Gambar1. Kompor gas dari pengolahan kotoran sapi

Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55C, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal. Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2. Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian Biogas Jenis gas Kotoran sapi Metan (CH4) Karbon (CO2) Nitrogen (N2) Karbon monoksida (CO) 2,3 0 0,5 - 3,0 0,1 dioksida 65,7 27,0 Campuran kotoran + sisa pertanian 54 - 70 45 - 57

Oksigen (O2) Propena (C3H8) Hidrogen sulfida(H2S) Nilai (kkal/m2) kalor

0,1 0,7 -

6,0 sedikit

6513

4800 - 6700

Sumber: Harahap, dkk (1978)

Proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut: 1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester. 2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh. 3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi. 4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala. 5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal

1.3.2

Analisa Chemical Oxygen Demand Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah

jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau menguraikan senyawa/materi organik (secara kimia) yang ada dalam 1L sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 (kalium dikromat sebagai oksidator yang umum dipakai) digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Parameter COD menunjukkan jumlah senyawa organik dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia ataupun melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Untuk memastikan zat organis habis teroksidasi, maka pengoksidasi K2Cr2O7 ditambahkan berlebihan. Kelebihan K2Cr2O7 digunakan untuk

menentukan berapa O2 yang telah terpakai melalui titrasi dengan Ferro Amm sulfat. Indikator feroin digunakan untuk menentukan t.a.t dari warna hijaubiru menjadi merah coklat. Untuk analisa COD ini dilakukan uji larutan blangko, karena blangko tidak mengandung zat organik yang dapat dioksidasi K2Cr2O7. ( Di mana : a = volume titrasi blanko (ml) b = volume titrasi sampel (ml) N = normalitas FAS 1 ml FAS ~ 8 mg O2 Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan. Perbandingan rata-rata angka BOD5/COD untuk beberapa jenis air : Air buangan domestik (penduduk) : 0,4-0,6 Air buangan domestik setelah pengendapan primer : 0,6 Air buangan domestik setelah pengolahan secara biologis : 0,2 Air sungai : 0,1 )

Angka perbandingan yang lebih rendah dari yang seharusnya, misalnya untuk air buangan penduduk (domestik). Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan maupun air permukaan dapat dioksidasikan melalui tes COD atau BOD. Zat organis yang biodegradable (dapat dicerna/diuraikan), misalnya protein dan gula dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD.Selulosa hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD. N organis yang biodegradable, misalnya protein dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD. N organis yang nonbiodegradable, misalnya NO2-, Fe2+, S2-, Mn3+ hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD. NH4 bebas (nitrifikasi) hanya dapat dioksidasikan melalui tes BOD mulai setelah 4 hari, dan dapat dicegah dengan pembubuhan inhibitor. Hidrokarbon aromatik dan rantai hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD saja karena adanya katalisator Ag2SO4.

BAB II METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat yang digunakan: Satu unit alat Anaerobic Digester Kondensor Labu ukur 250 ml Gelas Ukur 100 ml Gelas kimia 100 ml Erlenmeyer Asah 250 ml Buret 50 ml Pipet Volume 1 ml Pipet Volume 5 ml Pipet Ukur 10 ml Pipet Ukur 15 ml Corong Bulp Selang Hot Plate Pompa Neraca Digital Botol Semprot Jerigen

2.1.2 Bahan yang digunakan: Gula Pasir Air Keran Aquadest K2Cr2O7 AgSO4 x H2SO4

Ferro Aluminium Sulfat (FAS) Indikator Feroin Starter Batu didih

2.2 Prosedur Kerja 2.2.1 Tahap Persiapan Melakukan pengecekan terhadap peralatan Anaerobic Digester dan kelengkapannya. Memasukkan Starter kedalam tangki reaktor I dan tangki reaktor II melalui lubang input pada bagian atas tangki reaktor. Membuat larutan gula dan air keran dengan perbandingan 1 : 10 sebanyak 30 L. Mengalirkan larutan tangki penampung gas dengan air keran hingga penuh.

2.2.2 Pengoperasian Alat Memeriksa ketersediaan arus listrik. Memasang colokan pada stop kontak. Menghidupkan peralatan Anaerobic Digester. Mengalirkan larutan gula yang ada pada jerigen kedalam masingmasing tangki reaktor yang berisi starter dengan menggunakan pompa pada alat yang diset dengan laju alir 4. Menampung produk cair hasil dari proses masing-masing reaktor kedalam jerigen. Menjalankan peralatan selama 5 hari untuk pengambilan data tiap hari. Mengamati dan mencatat suhu masing-masing reaktor setiap hari. Mengamati dan mencatat volume biogas yang dihasilkan setiap hari. Melakukan analisa COD dan MLVSS setiap hari.

10

2.2.3 Analisa COD dan MLVSS Merangkai peralatan refluks. Untuk analisa MLVSS, menimbang gelas kimia 100 ml kosong dan mencatat beratnya. memipet 10 ml kedalam gelas kimia 100 ml produk cair hasil proses reaktor yang ditampung didalam jerigen. Memanaskan diatas hot plate dengan temperatur 175 oC hingga kandungan air menguap. Mendinginkan kedalam desikator. Menimbang kembali gelas kimia yang berisi residu gula dan mencatat beratnya. Untuk analisa COD, memipet 25 ml aquadest kedalam sebuah erlenmeyer asah sebagai blanko. Memipet 1 ml larutan gula kedalam labu ukur 250 ml dan mengimpitkan dengan Aquadest hingga tanda batas. Memipet larutan gula yang telah diencerkan sebanyak 25 ml ke dalam sebuah erlenmeyer asah sebagai sampel. Memipet larutan K2Cr2O7 sebanyak 5 ml kedalam masing-masing erlenmeyer yang berisi sampel dan blanko. Menambahkan batu didih kedalam masing-masing erlenmeyer. Menambahkan larutan AgSO4xH2SO4 sebanyak 15 ml kedalam masing-masing erlenmeyer sambil mengoyang-goyangkan erlenmeyer agar tercampur. Memasang masing-masing erlenmeyer pada kondensor yang telah dirangkai. Memanaskan campuran dalam erlenmeyer (blanko dan sampel) secara bersamaan diatas hot plate dengan temperatur 175 oC selama 120 menit. Mengamati perubahan warna yang terjadi selama pemanasan, jika erlenmeyer sampel berubah warna menjadi hijau, maka perlu

11

menambahkan larutan K2Cr2O7 hingga warnanya berubah menjaddi kuning atau kekuning-kuningan, begitu pula dengan blanko, menambahkan larutan K2Cr2O7 sesuai dengan volume yang

ditambahkan pada sampel. Mendinginkkan masing-masing erlenmeyer. Menambahkan 4 tetes indikator feroin kedalam masing-masing erlenmeyer Menitrasi masing-masing erlenmeyer dengan larutan Ferro

Aluminium Sulfat (FAS) dan mencatat volume titrasi masing-masing erlenmeyer Melakukan analisa COD dan MLVSS setiap hari sesuai waktu Analisa Melakukan pengolahan data

12

BAB III PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan Volume Hari Titrasi (ml) a 0 1 2 3 46 11 10.1 9.8 b m1 m2 MLVSS (g) Tinggi Air Tangki I (cm) Tinggi Air Tangki II (cm) Penngenceran

awal akhir awal akhir 330 318 317 318 317 302 330 318 260 318 260 206 100 kali 250 kali 250 kali 250 kali

25.4 109.6008 110.3510 3.4 2.7 2.6 109.5970 110.4425 109.3700 110.2545 106.4630 107.3640

3.2 Pengolahan Data Diketahui : N FAS = 0.1 N V sampel = 25 ml V MLVSS = 0.01 L Hari 0 1 2 3 COD (mg/L) 65920 60800 59200 57600 COD (g/L) 65.92 60.8 59.2 57.6 % COD Removal 7.767 10.194 12.621 MLVSS 75.02 84.55 88.45 90.1 Y0 1.138 1.391 1.494 1.564

3.3 Hasil Perhitungan 3.3.1 Penentuan k dan ks Diketahui : S0 = COD hari ke nol = 65.92 g/L x = MLVSS hari ke nol = 75.02 g/L

13

(hari) 1 2 3

Se (COD) 60.8 59.2 57.6

S0-Se 5.12 6.72 8.32

x 75.02 150.04 225.06

1/Se 0.01645 0.0169 0.0174

x/(S0-Se) 14.652 22.327 27.05

30 25 20 15 10 5 0 0.016 y = 13536x - 207.42 R = 0.977 0.0165 1/Se 0.017 0.0175

x/(S0-Se)

Series1 Linear (Series1)

Grafik 1. Hubungan Antara 1/Se vs x/(S0-Se) Dari persamaan garis di atas, yaitu y = 13536x 207.4, diperoleh hasil sebagai berikut :

14

3.3.2 Penentuan Y dan kd Diketahui : S0 = COD hari ke nol = 65.92 g/L (hari) 1 2 3 Se (COD) 60.8 59.2 57.6 S0-Se 5.12 6.72 8.32 xe (MLVSS) 84.55 88.45 90.1 xe 84.55 88.45 90.1 (S0-Se)/ xe 0.060556 0.03799 0.03078 1/ 1 0.5 0.333

0.07 0.06 0.05 (S0-Se)/ xe 0.04 0.03 0.02 0.01 0 0 0.5 1/ 1 1.5 Series1 Linear (Series1) y = 0.0448x + 0.0157 R = 0.9999

Grafik 2. Hubungan Antara 1/ vs (S0-Se)/ xe

Dari persamaan garis di atas, yaitu y = 0.044x + 0.015, diperoleh hasil sebagai berikut :

15

3.3.3 Penurunan COD per harinya Hari 1 2 3 % COD Removal 7.767 10.194 12.621

14 12 %COD Removal 10 8 6 4 2 0 0 1 2 hari 3 4 Series1 Linear (Series1) y = 2.4272x + 5.3398 R = 1

Grafik 3. Hubungan Antara hari vs % COD Removal 3.3.4 Perbandingan Volume gas CO2 yang diperoleh per harinya Diketahui : T standar = 25C = 289 K T tangki = 37C = 310 K Hari 1 2 3 h Tangki 1 12 1 15 h Tangki 2 12 58 54 V gas tangki 1 11.536 0.9613 14.419 V gas tangki 2 11.536 55.755 51.91

16

70 60 50 Volume Gas 40 30 20 10 0 0 1 2 Hari 3 4 Tangki 1 Tangki 2

Grafik 4. Hubungan Antara Hari vs Volume gas

17

BAB IV PEMBAHASAN

Praktikum anaerobic digester ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan jumlah biomassa yang terbentuk, menentukan laju kematian mikroorganisme (kd), menentukan perolehan biomassa sesungguhnya (Y), menentukan laju pemanfaatan substrat spesifik (U), dan menentukan laju pertumbuhan spesifik maksimum (m). Penguraian bahan organic oleh mikroba diangsungkan dalam sebuah tangki fermentor yang beroperasi secara kontinyu, dimana starter yang digunakan adalah kotoran sapi. Proses anaerobic digester berlangsung selama 5 hari. Studi kinetika diperlukan sebagai dasar untuk memahami setiap proses fermentasi. Kinetika pertumbuhan mikroba menguraikan tentang kecepatan produksi sel (biomassa) dan pengaruh lingkungan terhadap kecepatannya. Pengukuran pertumbuhan dapat diamati dari berbagai parameter di mana parameter tersebut diperoleh dengan bantuan grafik dan diturunkan dengan persamaan matematik sebagai berikut : Selama proses tersebut dilakukan analisa COD dan MLVSS sebagai dasar untuk menganalisa kinetika proses anaerobic digestion. Dalam penelitian ini proses hidrolisis setiap hari selama 5 hari berturut-turut. Pada start up alat atau awal praktikum dilakukan pengambilan data COD dan MLVSS awal. Dengan volume sampel COD sebanyak 1 ml yang kemudian diencerkan sampai 250 kali. Sedang sampel yang dipipet untuk MLVSS sebanyak 10 ml. Dari grafik 1, diperoleh nilai kemiringan . Maka diperoleh nilai nilai dan per hari, sedangkan ( )( ) ( )( )

. Nilai ks yang tinggi ini disebabkan oleh system reactor yang

18

kontinyu sehingga konsentrasi biomassa akan tinggi seiring dengan fase perkembangan mikroorganisme. Dari grafik 2 diperoleh kemiringan atau dan

. Maka diperoleh nilai Y = 66.667gMLVSS/gCOD sedangkan nilai kd = 2.933 per hari. Nilai Y yang besar ini disebabkan mikroorganisme yang mati terhitung sebagai biomassa dalam reactor. Nilai m tergantung dari substrat yang sidunakan. Konsentrasi substrat yang tinggi memberikan nilai m yang besar. Dalam praktikum ini diperoleh m sebesar 0.32144 per hari.

19

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari praktikum ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Laju pemanfaatan substrat maksimum (k) sebesar 0.004822 per hari Laju kematian mikroorganisme (kd) sebesar 2.933 per hari Perolehan biomassa yang sesungguhnya (Y) sebesar 66.677 gMLVSS/gCOD Konstanta setengah jenuh (ks) sebesar 65.265 g/L Laju pertumbuhan spesifik maksimum (m) sebesar 0.32144 per hari.

20

You might also like