You are on page 1of 19

Politik di Asia Timur

~Faktor-faktor Pendorong Demokratisasi di Korea


Selatan (1953-1987)



Disusun Oleh:
Anindita Kusuma Listya 1006664666
Bernadette Aderi P. 1006694315
Ika Annisaa Farista 1006664722
Monica Agnes Sylvia 1006764164
Muhammad Ghazzian AIiI 1006694504
Muhammad WaIIaa K. 1006694523
Yohana SupialIi Benu 1006664760








Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
2

A I
PENDAHULUAN
1.1Latar elakang
Asia Timur merupakan salah satu kawasan yang berkembang secara signiIikan baik di
tingkat politik, ekonomi maupun sosial. Dilihat dari sejarahnya, kawasan ini merupakan
kawasan yang sangat kental dengan ideologi yang telah dianut oleh masyarakatnya. Uni
Soviet, Cina, dan Jepang yang telah menjadi negara besar di era Perang Dunia I dan II,
memiliki peranan penting dalam pembentukan negara-negara di sekitarnya yang ketika itu
belum berdaulat. Hal ini semakin terlihat di akhir Perang Dunia II di mana wilayah yang
belum memiliki kedaulatan seutuhnya tersebut menjadi korban dari kontestasi ideologi
komunis dan liberal. Korea merupakan wilayah yang di Asia Timur yang menjadi lokasi
persaingan ideologi yang melibatkan USSR dan Amerika Serikat dalam penyelesaian Perang
Korea selanjutnya.
Dalam perkembangannya, wilayah Korea Selatan yang dibantu Amerika Serikat
berkembang menjadi negara demokrasi hingga sekarang. Akan tetapi, proses demokratisasi di
wilayah ini bukannya tidak mendapatkan hambatan. Perang Korea yang mengakibatkan
kerusakan dan kemiskinan di wilayah ini, merupakan hambatan utama proses pembangunan
Korea Selatan. Hambatan tersebut nyatanya dapat diatasi setelah melalui beberapa pergantian
rezim pemerintahan Korea Selatan sehingga berhasil menjadi salah satu negara maju di
kawasan Asia Timur. Adapun perkembangan Korea Selatan tidak terlepas dari aspek politik,
ekonomi dan civil society-nya yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Bercermin dari keberhasilan Korea Selatan dalam perkembangannya menjadi negara
maju dengan sistem demokrasi di kawasannya tersebut, makalah ini akan mencoba
membahas mengenai perkembangan Korea Selatan periode tahun 1953 sampai saat ini dari
segi politik, ekonomi, dan civil society serta akan mencoba menganalisis Iaktor apa sajakah
yang mendorong terjadinya proses demokratisasi di Korea Selatan.





1.2#umusan Masalah
Faktor-Iaktor apa sajakah yang mendorong proses demokratisasi di Korea Selatan, sejak
tahun 1953 hingga tahun 1987?

1.3 Tujuan Makalah
Berangkat dari rumusan permasalahan yang kami spesiIikasikan, makalah ini ditujukan
untuk mengetahui Iaktor-Iaktor yang mendorong demokratisasi di Korea Selatan dalam
kurun waktu tahun 1953 hingga 1987.



























A II

PEMAHASAN

1. Perkembangan Sistem dan Struktur Politik di Korea Selatan

1.1 Sistem Politik Korea Selatan Modern
Sistem politik Korea Selatan didasarkan pada bentuk pemerintahan Republik dengan
Presiden sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Saat ini,
Korea Selatan dipimpin oleh Presiden Lee Myung-Bak yang menjabat sejak 25 Februari 2008
dengan Perdana Menteri Kim Hwang-Sik yang menjabat sejak 1 Oktober 2010.
1
Sama seperti
sistem distribusi kekuasaan yang dianut oleh negara lain pada umumnya, kekuasaan
pemerintahan di Korea Selatan juga terdistribusi dalam lembaga eksekutiI, legislatiI dan
yudikatiI.
1.1.1 Eksekutif
EksekutiI dikepalai oleh presiden yang membawahi Perdana Menteri dan kabinetnya.
Presiden adalah kepala negara yang terpilih melalui suara terbanyak pada pemilihan umum
untuk masa jabatan selama 5 tahun. Perdana Menteri adalah kepala pemerintahan yang
ditunjuk oleh Presiden dengan persetujuan Majelis Nasional (Gukhwe). Deputi Perdana
Menteri juga diangkat oleh Presiden atas rekomendasi Perdana Menteri. Di samping itu,
kabinet yang terdiri dari suatu dewan menteri juga ditunjuk oleh Presiden atas rekomendasi
Perdana Menteri.
Fungsi eksekutiI yang meliputi pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh Presiden
sedangkan peran dan tanggung jawab Perdana Menteri adalah pengawasan terhadap Iungsi-
Iungsi administratiI kementerian. Fungsi anggota kabinet adalah untuk bertindak pada hal-hal
yang berhubungan dengan kebijakan dan bertanggung jawab kepada Presiden.
1.1.2 Legislatif
Sementara itu, badan legislatiI Korea Selatan terdiri dari Majelis Nasional (Gukhwe)
unikameral yang anggota-anggotanya dipilih untuk masa jabatan selama 4 tahun. Ada 299
anggota di Gukhwe. Sekitar 234 anggota berada di kursi konstituen tunggal, dan 56 lainnya
dipilih oleh perwakilan proporsional.



1
Mlchael ! SeLh A nlstoty of koteo ltom Aotlpolty to tbe lteseot (new ?ork 8owman LlLLlefleld ubllshers
lnc 2011) halaman 13
3

1.1.3 udikatif
Badan yudikatiI di Korea Selatan independen dari eksekutiI dan legislatiI. Pengadilan
terdiri dari 3, yaitu Mahkamah Agung, Mahkamah Banding, dan Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di peradilan dan hakim yang
memimpinnya ditunjuk oleh Presiden atas persetujuan Gukhwe. Sementara para hakim
Mahkamah Konstitusi diangkat oleh Presiden berdasarkan nominasi oleh Ketua dan Gukhwe.

1.2 Partai Politik dan Pemilihan Umum
Partai-partai politik utama di Korea Selatan adalah &3ited Democratic Party (UDP)
yang merupakan bentuk evolusi dari Partai Uri, Gra3d Natio3al Party (GNP), Democratic
Labor Party (DLP), dan Democratic Party (DP).
Partai Uri dibentuk pada akhir 2003 dari Iraksi sayap kiri dari Democratic Party
(maka disebut pula Mille3ium Democratic Party). Partai tersebut memperoleh mayoritas tipis
di Gukhwe setelah Pemilihan umum legislatiI 2004, namun kalah dalam pemilihan
berikutnya. Partai konservatiI GNP dan DP moderat membentuk oposisi politik yang
dominan di mana DLP sosialis sejalan dengan serikat buruh dan kelompok-kelompok petani.

2. Pergantian #ezim di Korea Selatan

2.1 Kondisi Politik Era Syngman #hee (1953-1960)
Michael J.Seth dalam bukunya yang berjudul History of Korea From 3tiquity to the
Prese3t menjelaskan bahwa kekuasaan politik di Korea Selatan pada tahun 1953-1960
didominasi oleh Presiden Syngman Rhee. Dalam pemilihan umum tahun 1954, Partai Liberal
miliknya berhasil mendapatkan 114 kursi, jumlah yang melambangkan dominasinya. Pihak
oposisinya, Partai Demokrasi, hanya mendapatkan 15 kursi, sementara kursi-kursi lain diisi
oleh orang-orang yang tidak berpartai. Hal ini pun masih terjadi pada pemilihan umum
selanjutnya tahun 1955. Di tahun ketiganya, sebenenarnya Rhee sudah tidak dimungkinkan
lagi untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum oleh karena adanya ketentuan yang
diatur dalam Konstitusi 1948 serta ketidakmungkinan Majelis Nasional memilihnya kembali.
2

Akan tetapi, dalam rangka mempertahankan kekuasaannya, Partai Liberal mendorong
terbentuknya amandemen konstitusi negara yang memungkinkan Syngman Rhee untuk maju
hingga ketiga kalinya dan berhasil menjabat kembali sebagai Presiden pada tahun 1956. Hal
ini menunjukkan betapa otoriternya pemerintahan Syngman Rhee di Korea Selatan pada saat

2
1he Syngman 8hee Lra 190" dlakses darl hLLp//counLrysLudlesus/souLhkorea/11hLm pada Langgal
28 CkLober 2011 pukul 08 Wl8


itu. Kemudian pada tahun 1955, mulailah muncul tantangan dari Partai Demokrasi Korea
(KDP) yang bergabung dengan berbagai kelompok-kelompok oposisi lain untuk membentuk
Partai Demokratis atau Democratic Party.
Pada Maret 1960, Partai Liberal berencana untuk memiliki Rhee kembali dengan
menggunakan kekerasan. Selanjutnya, Rhee dapat terpilih kembali karena pihak oposisinya
tewas sebelum pemilihan umum diselenggarakan. Kecurigaan pada pemilihan umum
memunculkan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para pelajar. Puncaknya terjadi pada
tanggal 19 April 1960 atau disebut juga Gerakan 19 April ketika 139 pelajar terbunuh akibat
korban aparat keamanan. Dengan tekanan dari Amerika Serikat dan hilangnya dukungan
masyarakat, Rhee akhirnya mengundurkan diri pada tanggal 26 April 1960.

2.1.1 Kondisi Ekonomi Korea Selatan Era Shyngman #hee
Pasca-Perang Korea 1950-1953, kondisi Korea Selatan di masa itu terpuruk akibat
berbagai macam kerusakan dan kerugiaan yang timbul akibat perang Korea.
3
Hal ini
membuat peranan Amerika Serikat sebagai pendonor utama pemulihan Korea Selatan
menjadi sangat penting terutama dalam pembangunan kembali Korea Selatan pasca perang.
Keterlibatan Amerika Serikat dalam membantu Korea Selatan sejak awal terjadinya Perang
Korea tentunya dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan tertentu dalam penyebaran
demokrasi yang berusaha mereka tanamkan di seluruh dunia.
Kondisi dalam negeri Korea Selatan saat itu diperparah oleh kondisi ekonomi yang
buruk. Hal ini mengakibatkan munculnya golongan sangat miskin (golongan buruh) yang
terus menuntut perbaikan taraI kehidupan mereka.
4
Melihat keadaan ini, Amerika Serikat
yang sejak awal menginginkan pemerintahan yang demokratis Korea Selatan pun berupaya
mengatasi akar masalah dalam negeri Korea Selatan.
Terdapat beberapa langkah yang diambil Amerika Serikat untuk menciptakan
pemerintahan demokratis di Korea Selatan. Sebagai langkah awal, Amerika Serikat
memberikan dukungan penuh kepada Shyngman Rhee dan partai liberalnya. Hal ini
diharapkan dapat membendung tekanan politik kaum komunis yang masih tersisa di Korea
Selatan.
5
Tentunya bantuan dana ini dilatarbelakangi tujuan tertentu.
6
Dengan dana yang
diberikan, Amerika Serikat memiliki berbagai akses dalam civil society masyarakat Korea

Mlchael ! SeLh opclt halaman 8

Seymour MarLln LlpseL lolltlcol Moo 1be 5oclol 8oses of lolltlcs (8alLlmore 1981)
3
Mlchael ! SeLh opclt halaman

Cregg 8razlnsky Notloo 8ollJloq lo 5ootb koteo koteoos Ametlcoos ooJ tbe Mokloq of o uemoctocy (Chapel
Plll 200) halaman 11


yang masih belum tertata dengan baik. Oleh sebab itu, institusi pendidikan adalah sasaran
pertama Amerika Serikat untuk menumbuhkan nilai demokrasi dalam masyarakat Korea
Selatan. Tidak hanya itu, dengan membantu pendanaan pembangunan korps pegawai negeri
terlatih, Amerika Serikat membentuk birokrasi Korea Selatan yang berjalan sesuai asas
demokrasi.
Di pihak Korea Selatan, dengan kekuasaan yang dimilikinya dan dukungan dari
pemerintah Amerika Serikat, Syngman Rhee menjalankan sistem ekonomi politik re3tier
state.
7
Sistem ini merupakan sistem politik pembangunan yang tidak bergantung kepada
pajak sebagai sumber pendapatan negara untuk mendukung pertahanan atau struktur
administratiI pemerintahan. Hal ini membuat pemerintahan Syngman Rhee memiliki otoritas
penuh tanpa tawar-menawar dengan rakyat dalam menjalankan kebijakannya sehingga rakyat
seakan tidak memiliki legitimasi dalam menyampaikan aspirasinya. Dengan dijalankannya
kebijakan ini, Amerika Serikat menjadi donatur utama pemerintahan Syngman Rhee di mana
prioritas penggunaan dana tersebut adalah untuk pendanaan bidang ekonomi dan pertahanan
keamanan Korea Selatan.
8

Di masa Syngman Rhee, ekonomi menjadi hal yang paling disoroti untuk membantu
perkembangan demokrasi sebagai pengaruh pemikiran Amerika Serikat. Kemampuan negara
untuk mengatur kebijakan ekonomi di rezim ini banyak dipengaruhi kepentingan politik
Amerika Serikat dan Shyngman sendiri. Amerika Serikat menjadikan bantuan ekonominya
sebagai dasar turut campurnya mereka dalam pembentukan birokrasi di Korea Selatan. Di sisi
lain, Syngman Rhee memiliki kepentingan politik tersendiri untuk tetap mempertahankan
kekuasaannya melalui kebijakan yang menguntungkan kaum industri serta kekuasaannya
dalam penggunaan militer Korea Selatan. Dapat disimpulkan bahwa pada era Rhee, Korea
Selatan mengalami pertumbuhan ekonomi, akan tetapi pertumbuhan tersebut sangat
bergantung kepada bantuan Amerika Serikat.






See Pazem 8eblawl and Clacomo Luclanl eds 1be keotlet 5tote Notloo 5tote ooJ loteqtotloo lo tbe Atob
wotlJ (8ouLledge 198)
8
Cregg 8razlnsky opclt halaman 9
8

2.2 Era Park Chung Hee (1961 - 1979)
2.2.1 Perkembangan Politik
Pada tanggal 16 Mei 1961, Park Chung Hee memimpin kudeta militer yang disambut
oleh sebagian besar masyarakat umum yang sudah lelah akan kekacauan politik. Park Chung
Hee pun dipromosikan menjadi Letnan Jenderal. Setelah itu, Park menjadi Pejabat Presiden
dan Ketua Dewan Agung Rekonstruksi Nasional serta menjadi jenderal.
Tahun 1963, Park membentuk Partai Republikan Demokratis (DRP). Dalam
pemilihan umum pada tahun 1963, Park maju sebagai kandidat DRP dan Yun Po-son,
presiden sebelumnya, maju sebagai kandidat lawannya. Di bawah peraturan pemilihan umum
yang kompleks, DRP menang dengan suara terbanyak.
Pada tahun yang sama, mulai terjadi proses amandemen Konstitusi 1963 menjadi
konstitusi baru. Konstitusi yang tadinya membatasi kekuasaan presiden dengan masa jabatan
maksimal dua periode berubah menjadi diperbolehkannya presiden yang sedang memerintah
saat itu untuk mencalonkan diri untuk yang ketiga kalinya. Pada tahun 1971, Park kembali
memenangkan pemilihan umum, melebihi suara oposisinya Kim Dae Jung. Pada bulan
Oktober 1972, Park membubarkan parlemen dan membekukan konstitusi. Pada Desember
1972 dibentuklah Konstitusi ushi3.
Konstitusi ushi3 menggantikan sistem militer berlapis demokrasi yang multipartai
dengan sistem negara yang otoriter. Hal ini dijelaskan melalui Konstitusi ushi3 yang berisi
perintah Park dalam melarang adanya aktivitas-aktivitas politik, menghilangkan Majelis
Nasional, membuat hukum yang otoriter, dan membatasi kebebasan sipil lainnya. Konstitusi
baru ini sangat meningkatkan kekuasaan Park Chung Hee di mana periode kepemimpinan
presiden ditingkatkan menjadi untuk enam tahun tanpa batas pemilihan kembali.
9
Akibatnya
pada tahun 1972 dan 1978 Park Chung Hee terpilih kembali tanpa oposisi sehingga dapat
dikatakan bahwa konstitusi ushi3 secara khusus memang dibuat untuk mengkonsolidasi
kekuasan politik Park Chung Hee.
Pada tahun 1979 muncul oposisi politik yang tangguh dari Partai Demokrasi Baru
(New Democratic Party) dipimpin oleh Kim Young Sam. Park tidak mau berkompromi
dengan pihak oposisi. Hal ini membuat Kim Chae Kyu, ketua Korea3 Ce3tral I3tellige3ce
ge3cy, membunuh Park Chung Hee dengan tujuan untuk menyelamatkan negaranya dan
mengakhiri rezim kediktatoran Park pada 26 Oktober 1979. Pada akhirnya ketika

9
Lnslklopedl 8rlLannlca ?ushln ConsLlLuLlon" dlakses darl
hLLp//wwwbrlLannlcacom/L8checked/Loplc/33083/?ushlnconsLlLuLlon pada Langgal 2 CkLober 2011
pukul 200 Wl8
9

kediktatoran ini berakhir secara mengenaskan, terlihat bahwa kekuatan rakyatlah yang
menentukan nasibnya negaranya sendiri.



2.2.2 Kondisi Ekonomi Korea Selatan Era Park Chung Hee
Terjadi perkembangan ekonomi yang luar biasa di bawah kepemimpinan Park Chung
Hee. Park Chung Hee menyadari bahwa ketergantungan ekonomi Korea Selatan terhadap
Amerika Serikat harus segera diakhiri karena hal ini bukan hanya merupakan suatu bentuk
kelemahan dan penghinaan, melainkan juga merupakan pembatasan kedaulatan Korea
Selatan.
10
Dalam rangka mengakhiri hal tersebut serta mengupayakan terbentuknya Korea
Selatan sebagai negara yang mandiri secara ekonomi, Park melakukan berbagai upaya-upaya
transIormasi ekonomi. Upaya transIormasi tersebut antara lain adalah program perencanaan
ekonomi lima tahun serta program reIormasi pendidikan dan agraria yang menghasilkan
kelas-kelas petani, pengusaha baru, dan modernisasi pedesaan.
Program Lima Tahun ini terbagi dalam tiga tahap. Tahap pertama (1962-1966) adalah
proses perencanaan ekonomi yang terarahkan oleh pemerintah, yang juga mencakup
nasionalisasi dan reorganisasi sistem perbankan. Tahap kedua (1967-1971) adalah
pengembangan inIrastruktur dasar seperti transportasi dan listrik. Tahap ketiga (1972-1976)
adalah pengembangan industri besar dan industri kimia.
Untuk menjamin berjalan lancarnya program ini, Park membentuk sebuah Dewan
Perencanaan Ekonomi (DPE) yang terdiri dari para teknokrat untuk melakukan perencanaan-
perencanaan ekonomi. Park bahkan menjadikan Ketua DPE sebagai wakil perdana menteri
untuk mempermudah ruang gerak bagi dewan tersebut. Segala kebijakan ekonomi
dikendalikan oleh dewan tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah dapat mengarahkan dan
mengatur segala aktivitas ekonomi serta memobilisasi sumber daya untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi.
Demikian pula dengan aktivitas para pengusaha (Chaebols) yang dikendalikan oleh
pemerintah. Chaebols adalah para konglomerat di Korea Selatan yang memiliki pengaruh
begitu besar bagi dunia ekonomi dan bisnis di negara tersebut. Tiga belas pengusaha
dijadikan anggota Komite Promosional Rekonstruksi Ekonomi, termasuk pengusaha terkaya
saat itu, Yi Pyong Chol. Chaebols mendapatkan berbagai macam kontrak dari pemerintah
namun sebagai imbalannya, chaebols diharapkan memberikan dukungan kampanye serta

10
lblJ halaman 8
10

kontribusi dalam berbagai proyek besar pemerintah. Kontrak-kontrak tersebut seakan-akan
diberikan secara monopoli tetapi sebenarnya disebarkan ke masing-masing chaebol agar
mereka saling bersaing dan mencapai eIisiensi produksi. Tanpa disadari, hal ini mendorong
para chaebol tumbuh menjadi raksasa industri. Hyundai, Samsung, Daewoo, dan LG adalah
perusahaan terkemuka dunia yang tumbuh dari kebijakan ekonomi Park.
Korea Selatan di bawah pemerintahan Park Chung Hee juga melakukan normalisasi
hubungan diplomatik dengan Jepang pada tahun 1965 yang bertujuan untuk mendapatkan
uang dan teknologi bagi Korea Selatan lewat hibah serta pinjaman lunak dari Jepang. Selain
itu, Jepang juga membayar $800 sebagai ganti rugi perang.
11
Pada awalnya, kebijakan ini
banyak diragukan oleh masyarakat Korea Selatan karena sejarah kolonialisasi Jepang
sehingga menyebabkan kerusuhan. Akan tetapi strategi Park Chung Hee ini terbukti berhasil
menarik modal dan teknologi Jepang bersama dengan bantuan dari Amerika Serikat.

2.3 Era Chun Doo Hwan (1980 - 1987)

2.3.1 Kondisi Politik Korea Selatan Era Chun Doo Hwan
Setelah Park Chung Hee terbunuh pada tahun 1979, terjadi peristiwa $eoul $5ri3g
yang berlangsung dari 26 Oktober 1979 sampai 17 Mei 1980. Peristiwa ini merupakan
periode demokratisasi di Korea Selatan yang dilakukan oleh orang-orang yang menginginkan
kondisi yang lebih bebas.
12
Peristiwa ini membangkitkan kenangan bagaimana sebelumnya
Presiden Rhee akhirnya mundur akibat tuntutan rakyat yang diwakili oleh pelajar pada tahun
1960. Setelah gerakan demonstrasi besar-besaran dilakukan oleh kelompok pemuda (sebagian
besar mahasiswa) di Stasiun Seoul, Jenderal Chun Doo Hwan, yang memegang kekuasaan de
facto pada waktu itu, menyatakan peningkatan darurat militer untuk menyerang Universitas
Wanita Ewha, di mana perwakilan siswa yang melakukan pergerakan telah berkumpul, dan
para tentara di bawah komando Chun Doo Hwan pun menangkap mereka.
Sebelumnya, Mayor Jenderal Chun Doo Hwan bersama dengan Mayor Jendral Roh
Tae Woo dan Mayor Jenderal Chong Ho Yong, mengambil alih kekuasaan politik di Korea
Selatan. Setelah peristiwa pembunuhan Park Chung-Hee, ketiga tokoh militer Korea itu
mengambil beberapa tindakan, diantaranya memerintahkan penahanan terhadap Jenderal
Chong Sung-Hwa, kepala staI militer yang bertanggung jawab atas undang-undang darurat
perang, atas tuduhan keterlibatannya dalam pembunuhan Park Chung Hee. Mereka juga

11
lblJ halaman 8
12
Mlchael ! SeLh A nlstoty of koteo ltom Aotlpolty to tbe lteseot (new ?ork 8owman LlLLlefleld
ubllshers lnc 2011) halaman 12
11

menahan tokoh-tokoh militer lainnya. Selain itu, ta3k pertahanan Korea Selatan juga dikirim
untuk menjaga keamanan Ibukota Seoul. Hal tersebut membuat kekuatan militer sepenuhnya
berada di tangan Chun Doo Hwan. Hal ini mengundang reaksi keras dari kalangan pelajar
dan mahasiswa Korea Selatan. Sekitar 70-100 ribu pelajar dan mahasiswa mengikuti aksi
demonstrasi yang diselenggarakan pada tanggal 15-16 Mei 1980.
Sebagai reaksi atas tindakan tersebut, pada tanggal 17 Mei 1980, Chun Doo Hwan
memberlakukan undang-undang darurat perang yang memperpanjang pelaksanaan undang-
undang darurat perang di berbagai daerah, membubarkan DPR, menutup banyak universitas
dan institusi pendidikan lain, melarang aksi buruh serta melarang semua diskusi dan kegiatan
politik. Keesokan harinya 27 orang termasuk para tokoh kunci partai pemerintah maupun
partai oposisi, ditangkap dengan tuduhan menimbulkan kekacauan politik dan sosial dalam
masyarakat Korea Selatan.
Hal ini menimbulkan terjadinya pergerakan demokratisasi Gwangju (Gwa3gfu
Democratic Moveme3t) yang mengacu pada pemberontakan rakyat di kota Gwangju, Korea
Selatan pada 18-27 Mei 1980. Dalam pergerakan ini warga bangkit melawan kediktatoran
militer Chun Doo Hwan dan mengambil alih kota. Dalam proses pemberontakan, warga
mengangkat senjata untuk membela diri, akan tetapi pada akhirnya gerakan ini dapat
ditumpas oleh tentara Korea Selatan.
Kemudian pada tanggal 5 Agustus 1980, Chun mempromosikan dirinya dari Letnan
Jenderal menjadi Jenderal penuh pada 22 Agustus. Pada tanggal 27 Agustus, ia dipilih
sebagai presiden oleh KonIerensi Nasional untuk UniIikasi, menerima 2.524 suara dari total
2.525 suara.
13
Pada tanggal 1 September 1980, Chun mengumumkan visi dan misi
pemerintahannya, diantaranya adalah untuk menciptakan masyarakat baru di mana seluruh
tindak korupsi di masa lalu akan digantikan oleh kepercayaan dan keadilan. Untuk
mewujudkannya, ia berkeinginan untuk mengganti politisi lama dari pemerintahan dan hanya
politisi yang telah terbukti bebas dari korupsi yang diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam
era politik yang baru.
Seperti Park Chung Hee sebelumnya, Chun Doo Hwan meneruskan kebijakan ushi3
yang lebih menekankan pertumbuhan ekonomi daripada politik. Akan tetapi , perbedaannya
adalah Chun Doo-Hwan memperbolehkan partai politik untuk memainkan peran yang lebih
penting dalam politik Korea Selatan. Hal ini terlihat dari tekanan terhadap kegiatan politik
dan tokoh-tokoh politik yang mulai dikurangi, kecuali terhadap Kim Dae Jung dan para

1
1he Chun 8eglme" dlakses darl hLLp//counLrysLudlesus/souLhkorea/22hLm pada Langgal 29 CkLober
2011 pukul 010 Wl8
12

pengikutnya yang masih ditahan karena tuntutan kriminal. Chun Doo Hwan juga
mengeluarkan kebijakan baru mengenai masa jabatan kepresidenan. Dalam konstitusi baru
diatur bahwa seorang presiden hanya boleh menduduki jabatan satu kali dengan periode
kepresidenan selama tujuh tahun. Dengan demikian, Chun Doo Hwan berjanji bahwa dia
akan menyerahkan tampuk kepemimpinan Korea Selatan kepada pemenang pemilu tahun
1988. Akan tetapi, sejumlah pelanggaran atas Hak Asasi Manusia dan praktek rezim yang
begitu totaliter menimbulkan penolakan rakyat terhadap pemerintahan Chun Doo Hwan.
Hal ini menyulut terjadinya Pemberontakan Demokrat Juni (u3e Democratic
Moveme3t) pada tanggal 10-29 Juni 1987. Setidaknya terdapat tiga hal sebagai hasil dari
pergerakan ini, seperti munculnya perserikatan buruh, dikeluarkannya Deklarasi 6.29 oleh
Roh Tae Woo yang menghasilkan amandemen terhadap konstitusi dan pelepasan Kim Dae
Jung, serta pemilihan umum secara demokratis untuk pertama kalinya di Korea Selatan. Pada
tahun 1987, Chun Doo Hwan pun mengakhiri masa kepemimpinannya.

2.3.2 Kondisi Ekonomi Era Chun Doo Hwan
Di bidang ekonomi, Chun menyingkirkan proteksi secara besar-besaran terhadap
industri.
14
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas industri. Masalah peningkatan
jumlah pengangguran akan diselesaikan. Selain itu, kerja sama antara buruh dan pemilik
modal semakin ditingkatkan. Pendapatan petani juga ditingkatkan melalui Gerakan Saemaul.
Fokus perhatian pemerintahan Chun Doo Hwan yang terlalu berpusat pada kebijakan
ekonomi dibandingkan politik, cenderung menyulut protes rakyat Korea Selatan.










A III

1
lblJ
1

ANALISIS

3.1Demokratisasi dalam Aspek Politik, Ekonomi, dan Civil Society
Penjabaran perjalanan panjang Korea Selatan yang dimulai sejak berakhirnya Perang
Korea di atas menunjukkan terjadinya demokratisasi yang berlangsung secara
berkesinambungan dari masa pemerintahan satu pemimpin ke pemimpin lainnya. Dalam hal
ini, kami menyoroti tiga masa kepemimpinan, mulai dari Syngman Rhee sampai Chun Doo
Hwan. Kami mengamati perkembangan demokratisasi yang terjadi dalam aspek politik dan
ekonomi beserta dengan peran civil society di dalamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketiga
aspek tersebut akan terus saling terkait dan mempengaruhi sehingga menciptakan hubungan
kausalitas yang tidak akan pernah berhenti.
3.1.1 Demokratisasi dalam Aspek Politik
Dalam aspek politik, satu hal yang paling dikritisi oleh rakyat Korea Selatan dari
Sistem Pemerintahan Rhee, Park, dan Chun adalah sistem pemerintahannya yang otoriter.
Demi mempertahankan masa kekuasaannya, mereka melakukan hal-hal yang melanggar
hukum. Rhee membunuh pihak oposisi demi masa kepemimpinan yang lebih lama. Presiden
selanjutnya, Park, memperbaharui konstitusi yang membatasi kekuasaannya dengan
memperpanjang masa kepemimpinan presiden menjadi tiga periode, pelarangan aktivitas
politik yang dinilai mengancam pemerintahannya, penghapusan Majelis Nasional, dan
pembuatan hukum otoriter yang sangat membatasi kebebasan sipil. Begitu pula dengan yang
dilakukan oleh Chun, pemerintahannya bahkan menggunakan militer sebagai alat untuk
membungkam rakyat setiap kali terdapat usaha protes dari rakyat. Akibatnya, seringkali
terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia pada masa pemerintahannya.
Protes dari rakyat menyebabkan reIormasi di sistem pemerintahan di Korea Selatan
dari yang tadinya otoriter menjadi lebih demokratis. Setiap suara rakyat yang terus diserukan
dengan memakan banyak korban dari kalangan rakyat akhirnya membuahkan hasil dengan
pertama kali diselenggarakannya Pemilu yang demokratis pasca jatuhnya pemerintahan Chun
pada tahun 1987. Terselenggaranya pemilu demokratis ini menandakan berhasilnya
demokratisasi di bidang politik di Korea Selatan.




3.1.2 Demokratisasi dalam Aspek Ekonomi
1

Faktor yang sangat krusial dalam perkembangan ekonomi Korea Selatan adalah peran
bantuan Amerika Serikat. Pada masa pemerintahan Rhee, selain bantuan dana langsung,
Amerika Serikat juga turut membantu menciptakan kondisi kondusiI dengan turut membiayai
keperluan militer sehingga tercipta stabilitas politik di Korea Selatan. Stabilitas politik inilah
yang mempermudah Korea Selatan dalam menarik investor asing.
Namun demikian, ketika Park menjabat sebagai prseiden, Park melihat bahwa bantuan
dari Amerika Serikat untuk Korea Selatan telah menciptakan ketergantungan Korea Selatan
sehingga Korea Selatan tidak dapat sepenuhnya mengambil keputusan. Misalnya Program
Lima Tahun Pertama yang menIokuskan pada ekspor beras, rumput laut, dan graIit tidak
dapat dilaksanakan karena tidak mendapat persetujuan Amerika Serikat. Demokratisasi dalam
bidang ekonomi mulai sedikit tercermin dalam salah satu kebijakan ekonomi Park yang
berIokus pada pengembangan industri besar. Park mulai memberikan sedikit kelonggaran
dengan penjaminan hak untuk bebas berkarya di bidang ekonomi bagi pengusaha-pengusaha
Korea Selatan yang kemudian dikenal dengan sebutan chaebols. Berbeda dengan
pemerintahan Rhee yang cenderung mengandalkan bantuan dana Amerika Serikat untuk
mengembangkan perekonomian Korea Selatan. Meskipun demikian, keberadaan chaebols ini
masih berada di dalam pengarahan dan pengawasan pemerintah secara penuh. Demokratisasi
di Korea Selatan tidak berhenti pada titik ini melainkan masih terus berlanjut sampai tahun
1990 karena belum semua pelaku ekonomi yang mendapatkan jaminan hak kebebasan untuk
berkarya, seperti buruh.
3.1.3 Demokratisasi dalam Aspek Civil Society
Hal yang mempengaruhi dianutnya sistem pemerintahan yang cenderung otoriter di
Korea Selatan sebelum diselenggarakannya Pemilu demokratis tahun 1987 ini tidak dapat
dipisahkan dari kondisi Korea Selatan pasca-Perang Korea 1950-1953. Setelah berdiri
menjadi negara yang terpisah dengan Korea Utara, Korea Selatan menghadapi masalah
legitimasi politik.
15
Pemerintah Korea Selatan memiliki beban untuk mempertahankan rakyat
yang tinggal di wilayah Korea Selatan untuk tetap menjadi warga negaranya mengingat
Korea Utara saat itu terlihat lebih mengesankan dengan ketahanan prinsip nasionalisme dan
uche-nya. Oleh sebab itu, cara satu-satunya yang saat itu dilihat oleh pemerintah Korea
Selatan paling strategis untuk menahan mereka adalah dengan menjanjikan kemakmuran bagi
rakyat tersebut. Hal ini juga yang kemudian mendorong pemerintah Korea Selatan di masa itu

13
Mlchael ! SeLh A nlstoty of koteo ltom Aotlpolty to tbe lteseot (new ?ork 8owman LlLLlefleld
ubllshers lnc 2011) halaman
13

menjadi terbuka kepada bantuan Amerika Serikat dan cenderung menekankan bagaimana
pembangunan ekonomi harus diutamakan terlebih dahulu.
Dengan alih-alih membuka kesempatan investasi sebesar-besarnya, tanpa disadari
pemerintahan Korea Selatan saat itu terlalu menekan pihak buruh. Tekanan dari pemerintah
pusat saat itu menyebabkan berdirinya organisasi buruh, seperti Natio3al Cou3cil of Korea3
Trade &3io3s (Cho35yo3g) tahun 1945 dan Natio3al Cou3cil of Trade &3io3s (No Hyo5)
tahun 1960.
16
Akumulasi dari eksploitasi perusahaan dan tekanan yang diberikan pemerintah
kepada buruh pada akhirnya mendorong terjadinya kerusuhan besar. Buruh melakukan
serangan demi serangan hingga puncaknya terjadi pada tahun 1987.
17

Tidak hanya buruh yang mengkritisi pemerintah, melainkan juga pelajar dan
perempuan. Pelajar melakukan aksi-aksi untuk memberontak terhadap pemerintah sedangkan
perempuan melakukan pergerakan yang memperjuangkan kesamaan derajat sosial dengan
laki-laki. Hal-hal inilah yang memperjelas telah terjadi demokratisasi di Korea Selatan.
Mereka memperjuangkan kebebasannya sebagai individu yang tidak boleh dikekang dengan
kediktatoran pemerintahan masa itu. Dengan kata lain, protes yang mereka lakukan
merupakan bagian dari perwujudan demokrasi yang menjunjung hadirnya pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat sebagai representasi kepentingan rakyat, bukan
representasi kepentingan penguasa semata.

3.2Faktor-faktor Pendorong Demokratisasi di Korea Selatan
Demokratisasi yang terjadi di Korea Selatan tentunya memiliki Iaktor pendorong.
Kami melihat terdapat dua Iaktor dominan yang mendesak proses penanaman paham
demokrasi di Korea Selatan, yaitu adanya pengaruh Amerika Serikat dan kesadaran dari
rakyat Korea Selatan sendiri.

3.2.1 Pengaruh Amerika Serikat
Setelah mengalahkan Jepang dalam Perang Dunia II, kependudukan atas Korea
Selatan beralih dari Jepang ke Amerika Serikat secara otomatis. Kepentingan nasional
Amerika Serikat adalah menyebarkan paham demokrasinya ke seluruh dunia mengingat
pasca-Perang Dunia II terjadi pertarungan paham antara Amerika Serikat dengan paham

1
Mlchael ! SeLh lblJ Palaman 29
1
Lduard A 8uluL 1he uemocraLlsaLlon of SouLh korea A 1ranslsLlon Lo uemocracy from AuLhorlLarlanlsm ln
SouLh korea" dlakses darl hLLp//eduardalanwebnodecom/myarLlcles/academlcpapers/Lhe
democraLlsaLlonofsouLhkoreaaLranslLlonLodemocracyfromauLhorlLarlanlsmlnsouLhkoreanhlsLory/
pada Langgal 2 CkLober 2011 pukul 10 Wl8
1

demokrasinya dan Uni Soviet dengan paham komunisnya. Secara geograIis, letak Korea
Selatan sangat berdekatan dengan Uni Soviet, ditambah lagi pada tahun 1945 terdapat
organisasi buruh yang beraIiliasi dengan gerakan komunis di Korea Selatan. Jelas saja hal ini
menjadi ancaman bagi Amerika Serikat. Melihat kondisi dalam negeri Korea Selatan yang
saat itu diperparah oleh kondisi ekonomi yang buruk, Amerika Serikat mungkin berpikir
bahwa kondisi itu akan memudahkan rakyat Korea Selatan lebih memihak komunis daripada
demokrasi. Berangkat dari keadaan ini, Amerika Serikat harus bertindak untuk menjaga
rakyat Korea Selatan dari paham komunis yang mengancam keberadaan paham yang
dianutnya.
Oleh sebab itu, Amerika Serikat memberikan berbagai macam bentuk bantuan bagi
pemerintahan Korea Selatan, seperti pemberian dukungan bagi partai liberal pimpinan
Shyngman Rhee dengan tujuan membendung partai politik beraliran paham komunis. selain
itu, penanaman paham demokrasi pun dilakukan melalui institusi pendidikan yang didanai
Amerika Serikat hingga penyelenggaraan pembinaan bagi korps pegawai negeri demi
terciptanya birokrasi yang menggunakan asas demokrasi. Tidak dapat disangkal bahwa
pengetahuan akan kebebasan dan hak-hak individu yang didapatkan oleh rakyat Korea
Selatan berasal dari serangkaian tahap sosialisasi yang dilakukan Amerika Serikat dalam
bentuk-bentuk di atas. Tanpa disadari, penanaman nilai itu dapat dikatakan berhasil
mempengaruhi pemikiran rakyat Korea Selatan untuk berani mengeluarkan pendapat dan
melawan pihak yang menindas hak-haknya.

3.2.2 Kesadaran #akyat Korea Selatan
Selain peranan Amerika Serikat dalam mempengaruhi rakyat Korea Selatan,
demokratisasi yang terjadi di negara itu juga disebabkan oleh munculnya kesadaran rakyat
Korea Selatan. Hal ini membuat munculnya istilah civil society without democracy. Istilah
tersebut menjelaskan mengenai tingginya tingkat kesadaran masyarakat Korea Selatan (civil
society) untuk turut menentukan kebijakan politik, meskipun keadaan Korea Selatan
seringkali diwarnai oleh pemerintahan yang tidak demokratis dan cenderungbersiIat diktator.
Adapun kesadaran tersebut muncul sebagai respons dari pemerintahan yang dinilai terlalu
bersiIat diktator masa pemerintahan ketiga presiden yang telah disebutkan diatas. Bila
diperhatikan lebih lanjut, gerakan yang timbul untuk mempelopori demokratisasi di Korea
Selatan pada umumnya berasal dari masyarakat akar rumput yang merasakan secara langsung
eIek dari kediktatoran pemerintahan yang berlangsung, seperti buruh. Terdesak dengan hak
1

kebebasan dan proteksi yang tidak kunjung dipenuhi pemerintah, kaum buruh ini pun sadar
untuk menuntut hak-haknya.
Ajaran KonIusianisme yang berkembang saat itu juga dapat dikategorikan sebagai
pendorong meningkatnya kesadaran rakyat Korea. Nilai-nilai dalam ajaran KonIusianisme,
antara lain adalah karakter dan moral orang untuk mengutamakan pendidikan. Padahal,
pendidikan yang ada di masa itu mendapat sokongan dana dari Amerika Serikat dan tidak
lepas dari pengaruh paham demokrasi. Tidak heran apabila kita mendapati bahwa gerakan
penentang pemerintahan yang terlalu diktator dimobilisasi oleh pelajar.
Jadi, terbentuknya gerakan demokratisasi tidak dapat dilepaskan dari usaha
penanaman paham demokrasi oleh Amerika Serikat dan kesadaran rakyat Korea Selatan.
Kesadaran rakyat yang dimaksud di sini muncul akibat dua hal. Pertama, sebagai respons
rakyat, khususnya buruh yang tertekan akibat pemerintahan otoriter. Kedua, sebagai hasil dari
pengetahuan yang didapatkan dari hasil pendidikan demokrasi yang kembali lagi tidak
terlepas dari peran Amerika Serikat.


















18

A IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan dan analisis diatas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa
telah terjadi demokratisasi di Korea Selatan dalam kurun waktu tahun 1953 hingga tahun
1988 mulai dari era pemerintahan Syngman Rhee, Park Chung Hee hingga Chun Doo Hwan.
Adapun demokratisasi ini terjadi pada aspek politik, ekonomi dan civil society yang saling
berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Ketiganya membentuk rantai sebab akibat yang
menyebabkan munculnya proses demokratisasi hingga membentuk Korea Selatan yang
modern hingga saat ini. Terkait dengan Iaktor pendorong demokratisasi di ketiga aspek ini,
setidaknya ada dua hal yang juga saling berkaitan.
Faktor pertama adalah pengaruh dari Amerika Serikat melalui berbagai macam bentuk
bantuan, mulai dari dukungan kepada pemerintah hingga dukungan ekonomi yang direalisasi
dalam wujud pendidikan. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung menjadi proses
sosialisasi yang membentuk pandangan rakyat Korea Selatan akan kebebasan dan hak-hak
individu.
Faktor kedua adalah kesadaran rakyat Korea Selatan akan pentingnya partisipasi
mereka untuk turut menentukan kebijakan pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan sejumlah
gerakan seperti Seoul Spring, Gerakan Gwangju dan Gerakan Demokrasi Juni yang secara
konstan dilakukan pada setiap era pemerintahan yang otoriter. Gerakan-gerakan tersebut
terbukti dapat menggulingkan pemerintahan otoriter yang ada di Korea Selatan. Oleh sebab
itu, demokratisasi di Korea Selatan dalam kurun waktu tahun 1953-1987 tidak dapat
dilepaskan dari Iaktor pengaruh Amerika Serikat dan kesadaran rakyat Korea.Selatan akan
pentingnya nilai demokrasi yang diwujudkan dalam aspek politik, ekonomi dan civil society.










19

DAFTA# PUSTAKA

#eferensi uku

Beblawi , See Hazem and Giacomo Luciani eds. (1987). The Re3tier $tate. Natio3
$tate a3d I3tegratio3 i3 the rab World. Routledge.

Brazinsky, Gregg. (2007). Natio3 Buildi3g i3 $outh Korea. Korea3s merica3s a3d
the Maki3g of a Democracy. Chapel Hill.

Lipset, Seymour Martin. (1981). Political Ma3. The $ocial Bases of Politics.
Baltimore.

Seth, Michael J. (2011). History of Korea From 3tiquity to the Prese3t. New
York: Rowman & LittleIield Publishers, Inc.

#eferensi Website

'. 'The Syngman Rhee Era, 1946-60, diakses dari
http://countrystudies.us/southkorea/11.htm, pada tanggal 28 Oktober
2011.

'. 'The Chun Regime, diakses dari http://countrystudies.us/south-korea/22.htm,
diakses tanggal 29 Oktober 2011.

Bulut, Eduard Alan, 'The Democratisation oI South Korea: A Transition to Democracy Irom
Authoritarianism in South Korean History diakses dari
http://eduardalan.webnode.com/my-articles-/academic-papers/the-democratisation-oI-
south-korea-a-transition-to-democracy-Irom-authoritarianism-in-south-korean-
history/ pada tanggal 27 Oktober 2011.

Ensiklopedi Britannica,Yushin Constitution, |online|,
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/655085/Yushin-constitution, diakses
pada tanggal 23 Oktober 2011

You might also like