You are on page 1of 65

BAB I

PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kondisi sumur adalah sejauh mana kualitas semen yang digunakan. Untuk itulah perlu dilakukan studi laboratorium untuk mengetahui komposisi dan sifat fisik semen. Diharapkan dengan kualitas semen yang baik konstruksi sumur dapat dipertahankan lebih dari 20 tahun. Standar minimum yang harus dimiliki dari perencanaan sifat-sifat semen didasarkan pada Brookhaven national laboratory dan API Sprc 10 specification for material and testing for well cementing. Secara garis besar percobaan laboratorium analisa semen pemboran dapat dibagi dalam beberapa kelompok kecil, yaitu : Pembuatan suspensi semen dan cetakan sample Uji rheologi suspensi semen Uji sifat-sifat fisik suspensi semen Uji sifat-sifat fisik batuan

Uji sifat-sifat fisik batuan semen pemboran sedikit berbeda dengan uji yang lainnya, karena sifat semen yang terjadi merupakan fungsi waktu. Dengan demikian sifat-sifat tersebut akan berbeda tergantung dari waktu pengkondisiannya baik terhadap temperatur ataupun waktunya.

BAB II

PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN DAN CETAKAN SAMPLE

2.1

Tujuan Percobaan 1. Untuk mengetahui proses pembuatan suspensi semen dan proses pembuatan cetakan sampel 2. Untuk mengetahui komponen dasar semen dan zat-zat additive lainnya.

2.2

Teori Dasar Suspensi semen yang digunakan pada suatu operasi penyemenan sumur pemboran terdiri dari komponen dasar berupa semen Portland, air dan additive sebagai zat penambah. Semen portland tersusun atas bahanbahan dasar tertentu yang sangat berpengaruh terhadap karakteristik semen yang diinginkan. Ada dua macam bahan dasar yang dibutuhkan dalam menghasilkan semen Portland, yaitu material calcareous (limestone, chalk, marl yang mengandung CaCO3 dan CaO) dan material argillaceous (clay, shale, slate, ash yang mengandung SiO2, Al2O3 dan Fe2O3). Pembuatan semen portland dibedakan dalam dua proses, yaitu dry process dan wet process, dibedakan berdasarkan proses peleburan material-material dasarnya. Setelah melewati salah satu proses di atas, material-material tersebut akan melalui proses pembakaran, proses pendinginan dan proses penggilingan untuk kemudian dicetak.

Dry

proses

yaitu

material-material

mentah

sama-sama

dihancurkan, lalu ditempatkan di silo-silo untuk dianalisis komposisinya. Setelah didapat komposisi kimia yang sesuai, campuran tersebut siap dibawa ke klin. Campuran ini biasanya berukuran 100 200 mesh agar kontak antar partikel-partikel yang terjadi dapat maksimal. Proses pembuatan semen melalui Dry Process dapat dilihat pada Gambar 2.2.1.

GAMBAR 2.2.1. Proses Pembuatan Semen Melalui Dry Process 5 Wet proses yaitu proses yang lebih rumit dibandingkan dengan dry process karena membutuhkan energi yang lebih besar untuk menguapkan air di bagian klin nantinya. Material calcareous dicampur air agar kerikilkerikilnya keluar. Kemudian kedua material mentah ini digiling di wet grinding mill dan setelah didapat komposisi kimia yang diinginkan, campuran siap-siap dibawa ke klin.

GAMBAR 2.2.2. Proses Pembuatan Semen Melalui Wet Process5

Proses pembakaran (lihat Gambar 2.2.3 dilakukan setelah melalui salah satu proses peleburan di atas (dry process atau wet process), campuran masuk ke dalam rotary klin dan dipanaskan perlahan-lahan melalui beberapa proses temperatur seperti berikut (API Spec. 10, Material and Testing for Well Cement) : 100 oC 200 oC 900 oC = pembebasan air bebas. = dehidroksilasi mineral-mineral clay. = kritalisasi mineral-mineral clay yang mengalami

dehidroksilasi dan dekomposisi CaCO3. 900 1200 oC = reaksi antara CaCO3 atau CaO dengan aluminosilicates. 1250 1280 oC = mulai terbentuk fasa liquid. > 1280 oC semen terjadi. = fasa liquid terus terbentuk dan komponen-komponen

GAMBAR 2.2.3. Proses Pembakaran5 Setelah pembakaran dilakukan pendinginan,kualitas klinker, produk yang dihasilkan dari rotary klin sangat tergantung dari kecepatan dan metode proses pendinginan. Bila laju pendinginan lambat, akan dihasilkan produk yang baik dimana akan terjadi proses kristalisasi dari

klinker akan meningkatkan kekuatan semen. Sedangkan bila laju pendinginan cepat akan dihasilkan produk seperti gelas yang dapat mempersukar klinker digiling, ini dapat mengakibatkan kekuatan semen cepat naik tetapi tidak lama. Setelah klinker didinginkan perlahan-lahan dan ditempatkan di silo-silo, kemudian akan mengalami proses penggilingan. Selama proses penggilingan ini biasanya ditambahkan gypsum sekitar 3 5 % yang berguna untuk mengontrol pembebasan CaO dan untuk menghindari flash setting. Bubuk semen yang dihasilkan kemudian ditempatkan di silo-silo dan dipak (Gambar 2.2.4.).

GAMBAR 2.2.4. Proses Penggilingan5

2.3

Peralatan dan Bahan

2.3.1

Peralatan 1. Mixer + mixing container 2. Timbangan digital 3. Gelas ukur 4. 3 buah cetakan sampel 5. Stop watch 6. Pressure Curing Chamber 7. Water Bath (Thermobath)

2.3.2

Bahan Material semen (semen Portland) Air Zat additif (tepung silika, dan HR-a3-L)

GAMBAR 2.3.1.1 Timbangan Digital

GAMBAR 2.3.1.2 Mixer

GAMBAR 2.3.1.3 Stop watch

GAMBAR 2.3.1.4 Cetakan

2.4

Prosedur Percobaan

2.4.1 1. 2.

Prosedur Pembuatan Suspensi Semen Menimbang bubuk semen x gram,dengan timbangan Mengukur air dengan WCR (Water Cement Ratio) yang

diinginkan,harga WCR tersebut tidak boleh melebihi batas air maksimum atau kurang dari batas air minimum.Kadar air maksimum adalah air yang dicampurkan ke dalam semen tanpa menyebabkan terjadinya pemisahan lebih dari 3.5 ml,dalam 250 ml suspensi semen jika didiamkan selama 2 jam pada temperature kamar.Sedang kadar air minimum adalah jumlah air yang dapat dicampurkan kedalam semen untuk memperoleh konsistensi maksimum sebesar 30 cc 3. Jika ingin menggunakan additif ,lakukan prosedur sebagai berikut: 8. Jika additif berupa padatan,timbang berdasarkan % berat yang dibutuhkan.Sebagai contoh penambahan tepung silika dalam % BWOC,dengan berat total semen dan silika seberat 349 gram adalah: Silika 10% BWOC dengan berat = 10/100 x 349 gr = 34,9 gr Bubuk semen + silika = (349-34.9) gr = 314,1 gr 9. Jika additif berupa cairan,% penambahan dilakukan dengan mengukur volume additif berbanding dengan volume air yang diperlukan.Sebagai contoh 1.5% HR-13-L,dengan volume total air sebesar 1000ml,adalah: Volume HR-a3-L yang diperlukan = 1.6/100 x 1000ml = 15ml. 4. Mencampur bubuk semen dengan additif padatan pada kondisi kering,kemudian air dan additif larutan masukan kedalam mixing container dan jalankan mixer pada kecepatan rendah 4000 RPM dan masukkan campuran semen dan additive padatan kedalamannya tidak lebih dari 15 detik,kemudian tutup mixing container dan lanjutkan pengadukan pada kecepatan tinggi 12000 RPM selama 35 detik.

2.4.2

Prosedur Cetakan Sample

Untuk kebutuhan pengujian digunakan tiga buah bentuk cetakan sample sebagai berikut : 1. Cetakan pertama Berupa kubik berukuran 2x2 in,cetakan sampel ini diperlukan untuk pengukuran compressive strength standar API 2. Cetakan kedua Berupa silinder casing berukuran tinggi 2 in,dan diameter dalamnya 1 in,cetakan sampel ini diperlukan untuk pengukuran shear bond strength antara casing dan semen,serta pengukuran permeabilitas dengan casing 3. Cetakan ketiga Berupa core silinder berukuran tinggi 1-1/2 in dan diameter luarnya 1 in.Sampel ini digunakan untuk pengukuran permeabilitas semen dengan casing dan pengukuran compressive strength. 2.4.3 Pengkondisian Suspensi Semen Pengkondisian suspensi semen dimaksudkan untuk mensimulatorkan kondisi tekanan dan temperatur yang diinginkan. Pengkondisian dapat dilakukan dengan tekanan atmosfer dan temperatur sampai 90oC dengan menggunakan water bath (*thermobath). Pengkondisian pada tekanan dan temperatur opersai dapat dilakukan dengan alat Pressure Curing Chamber. 2.5 Pembahasan Bubuk semen merupakan padatan yang mempunyai sifat menyemen dan additive merupakan bagian yang ditambahkan untuk mendapatkan sifat-sifat semen yang diinginkan. Sifat-sifat bubur dari semen yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi formasi yang akan disemen, agar hasil penyemenan sesuai dengan yang diinginkan. Pembuatan suspensi semen dimulai dengan persiapan peralatan dan material semen.

Pembuatan suspensi semen dibedakan dalam dua proses, yaitu dry process dan wet process. Perbedaan dari dua proses ini adalah terletak pada proses peleburan material-material mentahnya. Kemudian suspensi semen yang dihasilkan dimasukkan ke dalam cetakan,sesuai dengan cetakan yang diperlukan.Cetakan sample yang dibutuhkan dalam pengujian ini adalah cetakan berupa kubik berukuran 2x2 in,cetakan sampel ini diperlukan untuk pengukuran compressive strength standar API,cetakan berupa silinder casing berukuran tinggi 2 in,dan diameter dalamnya 1 in,cetakan sampel ini diperlukan untuk pengukuran shear bond strength antara casing dan semen,serta pengukuran permeabilitas dengan casing, cetakan berupa core silinder berukuran tinggi 1-1/2 in dan diameter luarnya 1 in.Sampel ini digunakan untuk pengukuran permeabilitas semen compressive strength. Setelah proses-proses tersebut hal yang perlu lagi dilakukan yaitu pengkodisian semen .Pengkondisi suspensi semen dimaksudkan untuk mensimulatorkan dan temperatur kondisi sampai tekanan 900C dan temperatur menggunakan yang water diinginkan.Pengkondisian dapat dilakukan dengan tekanan atmosphere dengan bath.Pengkondisian pada tekanan dan temperatur operasi dapat dilakukan dengan alat pressure curing chamber. dengan casing dan pengukuran

2.5 Kesimpulan 1. Ada tiga bahan utama dalam pembuatan suspensi semen yaitu,semen portland,air dan additif. 2. Jika additif berupa padatan ,maka ditimbang berdasarkan % berat yang dibutuhkan.. 3. Jika additif berupa cairan,maka dilakukan berdasarkan pengukuran volume additif berbanding dengan volume air yang diperlukan.

4. Ada tiga buah bentuk cetakan sampel yaitu berupa kubik ukuran 2 x 2 in,berupa core silinder ukuran tinggi 2 in,diameter dalamnya1 in,berupa core silinder ukuran tinggi 1- in,diameter luarnya 1 in 5. Untuk mensimulatorkan kondisi tekanan dan temperature sesuai yang diperlukan maka dilakukan pengkondisian semen.

BAB III

PENGUJIAN DENSITAS SEMEN


3.1 Tujuan Percobaan Laporan ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu program perkuliahan pada mata kuliah pemboran,di mana telah dilaksanakan praktikum analisa semen pemboran,yaitu pada percobaan pengujian densitas semen yang tujuan percobaannya yaitu untuk menentukan densitas suspensi dengan menggunakan mud balance. 3.2 Teori Dasar Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah berat bubuk semen, air pencampur dan additive terhadap jumlah volume bubuk semen, air pencampur dan additive. Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap tekanan hidrostatis suspensi semen di dalam lubang sumur. Bila formasi tidak sanggup menahan tekanan suspensi semen, maka akan menyebabkan formasi pecah, sehingga dapat terjadi loss circulation. Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan dalam operasi primary cementing dan remedial cementing, guna menghindari terjadinya fracture pada formasi yang lemah. Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan pasir atau mineral-mineral pemberat seperti barite, hematite, ilmetite ke dalam suspensi semen. Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan bila tekanan formasi cukup besar atau formasi sloughing (tanggal), dimana densitas maksimum dapat dicapai dengan semen murni menggunakan water

content minimum yang diinginkan antara 17,5 19 lb/gal. Water content rendah akan memudahkan pencampuran sampai 19 lb/gal dengan bantuan dispersant, tetapi jarang digunakan dalam primary cementing. Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan menambahkan clay atau zatzat kimia silikat jenis extender atau menambahkan bahan-bahan yang dapat memperbesar volume suspensi semen seperti pozzolan, ceramic microsphere atau nytrogen. Heavy sluries (suspensi semen berat) digunakan pada penyemenan primer, dimana selalu pemberatnya adalah material densitas tinggi, diukuti dengan normal atau sedikit dikurangi prosentase airnya. Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat dan volume tiap komponen yang ada dalam suspensi semen, sedangkan di lapangan dengan menggunakan alat pressurizied mud balance. Untuk menentukan besarnya densitas, kita perlu mengetahui jenis formasi, tipe penyemenan, kemampuan pompa, permeabilitas batuan semennya itu sendiri. Batasan densitas ini ditentukan oleh API. 3.3 3.3.1 Pengujian Densitas Semen Peralatan yang digunakan. Densitas suspensi diukur dengan alat pressurized mud balance seperti gmbar 3.3.1.1

GAMBAR 3.3.1.1. Mud Balance 3.3.2 Prosedur Percobaan 1. Mengkalibrasi peralatan pressued mud balance sebagai berikut : 2. Membersihkan peralatan mud balance Mengisi cup dengan air hingga penuh lalu ditutup dan dibersihkan bagian luarnya Meletakkan kembali mud balance pada kedudukan semula Rider ditempatka pada skala 8,33 ppg Meneliti nuvo glass,bila tidak seimbang kalibrasikan screw sampai seimbang Mempersiapkan suspensi semen yang diukur dan densitas suspensi semen dapat menggunakan rumus : SGS = (Ws + Wad + Wair ) / ( Vs + Vad + Vair ) Dimana SGS Ws Wad Wair Vs Vad Vair 3. = Sg suspensi semen = Berat bubuk semen = Berat additif = Berat air = Volume bubuk semen = Volume additive = Volume air

Masukan suspesi semen kedalam cup mud balance, kemudian cup ditutup dan semen yang melekat pada dinding luar dibersihkan sampai bersih.

4.

Letakkan balance arm pada kedudukan semula kemudian atur rider hingga seimbang,baca harga skala sebagai densitas suspensi semen.

3.4

Data Perhitungan Kelas Semen Densitas Barite Densitas Bentonite Densitas Semen Berat Air (W air) Berat Semen (W s) Berat additive (W add) Vol air (V air) Vol semen :A : 4.33 : 2.65 : 3.14 : 276 : 600 :0 : 276
m

gr/cc gr/cc gr/cc gr gr gr ml

600 :V = = 3.14

: 191.08 Vol Additif :0

ml ml

SGsemen

: V ir + s + add a V V :

W ir + s + a d a W Wd

( 276 +600 +0 ) gr ( 276 +191 ,082 +0)ml

: 1,8754 gr/ml : 15,622082 ppg

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Analisa Densitas Suspensi Semen

SEMEN (Gr)

AIR (ml)

Additive Barite Benton ite

SG SEMEN (gr/ml)

SG SEMEN (ppg)

600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600

276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276

0 1.5 3 4.5 6 0 1.5 3 4.5 6 7.5 9 10.5 12 13.5 15

1.8754 1.8773 1.8791 1.8809 1.8827 1.8754 1.8764 1.8773 1.8782 1.8792 1.8801 1.8810 1.8820 1.8829 1.8838 1.8848

15.623 15.630 15.638 15.645 15.653 15.623 15.627 15.630 15.634 15.638 15.642 15.646 15.650 15.654 15.658 15.662

3.5

Pembahasan
Grafik 3.1 Hubungan Barite Vs SG Semen

Grafik 3.2 Hubungan Bentonite Vs SG Semen

Densitas suspensi semen yaitu perbandingan antara jumlah berat bubuk semen,air pencampur dan additive terhadap jumlah volume bubuk semen,air pencampur dan additive.Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap PH suspensi semen didalam lubang sumur,misalnya saja formasi akan pecah dan terjadi loss circulation apabila formasi sudah tidak mampu menahan formasi.Oleh karena itu untuk menjaga densitas semen ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu apabila densitas cukup tinggi maka dapat diturunkan dengan menambahkan clay atau zat-zat kimia silikat jenis extender.Selain itu dapat pula dilakukan pembesaran volume suspensi semen dengan menambahkan bahan tertentu.Sebaliknya apabila densitas suspensi semen sangat rendah maka dapat ditambahkan pasir atau material-material pemberat ke dalam suspensi semen.Densitas suspensi semen yang rendah digunakan pada operasi primary cementing dan remedial.Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan pada formasi yang bertekanan tinggi.Dalam percobaan pengujian densitas semen ini perlu diketahui ukuran besar specific gravity semen (ppg) dari masing-masing additive seperti barite dan bentonite,dimana dalam percobaan ini telah diketahui harga densitas barite,bentonite,semen dan juga berat air dan berat semen atau volume air,sedangkan volume semen perlu dihitung dulu dengan cara nilai dari berat semen dibagi dengan densitas semen.Begitu pula dengan volume masing-masing additive (barit dan bentonit) dihitung dengan cara nilai berat masing-masing additive dibagi dengan nilai dari densitas masing-masing additive.Setelah volume additive tersebut diketahui selanjutnya yang dilakukan adalah perhitungan SG semen dengan cara berat air ditambah berat semen dan ditambahkan berat additive,kemudian hasil dari penjumlahan tersebut dibagi dengan hasil dari penjumlahan antara volume air dengan volume semen dan volume additive.Setelah nilai SG dari masing-masing additive didapatkan maka perbandingannya dapat diketahui.Walaupun kedua additive ini mempunyai fungsi yang sama sebagai bahan yang dapat meningkatkan

densitas ternyata barite lebih baik karena dengan berat yang sama dengan bentonite,barite lebih mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap penambahan densitas dari pada bentonite. 3.6 Kesimpulan 1. Penambahan zat additive barite ke dalam larutan semen akan menambah/ menaikkan harga SG semen. 2. Penambahan zat additive bentonite ke dalam larutan semen akan menambah/ menaikan harga SG semen.

BAB IV

PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN

4.1

Tujuan Percobaan 1. Untuk mengetahui rheologi suspensi semen 2. Untuk menghitung hidrolika operasi penyemenan

4.2

Teori Dasar Pengujian rheologi suspensi semen dilakukan untuk menghitung hidrolika operasi penyemenan. Penggunaan dari hubungan yang tepat pada perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat sifat aliran, suspensi semen sangat tergantung dari besaran pengukuran parameter rheologi dilaboratorium. Yield point, plastic viscosity, dan gel strength merupakan bagian bagian yang termasuk dalam rheologi suspensi semen. Adapun pengertian dari yield point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik menarik antar partikel. Adanya muatan muatan pada permukaan partikel yang terdispersi dalam fasa fluida dapat menimbulkan gaya tarik menarik. Sedangkan plastic viscosity merupakan gambaran dari bagian resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik. Sedangkan gel strength merupakan pembentukan padatan karena gaya tarikmenarik antara platplat clay jika didiamkan, dalam keadaan statis clay dapat mengatur diri. Gel strength meningkat seiring dengan meningkatnya waktu. Penentuan plastic viscosity (p) dan yield point (Yp) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan Bingham Plastic : p = C600 C300 Yp = C300 - p Keterangan: p = Plastic Viscosity, Cp

Yp C600 C300

= Yield point, lb/100ft 2 = Dial reading pada 600 rpm = Dial reading pada 300 rpm Selain itu dalam perhitungan penyemenan diketahui adanya yield

semen yang merupakan jumlah keseluruhan dari semen, additive dan campuran airnya. 4.3 4.3.1 Pengujian Rheologi Suspensi Semen Peralatan yang digunakan Ada dua tipe dasar alat yang digunakan untuk pengukuran rheologi dewasa ini, yaitu : Capillary Pipe Rheometers dan Coaxial Cylinder Rotatonal Viscometer, yang digunakan pada pengukuran rheologi di laboratorium adalah Rotational Viscometer yang lebih dikenal dengan Rheometer atau Fann VG dapat dilihat pada gambar 4.3.1.1

GAMBAR 4.3.1.1.Fann VG

4.3.2

Prosedur percobaan 1. Isi bejana dengan suspensi semen yang telah disiapkan sampai batas yang telah ditentukan. 2. Letakkan bejana pada tempatnya,skala atur kedudukannya sedemikian rupa sehingga rotor dan bab tercelup kedalam semen menurut batas yang telah ditentukan.

3. Gerakan rotor pada posisi high dan tempatkan kecepatan rotor pada kedudukan skala (dial) mencapai keseimbangan.Catat harga yang ditunjukkan skala sebagai pembacaan 600 rpm. 4. Tentukan kecepatan menjadi 300 rpm dan catat skala sebagai pembaca 300 rpm. 5. Hitung besarnya Plastic Viscosity dan Yield Point dengan menggunakan persamaan :
P = C 600 C 300
YP = C 300 P

Dimana :

P
YP
C 300 C 600

= Plastic Viscosity = Yield Point,lb/100ft2 = Dial Reading pada 300 rpm = Dial Reading pada 600 rpm

4.4

Data dan Perhitungan

TABEL 4.4.1.Data Tabulasi Hasil Pengujian Rheologi Suspensi Semen

SEM EN (Gra m) 600 600 600 600 600 600 600 600 AIR (ml) 276 276 276 276 276 276 276 276

Additive YP Benton Barite 0 2 4 6 0 2 4 6 ite C300 135 172 187 202 172 162 154 130 C600 155 217 237 262 242 227 217 177 p (cp) 20 45 50 60 70 65 63 47 (lb/100f t2) 115 127 137 142 102 97 91 83

Semen Kelas A WCR = 46 % Plastic Viscosity (p) :C600-C300 : .cp

Analisa

: Semen Kelas A, WCR = 46 % Plastic Viscosity (p) : 20 cp :C600-C300 : 155 cp 135 cp Yield Point (Yp) : C300- p

: 135 - 20 : 115 lb/100 ft2 4.5 Pembahasan GRAFIK 4.4.1. Additif Vs Plastic Viscosity

GRAFIK 4.4.2. Additif Vs Yield Point

Pengujian rheologi suspensi semen merupakan pengujian yang bertujuan untuk perhitungan hidrolika operasi penyemenan. Dalam percobaan ini pengujian rheologi suspensi semen dilakukan untuk mengetahui besarnya ukuran plastic viscosity dan yield point dari pengaruh masing-masing additive seperti barite dan bentonite.Dimana pada percobaan ini nilai dari dial reading telah diketahui yaitu dial reading pada 300 rpm dan dial reading pada 600 rpm.Skala-skala tersebut didapatkan dari gerakan dan kecepatan rotor 600 rpm dan 300 rpm. Perhitungan plastic viscosity (p) dilakukan dengan cara dial reading pada 600 rpm dikurangi dial reading pada 300 rpm,selanjutnya perhitugan yield point (yp)dilakukan dengan cara nilai dial reading pada 300 rpm dikurangi niali dari plastic viscosity yang telah dihitung sebelumnya

4.5 1.

Kesimpulan Penambahan zat additive barite kedalam larutan semen akan menaikkan viscositas plastis (p). Tetapi pada penambahan 2gram dan 4gram bentonite tidak akan merubah nilai dari plastis viscosity.

2.

Karena pada percobaan C300 dan C600 mengalami selisih kenaikan yang sama, tetapi apabila selisih percobaan semakin besar plastis viscosity akan meningkat.

3. 4.

Penambahan bentonite kedalam semen akan menurunkan plastic viscosity semen dan sebaliknya. Apabila penambahan bentonite semakin besar maka akan semakin kecil harga yield pointnya

BAB V

PENGUJIAN THICKENING TIME

5.1

Tujuan Percobaan 1. Mengukur thickening time suspensi semen. 2. untuk mengetahui pengaruh penambahan additif dengan thickening time nya

5.2

Teori Dasar

Thickening time adalah waktu yang diperlukan suspensi semen mencapai konsistensi 100 UC (Unit of Consiyensy). Thickening time suspensi semen dirancang untuk melampaui waktu pemompaan dan waktu kerja sesuai dengan kebutuhan operasional, Sehingga thickening time sering juga disebut dengan pumpability. Dilapangan periode ini umumnya bermacam dari satu jam hingga 50% lebih dari waktu operasi penyemenan. Sifat bubur semen ini sangat perlu, karena waktu pemompaan bubur semen harus selalu lebih kecil dari thickening time. Kalau tidak bubur semen tidak akan sampai ke tempat penempatannya, dan akan mengeras di dalam casing. Hal ini merupakan kejadian yang sangat fatal, dan tidak boleh terjadi. Dalam penyemenan, sebenarnya yang dimaksud dengan konsistensi adalah viskositas, cuma dalam pengukurannya ada sedikit perbedaan prinsip, sehingga penggunaan konsistensi ini dapat dipakai untuk membedakan viskositas pada operasi penyemenan dengan viskositas pada operasi pemboran (lumpur pemboran). Semen yang dipakai pada teknik pemboran gas dan panas bumi merupakan suspensi dari serbuk semen dengan jumlah air banyak dan mempunyai viskositas yang relatif rendah. Thickening time suspensi ini sangatlah penting. Waktu pemompaan harus lebih dari thickening time, karena bila tidak akan menyebabkan suspensi semen akan mengeras terlebih dahulu sebelum suspensi semen mencapai target yang diinginkan. Dan bila mengeras di dalam casing merupakan kejadian yang sangat fatal dalam operasi pemboran selanjutnya. Untuk sumur-sumur yang dalam dan untuk kolom penyemenan yang panjang, diperlukan waktu pemompaan yang lama, sehingga thickening time harus diperpanjang. Untuk memperpanjang atau memperlambat thickening time perlu ditambahkan retarder ke dalam suspensi semen, seperti calcium lignosulfonat, carboxymethyl celluloce dan senyawa-senyawa asam organik.

Pada sumur-sumur yang dangkal maka diperlukan thickening time yang tidak lama, karena selain target yang akan dicapai tidak terlalu panjang, juga untuk mempersingkat waktu. Untuk mempersingkat thickening time, maka dapat ditambahan accelerator ke dalam suspensi semen. Yang termasuk accelerator adalah calcium chloryda, sodium chloryda gypsum, sodium sillicate, air laut dan addite yang tergiling dalam dispersant. Perencanaan besarnya thickening time bergantung pada kedalaman sumur dan waktu untuk mencapai daerah target yang akan disemen. Di laboratorium pengukuran thickening time menggunakan alat High Pressure High Temperatur (HTHP) consistometer, yang disimulasikan pada kondisi temperatur dan tekanan sirkulasi. Thickening time suspensi semen dibaca bila pada alat di atas telah menunjukkan 100 Uc untuk standar API, namun ada perusahaan lain yang menggunakan angka 70 Uc dengan pertimbangan faktor keselamatan kemudian diekstrapolasikan ke 100 Uc. GRAFIK 5.2.1. Thickening Time vs Tekanan Pengkondisian5

GRAFIK 5.2.2. Thickening Time vs Temperatur Pengkondisian5

Kenaikkan temperatur pengkondisian memperkecil thickening time, juga kenaikkan tekanan pengkondisian (Gambar 5.2.1.dan Gambar 5.2.2.).

5.3 5.3.1

Peralatan Peralatan Atmospheric Consistiometer HPHT Consistometer Stop Watch Semen Air Additif (NaCl dan CMC)

5.3.2

Bahan

GAMBAR 5.3.1.1 Atmospheric Consistometer

GAMBAR 5.3.1.2 HPHT Consistometer

5.3.2

Prosedur Pengujian Dengan Atmospheric Consistometer 1. Siapkan peralatan dan stopwatch,sebelum dilakukan pengujian kalibrasi peralatan yang akan digunakan.Kalibrasi dan pengujiannya sebagai berikut: 2. Hidupkan switch master dan set temperatur pada skala yang diinginkan.\ 3. Tuangkan suspensi semen kedalam slurry container sampai ketinggian yang ditunjukkan oleh batas garis. 4. Paddel yang telah dilapisi grease dipasang pada lid yang telah terpasang paddle pada slurry container dan masukkan kedalam atmospheric consistometer.

5. Hidupkan motor dan stopwatch dan baca skala petunjuk dalam selang waktu tertentu sampai jarum torsi menunjukkan angka 70 BC. 5.4 Data Hasil Percobaan TABEL 5.4.1. Data Tabulasi Hasil Pengukuran Thickening Time Semen (gr) 600 600 600 600 600 600 600 600 Air (ml) 276 276 276 276 276 276 276 276 additif (gr) NaCl CMC 0 1 2 3 0 1 2 3 Thickening Time (uc) 14 16 22 23 15 14 10 8

5.5

Pembahasan GRAFIK 5.4.1. Additive Vs Thickening Time


Thickening Time

DATA GRAFIK HUBUNGAN ADDITIVE VS THICKENING TIME

30 25 20 15 10 5 0

Series1 Series2

ADDITIVE (NaCl + CMC)

Thickening time adalah waktu yang diperlukan suspensi semen mencapai konsistensi 100 UC (Unit of Consiyensy).Thickening time suspensi semen sangat penting,dalam operasi pemboran akan terjadi hal yang buruk apabila suspensi semen dalam casing mengeras lebih dahulu sebelum suspensi semen yang ditargetkan belum tercapai,hal ini akan terjadi apabila waktu pemompaan lebih besar dari thickening time. Pada sumur-sumur yang dalam,waktu pemompaan yang diperlukan sangat lama,sehingga thickening time harus diperpanjang untuk menghindari permasalahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Perpanjangan menambahkan asam organic. Sedangkan untuk mempercepat thickening time yang dilakukan adalah menambahkan accelerator ke dalam suspensi semen seperti kalsium klorida,sodium klorida,gypsum,sodium silikat,air laut dan additive golongan dispersant,percepatan thickening time ini di lakukan pada sumur-sumur yang dangkal.Pada percobaan ini additive yang digunakan yaitu NaCl dan CMC,dimana NaCl dan CMC telah diketahui masingmasing beratnya dan thickening timenya,data tersebut menunjukkan bahwa NaCl merupakan additive yang mempercepat thickening time,dan CMC merupakan additive yang memperlambat nilai tickening time. 5.5 Kesimpulan 1. Semakin besar penambahan NaCl maka akan semakin besar pula thickening timenya. 2. Semakin besar penabahan CMC maka akan semakin kecil thickening timenya thickening time dapat dilakukan dengan retarder kedalam suspensi semen seperti kalsium

lignosulfonat,carboxymetyl hydroxyethyl cellulose dan senyawa-senyawa

BAB VI

PENGUJIAN FREE WATER


6.1 Tujuan Percobaan 1. untuk mengukur harga free water @ 2 jam dalam suspensi semen. 6.2 Teori Dasar Free water adalah air bebas yang terpisah dari suspensi semen. Apabila harga free water ini terlalu besar melebihi batas air maksimum maka akan terjadi pori-pori pada semen. Ini akan mengakibatkan semen mempunyai permeabilitas besar. Water cement ratio adalah perbandingan air yang dicampur terhadap bubuk semen sewaktu suspensi semen dibuat. Jumlah air yang dicampur tidak boleh lebih atau kurang, karena akan mempengaruhi baik buruknya ikatan semen nantinya. Pertimbangan yang dipakai dalam kita menentukan angka WCR adalah kehalusan butiran bubuk semen, karakteristik aliran slurry saat dipompakan, kekuatan pompa, densitas bubur semen, permeabilitas batuan semen. Pada umumnya perbandingan berat air dengan semen berkisar antara 0,4 sampai 0,6 untuk membuat suspensi konvensional. Striebel dan Czernin dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa WCR sebesar 0,25 sampai 0,26 adalah merupakan kebutuhan minimum suspensi semen untuk melakukan hidrasi komplit dari jenis semen portland, dengan istilah chemically-bund-water. Karena secara hukum fisika, air mempunyai dua kutub elektron maka dibutuhkan air sebanyak 0,15 untuk memberikan peluang pada elektron-elektron untuk mengarahkan dirinya sesuai dengan kebutuhan. Sehingga air minimum total sebanyak 0,4. Dimana ini bertujuan untuk memberi efek pada suspensi semen untuk tetap dapat dipompakan (viskositasnya rendah) sehingga konsekuensinya batuan semen yang terbentuk akan mempunyai porositas dan permeabilitas yang

relatif besar. Hubungan WCR dengan besarnya densitas dapat dilihat pada Gambar 5.2.1. Batasan jumlah air dalam suspensi semen didefinisikan sebagai kadar minimum dan kadar maksimum. a. Kadar Minimum Air Kadar minimum air adalah jumlah air yang dicampurkan tanpa menyebabkan konsistensi suspensi semen lebih dari 30 Uc selama 20 menit pertama pada temperatur 80 oF (27 oC). Bila air yang ditambahkan lebih kecil dari kadar minimumnya, maka akan terjadi gesekan (friksi) yang cukup besar di annulus sewaktu suspensi semen dipompakan dan juga akan menaikkan tekanan di annulus. Kadar air yang normal adalah bila konsistensi semen menunjukkan angka sekitar 11 Bc. B. Kadar Maksimum Air Kadar maksimum air yang diberikan setiap kelas semen adalah sebanding dengan jumlah sisa partikel semen dalam suspensi hingga initial set terjadi. Laju pengendapan untuk kelas-kelas semen sebagian besar tergantung pada luas permukaan, komposisi kimia dan WCR. Berdasarkan anggapan ini, maksimum water content ratio semen ditetapkan sebagai kwantitas (jumlah) maksimum air yang dicampur dengan semen tanpa menyebabkan pemisahan lebih dari 3,5 ml air bebas ketika 250 slurry didiamkan selama 2 jam pada temperatur ruang pada sebulah silinder.

GRAFIK 6.2.1 Water Cement Ratio Terhadap Densitas

Jumlah air yang terlalu sedikit akan menyulitkan pemompaan, sedangkan bila terlalu banyak akan menurunkan kekuatan semen karena naiknya permeabilitas semen. Jadi kadar air yang terdapat dalam suspensi semen harus berada antara kadar minimum dan kadar maksimum. Kandungan air normal dalam suspense semen yang direkomendasikan oleh API dapat dilihat pada table 6.2.1.

API Class Cement A&B C D, E, F dan H G J (Centative)

Water (%) by Weight of Cement 46 56 38 44 TABEL 6.2.1

Water Gal per sack Liter per sack 5.19 19.6 6.32 23.9 4.29 16.2 4.97 18.8 -

Kandungan air mineral dalam suspensi semen yang direkomendasikan oleh API 6.3 6.3.1 Pengujian Free Water Peralatan yang digunakan 1. 6.3.2 Tabung Ukur

Prosedur Percobaan 1. 2. 3. Gunakan tabung ukur,kemudian isi tabung tersebut dengan Diamkan selama 2 jam sehingga terjadi air bebas pada Air bebas yang terjadi tidak boleh lebih dari 3.5 ml. suspensi semen yang akan diukur kadar airnya sebanyak 250 ml. bagian atas tabung,catat harga air bebas yang terbentuk.

6.4

Data dan Perhitungan

Semen Kelas A WCR = 46 %


SEME N (Gram ) 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 Additive AIR (ml) 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 276 Bentonite 0 1 2 3 4 5 6 7 Barite Free Water @ 2 Jam (ml) 0,5 0 0 0 0 0,75 0 0 0 0 0,25 0,1 0 0 0 0

0 1 2 3 4 5 6 7

TABEL 6.4.4. Data Tabulasi Hasil Pengujian Free Water @ 2 Jam

6.5

Pembahasan GRAFIK 6.4.4. Free Water @ 2 Jam Vs Additif

0,8 0,7 0,6 Free Water @ 2 jam (ml) 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0 -0,1 B entonite V s F ree W ater B arite V s F ree W ater 1

G rafik Hubungan Penambahan Zat Additive Bentonite & Barite Vs Free W ater@ 2jam

Zat Additive (gram )

Pengujian free water merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui perbandingan air yang dicampur terhadap bubuk semen sewaktu suspensi semen dibuat,jumlah air yang dicampur tidak boleh lebih atau kurang karena akan berpengaruh terhadap baik buruknya ikatan semen.Apabila harga free water terlalu besar atau melebihi batas air

maksimum maka akan terjadi pori-pori pada semen,sehingga semen mempunyai permeabilitas yang besar.Ada beberapa kandungan air normal dalam suspensi semen yang diperbolehkan seperti pada table (lihat di Data dan Perhitungan).Batasan jumlah air dalam suspensi semen didefinisikan sehingga kadar air maksimum dan kadar air minimum.Pada percobaan ini telah diketahui harga free water @ 2 jam (ml) yang artinya harga air bebas dari suspensi semen dengan jumlah tertentu pada tabung yang telah didiamkan selama 2 jam.Perlu diketahui bahwa batas air bebas yaitu tidak boleh lebih dari 3.5 ml,karena harga free water dan berat masing-masing

additive telah diketahui maka kita dapat melihat perbandingan antara penambahan additive bentonite dan barite.Dari data dan perhitungan kita dapat melihat bahwa bentonite pada keadaan nol harga free water @ 2 jamnya sebesar 0.5 selanjutnya harga free water @ 2 jam menurun menjadi nol seiring dengan penambahan bentonit dari 1 gram hingga 4 gram,kemudian pada saat penambahan bentonite sebesar 5 gram maka harga free water @ 2 jam meningkat drastis sebesar 0.75 dan pada penambahan additive bentonite sebesar 6 sampai 7 gram harga free water @ 2 jam menurun kembali menjadi nol seperti pada penambahan bentonite 1 sampai 4 gram.Sedangkan pada barite apabila dalam keadaan nol maka harga free water @ 2 jamnya pun akan tetap nol,tapi apabila berat barite sebesar 1 gram maka harga free water @2 jamnya meningkat menjadi 0.25,dan bila ditambahkan barite sebesar 2 gram maka harga free water @2 jamnya menurun menjadi 0.1 dan lebih menurun lagi ketika penambahan barite sebesar 3 gram hingga 7 gram harga free water @ 2 jamnya konstan pada angka nol. 6.6 Kesimpulan 1. Free water maximum pada penambahan Bentonite bernilai 0,75 ml yang terjadi pada penambahan 5 gram Bentonite. 2. Free water maximum pada penambahan Barite bernilai 0,25 ml yang terjadi pada penambahan 1 gram Barite. 3. Data free water didapatkan dari grafik antara penambahana aditive dengan free water. 4. Free water yang terbentuk akibat penambahan barite dan bentonite paling besar bernilai 0.75 ml, artinya tidak melebihi ambang batas yaitu sekitar 3.5 ml. Untuk semen kelas A dengan WCR 46% kandungan airnya sebesar 19.6 liter per sack.

BAB VII

ACARA VI PENGUJIAN FILTRATION LOSS

7.1

Tujuan Percobaan 1. Untuk mengukur harga filtration loss @ 30 menit percobaan dalam suspensi semen. 2. Untuk menghitung harga filtration loss @ 30 menit perhitungan dalam suspensi semen.

7.2

Teori Dasar Bervariasinya water content yang diberikan ke dalam suspensi semen akan mempengaruhi sifat-sifat suspensi semen seperti thickening

time, rheologi compressive strength dan lain-lain. Dengan demikian, pada media permeabel jika diberikan suspensi semen murni akan mengalami kehilangan air akibat filtrasi, sampai hanya tertinggal intertitial water saja. Sehingga suspensi semen akan mengering dan sulit dipompakan. Dari penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi semen ke dalam formasi permeabel yang dilaluinya. Cairan ini sering disebut dengan filtrat. Filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak, karena akan menyebabkan suspensi semen kekurangan air. Kejadian ini disebut dengan flash set. Bila suspensi semen mengalami flash set maka akan mengakibatkan naiknya viskositas suspensi dan pembentukkan filtrat cake dengan cepat. Hal ini akan menimbulkan friksi di annulus, menurunnya final strength semen dan juga dapat mengakibatkan pecahnya formasi dan lost circulation. Pengontrolan fluid loss merupakan bagian yang penting selama squeezing. Hal ini untuk menghindari dehidrasi suspensi semen yang terlalu cepat dalam pipa dan untuk memberikan distribusi suspensi semen yang seragam ke dalam semua lubang perforasi. Tentu saja sejumlah water lost diinginkan jika suspensi semen membentuk filter cake yang diinginkan untuk menyumbat lubang perforasi. Pengujian filtration loss di laboratorium menggunakan alat filter press pada kondisi temperatur yang disesuaikan dengan temperatur sirkulasi dengan tekanan 100 psi (700 kPa) atau 1000 psi (6900 kPa). Namun filter press mempunyai kelemahan yaitu temperatur maksimum yang bisa digunakan hanya sampai 82 oC (180 oF). Filtration loss diketahui dari volume filtrat yang ditampung dalam sebuah tabung selama 30 menit masa pengujian. Filtrat yang terjadi disarankan untuk penyemenan casing antara 100 sampai 200 ml/30 menit di bawah tekanan 1000 psi. Untuk squeeze atau liner cementing antara 50 sampai 150 ml selama 30 menit. Additive yang biasa digunakan untuk fluid loss adalah synthetic organic liquid polymer dan cellulosic derivate.

Bentonite juga digunakan untuk mengontrol fluid loss (400 500 ml/30 menit) dan dapat juga digunakan pada densitas rendah. primary cementing, filtration loss yang diikinkan sekitar 150 250 cc yang diukur selam 30 menit dengan menggunakan saringan berukuran 325 mesh dan tekanan 1000 psi. sedangkan pada squeeze cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 55 65 cc selama 30 menit. 7.3 7.3.1 Pengujian Filtration Loss Peralatan yang digunakan 1. Alat filter press 2. Gelas Ukur

( GAMBAR 7.3.1.1. Filter Press ) 7.3.2 Prosedur Percobaan 1. Persiapkan alat filter press dan segera pasang filter paper secepat mungkin dan letakkan gelas ukur dibawah silinder untuk menampung fluid filtrat. 2. Tuangkan suspensi semen kedalam silinder dan segera tutup rapat.Kemudian alirkan udara atau gas n2 dengan tekanan 1000 psi. 3. Catat volume filtrat sebagai fungsi waktu dengan stopwatch,interval pengamatan setiap 2 menit pada 10 menit pertama,kemudian setiap 5 menit untuk 20 menit selanjutnya.Catat volume filtrat pada menit ke25.

4.

Harga filtration loss diketahui dari volume filtrat yang

ditampung dalam gelas ukur selama 30 menit massa pengujian.Bila waktu pengujian tidak sampai 30 menit,maka besarnya filtration loss dapat diketahui dengan rumus : F30 = F t(5.677/t) Dimana : F30 Ft t = Filtrat pada 30 menit,ml = Filtrat pada t menit,ml = Waktu pengukuran,menit

5. Hentikan penekanan udara atau gas N2,buang tekanan udara dalam silinder dan sisa suspensi semen yang didalam silinder tuangkan kembali kedalam breaker.

7.4

Data dan Perhitungan

TABEL 7.4.1. Data Tabulasi Hasil Pengujian Filtration Loss @ 30 Menit


Filtrati on Loss @ 30 menit percob aan (ml) 97 124 Foltratio n Loss @30 menit perhitun gan (ml) 100,542 1 128,528

SEM EN (Gr)

Additive AI R (m l) 27 6 27

Bentoni te 0 1

Kerosi ne

600 600

600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600

6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6

2 3 4 5 6 7 0 2 4 6 8 10 12 14

96 115,5 88,5 133 124 93 147,5 64,5 143,5 114,5 115,5 116,5 117,5 112,5

0 99,505 6 119,717 6 91,731 7 137,856 7 128,528 0 96,396 0 152,886 2 66,855 3 148,740 1 118,681 1 119,717 6 120,754 2 121,790 7 116,608 1

Semen Dasar : Filtration Loss @ 30 menit percobaan Filtration Loss @ 30 menit perhitungan : 97 ml. :

F30 = FL Percobaan x = 97 5.677 30

5.677 t

=100 ,54208 ml

7.5

Pembahasan

GRAFIK 7.4.1. Additif Vs Filtration Loss @ 30 menit Percobaan

Filtratiom loss adalah peristiwa hilangnya cairan dalam suspensi semen kedalam formasi yang dilaluinya,cairan yang dimaksud adalah filtrat.Apabila cairan ini terlalu banyak hilang maka akan menyebabkan suspensi semen kekurangan air atau terjadinya flash set yang dapat mengakibatkan pecahnya formasi pada primary cementing,filtration loss yang diperbolehkan sekitar 150 250 cc,sedangkan squeeze cementing filtration loss yang diperbolehkan sekitar 55 65 cc.Dalam percobaan ini pengukuran filtration loss yang dilakukan adalah pengukuran selama 30 menit dan juga dilakukan perhitungannya.Pada percobaan ini digunakan penambahan additif ke semen dasar yaitu bentonite dan kerosine,Banyaknya penambahan additif bukan berarti harga filtration lossnya meningkat,dalam percobaan ini yang terlihat adalah filtration lossnya cenderung naik turun seiring dengan penambahan additif tersebut.Filtratio loss @ 30 menit perhitungan dapat dilakukan dengan cara menggunakan nilai dari filtration loss percobaan dikalikan dengan ketentuan 5.677 yang telah dibagi dengan jumlah waktu yang diakarkan.Dalam percobaan ini ukuran filtration loss @ 30 menit percobaan maupun perhitungan tidak ada yang melebihi batas yang diperbolehkan. 7.6 Kesimpulan 1. Grafik hubungan penambahan additif dengan filration loss menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan bentonite maka filtration loss cenderung naik turun. 2. Sedangkan pada grafik filtration loss dengan penambahan kerosine,filtration lossnya cenderung turun kemudian mengalami kenaikan yang tidak begitu besar sehingga filtration lossnya pada akhirnya terlihat hampir konstan.

3. Pengukuran dilakukan dengan alat filter press.

BAB VIII

PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH

8.1

Tujuan Percobaan 1. Untuk mengukur Compressive Strength dari suatu suspense semen. 2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan additive terhadap compressive strength

8.2

Teori Dasar Strength pada semen dibagi dua, yaitu compressive strength dan shear strength. Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun casing sampai saat mulai pecah yang disebabkan oleh tekanan fluida baik pada waktu produksi, injeksi ataupun pada waktu perekahan. Sedangkan shear strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan gaya geser yang disebabkan oleh berat casing. Pada situasi normal, semen akan mendapat gaya compressive yang menahan tekanan-tekanan dari arah horisontal dan shear strength semen yang akan menahan tekanan-tekanan dari arah vertikal. Nilai compressive sangat dipengaruhi oleh temperatur pengkondisian, tekanan pengkondisian, lama waktu pengerasan, kadar air semen (WCR), kehalusan butiran semen dan merupakan fungsi langsung dari permeabilitas batuan semen. Pada temperatur tinggi, harga compressive strength semen dipengaruhi oleh kehalusan bubuk silika yang ditambahkan. Sebagai gambaran pengaruh temperatur dan tekanan untuk

lama waktu 24 jam terhadap compressive strength dapat dilihat pada grafik 8.2.1 Dari grafik 8.2.1 dapat dilihat bahwa tekanan pengkondisian di atas 2000 psi sudah tidak memberikan kenaikkan compressive strength yang berarti, jadi untuk tujuan praktis pengkondisian suatu percobaan, dapat dipergunakan tekanan kurang lebih 1000 psi sebagai simulasi kondisi bawah sumur. Semen/casing menerima beban compressive strength dan tensile yang sangat tinggi dari batuan di sekitarnya. Setelah pemboran, kondisi batuan tidaklah stabil. Batuan mempunyai yield di bawah kondisi strain tektonis dan ini diterimakan kepada semen dan casing. Pada kondisi ini semen dan casing tidak lebih daripada lapisan yang menyelubungi suatu lubang yang menerima beban dari dua arah, luar dan dalam. Menurut Cheatam, semen dalam annulus di antara lapisan garam dan casing menerima kompresi oleh tekanan lapisan garam. Hal ini akan mengurangi pemancaran stress ke casing. Pengurangan ini besarnya sekitar 5 % untuk casing 8 5/8 in di lubang 12 in. GRAFIK 8.2.1.Compressive Strength Terhadap Tekanan5

Dalam mengukur strength semen, seringkali yang diukur adalah compressive strength daripada shear strength. Umumnya compressive strength mempunyai harga 8 - 10 kali lebih dari harga shear strength.

Pengujian compressive strength di laboratorium dilakukan dengan menggunakan alat Curing Chamber dan Hydraulic Mortar. Curing chamber dapat mensimulasikan kondisi lingkungan semen untuk tempertur dan tekanan tinggi sesuai dengan temperatur dan tekanan formasi. Hydrualic mortar merupakan mesin pemecah semen yang sudah mengeras dalam curing chamber. Strength minimum yang direkomendasikan oleh API untuk dapat melanjutkan operasi pemboran adalah 6,7 Mpa (1000 psi). Untuk mencapai hasil penyemenan yang diinginkan maka strength semen harus : Melindungi dan menyokong casing. Menahan tekanan hidrolik yang tinggi tanpa terjadi perekahan. Menahan goncangan selama operasi pemboran dan produksi. Menyekat lubang dari fluida formasi yang korosif. Menyekat antar lapisan yang permeabel. Ikatan semen yang baik adalah tujuan utama dari penyemenan primer. Bearden dan Lane (1961) merancang percobaan sederhana untuk menentukan shear bond strength semen pada pipa. Mereka menyimpulkan bahwa shear bond strength sangat tergantung dari berbagai faktor. Kenaikkan tensile strength menaikkan shear bond strength (walaupun keduanya tidak mempunyai hubungan khusus, (Farris)) yang mana bergantung pada komposisi semen, temperatur dan tekanan pengkondisian serta waktunya. Selain itu juga kekasaran permukaan casing dan hadirnya pengotor lumpur atau minyak. Becker dan Peterson, 1963 menyatakan bahwa shear bond Strength dipengaruhi oleh gaya adhesi (sifat kebasahan permukaan), derajat hidrasi semen. Berlaku secara umum bahwa kuat tarik semen besarnya sekitar 1/12 dari compressive strength. Mengikuti anggapan ini, Farris menyimpulkan bahwa compresive strength yang paling rendah (100 psi) diperlukan untuk mendukung casing.

. 8.3 8.3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan 8.3.2 Bahan Semen Air Zat additive (Bentonite dan NaCl) Hidraulic pump Motor Bearing Block Machine Hydraulic Mortar Monometer pengukur tekanan

GAMBAR 8.3.1.1 Hydraulic Press

8.4

Prosedur pengujian 1. Bersihkan permukaan sampel dari tetesan air dan pasir atau gerusan butiran semen agar tidak menempel pada bearing blok mesin penguji.

2. Periksa permukaan sampel apakah sudah benar-benar rata,apabila belum ratakan dengan menggunakan gerinda. 3. Letakkan sampel semen dalam blok bearing dan atur supaya tepat ditengah-tengah permukaan blok bearing diatasnya dan blok bearing di bawahnya,sampel semen harus berdiri vertikal. 4. Perkirakan tekanan maksimum retak (pecah),apabila lebih dari 3000 psi (skala manometer)beri pembebanan awal setengah tekanan maksimum,bila kurang dari 3000 psi pembebanan awal tidak diperlukan. 5. Perkirakan laju pembebanan sampai maksimum tidak kurang dari 20 detik tidak lebih dari 80 detik. 6. Hidupkan motor penggerak pompa dan jangan lakukan pengaturan (pembetulan) pada kontrol testing selama pembebanan sampai didapatkan pembebanan maksimum ketika batuan pecah. 7. Catat harga pembebanan maksimum tersebut. 8. Lakukan perhitungan compressive strength semen,dengan menggunakan rumus: CS = k x P (A1/A2) Dimana : CS P A1 A2 k = Compressive Strength Semen,psi = Pembebanan maksimum,psi = Luas penampang block bearing dari hydraulic mortar,in2 = Luas permukaan sample semen,in2 = Konstanta koreksi,fungsi dari perbandingan tinggi (t) terhadap diameter (d) Perbandingan t/d terhadap koefisien faktor t/d 1.75 1.5 1.25 Koefisien Faktor 0.98 0.96 0.93

0.87

8.5
SEM EN (Gra m) 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 AI R (m l) 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27

Data dan Perhitungan TABEL 8.5.1. Data Tabulasi Hasil Pengujian Compressive Strength
Ting gi (t) inch 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1, 614 1,

Additive Benton ite 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Na Cl P 25 7 25 0 24 9 24 2 23 5 23 1 22 9 22 6 22 6 14 0 14 9 15 5 17 0 18 2 22

Diame ter (d) inch 0,96 1,01 1,06 1,11 1,16 1,21 1,26 1,31 0,96 1,01 1,06 1,11 1,16 1,21 1,26

Jarijari inch 0 ,480 0 ,505 0 ,530 0 ,555 0 ,580 0 ,605 0 ,630 0 ,655 0 ,480 0 ,505 0 ,530 0 ,555 0 ,580 0 ,605 0

t/d 1,6 81 1,5 98 1,5 23 1,4 54 1,3 91 1,3 34 1,2 81 1,2 32 1,6 81 1,5 98 1,5 23 1,4 54 1,3 91 1,3 34 1,2

Koefise ien Faktor (k)

A1 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373 85 37,373

A2 0,7234 56 0,8007 79 0,8820 26 0,9671 99 1,0562 96 1,1493 19 1,2462 66 1,3471 39 0,7234 56 0,8007 79 0,8820 26 0,9671 99 1,0562 96 1,1493 19 1,2462

CS

0,9 718 0,9 954 0,9 545 0,9 545 1,1 605 0,9 337 0,9 257 0,9 745 0,9 678 0,9 627 0,9 545 0,9 639 1,1 605 0,9

11338, 9 10502, 3 8925,5 9 7936,3 2 8717,1 6 6412,1 2 5804,0 8 11377, 7 6323,9 0 6078,1 9 5716,8 9 5797,9

6868,0 4 6160,1

600

6 27 6

0 22 4

1,31

,630 0 ,655

614 1, 614

81 1,2 32

337 0,9 257

85 37,373 85

66 1,3471 39

5 5752,6 5

Perbandingan t/d terhadap koefisien faktor. t/d 1.75 1.5 1.25 1 : 3.45 in Semen +........ gr (NaCl/Bentonite) Tinggi (t) : 4.1 cm = 1.61417 in Diameter (d) : 0.96 in Pembebanan maksimum (p) : 257 psi Jari-Jari semen (R2) : 0.96/2 = 0.48 in t / diameter semen =
1.61417 = 1.68143 0.96

Koefisien Faktor 0.98 0.96 0.93 0.87

Perhitungan : Diameter Bearing : 6.9 Jari-jari in. Bearing

K (koefisien faktor ) = 1.75 1.75 1.61842 1.5 0.98 K 0.96


x x1 y y1 1.68142 1.75 y 0.98 = = = x 2 x1 y 2 y1 1.5 1.75 0.96 0.98
= y 0.98 0.06858 = 0.25 0.02

=0.0 1 7 6 031 y =0.9 4 1 75

= .2 y +0.2 5 0 5 4

=0.2 y =0.2 5 0.0 1 7 6 5 4 031

Jadi K untuk (t/d) = 1.68142 adalah 0.97451 A1 ( Bearing ) = 3.14 x (3.45 in )2 = 37.37385 in2 A2 ( Semen ) = 3.14 x (0.4800 in )2 = 0.72346 in2
A1 37 .37385 in 2 = 0.97451 257 = 12938 .034 psi A2 0.72346 in 2

Cs = kp =

8.6

Pembahasan Pengujian compressive strength merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan semen dalam menahan tekanantekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing atau dapat disebut menahan tekanan dalam arah horizontal. Dalam percobaan ini menggunakan penambahan additiv yaitu Bentonite dan NaCl,pada percobaan ini nilai CS (Psi) telah diketahui begitu pula diameter sample,selain itu jari-jari bearing telah ditentukan.Setelah data-data yang diperlukan telah lengkap maka dilanjutkan dengan mencari perbandingan (t/d) terhadap koefisien faktor, (t/d) yang dimaksud adalah tinggi sample dibagi dengan diameter sample,kemudian menentukan masing-masing harga K nya atau koefisien faktor.Selanjutnya menentukan nilai A1 dengan cara 3.14 dikalikan jarijari bearing yang telah dikuadratkan dan menentukan nilai A2 dengan cara yang sama tetapi yang digunakan adalah jari-jari tiap sample.Setelah data terkumpul maka compressive strength dapat ditentukan dengan cara koefisien faktor dikalikan CS (psi) dan dikalikan dengan hasil pembagian antara nilai A1 dan A2.

8.7

Kesimpulan 1. Dari data dan perhitungan terlihat bahwa semakin besar penambahan bentonite maka semakin rendah CS (psi) begitu pula nilai CS semakin menurun. 2. Semakin besar penambahan NaCl semakin tinggi CS (psi) namun nilai CS semakin rendah.

BAB IX

PENGUJIAN SHEAR BOND STRENGTH

9.1

Tujuan Praktikum 1. Mengukur shear bond strength semen dengan menggunakan alat Hydraulic Press. 2. Mengetahui cara kerja alat penguji shear bond strength suspensi semen

9.2

Teori Dasar Dengan lubang pemboran, semen sangat dipengaruhi oleh pembebanan

trixial yang kompleks dan failure stress merupakan pembebanan utama dari penelitian untuk standrd compressive strangth dari ikatan antara semen dangan casing atau semen dengan formasi batuan. Untuk itulah dilakukan pengukuran shear bond strength semen. Shear bond strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan tekanantekanan yang berasal dari berat casing atau menahan tekanan tekanan dalam arah yang vertikal. Pengukuran shear bond strength ini dilakukan karena pada saat pengukuran compressive strength tidak menunjukkan harga shear strength dari ikatan antara semen dengan casing atau semen dengan formasi batuan. Pengukuran shear bond strength di laboratorium dilakukan dengan menggunakan Hydraulic Press. Pengukuran shear bond strength dapat diketahui dengan melihat harga tekanan pada saat terjadi peretakan (pecah) menyilang dari sampel yang diuji dimana harga pembebanan diatur tergantung pada antisipasi harga strength dari sampel semen. Untuk mencapai hasil penyemenan yang diinginkan maka strength semen harus mampu untuk : Melindungi dan menyokong casing. Menahan tekanan hidrolik tinggi tanpa terjadi perekahan. Menahan goncangan selama operasi pemboran dan perforasi . Menyekat lubang dari fluida formasi yang korosif.

Menyekat antar lapisan yang permeabel. Penilaian penyemanan biasa berdasarkan compressive strength atau tansile strength dari batuan semen, dengan asumsi bahwa materialnya memenuhi syarat untuk pembentuakn strength yang baik serta menghasilkan suatu ikatan yang kuat. Pada kenyataan dilapangan bahwa asumsi diatas tidak selalu benar. Untuk itulah diperlukan suatu pegujian dilaboratorium terhadap kualitas semen ini. Harga Shear Bond Strength dapat di cari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : SBS = k x p [A1 / D h)] Dimana : SBS A1 D h p k = Shear bond strength, psi = Luas Bearing Block Hydraulik Mortar, in2 = Diameter dalam casing sample (semen), in = Tinggi sample semen,in = Pembebanan maksimum, psi = Konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi (h) terhadap diameter (D) Untuk h/D yang lebih kecil dari 2 maka dapat digunakan tabel dibawah ini : t/d 1.75 1.5 1.25 1 Koefisien Faktor 0.98 0.96 0.93 0.87

Tabel 9.1 perbandingan t/d terhadap koefisien faktor

9.2.1. Peralatan Yang Digunakan

Perlatan Yang digunakan adalah hdraulic press yang dilengkapi dengan mold silinder, batang pendorong, dan hold silinder. Rangkaian peralatan terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 9.3 Pompa hydraulik Motor Bearing Block Hydraulik Mortar Manometer Mold silinder Batang Pendorong Holder Silinder Penyangga Presedur Pengujian 1. Bersihkan permukaan sampel dan permukaan mold dari tetesan air dan pasir atau gerusan butiran semen agar tidak menempel pada bering block mesin penguji. 2. Letakkan mold silinder yang berisi sampel semen pada holder silinder penyangga yang yang didudukkan pada bearing block hydraulik bagian bawah. Posisi sampel harus berdiri vertikal. 3. Dudukan pendorong pada permukaan sampel semen dan turunkan posisi bearing block hydraulik bagian atas dengan memutar tangki pengontrol spiral. 4. Perkirakan laju pembebanan sampai maksimum taidak kurang dari 20 detik dan tidak lebih dari 80 detik. Jangan lakukan pengaturan (pembetulan) pada kontrol testing motor selama pembebanan sampai jadi pergeseran sampal semen dari casing sampal. 5. Catat harga pembebanan gesr maksimum, kemudian shear bond strength dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : SBS = k P { At / ( D h )}

Dimana :

SBS = Shear Bond Strength, psi At = Luas bearing Block Hydraulik Mortar, in2 D h 9.4. = Diameter dalam casing sampel (semen), in = Tiggi sampal semen, in

Data dan Perhitungan Perhitungan : : 6.90 in : 3.45 in = 4.1 cm = 0.960 in = 257 psi = t/d = 1.614 / 0.960 =1.681 = K.P.(A1/(.d.h)) = 0.975 x 257 x ( 37.37385 / 0.72346) = 12938.034 psi = 1.614 in

Diameter bearing Jari-Jari bearing Tinggi Diameter Pressure K SBS

a. Semen + 0 gr Bentonite

Tabel 9.2

Pengujian Shear Bond Strength

Semen

Air (ml) 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6 27 6

Bentonite

Additiv NaCl

P
(psi)

D (in) 0.9 6 1.0 1 1.0 6 1.1 1 1.1 6 1.2 1 1.2 6 1.3 1 0.9 6 1.0 1 1.0 6 1.1 1 1.1 6 1.2 1 1.2 6 1.3 1

t (in) 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17 1.614 17

t/d

A1

SBS

600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 6

25 7 25 0 24 9 24 2 23 5 23 1 22 9 22 6 14 0 14 9 15 0 17 0 18 2 20 2 22 0 22 4

2.00 7 2.50 7 3.00 7 3.50 7 4.00 7 4.50 7 5.00 7 5.50 7 1.73 2 2.23 2 2.73 2 3.23 2 3.73 2 4.23 2 4.73 2 5.23 2

1.681 43 1.598 19 1.522 80 1.454 21 1.391 53 1.334 03 1.281 09 1.232 19 1.681 43 1.598 19 1.522 80 1.454 21 1.391 53 1.334 03 1.281 09 1.232 19

0.974 51 0.967 86 0.961 82 0.954 50 0.946 98 0.940 08 0.933 73 0.925 73 0.974 51 0.967 86 0.961 82 0.954 50 0.946 98 0.940 08 0.933 73 0.925 73

37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5 37.3738 5

1547.1576 1137.4047 894.31814 706.26996 569.86177 473.96039 403.41017 345.17917 976.63752 761.41502 592.97542 538.36059 473.86077 441.39086 394.42655 360.10695

9.5.

Pembahasan Percobaan ini dimulai dengan membersihkan permukaan sampel dan

permukaan mold dari tetesan air dan pasir atau gerusan butiran semen agar tidak menempel pada bearing block mesin penguji, kemudian meletakkan mold silinder yang berisi sampel semen pada holder silinder penyangga yang didudukkan pada bearing block hydraulic bagian bawah dimana posisi sampel harus berdiri vertical. Setelah itu lalu mendudukkan batang pendorong pada permukaan sampel semen dan menurunkan posisi bearing block hydraulic bagian atas dengan memutar tangkai pengontrol spiral dan memperkirakan laju pembebanan sampai maksimum tidak kurang dari 20 detik dan tidak lebih dai 80 detik. Jangan melakukan pengaturan (pembetulan) pada kontrol testing motor selama pembebanan sampai terjadi pergeseran sampel semen dari casing sampel. pada saat terjadi pergeseran merupakan harga pembebanan yang maksimum. Semen yang baik adalah semen yang mempunyai harga shear bond strength tinggi karena semen mempunyai kekuatan untuk mampu menahan tekanan-tekanan yang berasal dari berat casing yang ditimbulkan atau tekanan tekanan dalam arah yang vertikal. Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa penambahan bentonite dan NaCl dapat menurunkan harga shear bond strength.

9.6

Kesimpulan 1. Penambahan bentonite dan NaCl akan memperkecil shear bond strength. 2. Semakin besar penambahan bentonite maka nilai h pun semakin tinggi dan hal tersebut menyebabkan harga SBS semakin rendah. 3. Semakin besar penambahan NaCl maka nilai h semakin tinggi juga dan menyebabkan harga SBS akan semakin rendah BAB X

PENGUJIAN LUAS PERMUKAAN BUBUK SEMEN


10.1 Tujuan Laporan 1. 2. untuk mengukur besarnya luas permukaan bubuk semen. Untuk mengetahui cara kerja alat Blaine Permeameter pada pengujian luas permukaan bubuk semen.

10.2

Teori Dasar Pengujian luas permukaan butir padatan merupakan pengujian yang perlu dilakukan,karena pengujian ini sangat mempengaruhi kekuatan suspensi semen Semakin besar luas permukaan bubuk suatu semen, maka ukuran partikel semen semakin kecil dan semen tersebut semakin kompak,dan hal ini menyebabkan kekuatan semen dalam menahan tekanan sangat baikHal hal yang perlu diketahui dalam pengukuran ini adalah porositas,temperature ruang,viscositas dan selanjutnya dapat dilihat pada persamaan berikut : Osp = (23,2 x
3

x t) / {

x (1- ) x }

Sebelum menentukan luas permukaan bubuk semen maka terdahulu yang dilakukan yaitu penentuan densitas semen. 10.3 Pengujian Luas Permukaan Bubuk Semen Blanie Permeameter,alat-alat lain yang digunakan sebagai berikut: a. Picnometer b. Timbangan c. Toluen

10.3.1 Peralatan yang digunakan

( Gambar 10.3.1.1. Picnometer Bottle)

10.3.2 Prosedur percobaan Penentuan densitas bubuk semen: a. b. c. d. e. f. g. a. b. c. d. e. f. g. Berat picnometer Berat picnometer + fluida Densitas fluida (gr/cc) Berat picnometer + semen Berat semen Berat picnometer + fluida +semen Densitas semen (gr/cc) Densitas semen (s) Temperatur ruang = 0.01352 = 0.01352 t = 35.7 detik t Ops = 0.354 (dari tabel) = 5.9749 = (23.2 x 3x t)/{s x (1-) x } Waktu pengukuran dengan blaine permeameter =35.7 detik (misal) = W1 gram = W2 gram =(W2-W1)/Vol.Picnometer = W3 gram = W4 gram = (W3-W1) gram = W5 gram = (W4xflui) / (W2+W4-W5) = X gram/cc =24.50C / 780F (misal)

Penentuan luas permukaan butir semen (Ops) :

T = 24.50C / 780F Viscositas udara= 0.0001828 (dari tabel)

10.4.

Data dan Perhitungan Data : a. Densitas semen (s) b. Temperature ruang @ 80o F @ 100o F = 1.337 gr/cc = 27 oC = (9/5 x 27)+32 = 80.6 F = 0.04467 lb/ft.hr = 0.04594 lb/ft.hr

@ 468o R @ 500o F

= 0.055648 = 0.58233

Penentuan Luas Permukaan Bubuk Semen (Ops) : c. Viscositas udara u =

( Tu T 80 ) ( 100 80 ) + 80 (T 100 T 80 ) ( 80 .6F 80 F ) ( 0.04594 0.04467 )lb / = (100 F 80 F )

ft .hr

+ 0.04467

lb/ft.hr =

( 0.6 F ) ( 0.00127 )lb /


20 F

ft .hr

+ 0.04467 lb/ft.hr

= 0.04471 lb/ft.hr @ 468 oR= 0.55648 @ 500 oR= 0.58233

d.

(Tu T 468 ) (500 468 ) + 468 (T 500 T 468 ) (180 .6 + 460 ) R 468 R ) ( 0.58233 0.55648 ) = + 0.55648 ( 500 468 ) R ( 72 .6 R ) ( 0.02585 )
=
32 R

+ 0.55648

= 0.61513

e. t = 12.14 s

t =

12 .14 =3.48425

f.

Ops =

(2 .23 t
3

{ s (1 )

(2 .23 1 .60 1 5 1 13.12 4


3

{1.3 3 (17 0.6 1 )5 10.03 4 4 7 1


=
38 ,99848 0.10880

= 358.42885

10.5

Pembahasan Pengujian luas permukaan dilakukan untuk mengetahui besarnya luas permukaan semen,hal pertama yang harus dilakukan yaitu menentukan densitas bubuk semen dan kemudian menentukan luas permukaan butir semen.Namun pada percobaan ini yang dilakukan hanyalah penentuan luas permukaan butir semen karena densitasnya telah diketahui.Untuk menentukan luasnya permukaan butir semen diperlukan data temperatur,viskositas,porositas dan waktu pengukuran,dimana temperatur ruang dikondisikan Reamur,setelah data terkumpul maka perhitungan luas permukaan butir semen dapat dilakukan dengan cara 23.2 dikalikan nilai akar dari porositas cubic dikalikan nilai waktu yang diakarkan,setelah itu hasil perkalian tersebut dibagi dengan perkalian antara densitas semen dikali 1 yang telah dikurangi harga porositas,kemudian dikalikan dengan nilai viscositas yang telah diakarkan.

10.6

Kesimpulan 1.Dari data dan perhitungan tersebut terlihat bahwa semakin tinggi temperature ruang dalam oF maka semakin tinggi pula nilai viscositas udaranya,

2. apabila temperature ruang dalam keadaan oR tinggi maka semakin besar pula nilai porositasnya, 3. dalam penentuan Ops diketahui pula bahwa waktu pengukurannya dan densitas ikut berpengaruh.

You might also like