You are on page 1of 49

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS PELECYPODA DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA BULALO KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

OLEH :

SUPRIADI LARUBA NIM. 431 406 052

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN BIOLOGI 2011

INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS PELECYPODA DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA BULALO KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

OLEH :

SUPRIADI LARUBA NIM. 431 406 052

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN BIOLOGI 2011

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika Dan IPA Universitas Negeri Gorontalo seluruhnya merupakan hasil karya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau bagian skripsi ini bukan hasil karya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan perundangan yang berlaku.

Gorontalo, Januari 2011

SUPRIADI LARUBA

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi Yang Berjudul: INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS PELECYPODA DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA BULALO KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA

Oleh SUPRIADI LARUBA

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Hj. Masra Latjompoh, M.Pd Nip. 19670212 199203 2 001

Dra. Chairunnisah J. L, M.Si Nip. 19661121 199203 2 002

Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Dra. Yusna K. Ahmad, M.Si Nip. 19620406 198703 2 003

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Indeks Keanekaragaman Jenis Pelecypoda Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Bulalo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

Oleh Supriadi Laruba Telah dipertahankan di depan dewan penguji Hari/Tanggal Waktu : Senin/24 Januari 2011 : 10.30 Wita

1. Prof. DR. Ramli Utina, M.Pd (Penguji I)

1. ...........................

2. Dra. Margaretha Solang, M.Si (Penguji II)

2. ...........................

3. Abubakar Siddik Katili, S.Pd, M.Sc (Penguji III)

3. ...........................

4. Dra. Chairunnisah J. L, M.Si (Pembimbing I)

4. ...........................

5. Dra. Masra Latjompoh, M.Pd (Pembimbing II)

5. ...........................

Gorontalo, Januari 2011 Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo

Prof. DR Evi Hulukati, M.Pd Nip. 19600530 198603 2 001

ABSTRAK Supriadi Laruba. 2010. Indeks Keanekaragaman Jenis Pelecypoda Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Bulalo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi, Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Gorontalo. Dibimbing oleh Dra. Hj. Masra Latjompoh, M.Pd sebagai pembimbing I dan Dra. Chairunnisah J. L, M.Si sebagai pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Keanekaragaman Pelecypoda di Kawasan Hutan Mangrove Desa Bulalo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Hutan Mangrove Desa Bulalo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara dengan menggunakan metode Line Transek yang dibagi dalam dua stasiun pengamatan. stasiun pertama dibuat pada daerah sekitar tambak dan stasiun kedua dibuat pada daerah pantai dengan masing-masing stasiun terdiri dari 2 transek dan masing-masing transek terdiri dari 5 plot pengamatan sehingga total 20 plot pengamatan. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis, maka digunakan rumus indeks diversitas dari Shannon-Winner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total individu berjumlah 484 yang terbagi dalam 4 ordo yaitu; veneroida, pteroida, mytiloida, ostreoida dan, 6 family yaitu: ostreidea, austern, mytilidae, pinidae, carcidae, articidae dan 8 spesies yaitu Arctica islandica, Cerastoderma, Atrina sp, Geukensia demissa, Crassostrea, Ostrea edelus, Ostrea angasi, Ostrea lurida. Indeks keanekaragaman (H) Pelecypoda berkisar antara 0,66 0,72. Faktor lingkungan yang di ukur yakni suhu yaitu 29oC-30oC; Salinitas: 26 0/00-29 0 /00; pH: 7-7,5; Oksigen terlarut: 7,5 mg/l-8,2mg/l. Kata Kunci: Keanekaragaman, Pelecypoda, hutan mangrove, desa Bulalo kecamatan Kwandang kabupaten Gorontalo Utara

ABSTRACT Supriadi Laruba. 2010. Diversity Index Of Pelecypoda In Mangrove Forest Area at Bulalo District Kwandang North Gorontalo. Skripsi, Department of Biology, Mathematics and Natural Sciences Faculty Gorontalo State University. Guided by Dra. Masra Latjompoh, M. Pd as preceptor one and Dra. Chairunnisah J. L, M. Si as preceptor two.This study aims to determine the diversity of pelecypoda in Mangrove Forest Village at Bulalo District Kwandang North Gorontalo. Study held at Mangrove Forest, Village at Bulalo District Kwandang North Gorontalo Line transect the method is divided into two observation stations The first station built on the area surrounding the fishpond and a second station built in coastal areas with each station consist of 2 transects and each transect consisted of 5 plot observations into 20 plots of observation. To know of the index species used Shannon-Wiener formula. The results obtained by individuals amounted to 484 total which is divided into 4 orders veneroida, pteroida, mytiloida, ostreoida, 6 families ostreidea, austern, mytilidae, pinidae, carcidae, articidae and 8 species of namely Arctica islandica, Cerastoderma, Atrina sp, Geukensia demissa, Crassostrea, Ostrea edelus, angasi Ostrea, Ostrea lurida. The diversity index (H ') Pelecypoda ranged from 0.66 to 0.72. Environmental factors in measuring is temperature is 29oC-30oC; salinity 26 0/0029 0/00; pH 7-7,5and dissolved oxygen7,5 mg/l-8,2mg/l. Keywords: Diversity, Pelecypoda, mangroves forest, Bulalo district Kwandang North Gorontalo

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


B ukanlah suatu aib jika anda gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika anda tidak berusaha bangkit dari kegagalan itu ( Ali bin Abi Thalib ra ) .

Lakukanlah apa yang kau bisa dengan apa yang kau punya dimanapun kau berada. (Adhy)

sebagai wujud baktiku kepada Papa Mamaku tercinta Laruba (Alm) dan Wasai yang telah membesarkan dan mengarahkan hidup saya dengan kasih sayangnya dan Doa yang tiada henti hentinya agar saya menjadi anak yang terbaik, semoga ini menjadi jawaban untuk sebuah kesabaran dan hari-hari penantian panjang. Dan juga Kakak-kakakku tersayang Sumarni, Kasmiar, Samsun, Suriani untuk segenap doa dan kasih sayang yang telah di berikan demi keberhasilanku. Keponakan-ponakanku tersayang, Sepri, Masni, Pading, Novrin, Jufrin, Kalsum, Agil, Gita, Maya yang selalu menjadi motivator serta turut mendambakan kesuksesan studiku. The Best Motivator Asep Suryana Abdurrahmat S.Pd, M.Kes, Abubakar siddik Katili S.Pd, M.Sc dan Abdurrahman Kuku S.Pd terimah kasih atas segala bimbingan dan kasih sayangnya dalam mewujudkan suatu kehidupan yang lebih bermakna.

Skripsi ini saya persembahkan

ALMAMATERKU TERCINTA TEMPAT AKU MENIMBA ILMU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2011

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur yang mendalam, kehadirat Allah SWT atas rahmatNya dan karuniaNya, yang berupa kekuatan fisik dan mental sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penelitian yang berjudul Indeks Keanekaragaman Jenis Pelecypoda Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Bulalo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara dapat terwujud. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh ujian sarjana Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo Tahun Akademik 2010/2011. Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kendala yang penulis hadapi, baik dalam pelaksanaan penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini. Namun, dengan adanya ketekunan dan keuletan serta kesabaran, Alhamdulillah semua itu dapat teratasi dengan baik. Lebih dari itu penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1. DR. Hi. Samsyu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo.

10

2.

Prof. DR. Sarson W. Dj. Pomalato, M.Pd, Edward Wolok, ST. MT, Drs. Usman Moonti, M.Si, dan Prof. DR. Julianto Kadji, M.Si selaku Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas Negeri Gorontalo.

3.

Prof. DR. Evi Hulukati, M.Pd selaku Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.

4.

Drs. Asri Arbie, M.Si, Dra. Astin Lukum, M.Si, dan Drs. Karim Nakie, M.Pd selaku Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo. 5. Dra. Yusna K. Ahmad, M.Si dan Yuliana Retnowati, S.Si, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo. 6. Dewi Wahyuni K. Baderan, S.Pd, M.Si dan Dra. Jusna K. Ahmad, M.Si selaku Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan arahan serta motivasi kepada penulis. 7. Dra. Hj. Masra Latjompoh, M.Pd dan Dra. Chairunnisah J.L, M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah ikhlas meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. 8. Prof. DR. Ramli Utina, M.Pd, Abubakar Siddik Katili, S.Pd, M.Sc dan Dra. Margaretha Solang M.Si selaku Penguji I, Penguji II dan Penguji III. 9. Dra. Hj. Aryati Abdul, M.Kes dan Dra. Hj. Masra Latjompo, M.Pd selaku Kepala dan Sekertaris Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo.

11

10. DR. Novri Y. Kandowangko, MP dan Abu Bakar Sidik Katili, S.Pd, M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Green House Jurusan Biologi. 11. Sari Rahayu Rahman, S.Pd selaku Kepala Perpustakaan Jurusan Biologi Universitas Negeri Gorontalo yang telah memberikan pelayanan dan peminjaman literatur yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. 12. Seluruh Staf Dosen di lingkungan Jurusan Biologi Universitas Negeri Gorontalo yang telah memberikan bantuan baik dari segi teoritis maupun dukungan moril dalam menyelesaikan studi penulis. 13. Dra. Jusna K. Ahmad, M.Si selaku pembimbing PPL I dan PPL II. 14. Teman-teman yang turut membantu selama pelaksanaan penelitian: Hary, Syamsir, kAbas, Angki, Dedi, Pian. 15. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2006/2007: Hary, Syamsir, Fandy, Eman, Rendy Alfread, Nixon, Upick, Amin, Rizal, Rahman, Saprin, Abdul, Wiji, Ratno, Rohim, Riri, Rahmat, Tami, Fitri, Fita, Putu, Lana, Yantri, Jihan, Nining, Narsih, Ika, Leny, Vivi, Taty, Sil, Fidya, Winda, Heti, Dede dan Evi terima kasih atas kebersamaannya selama ini yang begitu berarti. 16. Kakak tingkat yang selalu memberikan motivasi: kTry, kRoy, kAziz, kSyamsul, kAny, kMaya, kVana, kNadia, kAna, kYati. 17. Saudara-saudara seperjuanga di green house yang telah banyak membantu juga memberikan motivasi: Abas, Rijal, Syamsir, Rusli, Iksan terima kasih atas kebersamaannya selama ini. 18. Keluarga besar Biologi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.

12

19. Teman-teman KKS sekecamatan Popayato Barat khususnya Desa Molosifat Utara (Rian, Rudi dan Isty). 20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian studiku. Akhirnya dengan penuh kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi ini untuk dunia pendidikan dan sebagai wujud nyata serta ungkapan rasa cinta, sayang dan terima kasih kepada kedua orang tuaku yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dengan penuh kasih sayang, serta saudara-saudaraku yang selalu berdoa demi keberhasilanku. Semoga segala bantuan, bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan oleh semua pihak memperoleh balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga rahmat dan hidayahNYA senatiasa dilimpahkan kepada kita semua. Amin..

Gorontalo, Januari 2011

Penulis

13

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL................................................................................................... LOGO ....................................................................................................... HALAMAN JUDUL ................................................................................. HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ ABSTRAK ................................................................................................ ABSTRACT .............................................................................................. MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Identifikasi Masalah.................................................................. 1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... BAB II KAJIAN TEORI............................................................................ 2.1 Tinjauan Tentang Keanekaragaman Jenis.................................. 2.2 Tinjauan Tentang Pelecypoda ................................................... 2.2.1 Morfologi Pelecypoda ................................................... 2.2.2 Habitat Pelecypoda ....................................................... 2.2.3 Taksonomi Pelecypoda ................................................. 2.2.4 Jenis-Jenis Pelecypoda Hutan Mangrove ....................... 2.2.5 Kebiasaan Makan Pelecypoda ....................................... 2.2.6 Peranan Pelecypoda ...................................................... 2.3 Tinjauan Umum Tentang Mangrove ......................................... 2.4 Faktor-Faktor Fisik .................................................................. 2.4.1 Suhu ............................................................................. i ii iii iv v vi vii viii ix x xiv xvi xvii xviii 1 1 3 4 4 4 5 5 6 6 7 7 9 9 10 11 12 12

14

2.4.2 Salinitas ........................................................................ 2.4.3 pH................................................................................. 2.4.4 Oksigen Terlarut ........................................................... BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 3.1.1 Tempat Penelitian ......................................................... 3.1.2 Waktu Penelitian ........................................................... 3.2 Obyek Penelititan ..................................................................... 3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 3.4 Alat dan Bahan ........................................................................ 3.4.1 Alat ............................................................................... 3.4.2 Bahan ........................................................................... 3.5 Prosedur Kerja .......................................................................... 3.6 Analisis Data ........................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 4.1 Hasil Penelitian......................................................................... 4.1.1 Hutan Mangrove di Desa Bulalo ...................................... 4.1.2 Jenis Pelecypoda di Hutan Mangrove Desa Bulalo ........ 4.1.3 Keanekaragaman Jenis .................................................. 4.1.4 Faktor-Faktor Lingkungan ............................................ 4.2 Pembahasan .............................................................................. BAB V PENUTUP .................................................................................... 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 5.2 Saran ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... CURRICULUM VITAE ...........................................................................

13 13 14 15 15 15 15 15 15 16 16 16 17 18 20 20 19 19 21 22 23 31 31 31 33 45

15

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jenis dan Jumlah Masing-Masing Jenis Pelecypoda yang Terdapat pada Stasiun I ................................................................... 38 Tabel 2. Jenis dan Jumlah Masing-Masing Jenis Pelecypoda yang Terdapat Pada Stasiun II.................................................................. 38 Tabel 3. Indeks Keanekaragaman Jenis Pelecypoda yang Terdapat Pada 2 Stasiun ........................................................................................ 39 Tabel 4. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Pelecypoda Pada Stasiun I .............................................................. 39 Tabel 5. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Pelecypoda Pada Stasiun II ............................................................. 39

16

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Diagram Jumlah Masing-Masing Jenis Pelecypoda yang Terdapat Pada Stasiun I .............................................................. Gambar 2. Diagram Jumlah Masing-Masing Jenis Pelecypoda yang Terdapat Pada Stasiun II ............................................................. Gambar 3. Diagram Hasil Perhitungan Indeks Keanekaragaman Jenis Pelecypoda Pada 2 Stasiun ......................................................... Gambar 4. Diagram Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Pelecypoda Pada Stasiun I ........................................ Gambar 5. Diagram Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Pelecypoda Pada Stasiun II ....................................... 23 23 22 21 21

17

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1: Hirarki Taksonomi Kelas Pelecypoda....................................... Lampiran 2: Tabel hasil Pengamatan Jumlah, Keanekaragaman Jenis dan Faktor Lingkungan ................................................. 38 35

Lampiran 3: Pengolahan Data ....................................................................... 40 Lampiran 4: Peta Lokasi Penelitian ............................................................... 42 Lampiran 5: Dokumentasi Penelitian ............................................................ 43 Lampiran 6: Data Luas Wilayah Hutan Mangrove Gorontalo Utara .............. 44

18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem hutan mangrove adalah salah satu wilayah yang

produktifitasnya tinggi karena ada serasah dan terjadi dekomposisi serasah, sehingga memberikan kontribusi besar terhadap detritus organik yang sangat penting sebagai sumber energi bagi biota yang hidup di perairan sekitarnya antara lain adalah pelecypoda. Pelecypoda merupakan sumber hayati laut yang mempunyai nilai ekonomis dan ekologis penting serta memiliki keanekaragaman yang bervariasi. Oleh karena itu tingkat eksploitasi yang terus meningkat, dari segi ekologis dapat mengancam system rantai makanan dan kelestarian populasi pelecypoda. Secara ekologis, pelecypoda penghuni kawasan hutan mangrove memiliki peranan yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan hutan mangrove, karena di samping sebagai pemangsa detritus, pelecypoda berperan dalam proses dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik yang bersifat herbivor dan detrivor. Wilayah penyebaran pelecypoda sangat luas karena hampir semua perairan laut di Indonesia yang ditumbuhi hutan mangrove memiliki beragam jenis pelecypoda, namun keanekaragaman pelecypoda tersebut belum banyak diketahui (belum diteliti) (Dahuri, 2003). Kehadiran pelecypoda sangat ditentukan oleh adanya vegetasi mangrove yang ada di daerah pesisir. Kelimpahan dan distribusinya dipengaruhi oleh faktor

19

lingkungan setempat, ketersediaan makanan, pemangsaan dan kompetisi, serta tekanan dan perubahan lingkungan juga dapat mempengaruhi jumlah jenis. Jumlah jenis dalam suatu komunitas sangat penting dari segi ekologis karena keanekaragaman jenis tampaknya bertambah bila komunitas menjadi semakin stabil. Namun apabila pertumbuhan komunitas terganggu akan menyebabkan penurunan yang nyata dalam keanekaragaman. Keanekaragaman yang besar mencirikan ketersediaan dalam jumlah yang besar (Darojah, 2005). Menurut Krebs (1989), keanekaragaman jenis yang paling sederhana adalah menghitung jumlah jenis (kekayaan jenis). Keanekaragaman jenis adalah gabungan antara jumlah jenis dan jumlah individu masing-masing jenis dalam komunitas (Desmukh, 1992). Pengertian lain keanekaragaman jenis adalah sebagai suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi

biologisnya (Soegianto, 1994) sehingga apabila terjadi penurunan kualitas maupun kuantitas mangrove maka akan berpengaruh terhadap keanekaragaman pelecypoda yang hidup di hutan mangrove. Di desa Bulalo kecamatan Kwandang terdapat hutan mangrove dengan Luas 200 Ha (Bahri, 2009). Hutan tersebut telah mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peranan hutan mangrove baik secara ekologis maupun ekonomis. Hal ini ditunjukkan dengan semakin menurunnya luas dan komunitas hutan mangrove di desa Bulalo menjadi 138 Ha yang disebabkan oleh aktifitas masyarakat dengan mengeksploitasi hutan untuk dijadikan lahan tambak serta pemanfaatan pohon

20

dari jenis mangrove sebagai bahan bakar atau perabot rumah tangga sehingga terjadi kerusakan terhadap hutan mangrove tersebut (data dinas BPDAS 2011). Kerusakan hutan mangrove di desa Bulalo kecamatan Kwandang sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis organisme penghuni hutan mangrove tersebut, diantaranya adalah pelecypoda. Hal ini belum banyak diketahui secara pasti, oleh karena itu perlu diadakan peninjauan langsung atau penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tingkat keanekaragaman pelecypoda di hutan mangrove tersebut. Mengingat pentingnya peranan pelecypoda pada ekosistem mangrove dengan keanekaragaman yang bervariasi, dan minimnya data atau informasi tentang jenis pelecypoda terutama di kawasan hutan mangrove desa Bulalo

kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, maka diadakan penelitian ini dengan formulasi judul Indeks Keanekaragaman Jenis Pelecypoda Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Bulalo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.

1.2 Identifikasi Masalah Adapun yang menjadi identifikasi masalah adalah : 1. Bagaimanakah Keanekaragaman Jenis Pelecypoda di Kawasan Hutan Mangrove desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara?. 2. Bagaimanakah Kelimpahan Pelecypoda di desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara?

21

3. Bagaimanakah dominansi Pelecypoda di desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara?. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana keanekaragaman jenis pelecypoda di Kawasan Hutan Mangrove desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara?.

1.4 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Keanekaragaman Pelecypoda di Kawasan Hutan Mangrove desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.

1.5 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan dasar tentang Mollusca dalam hal ini adalah pelecypoda. 2. Adanya data ilmiah tentang keanekaragaman jenis pelecypoda yang terdapat di hutan mangrove desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. 3. Sebagai sumber informasi tentang hubungan kerusakan mangrove dengan keanekaragaman pelecypoda.

22

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Tentang Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman jenis cenderung akan rendah di dalam komunitas yang terkendali secara fisik maupun biologis serta pada ekosistem yang mengalami gangguan dan sering juga disebut keheterogenan jenis, hal ini merupakan ciri yang unik untuk menggambarkan struktur komunitas dalam organisasi kehidupan (Krebs, 1989). Menurut Primack (1998), keanekaragaman jenis menunjuk seluruh jenis pada ekosistem, sementara Desmukh (1992) menyatakan bahwa

keanekaragaman jenis sebagai jumlah jenis dan jumlah individu dalam satu komunitas. Jadi keanekaragaman jenis adalah menunjuk pada jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis. Odum (1993) menyatakan bahwa Ada dua komponen keanekaragaman jenis yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis dapat dihitung dengan indeks jenis atau area yakni jumlah jenis per satuan area. Kesamarataan atau akuitabilitas adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Namun pada kenyataan setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama. Satu jenis dapat diwakili oleh 100 hewan, yang lain oleh 10 hewan dan yang lainnya pula diwakili oleh 1 hewan. Kesamarataan menjadi maksimum bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama atau rata. Cara sederhana mengukur keanekaragaman jenis adalah menghitung jumlah jenis atau spesies (Soegianto, 1994).

23

Keragaman jenis menggambarkan kekayaan

spesies. Untuk mengkaji

keragaman jenis digunakan indeks keragaman (diversitas). Indeks diversitas dikembangkan untuk menggambarkan terjadinya perubahan struktur habitat sebagai akibat perubahan yang terjadi dalam kualitas ekosistem. Indeks diversitas yang umum digunakan adalah indeks diversitas Shanon Wiener dengan rumus. H = - ni / N Ln ni / N atau H = -pi Ln pi (Odum:1993)

2.2 Tinjauan Tentang Pelecypoda Pelecypoda mempunyai dua cangkok yang dapat membuka dan menutup yaitu cangkok bagian dorsal dan bagian ventral Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis, Cangkok ini berfungsi untuk melindungi tubuh. Pergerakannya di bantu oleh kaki di antara valves yang melebar atau mengait pada dasar material dengan mekanisme tarik uluar dan kontarksi otot. Ciri umum pelecypoda yaitu lunak, sedentari (menetap pada sediment) umumnya hidup dilaut walaupun ada yang hidup di air tawar (Nybakken, 1992).

2.2.1 Morphologi Pelecypoda Pelecypoda atau kerang, mempunyai dua keping atau belahan yaitu; belahan sebelah kanan dan kiri yang disatukan oleh suatu engsel bersifat elastis disebut ligamen dan mempunyai satu atau dua otot aduktor dalam cangkangnya yang berfungsi untuk membuka dan menutup kedua belahan cangkang tersebut. Untuk membedakan belahan kanan dan balahan kiri cangkang terkadang mengalami kesulitan, hal ini biasa terjadi pada pelecypoda yang hidup menempel

24

pada benda keras misalnya pada karang, karena pertumbuhan pelecypoda ini mengikuti bentuk dari permukaan karang tersebut sehingga bentuknya tidak wajar (Barnes dalam Safikri 2008). Pelecypoda tidak memiliki kepala, mata serta radula di dalam tubuhnya, tubuh pelecypoda hanya terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu kaki, mantel, dan organ dalam. Kaki dapat ditonjolkan antara dua cangkang tertutup, bergerak memanjang dan memendek berfungsi untuk bergerak dan merayap (Robert et al, dalam Safikri 2008).

2.2.2 Habitat Pelecypoda Menurut Kastoro (1988) ditinjau dari cara hidupnya, jenis-jenis pelecypoda mempunyai habitat yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu suku dan hidup dalam satu ekosistem. Pelecypoda pada umumnya hidup membenamkan dirinya dalam pasir atau pasir berlumpur dan beberapa jenis diantaranya ada yang menempel pada benda-benda keras dengan semacam serabut yang dinamakan byssus. Nontji (1993), menyatakan bahwa pelecypoda hidup menetap di dasar laut dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur adapula yang menempel di pohon bahkan pada karang-karang batu. Pada beberapa spesies pelecypoda seperti Mytillus edulis dapat hidup di daerah intertidal karena mampu menutup rapat cangkangnya untuk mencegah kehilangan air (Nybakken, 1992).

2.2.3 Taksonomi Pelecypoda

25

Susunan Taksonomi berikut adalah berdasarkan klasifikasi Newel (1965) dalam Anonim (2010) yang didasarkan pada morfologi. Pelecypoda termasuk dalam kingdom Animalia, Filum Molluska, yang terbagi lagi dalam beberapa sub kelas dan ordo antara lain adalah sebagai berikut: 1. Subkelas Palaeotaxodonta Ordo Nuculoida 2. Subkelas Cryptodonta Ordo Praecardioida Ordo Solemyoida 3. Subkelas Pteriomorphia (tiram, kupang, dll,) Ordo Arcoida Ordo Cyrtodontoida Ordo Mytiloida Ordo Ostreoida Ordo Praecardioida Ordo Pterioida 4. Subkelas Paleoheterodonta Ordo Trigonioida Ordo Unionoida (jenis-jenis kupang air tawar) Ordo Modiomorpha 5. Subkelas Heterodonta (mencakup remis, lokan, dan kerang-kerang yang biasa dikenal, Eulamellibranchia) Ordo Cycloconchidae

26

Ordo Hippuritoida Ordo Lyrodesmatidae Ordo Myoida Ordo Redoniidae Ordo Veneroida 6. Subkelas Anomalodesmata Ordo Pholadomyoida

2.2.4 Jenis-Jenis Pelecypoda Hutan Mangrove Jenis Pelecypoda yang hidup di perairan hutan mangrove ditandai oleh banyaknya kandungan bahan organik, perubahan salinitas yang besar dan kandungan oksigen. Beberapa jenis Pelecypoda yang hidup di hutan mangrove antara lain, Crassostrea sp, Oatrea sp, Gilonia coxan, Perna viridis, Corbicula fluminea, Arctica islandica, Ostreidae dan beberapa jenis lainnya yang banyak terdapat di garis surut terendah, salah satunya adalah Tridacna gigas. (Sitorus 2008).

2.2.5 Kebiasaan Makan Nybakken (1992) menyatakan, bahwa, Berdasarkan pada makanan dan kebiasaan makannya, jenis-jenis pelecypoda dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu pemakan suspensi dan pemakan endapan. Pelecypoda umumnya memperoleh makanan dengan cara menyaring partikel-partikel yang ada dalam air laut (Nontji, 1993).

27

Pada golongan pemakan endapan, pelecypoda ini membenamkan diri dalam lumpur atau pasir yang mengandung sisa-sisa zat organik dan fitoplankton yang hidup di dasar. Makanan tersebut dihisap dari dasar perairan melalui siphon. Semakin dalam pelecypoda membenamkan diri siphonnya semakin panjang (Nontji, 1993).

2.2.6 Peranan Pelecypoda Secara ekologis, jenis Pelecypoda penghuni kawasan hutan mangrove memiliki peranan yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan di kawasan hutan mangrove, karena disamping sebagai pemangsa detritus, pelecypoda berperan dalam proses dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik yang bersifat herbivor dan detrivor. Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikroorganisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa pelecypoda di samping sebagai pemangsa detritus. Akar pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove (Irwanto, 2006). Selain berperan sebagai rantai makanan terhadap ekosistem mangrove pelecypoda di jadikan makanan, cangkok pelecypoda bisa dimanfaatkan untuk

28

membuat hiasan dinding, perhiasan wanita, atau dibuat kancing. Ada pula yang suka mengumpulkan berbagai macam cangkang pelecypoda untuk koleksi atau perhiasan. Pelecypoda juga mempunyai kemampuan untuk mengontrol jumlah racun dalam tubuh mereka melalui proses pengeluaran, sementara organisme lain tidak dapat melakukan hal ini. Organisme yang tidak dapat mengontrol jumlah kandungan racun akan mengakumulasi polutan dan jaringan mereka menunjukkan adanya polutan. Pelecypoda sangat baik mengakumulasi polutan sehingga digunakkan sebagai biomonitor polusi (Philips dalam Sitorus, 2008).

2.3 Tinjauan Umum Tentang Mangrove Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat yang terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik, baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai yang airnya melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu (Anonim, 2010). Lumpur adalah habitat utama hutan mangrove yang terletak di daerah pesisir dan merupakan ekosistem yang mempunyai kekayaan berbagai macam hewan serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung

29

maupun tidak langsung sehingga berdampak merugikan terhadap ekosistem mangrove. Ekosistem hutan Mangrove bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah, salinitas tanahnya yang tinggi serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi (Anonim, 2010). Di Gorontalo Utara khususnya kecamatan Kwandang desa Bulalo terdapat ekosistem mangrove yang di dalamnya terdapat berbagai macam jenis hewan, mulai dari hewan-hewan vertebrata seperti berbagai jenis ikan, burung, hewan amphibia dan ular sampai berbagai jenis hewan invertebrata seperti insecta, crustacea (udang-udangan), moluska (siput, keong, dll), cacing, anemon dan koral. Namun yang menjadi obyek pada penelitian kali ini adalah salah satu hewan dari kelas Moluska yaitu pelecypoda.

2.4 Faktor-Faktor Fisik 2.4.1 Suhu Suhu merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian kelautan. Data suhu dimanfaatkan untuk mempelajari gejala-gejala

fisik dalam komunitas hutan mangrove serta kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan (Nontji, 1993). Suhu merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan distribusi bentos seperti pelecypoda (Odum, 1993). Suhu yang

30

terdapat di kawasan Hutan mangrove berkisar antara 26-29 oC (Bahri, 2009). Sedangkan suhu perairan yang cocok untuk kehidupan organisme di laut termasuk Pelecypoda yaitu antara 25 oC 35 oC (Sutisna dalam Sitorus 2008).

2.4.2 Salinitas Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi keanekaragaman. Irwanto (2006) menyatakan: bahwa,Pada bagian dalam terutama di bagianbagian yang agak jauh dari muara sungai memiliki salinitas yang tidak begitu tinggi dibandingkan dengan bagian luar hutan mangrove yang berhadapan dengan laut terbuka. Pola Gradien salinitas tergantung pada musim, topografis, pasang surut, dan jumlah air tawar yang masuk (Nybakken, 1992). Menurut Romimohtarto (2001) variasi salinitas hutan mangrove mengalami estuari di Indonesia berkisar antara 15 0/0040 0/00 dan pelecypoda yang terdapat di hutan mangrove bisa bertahan hidup berkisar antara 15 0/00-32 0/00. Hasil penelitian sebelumnya tentang Pola Zonasi Mangrove (Bahri, 2009), menyatakan: bahwa, Salinitas yang terkandung pada hutan mangrove desa Bulalo Kecamtan Kwandang berkisar antara 15 0/00-30 0/00 sehingga hal ini memungkinkan pelecypoda untuk hidup.

2.4.3 pH pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena mengontrol tipe dan laju kecepatan bahan air. Selain itu organism akuatik lainnya hidup pada selang antara 7 8.5. Besar pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14

31

(sangat basah/ alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam, nilai di atas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Dan pH = 7 disebut sebagai netral. Menurut Wijaya dalam Sitorus (2008) adanya penambahan kadar organik ke dalam perairan akan menurunkan kualitas air yang disebabkan penguraian bahan organik tersebut menghasilkan CO2. pH air yang terkandung pada Hutan mangrove desa Bulalo kecamatan Kwandang Berkisar antara 7-8 (Bahri, 2009). Menurut Barus dalam Sitorus (2008), nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme laut berkisar antara 6,7 8,2. Hal ini berarti hutan mangrove yang terdapat di desa Bulalo masih dihuni oleh hewan-hewan laut antara lain adalah pelecypoda karena masih dalam batasan pH normal.

2.4.5 Oksigen Terlarut Oksigen terlarut adalah salah satu faktor penting dalam setiap sistem perairan. Oksigen telarut merupakan kebutuhan dasar bagi organisme akuatik, termasuk pelecypoda karena digunakan untuk respirasi (Michael dalam Sitorus, 2008). Menurut Sastrawijaya dalam Sitorus (2008) kehidupan air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimal sebanyak 4 mg/l, selebihnya tergantung pada ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, temperatur air dan sebagainya. Jumlah oksigen terlarut meningkat sejalan dengan menurunnya suhu dan menurun dengan naiknya salinitas (Aji Esty, 2006).

32

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Hutan Mangrove desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Identifikasi pelecypoda dilaksanakan di laboratorium Biologi Universitas Negeri Gorontalo.

3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari tahap persiapan sampai penyusunan laporan akhir penelitian dari bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011.

3.2 Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah pelecypoda di Kawasan Hutan Mangrove desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.

3.3 Metode Penelitian Metode penelitian adalah metode survey, menggunakan Line Transek dengan pendekatan deskripitif. Wilayah Penelitian (Kawasan Hutan Mangrove yang terdapat di desa Bulalo Kec. Kwandang) dengan luas 138 Ha. Sebagian hutan mangrove telah terjadi degradasi karena digunakan sebagai tambak, maka untuk pengambilan sampel dibuat 2 stasiun pengamatan, yaitu; stasiun I dibuat 33

pada daerah sekitar tambak dan stasiun II dibuat pada daerah pantai. Masingmasing stasiun terdiri dari 2 transek dengan panjang setiap transek 150 m dan masing-masing transek terdiri dari 5 plot pengamatan dengan ukuran plot masingmasing 20 x 20 m.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1 Alat 1. Kamera digunakan untuk mengambil gambar pelecypoda sebagai bukti penelitian yang ditemukan 2. 3. 4. 5. 6. 7. Rol Meter digunakan untuk mengukur panjang transek. Toples sebagai tempat mengawetkan sampel Thermometer berfungsi untuk mengukur Suhu lingkungan pH meter digunakan untuk mengukur pH (derajat keasaman) Salinometer digunakan untuk mengukur salinitas Dissolved Oxygen (DO meter) digunakan untuk mengukur oksigen terlarut 8. Tali digunakan untuk membuat garis transek

3.4.2 Bahan 1. 2. 3. 4. Formalin 4% Aquades Alkohol 70% Tissu/kertas, digunakan sebagai pembersih

34

3.5 Prosedur Kerja 1. Observasi Bertujuan untuk mengamati langsung obyek yang diteliti dalam situasi yang sebenarnya. 2. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengambilan data adalah sebagai berikut: a. Menentukan titik masing-masing wilayah yang menjadi sampel penelitian b. Membuat jalur transek sepanjang 150 meter dengan menggunakan tali yang sudah diukur menggunakan role meter dengan ukuran plot 20 x 20 m dan jarak antar plot 10 m. c. Mengukur suhu. d. Mengukur pH. e. Mengukur salinitas. f. Mengukur oksigen terlarut g. Mengambil data mengenai pelecypoda dengan mekanismenya yaitu: Mengambil data hewan yang termasuk pelecypoda pada setiap plot dan menghitung jumlah individu setiap jenisnya. Memasukkan sampel ke dalam toples berisi formalin 4%, serta memberi label pada toples tersebut dengan kertas label. h. Dokumentasi jenis pelecypoda dalam bentuk foto. i. Studi pustaka untuk mengidentifikasi jenis dengan acuan buku-buku tentang identifikasi mollusca kelas pelecypoda dengan kunci determinasi dari Light (1987).

35

Desain Sampling
20 10 m 20

150 m

3.6 Analisis Data Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis, maka digunakan rumus indeks diversitas dari Shannon-Winner (Odum:1993) H = - ni / N Log ni / N atau H = -pi Log pi Keterangan : ni = jumlah individu tiap jenis N = jumlah total semua individu Pi = Peluang kepentingan untuk tiap jenis (ni/ N) Setelah diperoleh indeks keanekaragaman dikelompokkan ke dalam kriteria tinggi, sedang dan rendah. Menurut Hardjosuwarno dalam (Aji Esti, 2006) Kriteria tingkat Keanekaragaman yaitu : (H) > 3,0 (H) 1,6 3,0 (H ) 1,0 1,5 (H ) < 1,0 = Menunjukkan Keanekaragaman sangat tinggi = Menunjukkan Keanekaragaman tinggi = Menunjukkan Keanekaragaman sedang = Menunjukkan Keanekaragaman rendah 36

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan Hasil Penelitian di kawasan hutan mangrove desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara maka dapat disimpulkan: 1. Pelecypoda yang ditemukan di hutan mangrove desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara terdiri dari 4 ordo, yaitu; veneroida, pteroida, mytiloida, ostreoida dan 6 familiy yaitu family ostreidea, austern, mytilidae, pinidae, carcidae, articidae dan 8 spesis. Adapun sepsis-spesis tersebut yaitu: Arctica islandica, Cerastoderma, Atrina sp, Geukensia

demissa, Crassostrea, Ostrea edelus, Ostrea angasi, Ostrea lurida 2. Indeks Keanekaragaman (Diversitas) pelecypoda di desa Bulalo kecamatan Kwandang berdasarkan rumus Shanon-Winner, yang terdapat pada stasiun I yaitu H= 0,72 dan stasiun II H= 0,66. Dengan demikian, maka Indeks Keragaman yang terdapat pada 2 stasiun tersebut tersebut termasuk pada tingkatan rendah.

5.2 Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan hutan mangrove desa Bulalo kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara disarankan kepada masyarakat khususnya yang berada di desa Bulalo agar menjaga kelestarian ekosistem mangrove sehingga keseimbangan lingkungan tetap stabil.

37

2.

Pemerintah dan Instansi yang terkait lebih tegas dan bertanggung jawab dalam upaya pengelolaan dan pengawasan kawasan pesisir khususnya kawasan hutan mangrove untuk kelestarian ekosistem tersebut.

3.

Diharapkan hasil penelitian ini merupakan informasi ilmiah bagi seluruh kalangan seperti pemerintah, masyarakat, pengajar,dan khususnya dapat membantu pengajaran dalam matakuliah Zoologi Invertebrata.

38

DAFTAR PUSTAKA

Aji Esti, Handayani. 2006. Keanekaragaman Jenis Pelecypoda di Pantai Randusanga Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Skripsi. Tidak dipublikasikan Asikin, 1982. Kerang Hijau. Jakarta : Penebar Swadaya Anonim, 2010. Hutan Bakau http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau. di akses 18 Oktober 2010 , 2010. Sitematika Pelecypoda http://id.wikipedia.org/wiki/Pelecypoda Di akses 13 oktober 2010 Bahri, Syamsul. 2009. Komposisi dan Pola Zonasi Vegetasi Hutan Mangrove. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo Dahuri, Rokhmin, MS. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Darojah, Yuyun, 2005. Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Ekosistem Perairan Rawapening Kabupaten Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang Desmukh, 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Irwanto, 2006. Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove. Yogyakarta Kastoro, Widiarsih. 1988. Work Shop Budidaya Laut : Budidaya jenis-jenis Kerang (pelecypoda). Puslitbang Oceanografi LIPI. Jakarta. Krebs, 1989. Ecological Methodology. Harper Collins Publisher. New York. (online) tersedia www. Krebs-ecological-methodology diakses 24 Juni 2010. Light, 1987. Laboratory And Field Text In Invertebrate Zoology. University Of California Nontji, Anugerah. 1993. Laut Nusantara. Djambatan :Jakarta. Nybakken, 1992. Biologi laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta. PT. Gramedia. Odum, 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

39

Primack, Supriatna Dkk, 1998. Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Romimohtarto, 2001. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan Safikri, Dedi. 2008, Studi Struktur Komunitas Pelecypoda dan Gastropoda di Perairan Muara Sungai Kerian dan Sungai Simbat Kec. Kaliwungu Kab. Kab Kendal. Skripsi. Universitas Diponegoro Sitorus, Dermawan. 2008, Keanekaragaman dan Distribusi Pelecypoda Serta Kaitannya Dengan Faktor Fisik-Kimia di Periran Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan Soegianto, 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Surabaya: Usaha Nasional. Supriharyono, 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta : Djambatan

40

Lampiran 1 Hirarki Taksonomi Kelas Pelecypoda 1. Artica Islandica Kingdom : Animalia Phylum Class Ordo Family Genus Species : Mollusca : Pelecypoda : Veneroida : Arcticidae : Arctica : Artica islandica

Light (1987) dan Anonim (2010) 2. Cerastoderma sp Kingdom : Animalia Phylum Class Ordo Family Genus Spesis : Mollusca : Pelecypoda : Veneroida : Carciidae : Cerastoderma : Cerastoderma sp

Light (1987) dan Anonim (2010) 3. Atrina sp Kingdom : Animalia Phylum Class Ordo Family Genus Spesis : Mollusca : Pelecypoda : Pterioida : Pinnidae : Atrina : Atrina sp

Light (1987) dan Anonim (2010)

41

4. Geukensia demissa Kingdom : Animalia Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mollusca : Pelecypoda : Mytiloida : Mytilidae : Geukensia : G. demissa

Light (1987) dan Anonim (2010)

5. Crassostrea sp Kingdom : Animalia Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesis : Mollusca : Pelecypoda : Ostreoida : Austern : Crassostrea : Crassostrea sp

Light (1987) dan Anonim (2010) 6. Ostrea edelus Kingdom : Animalia Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Mollusca : Pelecypoda : Ostreoida : Ostreidae : Ostrea : Ostrea edelus

Light (1987) dan Anonim (2010) 42

7. Ostrea angasi Kingdom : Animalia Phylum Class Ordo Family Genus Species : Mollusca : Pelecypoda : Ostreoida : Ostreidae : Ostrea : Ostrea angasi

Light (1987) dan Anonim (2010)

8. Ostrea lurida Kingdom : Animalia Phylum Class Ordo Family Genus Species : Mollusca : Pelecypoda : Ostreoida : Ostreidae : Ostrea : Ostrea lurida

Light (1987) dan Anonim (2010)

43

Lampiran 4: Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 5:Dokumentasi Penelitian

Pemasangan transek di lokasi penelitian

Contoh hewan pelecypoda di hutan mangrove desa Bulalo

Lampiran 6: Luas wilayah hutan mangrove Desa Bulalo tahun 2011

Sum of Luas/Ha DESA DESA POPALO DESA BIAWU DESA BULADU DESA BULALO DESA BULOILA DESA BULONTIO BARAT DESA BULONTIO TIMUR DESA DAMBALO DESA DEME I DESA DEME II DESA DOMOLODO DESA DULUKAPA DESA DUNU DESA GENTUMA DESA ILANGATA DESA IMANA DESA KASIA DESA KIKIA DESA KOTA JIN DESA LEBOTO DESA MOLANGGA DESA MOLANTADU DESA MOLONGGOTA DESA MOLUO DESA MONANO DESA MONAS DESA MOOTINELO DESA NANATI DESA PASALELA DESA PONTOLO DESA TANJUNG KARANG DESA TOLANGO DESA TOLINGGULA PANTAI DESA TOLONGIO DESA TUDI DESA WINDU DESA WUBUDU (blank) Grand Total Rapat 192.057 54.9131 39.3163 Tanpa mangrove 34.4397 27.4927 13.5372 2.64158 61.6023 45.41 94.1458 56.0736 59.7162 47.5193 16.8539 55.7898 84.4925 37.6036 89.7227 123.683 104.152 12.5899 5.82021 15.1151 37.8505 27.4383 13.229 13.1644 31.5168 4.6463 16.7943 24.7487 14.5054 146.907 14.9721 46.0504 18.0132 10.8604 30.1485 93.9308 51.11983 1584.29702 Tidak rapat 3.14024 37.449 96.6093 Grand Total 229.6369 119.8548 13.5372 138.5672 61.6023 45.41 94.1458 282.5625 59.7162 47.5193 16.8539 55.7898 94.5893 14.993 449.7846 244.0877 123.683 104.152 15.92258 62.74001 74.2262 171.5465 27.4383 221.1055 158.2238 144.9368 314.6473 30.7032 30.32549 155.9197 256.0833 59.2169 161.8144 179.9242 318.0664 140.3631 93.9308 70.89779 4884.518

99.0129

127.476

10.0968

14.993 412.181 154.365

3.33268 59.1111 133.696 29.3805 144.976

56.9198

178.496 0.0833579 113.42 310.001

13.9089 5.57679 46.9155 75.3395 44.2448 115.764 161.911 307.206 34.6367 19.77796 2162.61573

94.4988 33.8368

75.5779

1137.604998

CURRICULUM VITAE 1. Identitas Pribadi Supriadi Laruba lahir di Kaukes, Kec. Bokan Kepulauan, Kab. Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah pada tanggal 8 Maret 1985. Beragama Islam dengan jenis kelamin Laki-laki, anak bungsu dari 5 bersaudara. Putra pasangan Bapak Laruba dan Ibu Wasai.

2. Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal 1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kaukes, Kec. Bokan Kepulauan pada tahun ajaran 1991/1992 dan lulus pada tahun 1998. 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Alkhairat Banggai Kabupaten Banggai Kepulauan pada tahun ajaran 1998/1999 dan lulus pada tahun 2001. 3. Madrasah Aliyah (MA) Negeri Mansalean, Kab. Banggai Kepulauan pada tahun ajaran 2001/2002 dan lulus pada tahun 2004. 4. Universitas Negeri Gorontalo (UNG) pada tahun ajaran 2006/2007 dan lulus pada tahun 2011.

Pendidikan Non Formal 1. Mengikuti Penelusuran Minat dan Bakat (PMB) dan Pembinaan Belajar Kampus (PBK) pada tahun 2006. 2. Peserta Orientasi Medan Biologi (OMB) di desa Longalo, Kec. Tapa, Kab. Bone Bolango pada tahun 2006. 3. Panitia Penelusuran Minat dan Bakat (PMB) dan Pembelajaran Belajar di Kampus (PBK) Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2007. 4. Mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang diselenggarakan oleh HMJ Pendidikan Biologi F.MIPA UNG pada tahun 2007. 5. Panitia Seminar International Penanggulangan Bencana yang

dilaksanakan oleh Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2008. 6. Panitia Orientasi Medan Biologi (OMB) di desa Ulantha, Kec. Tilongkabila, Kab. Bone Bolango dan Desa Lolangalo Kec. Tapa Kab. Bone Bolango pada tahun 2008. 7. Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Fakultas (PIMFAK) II FMIPA UNG yang diselenggarakan oleh Fakultas MIPA UNG pada tahun 2008. 8. Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Biologi pada tahun ajaran 2007/2008 dan 2008/2009. 9. Mengikuti Kuliah Kerja Sibermas (KKS) di desa Molosifat Utara, Kec. Popayato Barat, Kab. Pohuwato pada tahun 2009. 10. Panitia Orientasi Medan Biologi (OMB) di desa Dumbaya Bulan, Kec. Bone Bolango, Kab. Gorontalo pada tahun 2008.

11. Mengikuti Praktek Pengalaman Lapangan (PPL-II) di SMA Negeri 1 Gorontalo pada tahun 2009. 12. Pengurus Senat Mahasiswa (SENMA) Fakultas MIPA pada tahun ajaran 2009/2010.

You might also like