You are on page 1of 7

ANEMIA DEFISIENSI BESI

PATOFISIOLOGI
Anemia deIisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan besi yang berlangsung
lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatiI ini menetap akan menyebabkan
cadangan besi yang berkurang. Ada tiga tahap dari anemia deIisiensi besi, yaitu:
1. Tahap petama.
Tahap ini disebut iron depletion atau iron deficiency, ditandai dengan berkurangnya
cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan Iungsi protein besi
lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme.
Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
kekurangan besi masih normal.

2. Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erytropoietin atau iron
limited erytropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang
eritropoiesis. Dari hasil pemeriksaan laboratoium diperoleh nilai besi serum menurun
dan saturasi transIerin menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC)
meningkat dan free erytrocyt porphyrin (FEP) meningkat.
3. Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagagi iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila
besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan
penurunan kadar Hb.

Tabel tahapan kekurangan besi.


Hb Tahap 1
Normal
Tahap 2
sedikit
menurun
Tahap 3 menurun jelas
(mikrositik/hipokrom)
Cadangan besi (mg)
Fe serum (ug/dl
TIBC (ug/dl)
Saturasi tansIerin()
Feritin serum (ug/dl)
Sideroblas ()
FEP(Ug/dl SDM
MCV
100
normal
360-390
20-30
20
40-60
~30
Normal
0
60
~390
15
12
10
100
Normal
0
40
~410
10
12
10
~200
Menurun

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Untuk menegakkan diagnosis ADB diperlukan pemeriksaan laboratorim yang
meliputi pemeriksaan darah rutin seperti Hb, PCV, leukosit, trombosit, ditambah
pemeriksaan indeks eritrosit, retikulosit, morIologi darah tepi dan pemeriksaan status besi
(Fe serum, total iron binding capacity (TIBC), saturasi transIerin, FEP, Ieritin), dan apus
sumsum tulang.
Menentukan adanya anemia dengan pemeriksaan kadar Hb dan atau PCV
merupakan hal pertama yang penting untuk memutuskan pemeriksaan lebih lanjut dalam
menegakkan diagnosis ADB. Pada ADB nilai indeks eritrosit MCV, MCH dan MCHC
menurun sejajar dengan penurunan kadar Hb. Jumlah retikulosit biasanya normal, pada
keadaan berat karena perdarahan jumlahnya meningkat. Gambaran morIologi darah tepi
ditemukaan keadaan hipokromik, mikrositik, anisositosis dan poikolisitiosis (dapat
ditemukan sel pensil, sel target, ovalosit, mikrosit dan sel Iragmen).
Jumlah leukosit biasanya normal, tetapi pada ADB yang berlangsung lama terjadi
granulositopenia. Pada keadaan ini disebabkan inIestasi cacing sering ditemukan
eosinoIilia.
Jumlah trombosit meningkat 2-4 kali dari nilai normal, trombositosis hanya dapat
terjadi pada penderita dengan perdarahan yang massiI. Kejadian trombositopenia
dihubungkan dengan anemia yang sangat berat. Namun demikian kejadian trombositosis
dan trombositopenia pada bayi dan anak hampir sama, yaitu trombositosis sekitar 35 dan
trombositpenia 28.
Pada pemeriksaan status besi didapatkan kadar Fe serum menurun dan TIBC
meningkat, Pemeriksaan Fe serum untuk menentukan jumlah besi yang terikat pada
transIerin , sedangkan TIBC untuk mengetahui jumah transIerin yang berada dalam
sirkulasi darah. Perbandingan antara Fe serum dan TIBC (saturasi transIerin) yang dapat
diperoleh dengan cara menghitung Fe serum:TIBC x 100 merupakan suatu nilai yang
menggambarkan suplai besi ke eritroid sumsum tulang dan penilaian terbaik untuk
mengetahui pertukaran besi antara plasma dan cadangan besi dalam tubuh. Bila saturasi
transIerin (ST) 16 menunjukkan suplai besi yang tidak adekuat untuk mendukung
eritropoisis. ST 7 diagnosis ADB dapat ditegakkan, sedangkan pada kadar ST 7-16

dapat dipakai untuk mendiagnosis ADB bila didukung oleh nilai MCV yang rendah atau
pemeriksaan lainnya.
Untuk mengetahui kecukupan penyediaan besi ke eritroid sumsum tulang dapat
diketahui kadar Free Erytrcyte Protopoephyrin (FEP). Pada pembentukan eritrosit akan
dibentuk cincin porIirin sebelum besi terikat untuk membentuk heme. Bila penyediaan
besi tidak adekuat menyebabkan terjadinya penumpukan porIirin di dalam sel. Nilai FEP
~100 ug/dl eritrosit menunjukan adanya ADB. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya
ADB lebih dini. Meningkatnya FEP disertai ST yang menurun merupakan tanda ADB
yang progresiI.
Jumlah cadangan besi tubuh dapat diketahui dengan memeriksa kadar Ieritin
serum. Bila kadar Ieritin 10-12ug/dl menunjukan telah terjadi penurunan cadangan besi
dalam tubuh.
Pada pemeriksaan apusan tulang dapat ditemukan gambaran yang khas ADB yaitu
hiperplasia sistem ertropoitik dan berkurangnya hemosiderin. Unutuk mengetahui ada atau
tidaknya besi dapat diketahui dengan pewarnaan Prussian blue.

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis, pemeriksaan Iisik
dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinis yang sering
tidak khas. Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan ADB:
Kriteria diagnosis ADB menurut WHO:
1. Kadar HB kurang dari normal sesuai usia
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata 31 (N:32-35)
3. Kadar Fe serum 50 ug/dl (N:80-180ug/dl)
4. Saturasi TransIerin 15 (N:20-50)

Dasar diagnosis ADB menurut Cook dan Monsen
1. Anemia hipokrom mikrositik
2. Saturasi transIerin 16
3. Nilai FEP ~ 100 Ug/dl eritrosit
4. Kadar Ieritin serum12 ug/dl
Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria ( ST, Ieritin serum dan FEP ) harus
dipenuhi.
Lanzkowsky menyimpulkan ADB dapat diketahui melalui:
1. Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositer yang dikonIirmasi dengan kadar
MCV, MCH dan MCHC yang menurun #ed cell distribution width (RDW) ~ 17
2. FEP meningkat
3. Feritin serum menurun
4. Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST 16
5. Respon terhadap pemberian preparat besi
Retikulositosis mencapai puncak pada hari ke 5-10 setelah pemberian besi
Kadar hemoglobin meningkat rata-rata 0,25-0,4 g/dl/hari atau PCV mmeningkat
1/hari

6. Sumsum tulang
Tertundanya maturasi sitoplasma
Pada pewarnaan sumsum tulang tidak ditemukan besi atau besi berkurang
Cara lain untuk menentukan adanya ADB adalah dengan trial pemberian preparat
besi. Penentuan ini penting untuk mengetahui adanya ADB subklinis dengan melihat
respons hemoglobin terhadap pemberian preparat besi. Bila dengan pemberian
preparat besi dosis 6 mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu terjadi peningkatan kadar Hb
1-2 g/dl maka dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan menderita ADB.


PENATALAKSANAAN
2

Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui Iaktor penyebab dan
mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85
penyebab ADB dapat diketahui sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan tepat.
Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman,
murah dan sama eIektiInya dengan pemberian parenteral, pemberian secara parentertral
dilakukan pada pendertita yang tidak dapat memakan obat peroral atau kebutuhan besinya
tidak dapat terpenuhi secara peroral karena ada gangguan pencernaan.

Pemberian preparat besi peroral
Garam Ierrous diabsorpsi sekitar 3 kali lebih baik dibandingkan garam Ieri,
preparat yang tersedia berupa Ierous glukonat, Iumarat dan suksinat, yang sering dipakai
adalah Ierrous sulIat karena harganya yang lebih murah, Ierrous glukonat, Ierrous Iumarat
dan Ierrous suksiant diabsorpsi sama baiknya tetapi lebih mahal. Untuk bayi preparat besi
berupa tetes (drop).
Untuk dapat mendapatkan respons pengobatan dosis besi yang dipakai 4-6 mg besi
elemental/kgBB/hari. Dosis yang diajurkan untuk remaja dan orang dewasa adalah 60 mg
elemen zat besi perhari pada kasus anemia ringan, dan 120 mg/hari (2 X 60 mg) pad
anemia sedang sampai berat. Dosis yang dianjurkan untuk bayi dan anak-anak adalah 3
mg/kgBB/hari.

EIek samping pemberian zat besi peroral dapat menimbulkan keluhan


gastrointestinal berupa rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare.Sebagai
tambahan zat besi yang dimakan bersama dengan makanan akan ditolelir lebih baik dari
pada ditelan pada saat peut kosong, meskipun jumlah zat besi yang diserap berkurang.
2

Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intra muscular menimbulkan rasa sakit dan harganya
mahal. Dapat menyebabkan limIadenopati regional dan reaksi alergi. Oleh karena itu, besi
parenteral diberikan hanya bila dianggap perlu, misalnya : pada kehamilan tua,
malabsorpsi berat, radang pada lambung.

Kemampuan untuk menaikan kadar Hb tidak
lebih baik dibandingkan peroral.Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi. Larutan
ini mengandung 50 mg besi/ml.
Dosis dapat dihitung berdasarkan:
Dosis besi (mg) BB (kg) X kadar Hb yang diinginkan (g/dl ) X 2,5
Transfusi darah
TransIusi darah jarang diperlukan. TransIusi darah hanya diberikan pada keadaan
anemia yang sangat berat atau yang disertai inIeksi yang dapat mempengaruhi respons
terapi. Koreksi anemia berat dengan transIusi tidak perlu secepatnya, lebih akan
membahayakan kerana dapat menyebabkan hipovolemia dan dilatasi jantung. Pemberian
PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikan kadar Hb
sampai tingkat aman sampai menunggu respons terapi besi. Secara umum, untuk penderita
anemia berat dengan kadar Hb 4 g/dl hanya diberi PRC dengan dosis 2-3 ml/kgBB
persatu kali pemberian disertai pemberian diuretic seperti Iuresemid. Jika terdapat gagal
jantung yang nyata dapat dipertimbangkan pemberian transIusi tukar mengguanakan PRC
yang segar.

You might also like