You are on page 1of 8

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI JURUSAN KEDOKTERAN FKIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Rendi Retissu1; Sjafril Sanusi2; Amalia Muhaimin3 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT Premenstrual syndrome is a group of physical and psychology symptoms which occurs before menstruation. Female prevalent who has premenstrual syndrome as much as 90%, where 3-5% get symptom that disturb daily life. One of the risk factors of premenstrual syndrome is body mass index. The purpose of this study is to know the relationship between body mass index and premenstrual syndrome among female students of University Jenderal Soedirman School of Medicine. This study is observational analytic research with cross sectional design. The sampling technique used proportional random sampling of 75 samples. The result of univariat analytic showed, there was 53,3% female who has premenstrual syndrome, whereas 46,7% female wasnt have premenstrual syndrome. Bivariat analytic use chi-square test to discover the relationship between body mass index with premenstrual syndrome on female student of University Jenderal Soedirman School of Medicine. The result of this research showed, there was relationship between body mass index with premenstrual syndrome on female student of University Jenderal Soedirman School of Medicine (p=0,026). Key Words: premenstrual syndrome, body mass index 1 2 3 Mahasiswa Jurusan Kedokteran. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Dosen Bidang Obsetri dan Ginekology Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. Dosen Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman mengalami gejala psikologis dan gejala premenstruasi abnormal Menurut atau yang fisik dari sindroma premenstruasi sebelum datangnya Frackiewicz kondisi menstruasi. (2001), 75% Menurut remaja datangnya

PENDAHULUAN Sindroma PMS adalah premenstrual syndrome yang disingkat keadaan 2001). berhubungan dengan siklus menstruasi (Frackiewicz, Kasgari (2008), diperkirakan 85-97% perempuan

perempuan mengeluh tentang perubahan tubuhnya sebelum menstruasi. Menurut penelitian yang sama

didapatkan 3-10% perempuan mengalami gejala sindroma Masho yang premenstruasi (2005), mengalami dari sampai 90% mengganggu Menurut perempuan kehidupan sehari-hari. sindroma

pembentukan hormon estrogen, dan faktor dominan penyebab terjadinya sindroma premenstruasi adalah hormon estrogen (Supariasa et al, 2002). Cross et al (2001), menjelaskan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sindroma premenstruasi, namun masih sedikit data yang ada mengenai hubungan indeks massa tubuh dengan sindroma premenstruasi. Berbagai macam permasalahan tersebut, menjadi alasan mengapa peneliti ingin melakukan penelitian ini. Alasan mengapa peneliti mahasiswi Universitas menggunakan Jurusan Jenderal responden FKIK pada Kedokteran Soedirman

premenstruasi, didapatkan 3-5% perempuan mengalami gejala yang cukup berat dari sindroma premenstruasi. Salah satu faktor risiko terjadinya sindroma Massa premenstruasi (IMT) hasil adalah (Masho, penelitian Indeks 2005). yang Tubuh

Berdasarkan

dilakukan oleh Masho (2005), perempuan yang memiliki skor indeks massa tubuh > 30, memiliki risiko 3 kali lipat mengalami sindroma premenstruasi dibandingkan perempuan yang memiliki skor indeks massa tubuh < 30. Permasalah tinggi dan rendahnya skor indeks massa tubuh pada usia remaja merupakan masalah penting, karena dapat menyebabkan risiko terjadinya berbagai penyakit dan mempengaruhi

penelitian ini, karena responden berada dalam satu area yang sama dengan peneliti, sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan pengambilan serta pengukuran variabel penelitian. METODE Rancangan digunakan dengan Populasi mahasiswi pada penelitian penelitian cross ini yang adalah

produktifitas kerja (Supariasa et al, 2002). Sedangkan menurut Kirtz (1999), tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan sindroma premenstruasi. Indeks massa tubuh merupakan salah satu ukuran untuk memprediksi presentase lemak didalam tubuh manusia. Lemak merupakan salah satu senyawa didalam tubuh yang mempengaruhi proses

penelitian deskriptif analitik observasional pendekatan dalam Jurusan sectional. ini adalah FKIK penelitian

Kedokteran

Universitas Jenderal Soedirman. Sampel penelitian diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi. Kriteria inklusi yaitu mahasiswi yang berusia 18 24 tahun dan bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi meliputi mahasiswi yang sudah pernah menikah, hamil, atau melahirkan, sedang atau pernah menderita penyakit kandungan, belum mengalami menstruasi pertama atau menarche, sedang atau atau pernah mengalmi gangguan siklus menstruasi, dan mengkonsumsi alkohol atau rokok. Sampel penelitian berjumlah 74 responden yang dipilih dengan cara proportional random sampling. Variabel Variabel penelitian adalah meliputi sindroma dalam variabel tergantung dan variabel bebas. tergantung premenstruasi. Variabel bebas

variabel distribusi

dengan

menggunakan Analisis

tabel bivariat

frekuensi.

dilakukan dengan menggunakan uji ChiSquare untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan sindroma premenstruasi pada mahasiswi Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman. HASIL Penelitian dilakukan di kampus Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman, yang menggunakan responden mahasiswi angkatan 2007-2009. Penelitian dilakukan selama 7 hari yang dimulai pada tanggal 24 Maret 2010. Jumlah responden penelitian adalah 75 orang yang diambil dengan proportional random sampling dari populasi sebanyak 259 orang.
Tabel 1 Distribusi Variabel Katagorik
Variabel Penelitian Angkatan 2007 2008 2009 Usia 18 19 20 21 22 Sindroma Premenstruasi Mengalami Frekuensi 25 24 26 16 19 23 13 4 Persentase 33,33 32,0 34,67 21,3 25,3 30,7 17,3 5,3

penelitian ini adalah indeks massa tubuh. Informasi variabel tergantung diperoleh melalui pengukuran dengan gejala sindroma premenstruasi menggunakan

kuesioner baku yang telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Sementara variabel bebas diperoleh melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan responden untuk dihitung menggunakan rumus yang telah baku. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing

40

53,3

Tidak Mengalami Indeks Massa Tubuh Overweight Non Overweight Total

35 36 39 75

46,7 48,0 52,0 100,0

tahun (30,7%) dan jumlah responden paling kecil berusia 22 tahun (5,3%). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah indeks massa tubuh yang diukur melalui nilai berat badan dan nilai tinggi badan. Diperoleh rata-rata tinggi badan responden 1,5681 meter (SD : 0,04868), dengan tinggi badan maksimum 1,68 meter dan tinggi badan minimum 1,46 meter. Sedangkan rata-rata berat badan responden adalah 61,52 kg (SD : badan minimum 43 kg. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus indeks massa tubuh, didapatkan hasil frekuensi indeks massa tubuh dengan kategori overweight dan non overweight. Responden kategori non overweight sebanyak 39 reponden (52,0%), dan kategori overweight sebanyak 36 responden (48,0%). Rata-rata indeks massa tubuh responden adalah 25,0238 (SD : 4,85192) dengan nilai maksimum 40,58 dan nilai minimum 18,75. Variabel penelitian premenstruasi. perhitungan ini jumlah tergantung adalah Diperoleh skor dari dalam sindroma hasil kuesioner 12,071) dengan berat badan maksimum 98 kg dan berat

Tabel 2 Distribusi Variabel Numerik


Mean 19,60 1,5681 61,52 43,40 25,0238 SD 1,162 0,04868 12,071 14,098 4,85192

Usia Tinggi Badan Berat Badan Sindroma Premenstruasi Indeks Massa Tubuh

Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswi Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2007-2009. Jumlah angkatan

2007 sebanyak 25 responden (33,33%), angkatan 2008 sebanyak 24 responden (32,0%), dan angkatan 2009 sebanyak 26 responden (34,67%). Jumlah responden masing-masing angkatan sudah memenuhi jumlah sampel minimal, sehingga proporsi dari masing-masing angkatan sudah terpenuhi. Distribusi data menurut usia dalam penelitian ini adalah perempuan yang berusia 18-22 tahun. Rata-rata usia responden 19,60 tahun (SD : 1,162) dengan usia responden termuda adalah 18 tahun, dan usia responden tertua adalah 22 tahun. Jumlah responden terbanyak berusia 20

sindroma premenstruasi. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat 35 responden (46,7%) yang tidak mengalami sindroma

premenstruasi, mengalami

sedangkan sindroma

sisanya

premenstruasi

Total x2 = 4,945

Count

40 p = 0,026

35

sebanyak 40 responden (53,3%). Jumlah skor kuesioner rata-rata adalah 43,40 (SD : 14,098) dengan nilai maksimum 83 dan nilai minimum 22. Analisis hubungan antara indeks massa tubuh dengan sindroma premenstruasi menunjukkan bahwa dari 40 responden pada kelompok yang mengalami sindroma overweight, premenstruasi sedangkan terdapat sisanya 24 16 responden (60,0%) yang memiliki kategori responden (40,0%) memiliki kategori non overweight. Hasil pada kelompok yang tidak mengalami sindroma premenstruasi menunjukan dari 35 responden terdapat 12 responden (34,3%) yang termasuk kategori overweight, sedangkan sisanya termasuk dalam katagori non overweight sebesar 23 reponden (65,7%).
Tabel 3 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Sindroma Premenstruasi
Sidroma Premenstruasi Mengalami Tidak Mengalami 24 12 19.2 16.8 66.7% 60.0% 16 20.8 41.0% 40.0% 33.3% 34.3% 23 18.2 59.0% 65.7%

Hubungan dengan

antara

indeks uji

massa

tubuh dengan sindroma premenstruasi diuji menggunakan Chi-Square. Pengujian terhadap data yang diperoleh memenuhi syarat uji Chi-Square karena tidak terdapat sel dengan expected count < 5. Kotak Chi-Square Tests baris Pearson Chi-Square didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-sided) = 0,026. Hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai p = 0,026 dengan demikian nilai p lebih kecil dari ( = 0,05), sehingga secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan sindroma premenstruasi pada mahasiswi Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman. PEMBAHASAN Penelitian ini didapatkan hubungan antara indeks massa tubuh dengan sindroma premenstruasi, karena didapatkan nilai p = 0,026 yang berarti nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Masho (2005), yang menyatakan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan sindroma premenstruasi. Menurut Moran et.al (2002), hubungan antara indeks massa tubuh

Overweight

Non Overweight

Count Expected Count % % Count Expected Count % %

dengan sindroma premenstruasi adalah melalui kerja hormon insulin. Kadar insulin didalam tubuh adalah berbanding lurus dengan persentase lemak didalam tubuh. Peningkatan persentase lemak didalam tubuh menimbulkan berbagai macam perubahan pada sensitivitas dan sekresi insulin (Sperrof, 2005). Seseorang yang overweight akan terjadi peningkatan kadar glukosa darah secara langsung. Peningkatan kadar glukosa darah ini akan mengakibatkan terjadinya glukoneogenesis. Hal ini akan mempengaruhi kadar insulin yang terus meningkat, yang disebut dengan hiperinsulinemia. Selain itu insulin secara langsung dapat menurunkan Sex-Hormone Binding Globulin (SHBG) pada perempuan overweight. Sex-Hormone Binding Globulin bekerja secara berlawanan dengan insulin yaitu menekan produksi androgen. Sedangkan insulin bekerja pada proses steroidogenesis untuk menstimulasi sel teka dalam memiliki menekan akhirnya (Moran memproduksi efek androgen pada dan sel dan pertumbuhan dari

nantinya akan menyebabkan peningkatan sekresi insulin (Sperrof, 2005). Teori lain mengatakan hiperestrogenisme pada perempuan yang mengalami overweight, disebabkan karena adanya peningkatan persentase lemak di dalam tubuh. Diketahui bahwa lemak terutama kolesterol merupakan bahan dasar pembentukan estrogen. (Price, 2006). Kolesterol akan diubah menjadi androgen didalam sel teka akibat adanya rangsangan dari LH (Sherwood, 2001). Selanjutnya androgen tersebut akan diubah menjadi estrogen didalam sel granulosa akibat adanya rangsangan dari FSH (Hanafiah, 2005). Peningkatan kadar estrogen adalah berbanding lurus dengan peningkatan persentase lemak didalam tubuh, yang artinya semakin tinggi indeks massa tubuh, akan semakin besar risiko seorang perempuan untuk mengalami sindroma premenstruasi ( Price, 2006). Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, dari 40 responden didapatkan yang memiliki kategori non overweight dan mengalami sebanyak sindroma 16 premenstruasi (40,0%). responden

stroma. Tingginya kadar insulin akan produksi akan et.al, SHBG, terjadi 2002). hiperandrogen Meningkatnya

Dikarenakan etiologi ataupun faktor risiko dari sindroma premenstruasi tidak saja disebabkan oleh indeks massa tubuh, melainkan banyak etiologi serta faktor

persentase lemak didalam tubuh akan menurunkan regulasi reseptor insulin yang

risiko lain yang menyebabkan terjadinya sindroma premenstruasi. Sehingga pada penelitian ini sindroma premenstruasi dapat terjadi pada perempuan dengan kategori overweight overweight. KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan sindroma premenstruasi pada mahasiswi Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman. 2. Persentase mahasiswi Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman yang mengalami sindroma premenstruasi sebanyak 53,3%, dan yang tidak mengalami mahasiswi sindroma Jurusan premenstruasi sebanyak 46,7%. 3. Persentase Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman yang memiliki skor indeks massa tubuh dengan katagori non overweight sebanyak 52%, dan overweight sebanyak 48%. DAFTAR PUSTAKA Cross GB, Marlcy J, Miles H, et al. 2001. Changes in nutrient intake during the menstrual cycle of overweight women with premenstrual syndrome. British Journal of Nutrition ; 85 (4) : 475 - 482. ataupun kategori non

Frackiewicz EJ, Shiovitz TM. 2001. Evaluation and management of premenstrual syndrome and premenstrual dysphoric disorder. J Am Pharm Assoc ; 41 : 437 - 447. Hanafiah MJ. 2005. Ilmu Kandunan : Haid dan Siklusnya. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta : 103 - 6. Kasgari KA, Shahhosseini Z, Danesh M. 2008. Assessment of starch dietary regimen regarding premenstrual syndrome among high school students in Sari during 2007. Journal of Mazandaran University of Medical Sciences ; Issue : 65 ; pp : 19 - 27 ; Vol : 18. Kirtz SD, Wingard DL, Garland FC. 1999. The association of behavior and lifestyle factors with menstrual symptoms. Journal of Women's Health Gender Based Medicine ; 8 (9) : 1185 - 1193. Masho SW. 2005. Obesity As a Risk Factor for Premenstrual Syndrome. Journal of Psychosomatic Obstetrics and Gynecology. Moran LJ, et al. 2002. The Obese Patient with Inferttility : A Practical Approach to Diagnosis and Treatment, Nurt Clin Care, Nov/Dec 2002-Vol 5, No.6. Price SAP, Lorr MC. 2006. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : 1281-84. Sherwood L. 2001. Human Physiology: From Cells To System. West

Virginia. International Publishing Inc.

Thomson

Lippincott Williams $ Wilkins. USA. 188-214 Supariasa IDN, Bakrie B, Fajar I. 2002. Metode Penilaian status gizi. Dalam : Penilaian Status Gizi Cetak Pertama. EGC, Jakarta. Hal 17 - 18.

Speroff, Leon MA, Frizt. 2005. Regulation of the Menstrual Cycle. Clinical Gyncology an Endocrinology and Infertility, Seventh Edition,

You might also like