PENGGUNAAN METODE 1ARIMATIKA DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN
BERHITUNG PERKALIAN PADA ANAK AUTIS
Oleh: Lisa Pusppitasari NIM : 06103244025
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autisme adalah gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat. Pada sisi lain pikiran mereka mudah kacau serta kerap mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, sehingga anak mengalami hambatan dalam proses belajar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SD Jambidan menunjukkan bahwa siswa autis di keal VIB mengalami kesulitan dalam operasi hitung perkalian pada bilangan besar. Hal ini dikarenakan siswa autis belum memahami konsep hitung perkalian, sehingga siswa autis merasa bingung dalam melakukan operasi hitung perkalian . Metode Jarimatika merupakan cara berhitung (Operasi Kali-Bagi-Tambah- Kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan yang sederhana dan menyenangkan. Hanya dengan 10 jari siswa dapat melakukan pengurangan, penjumlahan, perkalian dan pembagian. Metode ini akan membantu meningkatkan kemampuan berhitung perkalian. B. Identifikasi Masalah 1. Pemahaman konsep hitung perkalian pada anak autis masih kurang, sehingga anak autis dalam melakukan operasi hitung perkalian sering mengalami kesulitan. 2. Siswa autis mengalami kesulitan dalam Operasi Hitung pada bilangan yang besar yaitu perkalian dua angka atau lebih. 3. Guru dalam melakukan pembelajaran matematika menggunakan metode ceramah, sehingga siswa cepat merasa bosan. 4. Guru kurang memperhatikan kesulitan tingkat kemampuan setiap siswa dalam proses pembelajaran matematika. . Siswa masih tergantung dengan bantuan Guru Pendamping Khusus disetiap proses pembelajaran. 6. Hasil belajar yang diperoleh pada ulangan harian anak autis masih dibawah rata- rata. . Batasan Masalah Penelitian ini hanya membatasi masalah yaitu siswa autis kelas IVB SD Negeri 1 Jambidan yang mengalami kesulitan dalam operasi hitung perkalian pada bilangan besar. D. Rumusan Masalah Bagaimana kemampuan berhitung pada anak autis dapat ditingkatkan melalui metode jarimatika? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode jarimatika dalam meningkatkan kemampuan berhitung perkalian. . Kegunaan Penelitian 1. ManIaat praktis untuk siswa, guru dan sekolah: a. Bagi siswa hasil penelitian ini dapat membantu untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berhitung anak autis, ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas, menumbuhkan rasa senang dengan mata pelajaran matematika. b. Bagi Guru hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan penggunaan metode jarimatika dalam pelajaran matematika. c. Bagi Sekolah sebagai bahan pertimbangan penetapan kebijakan pelaksanaan kurikulum sekolah dengan menggunakan metode jarimatika untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berhitung anak. 2. ManIaat teoritis hasil penelitian ini sebagai inIormasi yang dapat digunakan sebagai sumber bahan inIormasi pembelajaran matematika anak autis. G. Definisi Operasional Penelitian 1. Metode jarimatika adalah teknik berhitung menggunakan jari-jari tangan, metode jarimatikan dapat digunakan siapapun dan digunakan untuk menjumlah, mengurangi, mengalikan dan membagi dengan penggunaan jari-jari tangan untuk melakukan hitungan. 2. Anak autis dalam pembahasan ini adalah anak yang mengalami hambatan pemusatan perhatian, menghindari kontak mata, sering mengulang tingkah lakunya serta kecenderungan melihat dunia secara subjektiI dan menolak realitas, sering melamun kegiatan belajar dikelas sehingga anak terhambat dalam melakukan pembelajaran. Dalam hal ini anak autis yang dimaksudkan anak yang mengalami hambatan dalam berhitung perkalian pada mata pelajaran matematika kelas VI di SD Negeri 1 Jambidan. 3. Peningkatan kemampuan berhitung adalah perubahan tingkat kesanggupan berhitung menggunakan bilangan dua angka dari belum dapat perkalian menjadi mampu berhitung perkalian. KA1IAN PUSTAKA A. Pengertian Autisme Menurut Chaplin (Wisnu Wardana, 2010:1) Autisme sebagai cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, dimana penderita menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas, serta keasyikan ekstrim dengan pikiran dan Iantasi sendiri. Lama kelamaan cara berpikir anak autis akan berkembang sesuai usia mental mereka. Bertambahnya usia dan terapi yang dilakukan oleh anak autis akan mempengaruhi pola bahasa, kontak mata, komunikasi dan sosialisasi anak autis. Anak autis dapat bersekolah di SD dan bersosialisasi secara langsung dengan teman sebayanya. B. Penyebab Autis Menurut Yuniar (2002: 8) belum ada kesepakatan tentang Iaktor penyebab terjadinya autis dan multiIactor yang saling berkaitan satu sama lain. Ada berbagai Iaktor yang berperan sebagai penyebab autis antara lain sebagai berikut: 1. Genetik, biasanya ada saudara dekat atau agak jauh yang mengalami autis. 2. Abnormal Iungsi gastro intestional, ketidakseimbangan hormon dalam tubuh yang dapat menyebabkan gangguan perilaku. 3. Polusi lingkungan, polusi bahan-bahan beracun di lingkungan asap kendaran bermotor yang mengandung logam berat yang dapat mengganggu perkembangan otak anak seperti: Arsen, Kadmium, Merkuri, Timbal dan Antomony. 4. DisIungsi imunologi atau kekebalan tubuh yang lemah mengakibatkan anak mudah sakit atau kena penyakit sehingga mengganggu aktivitas belajar, pelajaran banyak yang tertinggal. . Gangguan Metabolisme yang ditandai dengan mudah terjadi alergi yang mengganggu perkembangan janin. 6. Gangguan pada masa kehamilan yaitu terkena inIeksi masa kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan janin. 7. Persalinan yang dibantu dengan alat bantu, misalnya dengan tang bayi, cop bayi dan kekurangan oksigen, bayi sering masuk keluar masuk pada proses persalinan. 8. Syndrome-syndrom dengan latar belakang yang bervariasi. . Karakteristik Anak Autis Menurut Reed (Pamuji, 2007: 14), Mereka dengan autisme berIungsi tinggi memiliki kemampuan kognitiI lebih baik dan dengan demikian lebih mungkin untuk berhasil dan memiliki hidup normal lagi. Mereka memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik dan lebih baik sosial agak keterampilan juga. D. Kemampuan Berhitung Perkalian 1. Pengertian tentang Kemampuan Berhitung Perkalian Menurut Jailani (1989: 4) pengertian berhitung adalah melakukan perhitungan, komputasi diantaranya meliputi empat operasi hitung yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian masing-masing operasi berkaitan secara implicit sebagai contoh pengurangan merupakan invers dari penjumlahan, perkalian merupakan invers dari pembagian. Perkalian menurut Sumarno dan Sukahar (1977: 44) adalah 'Penfumlahan Berulang. Perkalian mendasari beberapa konsep matematika lainnya. 2. Pengertian Matematika Hakikat matematika menurut Sodjadi (Heruman, 2008:1), yaitu memiliki tujuan objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktiI. 3. Tujuan Pembelajaran Tujuan umum tercantum pada KTSP untuk Sekolah Dasar tahun 2006, adalah sebagai berikut. a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, eIisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menaIsirkan solusi yang diperoleh. c. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 4. Kompetensi Pembelajaran Matematika Standar kompetensi pada pembelajaran matematika kelas VI adalah Melakukan Operasi Hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah. Serta Kompetensi dasar yaitu Menggunakan siIat-siIat operasi hitung dengan indikator melakukan operasi hitung dua angka. E. Metode Pembelajaran 1. Pengertian Metode Pembelajaran Wina Sanjaya (2006: 144), yang menyatakan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan pembelajaran yang telah disusun tercapai secara optimal. 2. 1enis-1enis Metode Pembelajaran Menurut Depdikbud (1994:8) metode pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus yang digunakan ada yaitu: 1) Metode Eksperimen Metode eksperimen yang dimaksud adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa, perorangan atau kelompok untuk melatih atau melakukan suatu proses kegiatan atau percobaan. 2) Metode Proyek Metode proyek yang dimaksudkan adalah suatu cara pembelajaran dan pelatihan ketrampilan kepada siswa berkebutuhan khusus dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari secara nyata di lingkungan hidupnya sebagai bahan pelajarannya. 3) Metode Karyawisata Metode karyawisata yang dimaksudkan adalah cara memberikan bahan pembelajaran/ pelatihan ketrampilan dengan membawa siswa langsung ke objek yang terdapat di luar kelas atau dalam kehidupan yang nyata, agar siswa mengalami atau mengamati serta dapat berlatih secara langsung. 4) Metode Demonstrasi Metode demonstrasi yang dimaksudkan adalah suatu cara pembelajaran dengan menunjukkan sesuatu atau mendemonstrasikan kegiatan tertentu sebagai bahan ketrampilan yang akan diperlukan kepada siswa. Hal yang dipertunjukkan berupa rangkaian percobaan, model alat dan ketrampilan tertentu. Metode ini menuntut siswa untuk memperhatikan objek dan melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah didemonstrasikan. ) Metode Ceramah Metode ceramah yang dimaksudkan adalah cara pembelajaran dengan melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa. Agar siswa aktiI dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah maka siswa perlu dilatih mengembangkan ketrampilan mental untuk memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis sesuai dengan perkembangan intelektual siswa.
. Metode jarimatika 1. Pengertian tentang Metode 1arimatika Menurut Penggagas metode jarimatika Septi Peni Wulandani (2008). Jarimatika adalah cara berhitung (operasi Kali-Bagi-Tambah-Kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. 2. ungsi dan Manfaat Metode 1arimatika Menurut Penggagas metode jarimatika Septi Peni Wulandani (2008) Dibandingkan dengan metode lain, Jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini disampaikan secara Iun, sehingga anak-anak akan merasa senang dan gampang bagaikan "tamasya belajar". Nilai lebih berhitung menggunakan metode Jarimatika : a. Sederhana. b. Jarimatika memberikan Visualisasi proses berhitung, hal ini akan membuat anak mudah melakukannya. c. Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak, mungkin mereka menganggapnya lucu. Dengan begitu mereka akan melakukannya dengan gembira. d. Jarimatika relatiI tidak memberatkan memori otak saat digunakan. e. Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan atau terlupa menyimpannya. I. Dan pada saat ujian alatnya tidak dapat disita. 3. Tahapan Penggunaan Metode 1arimatika a. Anak perlu memahami bilangan dan membilang. b. Setelah itu diajarkan konsep operasi hitung c. Baru kemudian kita masuk ke Jarimatika, yang menjadikan proses berhitung itu menjadi Mudah dan Menyenangkan. Terdiri dari persiapan, perkenalan, contoh, rumus sederhana dan tantangan. G. Kerangka Berpikir Anak autis sering mengalami hambatan dalam belajar di sekolah, khususnya dalam pembelajaran matematika yang menuntut anak untuk berpikir logis. Pelajaran matematika membutuhkan pemikiran secara logika yaitu menuntut anak harus dapat berhitung dengan benar dan tepat, sedangkan anak autis sulit untuk memusatkan perhatian sehingga sulit untuk berpikir secara logika. Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika seperti, pemahaman konsep hitung perkalian pada anak autis masih kurang sehingga anak dalam melakukan operasi hitung perkalian sering mengalami kesulitan. Siswa Autis di SD Negeri 1 Jambidan mengalami kesulitan dalam operasi hitung pada bilangan yang besar yaitu perkalian dua angka atau lebih. Perkalian mendasari beberapa konsep matematika lainnya. Perkalian dibutuhkan untuk memecahkan persoalan berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Akibat keterbatasan Anak Autis dalam melakukan perkalian dua angka mengakibatkan kemampuan dalam memahami materi selanjutnya terhambat. Mereka membutuhkan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga pemahaman mereka menjadi lebih mudah dalam memusatkan perhatiannya yaitu melalui metode jarimatika. Metode jarimatika sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak dalam mengaktualisasikan diri dalam menghitung mengggunakan jari-jarinya sendiri. Jarimatika bila diterapkan pada anak autis sangat cocok karena jarimatika menggunakan 10 jari tangan ini akan mempermudah anak autis dalam menghitung. Untuk itu perlu digunakan metode pembelajaran yaitu metode jarimatika. Penggunaan jarimatika ini dapat meningkatkan motivasi anak dan menarik perhatian anak. Pembelajaran berhitung bagi anak autis dengan menggunakan metode jarimatika dimaksudkan untuk mempermudah menyelesaikan masalah pada kemampuan berhitung anak autis dengan menggunakan indera perabaannya (10 jari-jari tangan) yang menyenangkan. Sehingga kemampuan belajarnya menjadi lebih bagus dan hasil pembelajaran dapat digunakan sebagai bekal bagi anak berupa ketrampilan berhitung praktis dan Iungsional yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dengan demikian metode jarimatika ini berIungsi sebagai metode yang digunakan dalam pembelajaran berhitung dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung bagi anak autis.
H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas, maka diajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian bagi anak autis. Metodologi Penelitian dan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung perkalian melalui Metode Jarimatika pada siswa Autis di SD 1 Jambidan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dengan 2 siklus. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Autis kelas VI di SD 1 Jambidan yang berjumlah dua siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan metode tes, wawancara dan observasi. Hasil pengamatan kemampuan berhitung perkalian dianalisis deskriptiI kuantitatiI dengan prosentase dan graIik. Pada akhir siklus dilakukan evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat kemampuan berhitung perkalian siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode Jarimatika dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian pada siswa Autis kelas VI di SD 1 Jambidan. Peningkatan kemampuan berhitung perkalian tersebut ditunjukkan oleh adanya peningkatan kemampuan berhitung perkalian siswa autis. Sebelum dikenai tindakan (pratindakan), subyek I memperoleh presentase pencapaian 40,8 setelah dikenai tindakan pada akhir siklus I mencapai 64,2 dan pada akhir siklus II rata-rata persentase pencapaian menjadi 83,3. Subyek II Sebelum dikenai tindakan (pratindakan), memperoleh presentase pencapaian 31,6 setelah dikenai tindakan pada akhir siklus I mencapai 7, dan pada akhir siklus II rata-rata persentase pencapaian menjadi 73,3. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode Jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa Autis kelas VI di SD 1 Jambidan. Peningkatan kemampuan berhitung perkalian tersebut dapat dilihat dari perolehan skor tes kemampuan berhitung dari sebelum dan sesudah tindakan pembelajaran matematika dengan metode Jarimatika. Rata-rata persentase pencapaian pada 5ratindakan adalah 36,2 meningkat menjadi 60,8 pada akhir siklus I. Dari 548t te8 akhir siklus I prestasi belajar meningkat menjadi 78,3 pada 548t te8 akhir siklus II. B. Saran 1. Dalam proses pembelajaran melalui metode Jarimatika diharapkan seting tempat duduk diperhatikan. Tempat duduk siswa Autis diharapkan dekat dengan guru, agar guru dapat memantau setiap proses pembelajaran, sehingga kemampuan setiap siswa dapat terlihat. 2. Melalui metode Jarimatika diharapkan dapat melihat perbedaan kemampuan awal yang dimiliki setiap siswa sehingga guru mampu memilih konteks yang dapat dipahami oleh setiap siswa agar menjadikan siswa lebih termotivasi dan aktiI. Dengan demikian, saat pembelajaran berlangsung siswa tidak merasa jenuh dan bosan, dan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar dapat terpenuhi. 3. Sekolah diharapkan memperhatikan keunggulan dari metode Jarimatika sebagai salah satu metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa, khususnya siswa Autis. Sekolah diharapkan menciptakan lingkungan belajar yang kondusiI untuk pembelajaran.