You are on page 1of 13

METODE MENGHAFAL AL-QURAN

A. Pengertian Metode Menghafal Al-Quran

Ahmad Tafsir (1995:9) Menyebutkan bahwa metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris yang berarti cara. Metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Selain itu Zuhairi (1993: 66) juga mengungkapkan bahwa metode berasal dari bahasa yunani (Greek) yaitu dari kata metha dan hodos. metha berarti melalui atau melewati, sedangkan kata hodos berarti jalan atau cara yang harus dilalui atau dilewati untuk mencapai tujuan tertentu. Zuhairi juga menyebutkan bahwa metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat dan cepat dalam menerapkan metode menghafal dalam pengajaran, jadi faktor metode ini tidak boleh diabaikan begitu saja, karena metode di sini akan berpengaruh pada tujuan pengajaran. Menghafal menurut kamus Bahasa Indonesia (2003:381) bahwa menghafal berasal dari kata dasar hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Selain itu menghafal juga dapat diartikan dari kata memory yang artinya ingatan, daya ingatan, juga mengucapkan di luar kepala. Kata menghafal dapat disebut juga sebagai memori, dimana apabila mempelajarinya maka membawa kita pada psikologi kognitif, terutama pada model manusia sebagai pengolah informasi. Secara singkat memori melewati tiga proses yaitu Perekaman, Penyimpanan dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan saraf internal. Penyimpanan (storage) yakni menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita baik dalam bentuk apa dan dimana. Penyimpanan ini bisa aktif atau pasif. Jika kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan. Mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa seharihari mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan. Begitu pula dalam proses menghafal Al-Quran dimana informasi yang baru saja diterima melalui membaca ataupun teknik-teknik dalam menghafal yang juga melewati beberapa tahap yaitu perekaman, perekaman ini dikala siswa mencoba untuk menghafal tugas yang berupa ayat maupun Surat yang dilakukan secara terus menerus, sehingga pada akhirnya masuk dalam tahap penyimpanan pada otak-memori dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kemudian ketika fase pemanggilan memori yang telah tersimpan yaitu disaat tes evaluasi menghafal di hadapan guru. Al-Quran adalah kalam (perkataan) Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafadz dan maknanya, Al-Quran menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam juga berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Berbicara tentang kemurnian atau makna Al-Quran, Quraish Shihab (1996: 3) Mengungkapkan bahwa Al-Quran yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya tetapi juga kandungan yang tersurat, tersirat bahkan sampai pada kesan yang ditimbulkan, semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak kering itu, berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kecenderungan mereka, namun semua mengandung

kebenaran. Al-Quran layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Mustafa Al-Azami (2005:46) Walaupun bangsa Arab pada waktu itu masih buta huruf, tapi mereka mempunyai ingatan yang sangat kuat. Pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan syair-syair dari para pujangga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dan lain sebagainya adalah dengan hafalan semata. Karena hal inilah Nabi mengambil suatu cara praktis yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Quranul Karim. Setiap ayat yang diturunkan, Nabi menyuruh menghafalnya, dan menuliskannya di batu, kulit binatang, pelapah kurma, dan apa saja yang bisa dituliskan. Nabi menerangkan tertib urut ayat-ayat itu. Nabi mengadakan peraturan, yaitu Al-Quran saja yang boleh dituliskan, selain dari Al-Quran, Hadits atau pelajaran-pelajaran yang mereka dengar dari mulut Nabi dilarang untuk dituliskan. Larangan ini dengan maksud agar Al-Quran itu terpelihara, jangan dicampur aduk dengan yang lain-lain yang juga didengar dari Nabi. Nabi menganjurkan agar Al-Quran dihafal, selalu dibaca, dan diwajibkannya untuk dibaca ketika sedang melakukan Shalat. Dengan cara demikian, banyaklah orang yang hafal Al-Quran. Surat yang satu macam, dihafal oleh ribuan manusia, dan banyak yang hafal seluruh Al-Quran. Selain itu, tidak ada satu ayatpun yang tidak dituliskan. Dari sini dapat kita ketahui bahwa metode menghafal merupakan salah satu metode yang dipakai Rasulullah Saw, tentunya juga masih relevan jika metode tersebut digunakan pada saat ini, yakni dalam mempelajari Al- Quran. Sedangkan metode menghafal dalam pengajaran Al-Quran adalah suatu cara yang ditempuh yang berupa upaya untuk menghafalkan ayat-ayat al-Quran baik sebagian ayat, dimana Al-Quran tersebut menjadi sumber hukum bagi agama Islam.. Di dalam menerapkan metode pada proses belajar mengajar tentunya ada dasar atau sandaran yang menjadi pijakan dalam menerapkan metode tersebut, hal ini tidak jauh berbeda dengan metode menghafal yang sudah barang tentu memiliki beberapa dasar baik itu dalil-dalil Al-Quran maupun as Sunnah. Adapun dasar yang dijadikan sebagai landasan penggunaan metode menghafal dalam pengajaran Al-Quran mengacu pada Nash diantaranya Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hijr : 9, Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memelihara. Secara bahasa Al Hifzh bermakna selalu ingat dan sedikit lupa. Hafizh (Penghafal) adalah orang yang menghafal dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang menghafal. Al Hifzh juga bermakna memelihara, menjaga, menahan diri, ataupun terangkat. Dalam kaitan menghafal Al-Quran, maka harus memperhatikan 3 unsur pokok, yaitu : a. Menghayati bentuk-bentuk visual sehingga bisa diingat kembali meski tanpa melihat mushaf. b. Membacanya secara rutin ayat-ayat yang dihafalkannya. c. Mengingat-ingat ayat-ayat yang dihafalkannya. Secara istilah pengertian Al Hifzh sebenarnya tidak berbeda dengan pengertian secara bahasa/ etimologi, tetapi ada dua hal yang secara prinsip membedakan seorang Penghafal Al-Quran dengan penghafal hadits, syair, hikmah, tamsil ataupun lainnya, yaitu : a. Penghafal Al-Quran dituntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitiannya. Karena itu tidaklah dikatakan Al Hafizh orang yang menghafal

setengahnya atau dua pertiganya atau kurang sedikit dari 30 Juz dan tidak menyempurnakannya. Dan hendaklah hafalannya dalam keadaan cermat dan teliti. b. Menekuni, merutinkan dan mencurahkan segenap tenaga untuk melindungi hafalannya dari kelupaan. Allamah M.H Thabathabai (2007:57) Menjelasan tentang segi kandungan, bukan lafal, mukjizat Al-Quran tetap terjaga. Ajaran-ajaran Islam yang luas dan mencakup ajaran-ajaran keagamaan, akhlak, hukum-hukum perbuatan individual serta sosial, yang dasar-dasar dan sumber-sumbernya kita dapati dalam Al-Quran, tertata sedemikian rupa dan tak mengandung pertentangan apa pun, yang berada di luar batas kemampuan rnanusia, khususnya manusia yang hidup dalam situasi dan kondisi seperti yang dialami oleh manusia-manusia pada masa Nabi S.A.W. Adalah menakjubkan suatu kitab seperti Al-Quran turun dalam satu gaya khas dan bagian-bagiannya tetap terjaga dalam masa dua puluh tiga tahun, dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda: dalam ketakutan dan kekacauan, dalam keadaan aman dan tenteram, dalam keadaan perang dan damai, di waktu sepi dan sendiri, di waktu ramai dan berkumpul, ketika bepergian dan di rumah..Surat demi surat dan ayat demi ayat diturunkan tanpa ada pertentangan di dalamnya. Ringkasnya, semua sifat yang ada dalam Qurannya Muhammad ada dalam Al-Quran ini tanpa ada perubahan dan pergantian. Tentang Al-Quran. B. Strategi Menghafal Al-Quran

Dalam proses menerapkan metode menghafal Al-Quran ada beberapa Strategi yang efektif sebelum melakukan menghafal, diantaranya: 1. Memahami ayat-ayat yang akan dihafal.

Teknik ini cocok untuk orang yang berpendidikan. Ayat-ayat yang dihafal dipahami terlebih dahulu dapat dilakukan dengan menggunakan terjemahan Al-Quran keluaran departemen agama, setelah paham cobalah baca berkali-kali sampai mengingatnya. Kemudian berusaha menghafal ayat-ayat tersebut dengan menutup kitab atau tulisan. Mengenai tehnik dengan memahami terlebih dahulu ini, hal senada juga diungkapkan oleh Endmund Bachman (2005:73) Bahwa dalam menghafal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan kata-kata kunci dalam bahan, kemudian dihafalkan kata-kata tersebut. Untuk membantu proses penghafalan kita selalu menggunakan sebanyak mungkin kata- kata tersebut. 2. Mengulang-ulang sebelum menghafal.

Cara ini lebih santai, tanpa harus mencurahkan seluruh pikiran. Sebelum mulai menghafal, membaca berulang-ulang ayat-ayat yang dihafal setelah itu baru mulai menghafal. Perlu diketahui bahwa cara ini sangat cocok bagi penghafal yang mempunyai daya ingat lemah, adapun dengan cara ini akan merasakan kemudahan khusus dalam merekam ayat-ayat tersebut. Akan tetapi cara ini membutuhkan kesabaran ekstra, karena akan memakan waktu yang cukup banyak. Sebenarnya kalau dilihat dari segi mental bagi para penghafal bahwa teknik apapun yang dilakukan tidak akan terlepas dari

pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat mengucapkan tanpa melihat mushaf sedikitpun. 3. Mendengar sebelum menghafal.

Pada teknik ini hanya memerlukan pencurahan pikiran untuk keseriusan mendengar ayat-ayat yang akan dihafal. Ayat-ayat yang akan dihafalkan dapat didengar melalui kaset-kaset tilawah Al-Quran, mendengarkannya harus dilakukan secara berulang-ulang. Setelah banyak mendengar baru mulai menghafal ayat-ayat tersebut. 4. Menulis sebelum menghafal

Sebagian para penghafal Al-Quran ada yang cocok dengan menulis ayat-ayat terlebih dahulu sebelum dihafalnya. Cara ini sebenarnya sudah banyak dilakukan para ulama pada zaman dahulu, setiap ilmu yang akan dihafal mereka tulis dahulu. Sedangkan Ws. Wingkel (1989:89) Menuturkan bahwa proses menghafal disajikan dalam bentuk verbal (bentuk bahasa), entah materi itu dibaca atau dengan cara didengar. Karena materi berupa mengandung arti. Sebenarnya teknik atau langkah-langkah apapun yang dilakukan, tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya tanpa melihat tulisan. Kenyataan yang berlaku di mana-mana bahwa manusia atau anak didik berbeda satu dengan yang lain dalam berbagai hal, antara lain dalam inteligensi, bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani dan perilaku sosial. Adakalanya seseorang lebih cekatan dalam bidang kegiatan dibandingkan dengan orang lain. Dalam bidang tertentu ia mungkin menunjukkan keunggulannya dibanding orang lain Abdul Daim Al-Kahil (2010:33) Menyebutkan bahwa langkah-langkah mudah menghafal Al-Quran yaitu : 1. Mendengarkan Al-Quran

Bagaimana cara mendengar murattal Al-Quran? Bahwa seluruh waktu yang sangat tepat untuk mendengarkan bacaan Al-Quran. Karena seorang mukmin mengingat Allah di dalam seluruh keadaannya, baik ketika sedang bediri, duduk, sebelum tidur, dan ketika bangun tidur, serta ketika bersama teman dan keluarganya. Dikarenakan seorang mukmin mengingat Allah di setiap waktunya, begitu pula dengan mendengar bacan Al-Quran yang tidak memiliki waktu khusus maka sudah seharusnya bagi orang yang ingin menghafal hendaknya mendengarkan muratal AlQuran semampu mungkin. Allah Berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 191: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

2.

Berulang kali mendengarkan Bacaan Satu Surat

Jika ingin menghafalkan bacaan surat maka wajib untuk mendengarkan bacaan surat tersebut setiap hari dan di ulang hingga beberapa kali dengan suara salah satu Qari. Hal ini perlu di lakukan beberapa hari. Selanjutnya akan melakukan hafalan dengan sangat mudah. Untuk mempermudah menghafal Al-Quran alangkah baiknya kita mengatahui Langkah-Langkah apa saja yang harus di lakukan. Muhammad Habibillah Muhammad Asy-Syinqithi (2011: 73) Menyebutkan bahwa langkah-Langkah menghafal Al-Quran adalah sebagai berikut: Nasihat sebelum Mulai menghafal Al-Quran Perlu di ketahui bahwa kita sebenarnya mempunyai kamampuan akal yang hebat dan mampu menghafal dalam jumlah lebih jika kita melatih daya ingat untuk itu dan perlu diketahui juga bahwa manusia yang jenius sekalipun ternyata baru menggunakan 3% dari kemampuan otak mereka. Ini berarti manusia hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuan otaknya yang di anugrahkan sang pencipta yang maha pemurah. Karena itu, hindarilah benar-benar ucapan Aku tidak bisa menghafal sebanyak ini apa pun bentuknya. Latihlah otakmu dan kamu mampu menghafal lebih. Tetapi itu tidak berarti kamu harus membebani dirimu di atas batas kemampuan. Cobalah bayangkan, seandainya dirimu adalah seorang Hafiz Al-Quran Al-Kalam. Yakinkan dirimu bahwa dalam sehari kamu mampu menghafal sejumlah ayat yang kamu inginkan sesuai program tahfizmu. Akal sehat akan membenarkan hal itu dan mengatakan kepadamu Ya akulah hambamu yang patuh. Aku akan menundukan seluruh inner powermu guna mewujudkan tujuan itu. Sebaliknya, bila kamu mengatakan kepada dirimu sendiri kalau hal itu tidak mungkin, maka otakmu akan mengatakan,Kamu benar, itu tidak mungkin. Otakmu pun lantas tertidur. Klasifikasikan dirimu, apakah kamu termasuk tipe orang yang bergantung pada indera pendengaran dalam penghafalan Al-Quran, atau kamu tipe orang yang suka mengulang-ulang ayat-ayat tersebut di telingamu sampai kamu hafal? Ataukah kamu termasuk tipe orang yang bergantung pada indra pengihatan, yang menghafal format halaman dan mengesankannya di dalam pikiran? Berdasarkan hal it, berkonsentrasilah pada sarana atau alat sesuai untukmu dalam mengahfal, dengan tetap melakukan variasi
1.

Harus menghafal Al-Quran secara Talaqqi (Dikte) dari para Hafiz Orang yang ingin menghafal kitab Allah Taala, maka dia harus menerimanya dari ahli Al-Quran yang mendiktekan kepadanya. Tidak cukup hanya dengan mempelajarinya sendiri. Sebab, salah satu keistimewaan Al-Quran Al-Karim yang terpenting adalah hafalan Al-Quran hanya boleh diterima secara Talaqqi dari ahlinya. Rasulullah SAW sebagai orang arab yang paling fasih lidahnya, menerimanya dari JIbril sementara para sahabat menerimanya dari Rasulallah SAW. Para tabiin dan orang-orang sesudah mereka menerimanya dari para sahabat, sehingga Al-Quran sampai kepada kita dalam keadaan terjaga dari segala penyimpangan, pengubahan, dan kekurangan.
2.

Karena itu di berikan belajar membaca Al-Quran secara otodidak. Bahkan, meski dia mampu berbahasa Arab dan mengetahui kaidah-kaidahnya. Siapa yang melakukannya, maka bisa dia menghafal beberapa ayat dengan keliru tanpa ia sadari. Juga akan kehilangan keberkahan dan keutamaan Talaqqi Al-Quran dengan rantai Sannad. 3. Mushaf yang Sama Diantara tips yang dapat membantumu untuk menghafal Kitab Allah Taala adalah selalu menggunakan mushaf yang sama saat menghafal. Sebab manusia menghafal sesuatu juga menggunakan pandangan, selain menggunakan pendengaran. Dengan sering membaca dan melihat satu mushaf, posisi ayat-ayat pada mushaf akan terpatri pada otak. Karena itu, terkadang mengganti mushaf bila memecah konsentrasi otak. 4. Permulaan Hafalan Sebaiknya, awali hafalan dari surat An-Nas menuju surat Al-Baqarah. Karena mengahafal secara berangsur-angsur dari surat yang pendek lagi mudah dilakukan. Ini membuatmu lebih mudah menghafal dan kamu pun merasa menghafal surat-surat tersebut dengan cepat. Hal itu lebih terasa pada anak kecil. Walaupun begitu, kamu juga bisa mengawali hafalan dengan surat Al-Baqarah, jika kamu merasa bersemangat. 5. Jumlah Hafalan Tentukan target minimal hafalan harian yang harus dicapai selama lima hari dalam seminggu, sesuai dengan kamampuan. Rasulallah SAW bersabda yang artinya: Lakukan amal-amal kebaikan sejauh kamampuan kalian, karena Allah tidak bosan sampai kalian bosan. Amal yang paling disukai Allah adalah yang di lakukan secara kontinyu oleh pelakunya (H.R. Al-Bukhari 1970, dari aisyah, Muslim 2723, dan ini lafal riwayat Muslim) Target tersebut harus di miliki dalam proporsi sedang, sesuai kemampuan dan waktu khusus yang kamu sediakan untuk menghafal Al-Quran. Jangan sampai target terlalu sedikit, sehingga membuat malas dan menurunkan semangatmu disebabkan hafalan yang tertunda. Dan jangan pula target terlalu banyak sehingga justru menyulitkan dan kamu pun tidak mampu menguasai hafalan dengan baik. Hal ini juga akan membuatmu segera lupa terhadap apa yang telah kamu hafal, dan akhirnya kamu merasa kelelahan untuk mengulanginya lagi. Meskipun demikian, kamu tetap bisa menambah target hafalanmu ketika melewati ayat-ayat yang mudah, atau ayat-ayat tersebut mengundang kisah-kisah yang mudah di hafal; misalnya kisah nabi Yusuf AS, sebaliknya, cukup target dengan sedikit ayat bila kamu merasa kesulitan menghafalnya dan terlau banyak ayat yang mirip. Berpeganglah pada jadwal yang mengatur hafalan harianmu dan target pengulangan. Setiap orang yang ingin menghafal Al-Quran agar perpegang pada program tertulis yang telah di tetapkan, dan melaksanakannya setiap hari sesuai dengan kamampuannya untuk menghafal. Karena itu, tetapkan program untuk dirimu sendiri yang mampu kamu laksanakan secara kontinyu. 6. Waktu Menghafal

Jangan berkeyakinan bahwa ada waktu yang tidak bisa digunakan untuk menghafal. Setiap saat di waktu malam dan siang hari adalah waktu yang baik untuk menghafal Al-Quran. Tetapi memang ada waktu-waktu yang mudah untuk kegiatan hafalan,atau lebih baik, bila dilihat dari sisi kejernihan pikiran dan kamampuan otak untuk merenungkan ayat-ayat Al-Quran. Waktu tersebut misalnya: Saat Sahur, di pagi hari buta, dan sebelum tidur. 7. Proses Penghafalan Al-Quran Ada beberapa cara dalam proses menghafal Al-Quran yang ditulis oleh Muhammad Habibillah Muhammad Asy-Syinqithi (2011:81) Menyebutkan bahwa yang bisa di gunakan untuk menghafal dalam proses penghafalan Al-Quran, cara yang bisa di gunakan ada tiga di antaranya: Pertama: Dengan mengulang-ulang Halaman atau pelajaran yang telah di ajarkan. Secara mutlak ini merupakan cara yang paling baik. Caranya adalah murid tahfiz membaca satu halaman penuh sambil melihat mushaf, dengan bacaan perlahan dan benar sebanyak lebih dari 10 kali. Itu di lakukan dengan menghadirkan hati hati dan mengkonsentrasikan pikiran. Kemudian dia lebih dulu mengulangi bacaan tersebut untuk didengar sendiri. Dia harus membacanya lebih dari 10 kali, dengan berselangseling. Sekali melihat mushaf, dan kali berikutnya mendengarkan hafalannya kepada dirinya sendiri dengan perlahan. Boleh melihar mushaf jika ragu. Kemudian ulangi bacaan yang benar tersebut untuk di dengar sendiri secara perlahan, lebih dari 10 kali. Jika belum berhasil, maka dia harus jumlah pengulangan. Dengan demikian, halaman tersebut akan berhasil dihafalkan dengan baik laginkuat, insya Allah Ta,ala. Kedua: Dengan Menghafal Ayat Satu Persatu Ini dilakukan dengan cara membaca satu ayat saja dengan benar sebanyak beberapa kali hingga benar-benar hafal, kemudian lanjutkan ayat yang kedua dan lakukan seperti pada ayat pertama. Sesudah itu bacakan hafalan ayat pertama dan kedua tersebut kepada orang lain. Selanjutnya, hafalkan ayat ketiga dengan cara yang sama. Baca ayat itu, lalu bacakan hafalan itu saja kepada orang lain. Kemudian pendengarkan hafalan ketiga ayat tersebut dari awal, dari ayat tersebut dari awal, dari ayat pertama, kedua, lalu ketiga, jika sudah sesuai, lanjutkan ayat ke empat, dan demikian seterusnya sampai akhir pelajaran. Untuk cara ini, hindarilah pemikiran bahwa ayat pertama telah seringkali diulangi sehingga tidak perlu di ulangi lagi. Karena sebagian orang bila telah hafal separuh halaman, lalu berfikir bahwa separuh halaman yang pertama telah hafal dan tidak perlu dibaca lagi bersama separuh yang kedua. Ini sebuah kesalahan yang menyebabkan hafalan menjadi lemah. Seharusnya jika selesai, ulangilah hafalan seluruh halaman atau pelajaran yang di ajarkan, beberapa kali sampai benar-benar yakin tealh hafal dengan baik. Ketiga: Dengan Menulis Bisa juga menggunakan metode menulis. Metode ini di anggap selesai bila murid menuliskan bagian yang akan di hafal pada papan tulis atau white board, atau pada

lembaran kertas dengan pensil, kemudian dia hafalkan dengan baik, lantas dia hapus apa yang telah ditulisnya sedikit demi sedikit, untuk menggantinya dengan bagian lain. C. Konsep Metode Menghafal Al-Quran

Dalam proses belajar menghafal Al-Quran ada beberapa metode yang bisa di gunakan untuk memudahkan menghafal Al-Quran diantaranya: 1. Sistem Fardhi (Individu) Sistem fardi adalah metode menghafal Al-Quran dengan mengandalkan kemampuannya sendiri, sehingga penghafal yang menggunakan sistem ini, akan menghafalkan sendiri, baik untuk hafalan baru maupun murajah hafalan lama. Ada beberapa langkah dalam sitem Fardhi diantaranya: 1) Tenang dan tersenyumlah, jangan tegang 2) Bacalah ayat yang akan dihafal hingga terbayang dengan jelas kedalam pikiran dan hati 3) Hafalkan ayat tersebut dengan menghafalkan bentuk tulisan huruf-huruf dan tempat-tempatnya 4) Setelah itu pejamkan kedua mata dan 5) Bacalah dengan suara pelan lagi konsentrasi (posisi mata tetap terpejam dan santai) 6) Kemudian baca ayat tersebut dengan suara keras (posisi mata tetap terpejam dan jangan tergesa-gesa) 7) Ulangi sampai 3x atau sampai benar-benar hafal 8) Beri tanda pada kalimat yang dianggap sulit dan bermasalah (garis bawah/ distabilo) 9) Jangan pindah kepada hafalan baru sebelum hafalan lama sudah menjadi kuat Penggabungan ayat-ayat yang sudah dihafal Setelah anda hafal ayat pertama dan kedua jangan pindah kepada ayat ketiga akan tetapi harus digabungkan terlebih dahulu antara keduanya dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini: Bacalah ayat pertama dan kedua sekaligus dengan suara pelan lagi konsentrasi Kemudian bacalah keduanya dengan suara keras lagi konsentrasi dan tenang Ulangi kedua ayat tersebut minimal 3x sehingga hafalan benar-benar kuat. Begitulah seterusnya, pada tiap-iap dua tambahan ayat baru harus digabungkan dengan ayat sebelumnya sehingga terjadi kesinambungan hafalan Mengulang dari ayat belakang kedepan. Dan dari depan ke belakang Semuanya dibaca dengan suara hati terlebih dahulu kemudian dengan suara keras (mata dalam keadaan tertutup) Begitu seterusnya. Setiap mendapatkan hafalan baru, harus digabungkan dengan ayat/halaman/ juz sebelumya. 2. Sistem Jamai Sistem ini menggunakan metode baca bersama, yaitu dua/ tiga orang (partnernya) membaca hafalan bersama-sama secara jahri (keras) dengan : Bersama-sama baca keras

Bergantian membaca ayat dengan jahri. Ketika partnernya membaca jahr dia harus membaca khafi (pelan) begitulah seterusnya dengan gantian.

Sistem ini dalam satu majelis diikuti oleh maksimal 12 peserta, dan minimal 2 peserta. Settingannya sebagai berikut: a) Persiapan: Peserta mengambil tempat duduk mengitari ustadz/ ustadzah Ustadz/ustadzah menetapkan partner bagi masing-masing peserta Masing-masing pasangan menghafalkan bersama partnernya ayat baru dan lama sesuai dengan instruksi ustadz/ ustadzah Setiap pasangan maju bergiliran menghadap ustadz/ustadzah untuk setor halaman baru dan murojaah hafalan lama Setoran ke ustad/ ustadzah: Murojaah : 5 halaman dibaca dengan sistem syst-an (sistem gantian). Murojaah dimulai dari halaman belakang (halaman baru) kearah halaman lama Setor hafalan baru : Membaca seluruh ayat-ayat yang baru dihafal secara bersama-sama Bergiliran baca (ayatan) dengan dua putaran. Putaran pertama dimulai dari yang duduk di sebelah kanan dan putaran kedua dimulai dari sebelah kiri. Membaca bersama-sama lagi, hafalan baru yang telah dibaca secara bergantian tadi. Murojaah tes juz 1, dengan sistem acakan (2-3x soal). Dibaca bergiliran oleh masing-masing pasangan. Ketika peserta sendirian tidak punya partner, atau partnernya sedang berhalangan hadir, maka ustad wajib menggabungkannya dengan kelompok lain yang kebetulan juz, halaman dan urutannya sama, jika hafalannya tidak sama dengan kelompok lain maka ustadz hendaknya menunjuk salah seorang peserta yang berkemampuan untuk suka rela menemani.

b)

Metode Murojaah (Pengulangan dan penjagaan fardhi atau jamai) Ayat-ayat Al-Quran hanya akan tetap bersemayam di dalam hati utu al-ilm jika ayat-ayat yang dihafal selalu diingat, diulang dan dimurojaah. Berikut ini cara murojaah: Setelah hafal setengah juz/satu juz, harus mampu membaca sendiri di depan ustadz/ ustadzah dan penampilan. Setiap hari membaca dengan suara pelan 2 juz. Membaca dengan suara keras (tartil) minimal 2 juz setiap hari. Simakkan minimal setengah juz setiap hari kepada teman/ murid/ jamaah/ istri/ suami dst Ketika lupa dalam murojaah maka lakukan berikut ini: Jangan langsung melihat mushaf, tapi usahakan mengingat-ingat terlebih dahulu Ketika tidak lagi mampu mengingat-ingat, maka silahkan melihat mushaf dan catat penyebab kesalahan. Jika kesalahan terletak karena lupa maka berilah tanda garis bawah. Jika kesalahan terletak karena faktor ayat mutasyabihat (serupa dengan ayat

lain) maka tulislah nama surat/no./juz ayat yang serupa itu di halaman pinggir (hasyiyah) D. Macam-Macam Metode Menghafal Al-Quran

Metode Menghafal Al-Quran hampir tidak dapat ditentukan metode yang khusus untuk menghafal Al-Quran karena hal ini kembali kepada selera penghafal itu sendiri. Namun ada beberapa metode lazim yang dipakai oleh para penghafal Al-Quran, yaitu : 1) Metode Fahmul Mahfudz,artinya Sebelum ayat-ayat dihafal, penghafal dianjurkan untuk memahami makna setiap ayat, sehingga ketika menghafal, penghafal merasa paham dan sadar terhadap ayat-ayat yang diucapkannya. 2) Metode Tikrorul Mahfudz, artinya Penghafal mengulang-ulang ayat-ayat yang sedang dihafal dengan sebanyak-banyakknya sehingga dapat dilakukan mengulang satu ayat sekaligus atau sedikit demi sedikit sampai dapat membacanya tanpa melihat mushaf. Cara ini bisaanya sangat cocok bagi yang mempunyai daya ingat lemah karena tidak memerlukan pemikiran yang berat. Penghafal bisaanya lebih banyak terkuras suaranya. 3) Metode Kitabul Mahfudz, Artinya Penghafal menulis ayat-ayat yang dihafal di atas sebuah kertas. Bagi yang cocok dengan metode ini bisaanya ayat-ayat itu tergambar dalam ingatannya. 4) Metode Isatiamul Mahfudz, artinya Penghafal diperdengarkan ayat-ayat yang akan dihafal secara berulang-ulang sampai dapat mengucapkan sendiri tanpa melihat mushaf. Nantinya hanya untuk mengisyaratkan kalau terjadi kelupaan. Metode ini bisaanya sangat cocok untuk tuna netra atau anak-anak. Sarana memperdengarkan dapat dengan kaset atau orang lain. Adapun Metode-Metode menghafal Al-Quran yang sering di terapkan oleh guru ngaji diantaranya : 1. Metode Jibril Sebenarnya metode Jibril ini kata M. Bashori Alwi diadopsi dari Imam Al-Jazari. Dikisahkan, bahwa beliau diminta untuk mengajar Al-Quran kepada masyarakat. Karena banyaknya orang yang mengaji maka beliau menyuruh seseorang membaca satu ayat kemudian ditirukan oleh semua orang, selanjutnya giliran orang di samping orang pertama yang disuruh membaca ayat berikutnya yang ditirukan oleh lainya. Begitu seterusnya hingga semua orang mendapat giliran membaca. Dengan demikian secara langsung terjadi proses tashih (membenarkan bacaan yang salah) dan waktu pembelajaran berlangsung efektif dan efisien. Istilah metode Jibril yang digunakan sebagai nama dari metode pembelajaran AlQuran yang diterapkan di Pesantren Ilmu Quran (PIQ) Singosari, adalah dilatar belakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Quran yang telah dibacakan oleh malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu. Menurut M. Bashori Alwi sebagai pencetus metode Jibril menegaskan bahwa metode ini bersifat talqin-taqlid, yaitu murid menirukan bacaan gurunya. Dengan demikian, guru dituntut untuk professional dan memiliki kredibilitas yang mumpuni di bidangnya. Metode Jibril diadopsi dari Imam Al-Jazari dan dikombinasikan dengan cara mengajar Imam Abdurrahman As-Sulami, seorang yang ahli qiraat pada era awal

kebangkitan Islam. Kombinasi tersebut diterapkan dalam teknik metode Jibril, yang disebut tashih. Teknik ini sangat bermanfaat dalam pengkaderan guru yang profesional. Adapun landasan yang dipakai selain di Al-Quran Surat Muzammil ayat 4 juga Hadis Riwayat Ibnu Asakir yang artinya: Abu Said al-Khudri mengajarkan Al-Quran kepada kami, lima ayat di waktu pagi dan lima ayat di waktu petang. Dia memberitahukan bahwa jibril menurunkan Al-Quran lima ayat-ayat. Dan juga ada Hadis Riwayat Baihaqi yang artinya: Pelajarilah Al-Quran lima ayat demi lima ayat, karena Jibril menurunkan Al-Quran kepada Nabi SAW. Lima ayat demi lima ayat. Metode Menghafal Al-Quran Bersama Mudhawi Maarif Ada 3 prinsip (Three P) yang harus difungsikan oleh ikhwan/ akhwat kapan dan dimana saja berada sebagai sarana pendukung keberhasilan dalam menghafal Al-Quran. 3P (Three P) tersebut adalah : 1) Persiapan (Istidad) Kewajiban utama penghafal Al-Quran adalah ia harus menghafalkan setiap harinya minimal satu halam dengan tepat dan benar dengan memilih waktu yang tepat untuk menghafal seperti: Sebelum tidur malam lakukan persiapan terlebih dahulu dengan membaca dan menghafal satu halaman secara langsung (jangan langsung dihafal secara mendalam) Setelah bangun tidur hafalkan satu halaman tersebut dengan hafalan yang mendalam dengan tenang lagi konsentrasi Ulangi terus hafalan tersebut (satu halaman) sampai benar-benar hafal diluar kepala Pengesahan (Tashih/ setor) Setelah dilakukan persiapan secara matang dengan selalu mengingat-ingat satu halaman tersebut, berikutnya tashihkan (setorkan) hafalan anda kepada ustad/ ustadzah. Setiap kesalahan yang telah ditunjukkan oleh ustad, hendaknya penghafal melakukan hal-hal berikut: Memberi tanda kesalahan dengan mencatatnya (dibawah atau diatas huruf yang lupa) Mengulang kesalahan sampai dianggap benar oleh ustad. Bersabar untuk tidak menambah materi dan hafalan baru kecuali materi dan hafalan lama benar-benar sudah dikuasai dan disahkan
2)

Pengulangan (Murojaah/ Penjagaan) Setelah setor jangan meninggalkan tempat (majelis) untuk pulang sebelum hafalan yang telah disetorkan diulang beberapa kali terlebih dahulu (sesuai dengan anjuran ustad/ ustadzah) sampai ustad benar-benar mengijinkannya Ayat-ayat Al-Quran hanya akan tetap bersemayam didalam hati utu al-ilm jika ayatayat yang dihafal selalu diingat, diulang dan dimurojaah. Ketika lupa dalam murojaah maka lakukan berikut ini: Jangan langsung melihat mushaf, tapi usahakan mengingat-ingat terlebih dahulu Ketika tidak lagi mampu mengingat-ingat, maka silahkan melihat mushaf dan catat penyebab kesalahan. Jika kesalahan terletak karena lupa maka berilah tanda garis bawah. Jika kesalahan terletak karena faktor ayat mutasyabihat (serupa
3)

dengan ayat lain) maka tulislah nama surat/no./juz ayat yang serupa itu di halaman pinggir (hasyiyah) Perbaiki dan luruskan niat menghafal Al-Quran hanya untuk Allah SWT, perbanyak doa, jauhi jauhi maksiat, kuatkan azam (tekad) dan istiqamah dalam menghafal dan murajaah. Tata Cara Murojaah : Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima Keenam : 10 menit setelah shalat subuh (3 baris atau kira-kira 20 kata) 1/5 pertama dari satu halaman. : 10 menit setelah shalat zhuhur (3 baris atau kira-kira 20 kata) 1/5 kedua dari satu halaman. : 10 menit setelah shalat ashar (3 baris atau kira-kira 20 kata) 1/5 ketiga dari satu halaman. : 10 menit setelah shalat maghrib (3 baris atau kira-kira 20 kata) 1/5 keempat dari satu halaman. : 10 menit setelah shalat isya (3 baris atau kira-kira 20 kata) 1/5 kelima dari satu halaman. : Dan yang terakhir 10 menit setelah shalat witir untuk melakukan murajaah (pengulangan) yang telah kamu hafal sejak subuh tadi. Dengan demikian anda telah melalui hari ini dengan menghafal Al-Quran satu halaman penuh. Selanjutnya luangkan waktu khusus, seperti hari jumat, untuk melakukan murajaah hafalan yang telah anda lakukan dalam satu pekan ini. Dengan demikian atas izin Allah anda telah berhasil menuntaskan hafalan setengah juz dalam tempo 10 hari.

E.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Mnghafal Al-Quran

Armei Arif (2001:166) Menyebutkan bahwa dalam menerapkan metode menghafal pada kegiatan belajar mengajar tentu saja tidak lepas dari aspek kelebihan dan kekurangan dari metode tersebut, kedua aspek ini tentu saja sudah diperhitungkan sejak awal oleh guru. Kalau dilihat dari sifat maupun bentuknya metode menghafal ini bisa dikategorikan sebagai pekerjaan rumah yang sering disebut sebagai metode resitasi, hal ini berdasarkan waktu pelaksanaan menghafal ini dimana siswa menghafalkan di luar jam pengajaran Al-Quran. Adapun kelebihan dari metode menghafal Al-Quran adalah : 1) Menumbuhkan minat baca siswa dan lebih giat dalam belajar menghafgal AlQuran 2) Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tidak mudah hilang karena sudah dihafalnya 3) Siswa berkesempatan untuk memupuk perkembangan dan keberanian, bertanggung jawab serta mandiri 4) Siswa mampu memnghafal Surat yang ada di dalam Al-Quran secara baik dan benar Sedangkan kekurangan metode menghafal Al-Quran adalah : 1) Menghafal Surat Al-Quran yang sukar dapat mempengaruhi ketenangan mental

2)

Kurang tepat atau membutuhkan perhatian yang lebih bila diberikan kepada siswa yang mempunyai latar belakang berbeda-beda.

Sementara Qodry Azizy (2000:106) juga menilai kelemahan metode ini (dan beberapa metode lainnya yang sering digunakan oleh pesantren) adalah tidak tumbuhnya budaya tanya jawab (dialog) dan perdebatan, sehingga timbul budaya anti kritik terhadap kesalahan yang diperbuat sang pengajar pada saat memberikan keterangan. Dan mungkin inilah yang menyebabkan sebagian ahli dan tenaga pendidikan kontemporer tidak memanfaatkan metode ini sebagai metode pembelajaran resmi.

You might also like