kepanlLeraan kllnlk llmu enyaklL MaLa 8S SenLra medlka Clsalak
erlode 8 AgusLus 17 SepLember 2011
PENDAHULUAN Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang merupakan bagian dari media reIraksi, kornea juga berIungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Kornea terdiri atas 5 lapis yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descemet, dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau Iisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya siIat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi. 1,2
Keratitis adalah suatu peradangan kornea yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Keratitis dapat diklasiIikasikan berdasarkan lapis kornea yang terkena seperti keratitis superIicial dan proIunda, atau berdasarkan penyebabnya. Keratitis diklasiIikasikan berdasarkan lapisan pada kornea yang terkena, keratitis superIisial dan keratitis proIunda, atau berdasarkan penyebabnya yaitu keratitis karena berkurangnya sekresi air mata, keratitis karena keracunan obat, keratitis reaksi alergi, inIeksi, reaksi kekebalan, reaksi terhadap konjungtivitis menahun. 2,3,4
Pada Keratitis sering timbul rasa sakit yang berat oleh karena kornea bergesekan dengan palpebra, karena kornea berIungsi sebagai media untuk reIraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak sentral dari kornea. FotoIobia terutama disebabkan oleh iris yang meradang Keratitis dapat memberikan gejala mata merah, rasa silau dan merasa ada yang mengganjal atau kelilipan. 3,4
Beberapa Iaktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian terjadinya keratitis antara lain: a. Perawatan lensa kontak yang buruk; penggunaan lensa kontak yang berlebihan b. Herpes genital atau inIeksi virus lain c. Kekebalan tubuh yang menurun karena penyakit lain d. Higienis dan nutrisi yang tidak baik 9,10
KlasiIikasi keratitis berdasarkan lokasi yang terkena dari lapisan kornea : Keratitis superfisialis a. Keratitis epitelial 1) Keratitis pungtata superIisialis 2) Herpes simplek 3) Herpes zoster b. Keratitis subepitelial 1) Keratitis didiIormis dari WesthoII 2) Keratitis numularis dari Dimmer c. Keratitis stromal 1) Keratitis neuroparalitik 2 Keratitis profunda a. Keratitis sklerotikan b. Keratitis intersisial c. Keratitis disiIormis 3
Pada reIerat ini akan dibahas mengenai keratitis pungtata superIisial. Dari anamnesa pada keratitis pungtata superIisial didapatkan mata merah, nyeri, silau, buram, terasa mengganjal atau seperti kelilipan. Disertai gejala dan tanda berupa injeksi silier dan kornea keruh yang penuh dengan inIiltrat. Penatalaksanaan keratitis disesuaikan dengan etiologi karena bermacam-macam. Penyebab keratitis pungtata diperkirakan adalah virus dan dapat diberikan penatalaksanaan anti virus seperti terhadap keratitis yang disebabkan oleh virus lainnya. 2,3,4
ANATOMI KORNEA A STRUKTUR KORNEA Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersiIat transparan, berukuran 11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki indeks reIraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 atau setara dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Kornea juga merupakan sumber astigmatisme pada sistem optik. Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada diIusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang berdiIusi melalui lapisan air mata. Sebagai tambahan, kornea periIer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraI terbanyak dan sensitiIitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan konjungtiva. 1
Kornea dalam bahasa latin 'cornum artinya seperti tanduk, merupakan selaput bening mata, bagian dari mata yang bersiIat tembus cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas : 2,3,6
1. Epitel Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira 5 (0,05 mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan Iilm air mata merupakan lapisan permukaan dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di sampingnya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Sedangkan epitel berasal dari ektoderem permukaan. Epitel memiliki daya regenerasi.
2. Membran bowman Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari epitel. Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari epitel bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya generasi. 3. Stroma Lapisan ini mencakup sekitar 90 dari ketebalan kornea. Merupakan lapisan tengah pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel Iibril-Iibril kolagen dengan lebar sekitar 1 m yang saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian periIer serta kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang sampai 15 bulan. 4. Membran Descemet Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea yang dihasilkan oleh endotel. BersiIat sangat elastis dan jernih yang tampak amorI pada pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus menerus seumur hidup dan mempunyai tebal 40 3m. 5. Endotel Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara 20-40 3m melekat erat pada membran descemet melalui taut. Endotel dari kornea ini dibasahi oleh aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel, stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh epitel dan Refeiat Keiatitis Reinaluo Sunggiaiui 8 kepanlLeraan kllnlk llmu enyaklL MaLa 8S SenLra medlka Clsalak erlode 8 AgusLus 17 SepLember 2011
endotel yang merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea. 2,3,5
Kornea dipersaraIi oleh banyak saraI sensoris terutama berasal dari saraI siliar longus, saraI nasosiliar, saraI ke V, saraI siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersaraIi sampai pada kedua lapis terdepan. Sensasi dingin oleh Bulbus Krause ditemukan pada daerah limbus. 1,2,6
FISIOLOGI KORNEA Kornea berIungsi sebagai membran pelindung dan 'jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. SiIat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniIorm, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatiI jaringan kornea, dipertahankan oleh 'pompa bikarbonat aktiI pada endotel dan oleh Iungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau Iisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya siIat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan Iaktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superIisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi. 2,3,7
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersiIat biIasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus. 2,3,7
Epitel adalah sawar yang eIisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan membran bowman mudah terkena inIeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur. 2,3,4
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL A DEFINISI Keratitis pungtata merupakan keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman dengan inIiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Keratitis ini disebut juga dengan 'Thygeson`s disease karena ditemukan pertama kali oleh dr. Phillip Thygeson di amerika. Keratitis pungtata disebabkan oleh hal yang tidak spesiIik dan dapat terjadi pada moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes zoster, herpes simpleks, bleIaritis, keratitis neuroparalitik, inIeksi virus, dry eyes, vaksinia, trakoma dan trauma radiasi, trauma, lagoItalmus, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan pengawet lain. 2
Kelainan-kelainan pada keratitis ini dapat berupa : 1. Keratitis pungtata superIisial 2. Pada konjungtivitis vernal dan konjungtivitis atopik ditemukan bersama papil raksasa. 3. Pada trakoma, pemIigoid, sindrom Stevens Johnson dan pasca pengobatan radiasi dapat ditemukan bersama-sama dengan jaringan parut konjungtiva.
Keratitis pungtata superIisialis adalah penyakit bilateral rekuren menahun yang jarang ditemukan. Penyakit ini berjalan kronis, tidak terlihat adanya gejala kelainan konjungtiva ataupun tanda radang akut dan biasanya terjadi pada dewasa muda. Keratitis ini ditandai dengan adanya inIiltrat berbentuk bercak-bercak halus yang terkumpul di daerah antara epitel dan membrana bowman. Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan jelas, yang menampakkan bintik-bintik pada pemulasan dengan Iluoresein, terutama di daerah pupil. Uji Iluoresein merupakan sebuah tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea. Dasar dari uji ini adalah bahwa zat warna Iluoresein akan berubah berwarna hijau pada media alkali. Zat warna Iluoresein bila menempel pada epitel kornea maka bagian yang terdapat deIek akan Refeiat Keiatitis Reinaluo Sunggiaiui 8 kepanlLeraan kllnlk llmu enyaklL MaLa 8S SenLra medlka Clsalak erlode 8 AgusLus 17 SepLember 2011
8 memberikan warna hijau karena jaringan epitel yang rusak bersiIat lebih basa.. Sebelum dilakukan uji ini, mata diteteskan anestetikum pantokain 1 tetes. Kemudian zat warna Iluoresein 0,5 - 2 diteteskan pada mata atau kertas Iluoresein ditaruh pada Iorniks inIerior seama 20 detik. Zat warna lalu diirigasi dengan garam Iisiologik sampai seluruh air mata tidak berwarna hijau lagi. Kemudian dilakukan penilaian pada kornea yang berwarna hijau. Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat deIek pada epitel kornea. DeIek ini dapat berbentuk erosi kornea atau inIiltrat yang mengakibatkan kerusakan epitel. Kekeruhan ini tidak tampak dengan mata telanjang, namun mudah dilihat dengan slit-lamp dengan lampu berwarna biru sehingga permukaan kornea terlihat warna hijau. Kekeruhan subepitelial dibawah lesi epitel sering terlihat semasa penyembuhan penyakit epitel ini, uji sensibilitas kornea juga diperiksa untuk mengetahui Iungsi dari saraI trigeminus dan Iasial baik bila keratitis pungtata superIisialis disebabkan oleh virus umumnya sensibilitas kornea menurun. 2,3,8
PATOFISIOLOGI Kornea adalah struktur yang avaskuler oleh sebab itu pertahanan pada waktu peradangan, tidak dapat segera ditangani seperti pada jaringan lainnya yang banyak mengandung vaskularisasi. Sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan bekerja sebagai makroIag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang ada di limbus dan tampak sebagai injeksi pada kornea. Sesudah itu terjadilah inIiltrasi dari sel-sel lekosit, sel-sel polimorIonuklear, sel plasma yang mengakibatkan timbulnya inIiltrat, yang tampak sebagai bercak kelabu, keruh dan permukaan kornea menjadi tidak licin. Epitel kornea dapat rusak sampai timbul ulkus. Adanya ulkus ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan Iluoresin sebagai daerah yang berwarna kehijauan pada kornea. Bila tukak pada kornea tidak dalam dengan pengobatan yang baik dapat sembuh tanpa meninggakan jaringan parut, namun apabila tukak dalam apalagi sampai terjadi perIorasi penyembuhan akan disertai dengan terbentuknya jaringan parut. Mediator inIlamasi yang dilepaskan pada peradangan kornea juga dapat sampai ke iris dan badan siliar menimbulkan peradangan pada iris. Peradangan Refeiat Keiatitis Reinaluo Sunggiaiui 8 kepanlLeraan kllnlk llmu enyaklL MaLa 8S SenLra medlka Clsalak erlode 8 AgusLus 17 SepLember 2011
9 pada iris dapat dilihat berupa kekeruhan di bilik mata depan. Kadang-kadang dapat terbentuk hipopion. 9
ETIOLOGI Belum ditemukan organisme penyebabnya, namun dicurigai virus. Pada satu kasus berhasil diisolasi virus varisella-zoster dari kerokan kornea. Penyebab lainnya dapat terjadi pada moluskulum kontangiosum, akne roasea, bleIaritis neuroparalitik, trakoma, trauma radiasi, lagoItalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan pengawet lainnya. 3,4
D GAMARAN KLINIS Pasien dengan keratitis pungtata superIisial biasanya datang dengan keluhan iritasi ringan, adanya sensasi benda asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan silau (IotoIobia) . Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah sentral. Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil. Keratitis epitelial sekunder terhadap bleIarokonjungtivitis staIilokokus dapat dibedakan dari keratitis pungtata superIisial karena mengenai sepertiga kornea bagian bawah. Keratitis epitelial pada trakoma dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian sepertiga kornea bagian atas dan ada pannus. Banyak diantara keratitis yang mengenai kornea bagian superIisial bersiIat unilateral atau dapat disingkirkan berdasarkan riwayatnya. 3
Penderita akan mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, sehingga amat sensitiI. Kebanyakan lesi kornea superIisialis maupun yang sudah dalam menimbulkan rasa sakit dan IotoIobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea bergesekan dengan palpebra. Karena kornea berIungsi sebagai media untuk reIraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak sentral pada kornea. FotoIobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah Ienomena reIleks yang disebabkan iritasi pada ujung serabut saraI pada kornea. Pasien biasanya juga berair mata namun tidak disertai dengan pembentukan Refeiat Keiatitis Reinaluo Sunggiaiui 8 kepanlLeraan kllnlk llmu enyaklL MaLa 8S SenLra medlka Clsalak erlode 8 AgusLus 17 SepLember 2011
kotoran mata yang banyak kecuali pada ulkus kornea yang purulen. KPS ini juga akan memberikan gejala mata merah, silau, merasa kelilipan, penglihatan kabur. 2,3,4
Dalam mengevaluasi peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda yang kita temukan merupakan proses yang masih aktiI atau merupakan kerusakan dari struktur kornea hasil dari proses di waktu yang lampau. Sejumlah tanda dan pemeriksaan sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan penyebab dari suatu peradangan kornea seperti: pemeriksaan sensasi kornea, lokasi dan morIologi kelainan, pewarnaan dengan Iluoresin, neovaskularisasi, derajat deIek pada epithel, lokasi dari inIiltrat pada kornea, edema kornea, keratik presipitat, dan keadaan di bilik mata depan. Tanda-tanda yang ditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit dan respon terhadap pengobatan. 6
E PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada ketratitis pungtata superIisial pada prinsipnya adalah diberikan sesuai dengan etiologi. Untuk virus dapat diberikan idoxuridine, triIluridin atau acyclovir. Untuk bakteri gram positiI pilihan pertama adalah caIazolin, penisilin G atau vancomisin dan bakteri gram negatiI dapat diberikan tobramisin, gentamisin atau polimixin B. Pemberian antibiotik juga diindikasikan jika terdapat secret mukopurulen, menunjukkan adanya inIeksi campuran dengan bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu : natamisin, amIoterisin atau Iluconazol. Selain itu obat yang dapat membantu epitelisasi dapat diberikan. 3
Namun selain terapi berdasarkan etiologi, pada keratitis pungtata superIisial ini sebaiknya juga diberikan terapi simptomatisnya agar dapat memberikan rasa nyaman dan mengatasi keluhan-keluhan pasien. Pasien dapat diberi air mata buatan, sikloplegik dan kortikosteroid. Pemberian air mata buatan yang mengandung metilselulosa dan gelatin yang dipakai sebagai pelumas oItalmik, meningkatkan viskositas, dan memperpanjang waktu kontak kornea dengan lingkungan luar. Pemberian tetes kortikosteroid pada KPS ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terbentuknya jaringan parut pada kornea, dan juga menghilangkan keluhan subjektiI seperti Iotobia namun pada umumnya pada pemeberian steroid dapat menyebabkan kekambuhan karena steroid juga dapat memperpanjang inIeksi dari virus jika Refeiat Keiatitis Reinaluo Sunggiaiui 8 kepanlLeraan kllnlk llmu enyaklL MaLa 8S SenLra medlka Clsalak erlode 8 AgusLus 17 SepLember 2011
memang etiologi dari KPS tersebut adalah virus. Namun pemberian kortikosteroid topikal pada KPS ini harus terus diawasi dan terkontrol karena pemakaian kortikosteroid untuk waktu lama dapat memperpanjang perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun dan berakibat timbulnya katarak dan glaukoma terinduksi steroid, menambah kemungkinan inIeksi jamur, menambah berat radang akibat inIeksi bakteri juga steroid ini dapat menyembunyikan gejala penyakit lain. Penggunaan kortikosteroid pada KPS ini menurut beberapa jurnal dapat dipertimbangkan untuk diganti dengan NSAID. Dari penelitian- penelitian tersebut telah menunjukan bahwa NSAID dapat mengurangi keluhan subjektiI pasien dan juga mengatasi peradangannya seperti halnya kortikostroid namun lebih aman dari steroid itu sendiri karena tidak akan menyebabkan katarak ataupun glaukoma yang terinduksi steroid. Lensa kontak sebagai terapi telah dipakai untuk mengendalikan gejala, supaya dapat melindungi lapisan kornea pada waktu kornea bergesekan dengan palpebra, khususnya pada kasus yang mengganggu. Pemberian siklopegik mengakibatkan lumpuhnya otot sIingter iris sehingga terjadi dilatasi pupil dan mengakibatkan paralisis otot siliar sehingga melemahkan akomodasi. Terdapat beberap obat sikloplegia yaitu atropin, homatropin, dan tropikamida. Namun atropin (0,5-2) merupakan sikloplegik yang sangat kuat dan juga bersiIat midriatik sehingga biasanya tidak dijadikan pilihan terapi pada KPS. EIek maksimal atropin dicapai setelah 30-40 menit dan bila telah terjadi kelumpuhan otot akomodasi maka akan normal kembali dalam 2 minggu setelah obat dihentikan. Atropin juga memberikan eIek samping nadi cepat, demam, merah, dan mulut kering. Homatropin (2-5) eIeknya hilang lebih cepat dibanding dengan atropin, eIek maksimal dicapai dalam 20-90 menit dan akomodasi normal kembali setelah 24 jam hingga 3 hari. Sedangkan trokamida (0,5-1) memberikan eIek setelah 15-20 menit, dengan eIek maksimal dicapai setelah 20-30 menit dan hilang setelah 3-6 jam. Obat ini sering dipakai untuk melebarkan pupil pada pemeriksaan Iundus okuli. Selain terapi medikamentosa sebaiknya diberikan pula edukasi pada pasien dengan KPS. Pasien diberikan pengertian bahwa penyakit ini dapat berlangsung kronik dan juga dapat terjadi kekambuhan. Pasien juga sebaiknya dianjurkan agar tidak terlaru sering terpapar sinar matahari Refeiat Keiatitis Reinaluo Sunggiaiui 8 kepanlLeraan kllnlk llmu enyaklL MaLa 8S SenLra medlka Clsalak erlode 8 AgusLus 17 SepLember 2011
ataupun debu karena KPS ini dapat juga terjadi pada konjungtivitis vernal yang biasanya tercetus karena paparan sinar matahari, udara panas, dan debu, terutama jika pasien tersebut memang telah memiliki riwayat atopi sebelumnya. Pasien pun harus dilarang mengucek matanya karena dapat memperberat lesi KPS yang telah ada. Pada KPS dengan etiologi bakteri, virus, maupun jamur sebaiknya kita menyarankan pasien untuk mencegah transmisi penyakitnya dengan menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan, membersihkan lap atau handuk, sapu tangan, dan tissue. 1
F PROGNOSIS Prognosis akhirnya baik karena tidak terjadi parut atau vaskularisasi pada kornea. Bila tidak diobati, penyakit ini berlangsung 1-3 tahun dengan meninggalkan gejala sisa. 1,3,4
Meskipun sebagian besar KPS memberikan hasil akhir yang baik namun pada beberapa pasien dapat berlanjut hingga menjadi ulkus kornea jika lesi pada KPS tersebut telah melebihi dari epitel dan membran bowman. Hal ini biasanya terjadi jika pengobatan yang diberikan sebelumnya kurang adekwat, kurangnya kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi yang sudah dianjurkan, terdapat penyakit sistemik lain yang dapat menghambat proses penyembuhan seperti pada pasien diabetes mellitus, ataupun dapat juga karena mata pasien tersebut masih terpapar secara berlebihan oleh lingkungan luar, misalnya karena sinar matahari ataupun debu. Pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama dapat memperpanjang perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun serta dapat pula mengakibatkan timbulnya katarak dan glaukoma yang diinduksi oleh steroid.
PENUTUP Keratitis pungtata superIisial merupakan penyakit mata bilateral rekuren yang jarang ditemukan, dapat mengenai siapapun tanpa pandang jenis kelamin maupun umur. Penyakit ini ditandai dengan kekeruhan epitel yang meninggi, berbentuk lonjong dan pada pemulasan dengan Iluoresein akan tampak bintik bintik terutama di daerah papil. Belum ditemukan secara pasti organisme penyebab keratitis pungtata ini, namun hingga saat ini virus dicurigai sebagai etiologinya. Pada keratitis pungtata pasien akan mengeluhkan penglihatan yang sedikit kabur, IotoIobia, dan juga di dapatkannya iritasi ringan. Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologinya namum pemberian steroid jangka pendek seringkali dapat menghilangkan kekeruhan dan keluhan subjektiI. Keratitis atau peradangan pada kornea mata, jika tidak diobati dengan benar dapat menyebabkan timbulnya ulkus kornea. Parut kornea karena ulkus kornea merupakan penyebab terbesar kebutaan dan pengurangan penglihatan. 2,3,4
DAFTAR PUSTAKA 1. American Academy oI Ophthalmology. Externa disease and cornea, San Fransisco 2006- 2007 : 8-12, 157-160. 2. Vaughan, Daniel. OItalmologi Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya Medika Jakarta, 2000 : 4-6 3. Ilyas, Sidarta. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2000 : 52. 4. Ilyas, Sidarta Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2005 : 147-158. 5. http://en.wikipedia.org/wiki/Cornea#Structure 6. Mansjoer, AriI M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Hal: 56 7. Thygeson, Phillips. 1950. "SuperIicial Punctate Keratitis". Journal oI the American Medical Association; 144:1544-1549. Available at : http://webeye. ophth.uiowa.edu/ dept/service/cornea/cornea.htm 8. Ilyas, Sidarta. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2003. 9. www.medscape.com/ keratitis article