You are on page 1of 20

Meet the Expert

RETARDASI MENTAL

Oleh:

Dendi Yose Windra (P.476) Shinta Rispasari (P.481)


Pembimbing :

Dr. JS Nurdin, Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RSUP DR. M DJAMIL PADANG PADANG

2010

TINJAUAN PUSTAKA Retardasi mental atau Keterbelakangan Mental merupakan problem multirasionil yang menyangkut aspek medik, psikologi,pendidikan,perawatan dan sosial. Aspek medik : adanya perubahan-perubahan dasar dalam otak misalnya : perubahan unsur-unsur yang penting di dalam otak, perubahan metabolisme sel-sel otak,kurangnya kapasitas transmisi antar neuron. Aspek psikologi : adanya gangguan perkembangan fisik,intelligensi dan emosi pada bayi sampai anak prasekolah; timbulnya rasa rendah diri akibat kemampuannya lebih rendah daripada anak normal. Aspek pendidikan (edukatif) : kesukaran menangkap pelajaran pada anak-anak retardasi mental yang mulai bersekolah sehingga perlu pendidikan khusus yang disebut sekolah luar biasa. Aspek perawatan : tidak jarang anak dengan retardasi mental jenis yang berat atau sangat berat tak mampu mengurus kebutuhannya sendiri misalnya : makan, minum, mandi sehingga perlu perawatan khusus untuk anak ini, yang dengan sendirinya merupakan beban yang sangat berat bagi orang tuanya ataupun perawat yang mengasuhnya. Aspek sosial : kurangnya kemampuan daya belajar dan daya penyesuaian diri sosial sesuai dengan permintaan masyarakat sehingga penempatan anak dalam masyarakat selalu kurang memuaskan baik bagi masyarakat, keluarganya maupun anaknya sendiri.

Dari segi pembangunan, problema keterbelakangan ini menyangkut banyaknya tenaga kerja yang tak dapat digunakan secara efektif untuk pembangunan perekonomian kita akibat terbatasnya daya berfikir dan daya penyesuaian diri mereka sehingga didapatkan banyaknya pengangguran di antara penderita-penderita Retardasi mental ini. Definisi dari retardasi mental adalah keadaan dimana fungsi intelektual umum berada di bawah normal dan dimulainya selama masa perkembangan individu yang berhubungan dengan terbatasnya kemampuan belajar dan daya penyesuaian diri didalam proses pendewasaan individu tersebut. Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ/DSM II 1968) adalah 1. Retardasi mental taraf sangat berat =Idiot (IQ 0-19). 2. Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-35). 3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51). 4. Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67). 5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ 68-85). Adapun defenisi dari Intelligensi (Kanner) yakni kemampuan seseorang untuk belajar mengambil keuntungan dari pengalaman, menyesuaikan diri pada keadaan yang baru, mendapatkan cara yang baru untuk menanggapi sesuatu serta dapat berfikir secara abstrak.Beberapa banyak anak yang tertimpa keterbelakangan mental ini ? Menurut catatan WHO, di Amerika 3% dari penduduknya terbelakang jiwanya; di negeri Belanda 2,6%; di Inggris 1-8%; di Asia 3%. Di Indonsia belum ada angka-angka yang pasti, tetapi berdasarkan atas hal-hal tersebut diatas diperkirakan 3%. Kebanyakan retardasi mental baru diketahui pada masa sekolah dan frekuensi terbanyak memang didapatkan pada golongan retardasi mental taraf perbatasan (subnormal), urutan kemudian adalah golongan taraf ringan (debil) sedangkan golongan taraf berat dan sangat berat yang paling sedikit didapatkan. Penilaian anak terus-menerus dilakukan pada masa sekolah maka golongan subnormal dan debil baru tampak gejalanya bila anak sudah mulai sekolah.

Anak-anak terbelakang yang tergolong berat ditemukan di semua lapisan masyarakat, tak memandang kedudukan sosioekonomi dari orang tua. Tapi yang tergolong ringan kebanyakan ditemukan pada golongan sosioekonomi rendah. WHO tidak setuju golongan subnormal dimasukkan retardasi mental karena dengan demikian kira-kira 16% dari penduduk dapat dianggap terbelakang mentalnya. Etiologi. Penyebab retardasi mental dapat dibagi dalam kelompok : (i) Biomedik, dan (ii) sosiokultural, psikologik dan lingkungan. I. Kelompok Biomedik dapat di bagi menjadi sebab prenatal,natal dan postnatal. A. Penyebab Prenatal 1. Infeksi ibu : kuman, virus, toxoplasma. (a) kuman : tbc, syphilis, meningitis, karena meningococcus. (b) virus rubella, influenza, cytomegalic inclusion body disease; 2. Intoxikasi karena : bilirubin (kernicterus), timah, karbon monoxida, post-imunisasi, toxemia gravidarum. 3. Gangguan metabolisme. (a) metabolisme protein : phenylketonuria. (b) metabolisme hidrat arang : galactosemia. (c) metabolisme lemah : Tay-Sach's disease. 4. Bentuk kepala abnormal : Anencephalia, Makrocefalia, Mikrocefalia, Hydrocefalus, Craniostenosis. 5. Kelainan khromosom : Mongolism (sindroma Down),Klinefelter's syndrome. 6. Irradiasi pada kandungan dengan umur kehamilan 2-6 minggu. 7. Malnutrisi ibu, terutama karena defisiensi protein. 8. Endokrin : Hypothyroid ibu menyebabkan kretinism B. Natal 1. anoxia otak karena asphyxia, misalnya karena partus lama. 2. trauma kelahiran 3. prematuritas/berat badan lahir rendah.

C. Postnatal 1. malnutrisi bayi : Perkembangan inteligensi anak sangat dipengaruhi bila defisiensi protein terjadi sejak lahir sampai umur 2 tahun. 2. Infeksi : encephalitis, meningitis, febrile convulsion yang lama dan sering. 3. Trauma kapitis. 4. Anoxia otak : karena status epilepticus atau dehydrasi (gastroenteritis berat). 25% dari retardasi mental mempunyai IQ dibawah 50 dan ada hubungannya dengan sebab-sebab biomedik. II. Kelompok sosiokultural, psikologik dan lingkungan. Ciri-ciri dari kelompok ini : -- tidak ada tanda-tanda dari kelainan struktural otak. -- derajat keterbelakangannya masih termasuk ringan (IQ diatas 50). -- 75 % dari jumlah retardasi mental mempunyai IQ diatas 50 dan sebagian besar disebabkan karena sebab-sebab sosiokultural. Sebab-sebab dari kelompok II: (a) adanya retardasi mental ringan (kedunguan) yang terdapat pada anggota keluarga lain (cultural familiar retardates).Sebab ini banyak terdapat di Indonesia, melihat struktur masyarakat Indonesia banyak berasal dari golongan sosioekonomi rendah. Karena kurangnya kepandaian mereka maka secara automatis mereka jatuh pada suatu tingkatan yang paling bawah yakni yang taraf kehidupannya berjalan sangat sederhana. (b). adanya gangguan emosi pada anak sehingga anak berfungsi di bawah potensi sebenarnya (misalnya karena penolakan orang tua, iri terhadap saudaranya dsb.). (c).kurangnya stimulasi pada anak, misalnya : -kurangnya rangsangan belajar. --kurangnya pemberian kasih sayang dan perhatian orang tua pada anak karena adanya pemisahan orang tua dengan anak (parental deprivation).

Ciri-ciri tingkatan Retardasi mental. 1. Retardasi mental sangat berat = Idiot. IQ 0 -- 19. Umur mental (mental age) kurang dari 2 tahun. Ciri-cirinya : Tak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri. makan harus disuap. mandi dan berpakaian harus ditolong. tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik. pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis. biasanya didapatkan kelainan kongential misalnya bentuk kepala abnormal, kelainan fisik pada badan anggota badan seperti badan kecil, bungkuk; bentuk tangan abnormal jari kelingking bengkok (mongolism). perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat diajar berbicara, bicara hanya 1 suku kata saja (ma,pa). mudah terserang penyakit lain, misalnya tbc, infeksi lain. 2. Retardasi mental berat = Imbicile berat. IQ 20-35, umur mental 2-4 tahun. Ciri-cirinya : dapat dilatih dan tak dapat dididik. -- dapat dilatih merawat dirinya sendiri; makan, mandi dan berpakaian sendiri. -- kadang-kadang masih dapat mengenal bahaya dan menjaga dirinya. -- pergerakan motorik biasanya masih terganggu, pergerakan kaku dan spastis. -- biasanya masih didapatkan kelainan kongenital. -- perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat. -- masih mudah terserang penyakit lain. 3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan. IQ 35--50, umur mental 4 - 8 tahun. Ciri-cirinya : Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & Educable) sampai ke taraf kelas II - III SD. -- dapat dilatih merawat dirinya sendiri misalnya : makan, mandi dan berpakaian sendiri.

-- mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri. -- koordinasi motorik biasanya masih sedikit terganggu. -- biasanya masih didapatkan kelainan kongenital. -- dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu, mencuci piring membersihkan rumah dsb. -- bisa menghitung 1 - 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca beberapa suku kata. -- perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat. -- sering tersangkut perkara kriminilkarena mudah disugesti dan penilaian terhadap baik dan buruknya suatu hal masihkurang. 4. Retardasi mental ringan = Debil. IQ 52--67, umur mental 8 -11 tahun. Ciri-cirinya : dapat dilatih dan dididik. -- dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah. -- dalam keadaan cocok dapat mencari nafkah - tetapi tak dapat bersaing dengan oranglain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila adapenghematan tenaga kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu. -- tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau Sekolah LuarBiasa. -- pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya, sesudah menginjak Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD - 3 tahun). -- tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat difahami. -- kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang baik dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu perlu pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya. -- koordinasi motorik tidak mengalami gangguan. -- kelainan kongenital biasanya tidak didapatkan. -- perkembangan fisik biasanya normal tetapi perkembangan bicara biasanya masih terlambat (biasanya bicara kurang sempurna dan perbendaharaan kata-kata kurang).

5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal = Border-line.IQ 68-85, umur mental 12-16 tahun. Ciri-cirinya : -- dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas dicapai dalam 2 tahun. -- dapat berfikir secara abstrak. -- dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk. IQ bukan satu satunya cara untuk menentukan retardasi mental tetapi ha rus disesuaikan dengan keadaan klinis. Menentukan diagnosa retardasi mental berarti memikul tanggung jawab terhadap individu, keluarga dan masyarakatnya. Akhirakhir ini disarankan agar untuk tiap penderita retardasi mental diberi keterangan mengenai 4 macam hal : 1. derajat keterbelakangannya. 2. faktor penyebabnya. 3. gangguan psikiatrik yang menyertainya. 4. faktor psikososialnya. Diagnosa retardasi mental tidak hanya didasarkan atas test psikologik, melainkan juga atas ketentuan lain seperti riwayat penyakit ibu dan anak, riwayat perkembangan fisik/ berbicara, laporan sosialisasi anak berasal dari orang tua/keluarganya, laporan kemajuan sekolah dari guru, hasil pemeriksaan laboratorium,EEG, foto dsb. Yang perlu diukur tidak hanya mengenai intelligensinya, tetapi juga mengenai adaptasi sosialnya. Kesulitan dalam membuat diagnosa terutama terjadi bila anak masih di bawah 3 tahun, sebab test-test psikologik lebih banyak ditujukan pada anak-anak yang lebih besar dari 3 tahun. Riwayat perkembangan fisik anak normal : 4 bulan: dapat telungkup dan menahan kepala. 10 -17 bulan : dapat berjalan. 18 bulan: dapat menaiki kursi. 2 tahun: dapat berlari.

Riwayatnya perkembangan berbicara : 1 tahun: dapat mengucapkan dua patah kata : ma, da, pa. 18 bulan : dapat menyebut 10 kata dan menunjukkan bagian-bagian badan. 2 tahun: dapat menyebut nama-nama benda sekitarnya, dapat membuat kalimat. 2,5 - 3 tahun: dapat menyebut 200 - 300 kata, mengenal kata ganti : saya, dia. Riwayat perkembangan fisik dan berbicara ini dikatakan terlambat bila perkembangan anak lebih lambat dari umur-umur diatas disertai tanda-tanda Minis lainnya misalnya kesukaran dalam melatih dan mendidik anak baik di rumah maupun di sekolah. Kebanyakan retardasi mental terdeteksi ketika anak mulai memasuki usia seolah. Untuk melakukan asesmen sebagai penegakan diagnosis maka perlu ditangani oleh ahli (psikologi). Secara mendetail kriteria dalam menegakkan diagnosis retardasi mental dijelaskan dalam DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 4th ) yang dijelaskan berikut ini : A. Secara signifikan memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata : IQ 70 atau di bawahnya dimana tes IQ dilakukan secara individual (untuk bayi, dilakukan penilaian klinis untuk fungsi intelektual di bawah rata-rata). B. Kekurangan dan gangguan serempak dalam fungsi penyesuaian diri yang nampak (misalnya efektivitas memenuhi standar kelompok budaya tertentu sesuai dengan kelompok usianya) pada paling tidak 2 area komunikasi, merawat diri, aktivitas domestik, kemampuan sosial / interpersonal, penggunaan sarana umum, selfdirection, kemampuan akademis fungsional, pekerjaan, pemanfaatan waktu luang, kesehatan, dan keselamatan. C. Onset terjadi sebelum usia 18 tahun Retardasi mental berdasarkan DSM IV dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yaitu Ringan (IQ 52-68), moderate (36-51), Berat (20-35), dan Sangat berat (19 atau kurang).

GEJALA Tingkatan Retardasi Mental Kemampuan Usia Tingkat Kisaran Prasekolah IQ (sejak lahir-5 tahun) -Bisa membangun kemampuan sosial & komunikasi Ringan 52-68 -Koordinasi otot sedikit terganggu -Seringkali tidak terdiagnosis

Kemampuan Usia Kemampuan Masa Sekolah (6-20 tahun) -Bisa mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia belasan tahun -Bisa dibimbing ke arah pergaulan sosial -Bisa dididik -Bisa memenuhi kebutuhannya sendiri -Bisa mempelajari dengan melakukan Biasanya bisa mencapai kemampuan kerja & bersosialisasi yg cukup, tetapi ketika mengalami stres sosial ataupun ekonomi, memerlukan bantuan Dewasa (21 tahun keatas)

-Bisa berbicara & belajar berkomunikasi Moderat 36-51 -Kesadaran sosial kurang -Koordinasi otot cukup

beberapa & pekerjaan -Bisa belajar

pekerjaan yg tidak terlatih dibawah pengawasan

kemampuan sosial terlatih atau semi

bepergian sendiri di -Memerlukan tempat-tempat yg pengawasan & dikenalnya dengan bimbingan ketika baik mengalami stres sosial maupun ekonomi yg ringan

-Bisa mengucapkan beberapa kata -Mampu mempelajari menolong diri Berat 20-35 sendiri -Tidak memiliki kemampuan ekspresif atau hanya sedikit -Koordinasi otot jelek -Sangat terbelakang -Memiliki beberapa -Koordinasi Sangat berat 19 atau kurang ototnya sedikit sekali -Mungkin memerlukan perawatan khusus -Kemungkinan tidak dapat berjalan atau berbicara koordinasi otot -Memiliki beberapa koordinasi otot & berbicara -Bisa merawat diri tetapi sangat terbatas -Memerlukan perawatan khusus kebiasaan hidup kemampuan untuk belajar berkomunikasi -Dapat melakukan -Bisa mempelajari beberapa kemampuan perlindungan diri terkendali sehat yg sederhana dalam lingkungan yg -Bisa memelihara diri -Bisa berbicara atausendiri dibawah pengawasan

Secara lebih sederhana, NICHCY (2004) menekankan dua hal yang menjadi dasar dalam diagnosa mental retardasi, yaitu fungsi intelektual (intellectual function) dan fungsi perilaku penyesuaian diri (adaptive behavior function). Fungsi intelektual

umumnya dapat dilihat dari tingkat intelegensi yang tercermin dari hasil tes IQ. Anakanak dengan retardasi mental memiliki IQ di bawah 70. Sedangkan pada fungsi penyesuaian diri menekankan bahwa ada 3 keterbatasan, yaitu: Daily Living Skill, meliputi kemampuan mengenakan pakaian, makan sendiri, dan aktivitas buang air Communication Skill, meliputi memahami apa yang dikatakan oleh orang lain serta mampu merespon/menjawab pertanyaan dengan tepat Social skill, meliputi kemampuan berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, anggota keluarga, dan orang lain Sedangkan Delphie (2006) menyatakan bahwa bidang perilaku adaptif yang menjadi perhatian untuk diobservasi meliputi : Menolong diri sebagai bentuk penampilan pribadi, seperti makan, minum,menyuap, berpakaian, pergi ke WC, berpatut diri, dan memelihara kesehatan diri Perkembangan fisik, meliputi ketrampilan gerak (gross dan fine motoric) Komunikasi, meliputi bahasa reseptif dan bahasa ekspresif Ketrampilan sosial, meliputi ketrampilan bermain, ketrampilan berinteraksi,

berpartisipasi dalam kelompok, bersikap ramah tamah dalam pergaulan, perilaku seksual, tanggung jawab terhadap diri sendiri, kegiatan memanfaatkan waktu luang, dan ekspresi emosi Fungsi kognitif, meliputi pengetahuan akademik dasar (seperti pengetahuan tentang warna), membaca, menulis, fungsi-fungsi pengenalan angka, waktu, uang, dan pengukuran. Memelihara kesehatan dan keselamatan diri, meliputi mengatasi luka dan mencegah kecelakaan, memelihara diri dengan praktis

Ketrampilan berbelanja, meliputi penggunaan uang, berbelanja, kegiatan di bank, dan cara mengatur pembelanjaan Ketrampilan domestik, meliputi membersihkan rumah, memelihara dan memperbaiki barang-baran yang adadi rumah, caramembersihkan atau mencuci, ketrampilan dapur, dan menjaga keselamatan rumah tangga Orientasi lingkungan, meliputi ketrampilan melakukan perjalanan, memanfaatkan sumber-sumber lingkungan, penggunaan telepon, dan menjaga keselamatan lingkungan Ketrampilan vokasional, meliputi kebiasaan bekerja serta peilakunya, ketrampilan mencari pekerjaan, penampilan diri sebagai karyawan/pekerja, perilaku sosial dalam pekerjaan, dan menjaga keselamatan kerja. Diagnosis Banding Anak-anak dari keluarga yang sangat melarat dengan deprivasi rangsangan yang berat (retardasi mental ini reversibel bila diberi rangsangan yang baik secara dini). Kadangkadang anak dengan gangguan pendengaran atau penglihatan dikira menderita retardasi mental. Mungkin juga gangguan bicara dan cerebral palsy membuat anak kelihatan terbelakang, biarpun intelegensianya normal. Gangguan emosi dapat menghambat kemampuan belajar sehingga dikira anak itu bodoh. early infantile dan skizofrenia anak juga sering menunjukkan gejala yang mirip retardasi mental.

Persoalan psikiatri pada anak-anak dengan retardasi mental. Seorang anak dengan retardasi mental selalu akan menghadapi persoalan baik yang berasal dari dirinya, keluarganya maupun masyarakat di sekitarnya.Kurangnya kemampuan intelektual dan penyesuaian diri anak menyebabkan anak kurang mampu bergaul dengan teman-teman sebayanya sehingga anak sering dipencilkan dari pergaulan

teman-teman seumurnya akibatnya anak bergaul atau bermain dengan teman-teman yang lebih muda atau mengurangi kegiatannya sampai menarik diri dari pergaulan. Orang tua atau keluarga sering kecewa terhadap kemampuan penderita sehingga akhirnya bersikap menolak. Akibat sikap penolakan ini, penderita mengalami kekurangan kasih sayang dan perhatian padahal justru penderita dengan retardasi mental lebih membutuhkan pengertian yang mendalam dan perhatian dari orang tua yang melebihi anak normal. Akibatnya anak sering mengalami ketegangan, kesedihan, kebingungan, karena kurangnya bimbingan atau tuntunan yang jelas. Hal ini sering menyebabkan anak melakukan tindakan kriminil karena adanya rasa penolakan orang tua dan kurangnya pengertian memilih hal-hal yang baik dan buruk serta kurangnya kemampuan mengontrol diri sendiri. Umumnya tindakan kriminil yang dilakukan berupa pencurian kecil-kecilan dan menurut pola yang sama karena mereka tidak mampu melakukan tindakan antisosial yang lebih teratur dan lebih komplek. Kurangnya kepandaian, ketrampilan, kemampuan bersaing serta daya penyesuaian diri menyebabkan sukarnya menempatkan anak dalam masyarakat sehingga mereka sukar mendapatkan sekolah atau pekerjaan yang layak. Hal ini juga merupakan faktor predisposisi untuk melakukan tindakan kriminil, karena anak merasa ditolak oleh masyarakat juga.Dari hal-hal diatas dapat kita rasakan bahwa anak-anak dengan retardasi mental lebih banyak mengalami stress daripada anak-anak normal. Sehingga tak jarang kadang-kadang emosi anak meledak secara tiba-tiba karena tidak mampunya anak mengatasi stress lagi, selain daya pengontrolan diri memang kurang.

PENGOBATAN. 1. Obat-obatan. Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak, konsentrasi kurang dan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan dalam bidangretardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :

-- Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari. -- Imipramin dosis 1,5 mg/kg/hari. -- Efek sampingan kedua obat diatas dapat menimbulkan convulsi -- Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik. Obat-obatan untuk konvulsi : -- Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari.(Dilantin dapat juga menurunkan gejala hyperkinetik, gejala gangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir). -- Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala hyperkinetik). -- Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik. Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar : -- Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron). -- Glutamic acid. -- Gamma amino butyric acid (Gammalon). -- Pabenol. -- Nootropil. -- Amphetamin dsb. Minum kopi tiap pagi bisa menurunkangejala hyperkinetik, karena kopi mengandung Cofein. 2. Psikoterapi. Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya. Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan (merubah lingkungan anak yang tidak menguntungkan bagi anak tersebut). Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang mengobati). Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi terhadap hubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan dan kesadaran dalam merawat anak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapat

tingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun lingkungannya (teman-teman disekitarnya). Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat hubungan anak dengan orang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orang tua anak dengan retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikap orang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk mengurangi sikap rendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak ibu lain yang mengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan demikian ibu dapat bersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang baik bagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut diatas. 3. Pertolongan dalam bidang pendidikan dan perawatan. Bagi anak terbelakang diperlukan pendidikan khusus yang sesuai dengan derajat keterbelakangannya, misalnya pendidikan luar biasa bagi anak tergolong debil dan imbesil ringan dan sedang. Retardasi mental tingkat perbatasan (subnormal) masih dapat mengikuti Sekolah dasar biasa, sedangkan retardasi mental tingkat berat dan sangat berat tidak dapat mengikuti pendidikan luar biasa; yang diperlukan bagi mereka hanya latihan untuk dapat merawat diri sendiri dan mempunyai kemampuan bergaul dengan anak lain, pelajaran membaca dan berhitung boleh dihilangkan. Tujuan dari Sekolah Luar Biasa tidak berbeda dengan tujuan sekolah untuk anak normal, yakni melatih belajar membaca dan berhitung disertai dengan mengembangkan ketrampilan hubungan sosial anak, ketrampilan tangan sesuai dengan bakat anak dan latihan tanggung jawab dalam masyarakat.

Di Indonsia di kota-kota besar telah tersedia banyak sekolah luar biasa tanpa fasilitas penginapan atau dengan fasilitas penginapan bagi anak-anak terbelakang. Ada segi negatif dari perawatan anak di Yayasan Sosial (dengan fasilitas penginapan) yakni : 1. kekurangan akan stimulasi normal karena kurangnya kontak dengan orang lain dan kurangnya variasi darilingkungan. 2.kurangnya mereka mendapatkan cintakasih dari orang tua karena anak berpisah dengan orang tua. 3. kurangnya kebebasan untuk bergerak. Karena itu banyak sarjana menganjurkan pada masyarakat agar suka menerima anak-anak terbelakang ini di tengah-tengahnya, mengingat kurang baiknya efek pada anak tersebut bila di taruh di Yayasan Sosial atau rumah perawatan. Yang terbaik adalah anak tetap sekolah luar biasa atau tinggal di rumah perawatan selama siang hari. Sore hari mereka pulang ke rumah sehingga anak dapat tetap berkumpul denganorang tua dan saudara-saudaranya. Dengan sendirinya pada hari-hari libur mereka juga tidak masuk sehingga anak dapat pergi berekreasi dengan seluruh keluarganya. Tapi pada golongan retardasi mental tingkat sangat berat (idiot), terus tinggal di rumah perawatan dapat dipertimbangkan bila di rumah tak ada yang dapat merawat; tetapi menjenguk anak tersebut atau sekali-kali membawa pulang anak ke rumah masih tetap diperlukan agar anak dapat menerima cinta kasih dari orang tua maupun saudara-saudaranya. Latihan dan Pendidikan Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum ialah: 1. Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada. 2. Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial. 3. Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah kelak. Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi : 1. Latihan rumah: pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian sendiri, kebersihan badan.

2. Latihan sekolah: yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial. 3. Latihan teknis: diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan sosial. 4. Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah Prevensi Prevensi dalam bidang retardasi mental dapat : primer : mencegah terjadinya retardasi. sekunder : dapat menemukan kasus sedini mungkin dan pengobatan secepat mungkin. tertier : mengurangi cacat fisik dan kelainan mental bila didapat pada penderita serta mengadakan rehabilitasi dengan cara memberi pekerjaan yang sesuai dengan derajat keterbelakangannya. Untuk melakukan prevensi, perlu diketahui sebab-sebab dan faktor-faktor penyebab timbulnya keterbelakangan mental. Sebab-sebab retardasi mental yang dapat dicegah, antara lain : penyakit infeksi, trauma capitis, gangguan genetik (perkawinan antar keluarga), gangguan metabolisme, kelainan khromosom (mencegah kelahiran pada primi tua atau multipara, dari ibu yang sudah tua lebih dari 37tahun), keracunan, konvulsi, komplikasi kehamilan. Anak-anak dengan IQ 50 - 69 adalah kurang lebih 3 kali lebih banyak daripada anak-anak dengan IQ kurang dari 50 dan golongan retardasi mental ringan ini kira-kira terdapat 75% dari semua golongan retardasi mental (IQ 0 - 70). Golongan ini erat hubungannya dengan status sosial, penghasilan, kedudukan sosial, pekerjaan orang tua serta adanya deprivasi emosional yang dialami oleh anak (kekurangan kasih sayang orang tua). Prevensi retardasi mental dalam tahun-tahun mendatang banyak bergantung atas usahausaha : -- menghilangkan kemiskinan dengan memperbaiki program-program pendidikan,kebudayaan dan kesejahteraan golongan sosioekonomi rendah.

-- perbaikan program pelayanan medik, klinik-klinik kesejahteraan ibu dan anak dan Pusat-Pusat Kesehatan Jiwa. -- counseling orang tua bagi anak retardasi mental yang disebabkan gangguan emosi. -- diadakan tempat konsultasi dalam bidang retardasi mental untuk menentukan ada atau tidak adanya retardasi mental dan derajat keterbelakangannya pada anak.

DAFTAR PUSTAKA 1.Philips J. Prevention and Treatment of Mental Retardation. 3rd Ed.New York, London : Basic Books Inc, 1966.

2.Noyes AP, Kolb LC, Modern Clinical Psychiatry Philadelphia, London : W.B. Saunders Co, 1963; pp 275 - 292. 3.Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry. Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329. 4.Coleman JC. Abnormal Psychology and Modern Life,Bombay : D.B. Taraporevala Sons & Co Private Ltd, 1964; pp 519 - 536. 5.Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan Retardasi Mental. Disertasi, gelar doktor dalam Ilmu Kedokteran, UNAIR, Surabaya. 1972. 6.Robinson HB et al. Mental Retardation Advanced Child Psychiatry, New York: Literature Seminar 1974. Feb. 7.Menolascimo FJ. Emotional Disturbances in Mentally RetardiedChild. Advanced Child Psychiatry, New York : Literature Seminar1974 Feb. 8.Potter HW. The needs of Mentally Retarded Chidren for child Psychiatry services, Advanced Child Psychiatry. New YorkLiterature Seminar 1974 Feb. 9. George Tarjan, Keeran CV. An overview of Mental Retardation, A Psychiatric Annals reprint, New York : Insight communications Inc, 1974 Feb. 10. Valente M et al. Etiologic Factors in Mental Retardation A Psychiatric Annals reprint. New York : Insight Communications, Inc,1974 Feb. 11. Simmons JG et al. Treatment and care of mentally retarded A Psychiatric Annals reprint.New York : Insight Communications Inc,1974 Feb

You might also like