You are on page 1of 58

Kita mengetahui lebih banyak mengenai karakter-karakter tersebut dalam Agamemnon karya Aeschylus (sastrawan kisah sedih Yunani;

bapa dari drama tragis Yunani, 525-456 SM) yang memperbincangkan tentang Zeus. Suara serentak dari para pria tua, dalam bagian pembuka dari drama (parodos), mengetahui bahwa kekuatan dari Menelaus dan Agamemnon berasal dari Zeus (43) dan bahwa Zeus mengirim mereka untuk menghukum Paris. Tetapi eksekusi dari keinginan pengadilan ini, menjadi suram baik untuk rakyat Yunani maupun bagi para Trojan (6067), sebagaimana ia merupakan tipikal dari keadilan Zeus. Kemudian, seiring Paduan Suara menyanyikan bagaimana Agamemnon harus mengorbankan puterinya sendiri, sehingga armada itu dapat berlayar melawan Troy, mereka mencapai batas pemahaman atas Zeus dalam baris-baris dengan penerjemahan agak menantang:
Zeus siapapun dia, jika dia senang dipanggil dengan ini,

inilah apa yang saya sapa dia.

Saya tidak dapat menghampirkan kepadanya, walaupun saya menakar segalanya,

kecuali [dengan menyebutnya] Zeus, ia adalah beban pemikiran yang membuat frustrasi

ia sungguh-sungguh dituang ke samping.

Agamemnon 16066

Para pria tua berpikir bagaimana legenda mengungkapkan bahwa Zeus mencapai kekuasaan melalui suksesi dengan kekerasan dan sampai pada gagasan bahwa, sementara bukan merupakan pesan dari drama, adalah jenis pernyataan semi peribahasa yang penuh pertentangan di mana para pria tua bisa jadi berpikir mendalam:
(Zeus) yang menuntun mereka yang tidak kekal untuk memikirkan perasaan,

Yang membuat pathei mathos ('melalui penderitaan datang pengetahuan) menjadi sebuah aturan.

Agamemnon 1768

Mathos adalah pembelajaran; pathos adalah pengalaman/penderitaan. Pathei mathos adalah belajar dari apa yang terjadi pada Anda. Apa yang benar-benar dipergumulkan para pria tua itu adalah kesulitan untuk memahami pikiran Zeus, misalnya melihat keadilan dalam perkara yang diselesaikannya. Tetapi mereka mengetahui ada keadilan untuk dicari. Adalah Zeus Xenios (dari persahabatan tamu) yang sejatinya menggerakkan rakyat Yunani untuk melawan para Trojan di Agamemnon (362), dan akibatnya para Trojan memiliki tamparan Zeus untuk diungkapkan (367). Dengan jelas mereka telah dihantam dengan kuat, bukan oleh halilintar yang indah seperti dalam lukisan, tetapi oleh agen manusia yang beroperasi untuk menegakkan prinsip-prinsip, seakan-akan dengan kejam. Dalam kasus ini adalah prinsip persahabatan tamu yang mengikat berbagai komunitas manusia yang berbeda bersama-sama dan tidak dengan mudah dipisahkan. Melalui cara yang sama, hantu dari raja Darius menyadari, dalam Persians karya Aeschylus, bahwa pada serangan mereka terhadap Yunani melalui kekerasan yang tanpa kendali [hybris] mereka menciptakan sebuah kumpulan kehancuran [ate] yang darinya memungut tuaian yang sungguh disayangkan dan Zeus datang sebagai penghukum atas pembuahan yang terlalu sombong (Persians 821f., 827f.). Pandangan mengenai Zeus dalam Prometheus Bound (apakah sandiwara oleh Aeschylus atau oleh tangan lain) mengadopsi nada Hesiodic (Hesiod, penyair Yunani yang karyanya melukiskan kehidupan dewa dan genealogi para dewa serta permulaan dunia, abad ke-8 SM) yang berbeda. Pada sandiwara yang sangat baik ini, pembukaan dalam kesepian yang tidak berpenghuni dari Scythia (area kuno Eurasia), tiga dewa berbaris ke

panggungHephaistos (dewa api dan penempa yang lemah dalam mitologi kuno Yunani), Kekuatan dan Kekerasan. Dua yang terakhir merupakan agen dari--seperti selalu demikian--Zeus yang tidak terlihat, menjelmakan aspek-aspek kekuatan Zeus yang sudah ada di dalam Hesiod (Theogony 3858):
juga mulai hari itu dia membawa Kratos [Kekuatan] dan Bia [Kekerasan],

anak-anak yang sangat bagus. Ini tidak memiliki kediaman menyendiri dari Zeus, tidak juga sembarang tempat tinggal atau jalan kecil kecuali bahwa

dalam mana Dewa menuntun mereka,

tetapi mereka selalu berdiam dengan Zeus guruh yang keras.

Keadilan Zeus yang problematik dipampangkan dalam Prometheus Bound tetapi dia juga berada di belakang pembebasan Prometheus dalam Prometheus Unbound yang hilang, bisa jadi di sepanjang baris-baris yang dulu disketsa oleh Hesiod (Theogony 52931) di mana Herakles menembak burung yang menggerogoti liver Prometheus 71
bukan tanpa keinginan Zeus Olympia yang bertakhta di ketinggian, bahwa

kemuliaan Herakles kelahiran Thebes bisa jadi masih belum lebih besar daripada

yang sebelumnya atas bumi yang berlimpah

Apa yang menonjol dalam catatan Zeus diberikan oleh karakter-karakter yang menurut mikroskop sandiwara kisah sedih merupakan pemahaman dari jaraknya yang jauh dan kesulitan memahami tatanan dunianya:
Zeus benar-benar seharusnya, jika dia (sebenarnya) berada di kayangan,

tidak membuat orang yang sama (dengan terus-menerus) mengalami ketidakberuntungan.

Euripides, fr. 900 Kannicht

Kamu menyaksikannya yang tinggi di sini aither tanpa batas

dan bumi merangkul lengan-lengannya yang basah

pertimbangkan Zeus ini, anggap dewa ini.

Euripides, fr. 941 Kannicht

ZEUS DALAM PLATO DAN ARISTOTELES Plato bahkan secara mendalam memedulikan jiwa dan dengan sebuah dunia yang melampaui dunia fisik dari penampilan dan kesenangan yang sia-sia. Betapapun, visinya, tergambar pada hasil karya yang dilakukan oleh para filosof di era pra-Socrates, tidak mengambil penyebutan nama-nama dewa tertentu dengan serius, kecuali guna mengoreksi gagasan-gagasan yang tidak tepat dari para penyair mengenai perilaku dari keilahian. Dia terkadang mengemukakan bahwa para dewa perlu dipahami sebagai caracara membicarakan mengenai hal-hal yang jauh lebih mendalam. Salah satu contoh teristimewa, yang mempunyai unsur kekekalan Kristen di dalamnya akan kita lihat pada bagian berikutnya, adalah diskusi makna dari nama-nama Zeus dan Kronos dalam Cratylus-nya (, Kratylos, filosof Athena dari akhir abad ke-5 SM). Di sini terlihat etimologi yang bersifat bermain-main, atau eksperimental, digunakan untuk mengemukakan pandangan filosofis dari sifat alami keilahian:
Sebagian orang menyebutnya Zena, lainnya Dia [ini merupakan bentuk penderita dari kata Zeus] dan jika kita meletakkan mereka bersama-sama kita

mengungkapkan sifat dasar dari dewa. . .di mana tidak seorang pun yang lebih bertanggungjawab untuk kita dan setiap orang lain hidup [zen] daripada

pemimpin dan raja dari keseluruhannya. Jadi ia terbukti bahwa dewa ini dinamakan dengan tepat, melalui [dia] yang memungkinkan seluruh ciptaan untuk

hidup [zen].

Plato, Cratylus 396ab

Plato, dalam ketidakbahagiaannya dengan mitologi dalam Republic, mengambil pengecualian tertentu terhadap legenda Zeus, kelihatannya karena ini merupakan yang terdekat di mana seseorang dapat datang dalam mitologi tradisional kepada jenis

fundamental kekuatan ilahi di mana Plato sebenarnya berkomitmen. Karena dewa adalah baik (379b), Zeus tidak dapatsebagaimana dipikirkan Achillesmengelola kejahatan dari guci-guci di kayangan (379d; Iliad 24.527). Tidak juga dewa mengubah penampilannya, dan akibatnya para dewa tidak bepergian dalam penyamaran di dunia (381d; Odyssey 17.485). Sebagaimana untuk yang terkenal dengan nama buruknya, Ouranos, Kronos dan mitologi Zeus, Plato berpikir ia tidak dapat dikisahkan bahkan jika ia memiliki sebagian keberartian yang tinggi (377e378a), dan hal yang sama berlaku untuk hikayat peperangan para dewa yang saling memerangi serta cerita Zeus melemparkan Hephaistos keluar dari surga (378be; Iliad 20, 1.59094). Di antara legenda-legenda yang dikritik di lain tempat, adalah menarik bahwa pada risalat yang belakangan dan agak konvensional, Laws (636cd), legenda dari Zeus dan Ganymede dikatakan dibuat oleh rakyat Kreta untuk membenarkan kesesatan mereka. Ini baik untuk mengantisipasi kritik di kemudian hari atas legenda tersebut, terutama oleh para penganut Kristen, maupun mencomot jenis ritual yang kita temukan di Kreta (halaman 50). Di dalam Timaeus, di mana Plato membicarakan mengenai konstruksi alam semesta, dia menempatkan para dewa tradisional sebuah tempat yang sangat kecil di dalamnya. Demiurge (dewa produksi) telah menyelesaikan pekerjaannya dan kemudian Plato meneruskannya kepada para dewa lain. Satu-satunya penyebutan tentang Zeus adalah: Sejak Kronos dan Rhea meneruskan Zeus dan Hera serta semua yang kita ketahui dikatakan merupakan saudara-saudari mereka, maka lainnya juga merupakan keturunan mereka (41a). Namun, bahasa yang digunakan Plato pada Demiurge adalah bahasa yang kemudian dalam tradisi platonis (cinta yang bersifat persaudaraan) diterapkan kepada Zeus (Schwabl 1978: 1338). Kita dapat menambahkan bahwa ini tidaklah mengejutkan,

dengan menyadari bahwa Plato benar-benar mencoba membayangkan kembali bagaimana seorang Zeus seharusnya. Jika Zeus merupakan bapa dari para pria dan para dewa, Demiurge merupakan pembuat dan bapa dari keseluruhan ini (28c), tetapi bersesuaian dengan doktrin Republic dia bertanggungjawab hanya bagi yang baik (30a), dan karenanya pertanyaan untuk Plato telah dengan jelas menjadi apakah istilah Zeus tetap berharga atau ia semata-mata terlalu tidak akurat. Dia tampaknya harus menilai kemudian pada kesempatan ini. Adalah konsisten dengan pandangan ini bahwa Zeus dari Plato umumnya berada dalam legenda atau daftar konvensional. Pria yang secara konvensional alim, Euthyphro, meyakini Zeus adalah yang terbaik dan paling adil serta kemudian melanjutkan untuk mengatakan bagaimana Kronos patut untuk diikat dan Ouranos patut mendapatkan pengebirian (Euthyphro 5e6a)! Perundang-undangan yang digambarkan Plato dalam Laws akan membuat Zeus Horios-nya untuk melindungi batu-batuan pembatas, Zeus Homophylos-nya (dari rumpun bersama) untuk melindungi kepaduan sosial, Zeus Xenios-nya untuk melindungi orang-orang asing (semua 843a). Ia juga akan memiliki sebuah kuil Zeus dan Hera di mana hukum perpajakan pada mereka yang membiarkan mahar berlebihan dapat diberlakukan (774d). Plato bisa sama revolusionernya dengan pemikiran dia, tetapi dalam kenyataannya tidak ada dunia nyata yang dapat dibayangkan tanpa perlengkapan para dewa secara umum dan Zeus pada khususnya. Dan Aristoteles berada pada banyak persamaan pandangan ketika dia mengakui bahwa seluruh perangkat para dewa yang antropomorpis (menyerupai manusia) adalah untuk konsumsi populer, untuk memelihara hukum dan bagi kebaikan umum (Metaphysics 1074b1), atau bahwa martabat raja itu diproyeksikan kepada mereka sejak saat ini dan pengalaman sejarah dari

martabat raja di antara para pria serta jika manusia membuat para dewa menyerupai mereka dalam penampilan, mereka melakukan yang sama dengan gaya hidupnya (Politics 1252b237). BEBERAPA PENYAIR HELLENISTIK Zeus tetap menjadi sebuah kekuatan hidup dalam kesusasteraan Yunani lama sesudah Zaman Klasik pada abad ke-4 dan abad ke-5 sebelum masehi. Seiring penaklukan Alexander Agung mengubah dunia, dan penggantinya sebagai raja di Mesir, Ptolemy I Soter, mendirikan sebuah perpustakaan besar di Alexandria New York dari dunia kuno untuk mengumpulkan buku-buku yang membentuk budaya Yunani, para penyair yang berusaha mendefinisikan dan melanjutkan budaya tersebut menemukan tempat mereka sendiri untuk Zeus. Itulah apa yang akan saya lihat secara singkat pada bagian ini. Kita mengetahui kisah Argonauts dari Apollonius Rhodius (juga dikenal sebagai Apollonius dari Rhodes, pustakawan di Perpustakaan Alexandria). Argonautica-nya (puisi kisah kepahlawanan Yunani yang ditulis oleh Apollonius Rhodius pada abad ke-3 SM) lebih yakin dari Homer bahwa Zeus merencanakanmemang pahlawan Jason (kisah mitologi dalam Argonautica) lebih yakin bahwa Zeus turut-campur ke dalam detail untuk memastikan keadilan (2.1179f.), dan narator itu sendiri menduga bahwa Zeus melakukan tindakan-tindakan menyusul pembunuhan kriminal atas saudaranya Apsyrtus oleh Medea (4.557f.). Bahkan Apollonius tampaknya telah menemukan (Gantz 1993: i.351) sebuah alasan tertentu untuk penderitaan nabi Phineus:
. . . namun dia tidak memerhatikan bahkan kepada Zeus itu sendiri

mengungkapkan dengan tepat pemikiran suci kepada para pria.

Apollonius of Rhodes, Argonautica 2.180f.

Pemikiran Zeus tidak terlalu sulit untuk dipahami oleh mereka yang fanaia juga rahasia (sebagaimana Phineus sendiri sekarang menyadarinya, 2.3116). Pengetahuan tentang dewa telah menjadi hal yang berbahaya, sebagaimana ia berada dalam misteri agamaagama yang sekarang meluas dan ditemukan dalam kerahasiaan yang diamati oleh prakarsa-prakarsa mereka, dan sebagaimana dalam agama-agama Gnostik pada abad pertama sesudah masehi, di mana Kejatuhan manusia disebabkan oleh upaya fatal untuk mengetahui Tuhan secara prematur. Penyair Aratus membuka puisinya pada konstelasi-konstelasi, Phaenomena (ejaan alternatif dari phenomenon/fenomena), dengan sebuah himne yang gagah berani kepada Zeus (15), memainkan tema-tema panteistik yang kita saksikan berkembang lebih awal:
Dari Zeus marilah kita mulai! Dia kita para pria tidak pernah pergi tanpa terkatakan.

Seluruh jalan-jalan penuh dengan Zeus,

semua pasar jual-beli dari para pria, penuh lautan

dan pelabuhan-pelabuhan. Dalam tiap hal kita semua tergantung pada Zeus.

Karena kita adalah rasnya juga. . .

Tetapi tugas dari Aratus adalah untuk menunjukkan bagaimana bintang-bintang dapat menuntun aktivitas manusia kepada tingkatan bahwa ia themis (dapat diperkenankan secara keagamaan, 18). Pikiran Zeus merupakan Misteri besar, tidak mudah untuk diungkapkan. Koleksi milik Callimachus dari Hymns yang bersifat puitis juga dibuka dengan sebuah himne kepada Zeus. Di sini kita mempunyai sebuah karya yang secara karakteristik dari zamannya dan lingkungannya mengumpulkan tradisi-tradisi lokal, terutama pada kelahiran Zeus: dia dilahirkan di wilayah Parrhasia dari Arcadia, dia memutuskan, tidak

di Kreta.72 Callimachus mengabadikan budaya beserta mainan-mainan dengannya. Namun klimaks muncul ketika kita beralih kepada hubungan Zeus terhadap kebangsawanan:
Dari Zeus muncul raja-raja, sejak itu tidak ada yang lebih ilahi dibandingkan

para tuan dari Zeus; jadi kamu [Zeus] memilih mereka sebagai kekhususanmu.

Kamu memberi mereka kota-kota untuk dilindungi sementara dirimu sendiri duduk

pada acropolis-acropolis, menyaksikan atas mereka yang memerintah

masyarakat dengan penghakiman yang bengkok dan mereka yang melakukan yang berlawanan.

[. . .]

. . . dan adalah pas untuk menghakimi

oleh penguasa kita, yang mana dia telah pergi jauh ke atas (lainnya):

di waktu malam dia menggenapi apa yang telah direncanakannya pada pagi hari. . .

Callimachus, Hymn to Zeus 7882, 846

Penguasa kita adalah Ptolemy II (tahun 285247 SM) dan ini merupakan dunia baru dari monarki dan Zeus (halaman 78). ORANG SABAR DAN LAINNYA: ALEGORI DAN EUHEMERISME Jika Plato dan Aristoteles telah berayun keluar dari agama tradisional, adalah tugas dari para filosof yang belakangan untuk menemukan cara mengakomodasi fitur pusat dari kehidupan budaya Yunani. Pengganti Plato, Xenokrates (kepala dari Academy mulai tahun 339 hingga 314 SM) melakukan ini. Baginya (fr. 15 Heinze) dasar pertama dalam alam semesta adalah monad (sebuah atom dengan valensi satu), yakni sumber utama tunggal atas berbagai hal; ia dapat dipandang sebagai laki-laki, sebagai ganjil (sebagai berlawanan dengan genap), sebagai ilahi; dan ia dapat disebut Zeus (dalam bentuk Zena).

Ini kemudian dikombinasikan dengan dyad, dasar dari pluralitas, yang dapat dipandang sebagai berhubungan dengan kewanitaan, sebagai ibu dari para dewa dan sebagai dunia jiwa. Adalah langkah pendek dari ini, kemudian, kepada para Stoik (orang yang pandai menahan hawa nafsunya). Pendiri dari Stoikisme adalah Zeno dari Kition, di mana nama dia sendiri diturunkan dari Zeus. Dasar yang utama bagi dia adalah nafas berapi-api yang menjiwai segalanya, termasuk diri kita sendiri, sesuatu di mana seseorang tidak perlu membangun kuil-kuil untuknya di dalam kita (fr. 146).73 Udara yang berapi-api ini adalah aether dan itulah apa Zeus yang sebenar-benarnya. Ia juga merupakan logos, pemikiran atau kata/firman (sebagaimana dalam Kitab Injil Yohanes), yang meliputi alam semesta, jiwa, sifat alami, nasib, dewa, pikiran Zeus, dan kebutuhan alam semestadengan dapat dipertukarkan (frs 158, 160). Inilah Sifat Dasar yang menurutnya kita harus hidup. Para dewa lain menjadi elemen-elemen berbeda: Hera udara, Poseidon laut, Hephaistos api, dan dewa lain pada aspek berbeda dari fisik alam semesta (fr. 169); Aphrodite merupakan kekuatan pengikat dari masing-masing bagian dan Dioskouroi alasan yang tepat dan penempatan yang bernilai (frs 168, 170). Penerusnya, Cleanthes, membawa ini kepada sebuah ekstrim, dengan Hymn to Zeus-nya yang luar biasa, sebagian darinya saya tampilkan di bawah ini:
Yang termulia dari mereka yang kekal, dari banyak nama, semuanya berkuasa selamanya,

Zeus, pemula dari Alam, mengelola segalanya dengan hukum,

Sambutlah!: adalah benar [themis] bagi semua yang fana untuk menyebutmu,

yang darinya kamu membuat mereka memeroleh sebuah peniruan atas penggemaan,

mereka sendiri dari seluruh hal-hal fana yang hidup dan merangkak di atas bumi.

Karenanya akankah saya menyanyikan pujian bagimu dan selamanya melantunkan kekuatanmu.

Kamu seluruhnya dunia ini, berputar-putar di sekitar bumi,

mematuhi, ke manapun kamu menuntunnya dan berkeinginan diperintah oleh kamu.

Sedemikian seorang pembantu kamu miliki di dalam tanganmu yang tak terkalahkan,

membelah menjadi dua cabang, berapi-api, halilintar yang pernah menyambar.

Melalui pukulannya seluruh perbuatan Alam terselesaikan

dan bersamanya kamu mengendalikan pemikiran bersama yang beredar

melalui segala hal, berbaur dengan cahaya besar maupun kecil,

dan dengannya kamu menjadi raja tertinggi untuk seluruhnya.

Tidak juga sembarang perbuatan terjadi di bumi tanpa kamu, roh [daimon],

tidak satupun melewati keilahian kubah dari ether maupun samudera,

kecuali segala hal di mana orang-orang buruk mengerjakan melalui kedunguannya.

Cleanthes, Hymn to Zeus 113 (SVF i.537, HP 54I)

Sebagaimana dengan Zeus menurut Homer, terdapat perbedaan kategori di antara dia dan para dewa lain. Yang lainnya semuanya dapat dirusak dan dalam peristirahatan terakhir hanya aspek-aspek dari Zeus sendiri,74 sebagaimana apakah kita, karena kita dari rasnya, sebagaimana baik Cleanthes maupun Aratus mengingatkan kita. Apakah Aratus meminjam dari Stoik, atau Cleanthes dari penyair? Apapun ia, terdapat perasaan antusiasme baru bagi Zeus yang dipompakan oleh sebuah filosofi yang menjangkau jauh alam semesta. Pada akhirnya, Stoik L. Annaeus Cornutus, segenerasi dengan Nero, menunjukkan kita bagaimana Cratylus dari Plato telah dimasukkan ke dalam cara berpikir ini:

Sebagaimana kamu dikelola oleh jiwamu, begitu juga alam semesta memiliki jiwa yang memegangnya bersama-sama dan ia disebut Zeus. Ia hidup,

dengan keunggulan dan untuk selamanya, dan bertanggungjawab atas kehidupan [zen] dari hal-hal yang hidup. Untuk alasan ini Zeus dikatakan menjadi

raja atas alam semesta, sebagaimana jiwa di dalam kita dan alam kita bisa jadi merupakan raja atas kita. Kita menyebutnya Zeus [ Dia] karena melaluinya

[dia] segalanya muncul ke dalam keberadaan dan terpelihara.

Cornutus, Compendium of Greek Theology 2

Dengan alegori yang mendalam ini, kisah dari batu di mana Kronos diberi sebagai ganti Zeus memikul keberartian baru: adalah bumi sendiri yang terbentuk sebagai dasar dari bayi alam semesta (ibid. 6). Namun, Cornutus menemukan adalah perlu untuk mencatat kesepakatan besar dari kultus Zeus yang diketahui, yang masih sangat hidup. Kita diberitahu mengapa dia disebut bapa dari para dewa dan para pria, pengumpul awan, guruh yang mendalam, mengapa dia memegang aegis (karena badai yang memburu):
dan mereka menyebutnya soter [penyelamat] dan herkeios dan dari kota dan pihak ayah dan famili bersama dan xenios dan ktesios dan penasihat

dan pemegang trofi dan kebebasandia mempunyai banyak nama-nama dengan tanpa batas dari jenis ini karena dia meluas ke tiap kapabilitas dan

kondisi serta merupakan penyebab dari, dan pengawas dari, segala hal. Itulah mengapa dia juga disebut bapa dari Keadilan [Dike] .. . dan dari

Keanggunan...serta dari Musim [Horai].

Cornutus, Compendium of Greek Theology 9

Tongkat kerajaan di tangannya bukanlah sekadar simbol dari kekuasaan kebangsawanan tetapi juga atas stabilitas dan dukungan; halilintar pada tangan kanannya tidak membutuhkan penjelasan; seringkali dia dilukiskan memegang sebuah Nike

(Kemenangan) karena dia tidak dapat dikalahkan. Rajawali adalah burungnya karena ia merupakan burung yang paling cepat. Dan juga ia berlanjut, melimpahi dalam ketaatannya walaupun terjadi pemisahan intelektual dan filosofi.

Satu generasi kemudian, sekitar tahun 101 masehi, orator besar Dio Chrysostom, hanya satu atau dua tahun setelah kembali dari pengasingan ke kota kampung halamannya Prusa di timur laut Turki, menghantarkan Borysthenitic Oration-nya dan, mencapai klimaks, dituturkan (36.3961) mengenai penciptaan alam semesta itu sendiri dalam sebuah legenda di mana dia secara imajinatif mengklaim telah diciptakan oleh Magi dari Persia, meskipun ia lebih tampak seperti Platonis dan Stoik bagi mata pihak lain. Alam semesta merupakan sebuah kereta pertempuran yang ditenagai oleh empat kuda, di mana yang tertinggi dan yang paling luar disucikan kepada Zeus sendiri. Matahari, bulan dan bintang-bintang semata-mata merupakan bagian dari kecemerlangannya yang berapi-api. Ia tentu saja ether. Berikutnya datang kuda-kuda dari Hera (udara), Poseidon (air) dan Hestia (pilihan yang tidak biasa untuk bumi). Namun kuda hanya merupakan gambaran dari jiwa pengendali kereta pertempuran atau agaknya bagian berpikir dan berkuasa dari jiwa tersebut. Nous ini, bagian jiwa yang paling intelektual dan ilahi, berada pada permulaan waktu dalam kilatan cahaya merupakan demiurge (pencipta) dari alam semesta yang sekarang eksis. Udara berapi-api yang dihasilkan dan dalam persatuan dengan Hera, dalam tindakan seksual yang paling lengkap, dia melepaskan seluruh benih dari alam semesta. Ini merupakan pernikahan Hera dan Zeus yang diberkati di mana anak-anak dari yang bijak menyanyi dalam ritus rahasia. Dan ketika demiurge menyaksikan pada tindakan penciptaannya dia tidak sekadar bersuka cita, tidak,
duduk di Olympus, hati tersayangnya tertawa-tawa

dari suka cita untuk menyaksikan para dewa

semua dari mereka sekarang terlahirkan dan hadir. Karenanya Dio membelokkan bagian dari Homer yang banyak dikritik (halaman 89 di atas) ke dalam sebuah mistik,

pembacaan dari filosof atas permulaan alam semesta. Dan walaupun dia menyatakannya dengan pengamatan tajam miliknya sendiri, ini tidaklah benar-benar orisinal, tetapi sesuatu di mana sembarang orang terdidik dari tahun 101 masehi akan mengakui dan memberikan aplaus. Hanya anak-anak atau mereka yang tidak terpelajar akan sejak sekarang mengambil Zeus secara harfiah. Momen-momen janggal lain di dalam Homer membimbing kepada solusi yang tidak kurang menginspirasi. Salah satunya adalah di mana Zeus telah menantang para dewa lain (Iliad 8.1822):
Datang, cobalah, kamu para dewa dan kamu semua dewi:

gantungkan sebuah rantai emas dari kayangan

dan pegang padanya, kamu para dewa dan kamu semua dewi

kamu tidak akan menurunkan dari kayangan ke bumi

Zeus penasihat tertinggi, bahkan tidak jika kamu bekerja sangat keras. . .

Aristoteles membawa hal yang tidak terlihat seperti perlombaan tarik tambang ini serta menggunakannya sebagai gambaran untuk sifat dasar dari gerakan (On the movement of animals 699b37). Gerakan adalah relatif terhadap sesuatu yang tetap dan tidak bergerak dan ini diterapkan pada Alam Semesta, yang bergerak di bawah pengaruh dari penggerak yang tidak bergerakdewa titik pusat yang tunggal, oleh implikasi Zeus dalam Homer yang merupakan pengikut paham Aristoteles. Apa yang dipergunakan Aristoteles adalah menggunakan ilustrasi sederhana yang dipergunakan dengan lebih tegas dalam tradisi mistik belakangan, dan pada masa Neo-Plato terakhir, seperti Proclus,75 terdapat doktrin bahwa kekuatan ilahi penggerak utama alam semesta, One, terikat atau terkoneksi ke semua bentuk menjadi di bawahnya melalui seira (rantai, kata yang dipergunakan

Homer), atau agaknya serangkaian rantai. Meskipun bentuk lebih rendah dari kehidupan bisa jadi menampilkan pelipatgandaan yang mengagumkan, apa yang membuat mereka dapat dimengerti dan bernilai adalah hubungannya kepada keilahian. Gagasan ini mempunyai keberlanjutan popularitas sekarang sebagai Rantai Emas, atau Rantai Besar Keberadaan. Sekadar diingat: Zeus adalah pada sisi akhir lainnya! Rasionalisasi merupakan pendekatan berbeda, didesain untuk mengurangi legenda kepada kejadian-kejadian aktual yang lugas, dan di mana budaya Yunani merupakan salah satunya yang rentan. Kita sendiri mengetahui bahwa legenda adalah satu hal dan sejarah merupakan hal lainnya. Namun, bagi rakyat Yunani, yang tidak mempunyai sejarah sebelum abad ke-5 SM kecuali dari mulut ke mulut, legenda menduduki ruang di mana sejarah yang lebih tua melakukannya bagi kita. Karenanya pembagian antara sejarah dan legenda bukanlah riil versus legenda, tetapi modern yang dapat dipercaya versus tua yang lebih fantastis. Mereka tidak memiliki kesulitan misalnya dalam memikirkan Herakles sebagai manusia nyata dari masa lalu. Seberapa jauh ini dapat melangkah? Ia adalah satu hal, sebagaimana dilakukan Hecataeus dalam Genealogiai-nya (1F27), guna mengatakan bahwa Herakles tidak membawa Eurystheus seekor anjing dari Hades (Cerberus) tetapi seekor ular dari Taenarum yang begitu beracun di mana ia disebut anjing Hades. Namun akankah seseorang mengklaim bahwa Zeus sebenarnya pernah menjejakkan kaki di bumi? Ini merupakan problem di masa klasik, bahwa rasionalisasi akan bersepakat dengan hal-hal yang tidak realistis dalam legenda para pahlawan, tetapi para dewa adalah para dewa dan karenanya apa yang tidak dapat diterima dalam perilaku mereka hanya dapat diselesaikan oleh alegori. Walaupun demikian, pinggiran akhir ini diseberangi oleh Euhemeros of Messene.

Euhemeros hidup pada masa bangkitnya penaklukan Alexander dan merupakan teman dari Cassander, Raja Makedonia (317298 SM). Penaklukan Alexander menutup kesenjangan di antara manusia dan para dewa serta terkadang menuntun kepada para dewa untuk berasimilasi kepadanya. Dionisus kerapkali diduga telah menaklukkan dunia dan mencapai India seperti yang telah dilakukan Alexander, tetapi Euhemeros mengambil garis baru yang tajam dalam Sacred Record-nya (Hiera Anagraphe). Dalam karya ini dia menceritakan perjalanannya ke sebuah tanah legenda, Panchaia, salah satu dari kelompok kepulauan yang dijelajahi berhari-hari melintasi Samudera di selatan Arab:
Di sini kita menyaksikan para penghuni, Panchaioi, yang memiliki kesalehan luar biasa dan menyembah para dewa dengan pengorbanan yang seluruhnya

cemerlang dan emas yang mengagumkan serta persembahan perak. Pulau yang disucikan bagi para dewa. . . dan ia berada di dalamnya pada sebuah bukit

yang tinggi, pada puncaknya, sebuah kuil dari Zeus Triphylios, ditemukan oleh Zeus sendiri pada waktu ketika dia menjadi raja dari keseluruhan dunia,

ketika dia masih berada di antara para pria. Di kuil ini ada sebuah pilar emas di mana, dalam surat-surat Panchaian, dituliskan ringkasan pencapaian dari

Ouranos dan Kronos dan Zeus . . . sebelum Zeus, menggantikan Kronos sebagai raja, menikahi Hera dan Demeter dan Themis. Dari mereka dia

mempunyai anak-anak sebagai berikut: Kouretes dari yang pertama, Persephone dari yang kedua, dan Athena dari yang ketiga.

Euhemeros FGrH 63F2 (sebagaimana dilaporkan oleh Diodoros)

Dengan karakteristik tertentu sebuah zaman di mana kultus kebangsawanan dan penguasa ditelanjangi, Euhemeros menanyakan apa perbedaan antara seorang raja dan seorang dewa jika keduanya dibedakan atas tindakan mereka sebagai Penderma (Euergetes) dan Juru Selamat (Soter) dari umat manusia karena watak Baik mereka (Eumenes). Seiring para penguasa menjadi jauh, para dewa pun datang mendekat. Fantasi ini merupakan petunjuk untuk sebuah komitmen yang melemah kepada para dewa dan pemujaan mereka. Euhemeros sendiri kemudian dicela sebagai seorang atheos, seorang yang tidak memiliki dewa, tetapi tidak cukup ateis dalam pemahaman kita.

Juga kita mengetahui dia dapat meyakini dalam sebuah keilahian yang lebih abstrak sebanyak Plato atau Epicurus. Namun, dia melalui pengambilan langkah akhir ini, membuat sejarah universal (sebuah sejarah total, mulai dari permulaannya) lebih dimungkinkan daripada yang telah ada. Karenanya sejarah universal utama pertama adalah dari Ephoros pada tahun 340-an/330-an SM. Dia telah memulai dengan kembalinya Herakleidai, setelah Perang Troya, pada landasan di mana sejarah yang dapat diverifikasi dimulai di sana. Apa yang mungkin terlihat bagi kita seperti metode yang baik tentu benar-benar sebuah kesenjangan yang menunggu untuk disumbat. Euhemeros telah menyediakan satu kelompok peralatan dan Dionysios Skytobrachion (kemungkinan abad ke-2 SM) menempatkannya dengan kuat untuk berurusan dengan Kampanye dari Dionysos dan Athena, Amazon, Argonauts dan Perang Troya. Sekarang Diodoros dari Sicily dapat melakukan lompatan besar ke depan dengan para dewa sendiri dalam sejarah universalnya, Historical Library. Untuk informasi berikutnya tentang Zeus, kita berutang kepada para penduduk Atlantis (sebuah sumber dari Skytobrachion yang tidak memberi keyakinan):
Putera dari Kronos, Zeus, mengiringi gaya hidup berlawanan kepada ayahnya dan menunjukkan dirinya sendiri masuk akal dan baik [philanthropos]

kepada tiap orang hingga pada tingkat di mana massa menyebutnya ayah [kemudian, bapa Zeus]. Catat bagaimana dia mengambilalih kerajaan dengan

bervariasiapakah pada keinginan turun takhta dengan sukarela dari ayahnya atau karena massa memilihnya yang keluar dari kebencian atas ayahnya.

Kronos meluncurkan gerakan melawan dia dengan bantuan para Titan, tetapi Zeus menang dalam pertempuran dan, saat menjadi Tuan dari seluruh tanah,

dia mengunjungi keseluruhan dunia, melakukan yang baik kepada (euergetein) ras dari manusia. . .

Diodoros, 3.61.4

Dan mereka menyebutnya Zen (sebuah bentuk variasi dari Zeus) karena dia menyebabkan manusia untuk hidup (zen) dengan baik.

Bersama dengan rasionalisasi ini berlangsung sebuah proses pembagian para dewa dan para pahlawan ke dalam beberapa dengan nama yang sama. Ini didesain untuk menghapuskan ketidakkonsistenan dari asal-usul atau kronologi dalam sejarah universal. Inilah, pada hasilnya, tiga Zeus:
Mereka yang disebut para teolog menghitung tiga Zeus. Zeus 1 dan 2 dilahirkan di Arcadia. Ayah dari Zeus 1 adalah Aether dan mereka mengatakan

Persephone dan Dionysus adalah anak-anaknya. Ayah dari Zeus 2 adalah Ouranos (Kayangan), yang dikatakan melahirkan Athena, yang mereka sebut

sebagai pemimpin, dan penemu dari, perang. Zeus 3 adalah Kreta, putera dari Kronos, dan kuburannya dipertontonkan pada pulau itu.

Cicero, On the Nature of the Gods 3.53 (tetapi dengan nama-nama dewa Yunani)

Kuburan Zeus di Kreta berhenti menimbulkan rasa penasaran, dan menjadi bukti dari euhemerisme. Dapat dilihat bahwa Euhemeros memiliki dampak yang bersifat tetap. Ini termasuk sebuah efek pada sebuah kemunculan bangsa, Romawi. Meski dapat diperdebatkan penulis awal mereka yang paling penting, tentu saja yang paling multi-talenta, adalah Ennius (tahun 239169 SM). Dalam bagian Latin-nya yang terhilang, Euhemeros, dia menerjemahkan dan menganut Sacred Record dan membawa karya ini dengan cara demikian kepada perhatian orang-orang Romawi, seperti Cicero (Nature of the Gods, 1.119) dan penulis Romawi, Pliny the Elder, yang menceritakan kepada kita bahwa dewa Babilonia, Zeus Belos, merupakan penemu dari astrologi (Natural History 6.121). Namun bisa jadi yang lebih penting dalam jangka panjang adalah para penulis Kristen yang menulis dalam bahasa Latin mengambil pendekatan ini dengan antusias. Lactantius (c. tahun 240320 masehi) dengan jelas berhasil dalam menemukan sebuah teks Euhemerus karya Ennius dan mengutip yang berikut ini darinya:

Ketika Yupiter telah bepergian berkeliling bumi lima kali dan telah membagi-bagikan kerajaan-kerajaan kepada para teman dan relasinya, serta membuat

hukum bagi manusia dan melakukan banyak hal-hal baik lainnya, sekarang telah mendapatkan kemasyhuran yang tidak dapat mati sedemikian hingga dia

akan diingat untuk selamanya, dia melewati dari kehidupan di Kreta dan pergi kepada para dewa. Kuburannya berada di Kreta, di dalam kota Gnossus, dan

padanya tertulis huruf-huruf Yunani ZAN KPONOY, yakni dalam bahasa Latin Yupiter putera Saturnus.

Ennius, Euhemerus (Euhemeros FGrH 63F24)

Pandangan para penganut euhemerisme ini merupakan bagian dari perangkat kekristenan, terutama di Afrika Utara, dipraktikkan oleh para pengarang seperti Tertullian, Minucius Felix, dan guru Lactantius, Arnobius. Augustine akan menggunakannya untuk Kota Tuhan-nya (7.18 dan 7.27) serta para pengarang ini melampaui ke dalam tradisi di masa pertengahan (lihat Zeus Sesudahnya di bawah). SINKRETISME Rakyat Yunani harus selalu berurusan dengan pertanyaan siapa sebenarnya para dewa dari orang-orang asing (para barbar). Jadi, Herodotus dalam melukiskan para dewa Scythian mengatakan tanpa memikirkan ia adalah problematik, yakni bahwa Zeus di Scythian cukup layak di dalam opini saya disebut sebagai Papaios (4.59). Ia merupakan asumsi natural bahwa seluruh rakyat Yunani menyembah Zeus, kemudian seluruh orang asing juga melakukan hal yang sama: para pembaca Homer tanpa diragukan bergetar ketika Polyphemos mengatakan kepada Odysseus, Kita Cyclopes tidak mencemaskan mengenai Zeus sang pembawa aegis (Odyssey 9.275). Tidak ada bangsa yang benarbenar barbar seperti ini. Jadi itu sebagaimana dunia di mana rakyat Yunani diperkenalkan bertumbuh lebih besar dan sebagaimana budaya Yunani menyebar lebih luas, kita menemukan cukup banyak Zeus yang mengekspresikan keilahian lokal di dalam bahasa (Yunani) yang umum. Identifikasi para dewa satu sama lain dikenal sebagai sinkretisme.

Ini menjadi krusial seiring dunia Yunani diperluas di bawah Alexander Agung. Sebuah kebutuhan akibatnya muncul untuk suatu mata uang keagamaan bersama yang dapat memudahkan perdagangan bebas dari gagasan-gagasan keagamaan. Tren ini dipicu oleh aktivitas dari Alexander sendiri. Adegan terkait kuil orakel (sabda dewa, medium yang memiliki otoritas untuk melihat masa depan) di oase Siwah sebelah barat laut Mesir. Ini mengacu kepada Ammon, yang sudah lama dibawa ke dalam sistem Yunani sebagai Zeus Ammon. Di sini Alexander dideklarasikan dalam ragam rakyat Mesir sebagai putera dewa, dan yang mewariskan, karenanya, dari posisi firaun. Namun, Ammon, sebuah alien Zeus, yang kepadanya Lucian (retorikawan Asyuria, dan seorang satiris yang menulis dalam bahasa Yunani) mempermain-mainkan kesenangan pada abad ke-2 masehi (Council of the gods 10), dan di mana Lucan berkomentar padanya di abad pertama:
Yupiter, begitu mereka mengatakan, tetapi tidak mengacung-acungkan halilintar

dan tidak serupa dengan kita, tetapi dengan pilinan tanduk, Hammon.

Lucan, Civil War 9.513f.

Para dewa utama, apapun atribut mereka, mempunyai tendensi untuk menjadi Zeus lokal. Di dalam apa yang sekarang merupakan sebelah barat laut Turki, waktu itu Phrygia dan dataran di sekitarnya, sebuah dewa lokal kepentingan, Sabazios, biasanya dibuat Zeus (daripada Dionisus). Kultusnya merangkul penanganan ular, memeroleh sebagian keuntungan di bawah Attalos III dari Pergamon (dalam 135/4) dan kemudian menjadi sebuah fokus bagi perkumpulan para individu. Ini disebut sebagai Sabaziast dan menikmati penggambaran yang dibubuhi dengan banyak lubang atas katak, kura-kura, cicak dan kodok yang merayap atas tangan-tangan pahatan.

Turun ke Syria sejumlah keilahian keluar dan masuk dari identifikasi dengan Zeus. Masing-masing darinya adalah tuan (baal). Jadi tuan dari apa yang di dalam bangsa Yunani adalah Gunung Kasios, tetapi Saphon bagi rakyat Syria, adalah Zeus Kasios atau Baal Saphon. Ini merupakan gunung di mana Zeus bertempur dengan Taifun. Di sini, di dalam dunia Hellenistik tradisi-tradisi yang semula menimbulkan legenda Zeus-Taifun ditemukan ulang dan apa yang tampaknya seperti sebuah kenyamanan antara satu dewa cuaca dan lainnya di gunung di Syria dengan sejati menunjukkan konstituen nyata dari identitas Zeus. Lainnya, sebuah dewa badai utama dan hujan, Adad di Babilon dan Asyuria, tetapi Hadad di Syria dan Phoenicia, diwakili di Yunani sebagai Zeus Adados.76 Versi lain dari dewa ini adalah dewa matahari di Heliopolis (Baalbek di Lebanon) dan para pengunjung saat ini bisa jadi masih mengagumi sisa-sisa kuil raksasa yang agung bagi Yupiter dari Heliopolis, atau Adad, yang dibangun oleh para kaisar mulai dari Antoninus Pius (tahun 13861 masehi) hingga Caracalla (tahun 21117 masehi) dan dihancurkan oleh Theodosius pada 379. Namun, patung kultusnya yang menyolok, mengenakan sebuah jubah yang dengan aneh didekorasi bagian depan dan belakangnya dengan patung dada (misalnya Matahari dan Bulan), terhindar dari kehancuran dan masih dapat dilihat pada tahun 560-an. Inkripsi kepada Yupiter Heliopolitanus ditemukan hingga jauh ke Tembok Hadrian. Ini merupakan kuil orakel besar yang Trajan bahkan berkonsultasi kepadanya. Karenanya kita menyaksikan suatu pergerakan dalam teologi menuju sebuah dewa sinkretisme yang besar, merangkul Zeus, para dewa lokal dan Matahari, baik dalam Zeus dari Heliopolis maupun dalam Zeus Sarapis. Zeus-Adad dari Syria, yang merupakan satu contoh lain ditemukan di Hierapolis (Bambyce) dan yang kultusnya dilukiskan oleh Lucian dalam On the Syrian Goddess-nya, terkadang dipuja

sebagai sapi jantan, seperti dewa orang Kanaan dari Keluaran 32 disembah sebagai seekor anak sapi emas. Ini juga membawa kita kembali ke tahapan yang berhubungan dengan perkembangan legenda Yunani, jika kita berpandangan kisah dari Zeus yang berada dalam bentuk sapi jantan merenggut Europa dari Tyre. Dalam bagian dunia yang sama, orang Yahudi biasanya dengan keras menentang sinkretisme, seperti dapat kita saksikan dari anggapan (Nabi) Elia bahwa Baal merupakan ilah yang berbeda, yakni dari orang-orang Kanaan, yang harus ditunjukkan sebagai tidak berkuasa untuk mendatangkan api atau hujan (Alkitab 1 Raja-raja 18). Ia karenanya merupakan sebuah provokasi yang disengaja oleh raja Seleucid, Antiochus IV Epiphanes, semasa represi berdarah, untuk mempersembahkan tempat peribadatan di Gunung di Yerusalem kepada Zeus Olympios dan yang lainnya di Gunung Gerizim kepada Zeus Xenios (Kitab 2 Makabe 6.2). Inilah dalam konteksi revolusi dari Makabe pada 168/7 SM menentang kekuatan-kekuatan modernisasi, atau agaknya hellenisasi. Adalah dimungkinkan bahwa Antiochus sejatinya memiliki sebuah kebijakan untuk menarik sebuah pola yang konsisten atas pemujaan Zeus di dalam kerajaannya, terkait dengan kultus dari para penguasa (Praux 1978: ii.577). Tetapi Yerusalem dengan jelas merupakan satu langkah yang terlalu jauh. Penggabungan yang berbeda berlangsung di Mesir, merangkul tradisi keagamaan asli yang kuat. Secara independen dari budaya Yunani, sapi jantan yang disucikan Apis tampaknya telah diidentifikasi dengan dewa kematian dan terutama firaun yang telah meninggal, Osiris, menghasilkan dewa Sarapis yang kuat (atau dalam bahasa Latin, Serapis). Tetapi di bawah Ptolemy I, para pakar keagamaan Yunani mengidentifikasinya berbeda dengan dewa kematian Yunani, Pluto, di mana ikonografi diadopsi. Dewa yang

kuat ini, berbasis di Memphis Serapeum dengan katochoi-nya yang mirip rahib, diidentifikasi dengan berbagai dewa Yunani, tetapi yang terpenting, karena otoritasnya dan asosiasinya dengan para penguasa (Ptolemies dalam kasus ini), adalah dengan Zeus. Sekali lagi sebuah dewa tunggal menjadi fokus spesial untuk pemujaan dan untuk pemahaman tatanan dunia, serta inkripsi-inkripsi dari Kekaisaran Romawi, terutama dari abad kedua (Vidman 1969: 343), akan memberi penghormatan Zeus Matahari Serapis Besar atau memproklamasikan bahwa ada Satu Zeus Serapis. PEMIKIRAN YUNANI MENGENAI YUPITER ROMA Yupiter merupakan kasus khusus bagi sinkretisme: dia adalah, dan menjadi, persamaan Romawi atas Zeus. Sebagaimana telah kita lihat (halaman 9) kata Zeus pater (bapa) dan Yupiter adalah asalnya dari kata yang sama satu sama lain, diturunkan dari budaya bersama Indo-Eropa dari leluhur linguistik mereka. Tentu saja banyak yang akan berubah dalam kurun 3.000 tahun sejak masa itu. Namun, seiring orang Romawi dan Italia berhubungan dengan para pemukim Yunani di sekitar Italia (misalnya di Naples, Neapolis, Kota Baru) dan seiring mereka memasuki tingkatan sebagai sebuah kekuatan dunia, antusiasme warga Romawi atas kesusasteraan dan budaya Yunani pada semua tingkatan komunitas menarik Yupiter Roma kembali menuju Zeus, sebagaimana di Yunani para penyair juga pernah menyatukan kembali Zeus-Zeus yang berbeda dari rakyat Yunani yang berbeda. Adalah berada di luar lingkup saya untuk memulai titik baru ini pada Yupiter dan budaya Romawi. Tetapi saya ingin menunjukkan bagaimana pemikiran tentang Yupiter berlanjut di dalam kisah Barat mengenai Zeus.

Ennius, dengan efektif merupakan bapa dari kesusasteraan Latin, mempunyai sebuah karakter dalam sandiwara lakon sedihnya (tragedi), Thyestes, berbicara dalam ragam filosofi yang megah dan agung:
aspice hoc sublime candens, quem invocant omnes Iovem

Lihat saja pada cahaya di ketinggian ini, yang seluruhnya menggunakan hak sebagai Jove.

Ennius, fr. 153 Jocelyn, dalam Cicero, Nature of the Gods 2.4

Ini adalah Zeus ether yang hebat, dengan taat ditransposisikan dari Euripides (halaman 95 di atas). Yang masih lebih menonjol adalah baris-baris Valerius dari Kota Sora (dipanggungkan dalam 82 SM), di mana pemikiran kembali kepada puisi paling awal Orphic yang menemukan ekspresi baru dan menakjubkan di tangan-tangan dari yang paling sastrawi dari semua yang mengenakan jubah ini (Cicero, de oratore 3.43):
Iuppiter omnipotens regum rerumque deumque

progenitor genetrixque deum deus unus et omnes!

Yupiter seluruhnya berkuasa atas para raja dan dunia serta para dewa,

Ayah dan ibu dari para dewa, satu dewa dan seluruh dewa!

Valerius Soranus, dalam Augustine, Kota Tuhan 7.10

Baris-baris yang amat indah ini dikutip oleh seseorang dengan pembelajaran mendalam dan bervariasi, Varro (tahun 11627 SM) dalam sebuah dialog On the Cult of the Gods. Varro sendiri merupakan sosok kunci dalam pertumbuhan pandangan mengenai para dewa di Roma dengan karya besarnya yang meliputi hal-hal yang luas, Human and Divine Antiquities dalam 41 buku, dipersembahkan kepada Julius Caesar (pendeta

kepala) dalam tahun 47 SM. Bersandarkan pada pandangan dan terminologi Yunani, dia membagi wacana ilmiah mengenai para dewa (teologia) ke dalam tiga jenis: 1. mythicon, mencakup legenda, yang merupakan pembahasan dari para penyair; 2. physicon, mencakup alam dan sains, yang merupakan pembahasan dari para filosof; 3. civile (misalnya politicon), berhubungan dengan negara, yang merupakan bahasa dari bangsa-bangsa dan para pemimpin politik mereka. Ini menghadiahi sejumlah masalah bagi orang yang religius: bahkan Varro mengakui bahwa dalam legenda (1) ada banyak hal yang dibuat berlawanan dengan martabat dan sifat dasar dari mereka yang kekal. Sebagaimana bagi agama yang umum (3), patungpatung kemungkinan tidak dapat berhubungan dengan realitas dari sifat dasar keilahian dan tidak juga para dewa yang akibatnya telah memiliki status ilahi yang ditransfer ke para orang hebat di masa lalu, sebagaimana yang disangkakan oleh Euhemeros bagi kultus para dewa (lihat di bawah). Karenanya satu-satunya realitas bagi mereka yang terdidik seperti Cicero dan Varro adalah (2), berdasarkan filsafat.77 Apa, kemudian, bagi Varro yang merupakan sifat dasar nyata dari Yupiter? Sejauh ini sebagaimana yang dapat kita katakan, dia mengambil pandangan dari para pemikir Yunani seperti filosof Stoik, Poseidonios. Yupiter merupakan pemikiran dunia ini yang memenuhi keseluruhan massa itu yang dibangun dari empat elemen dan

menggerakkannya atau bisa jadi dia adalah aether/surga yang merangkul udara/bumi (Juno) yang terletak di bawah. Pemikirannya terefleksikan di dalam komentar Augustine yang berbau pembubaran:

Biarkan Yupiter segera menjadi seluruh dewa dan dewi, atau, sebagaimana diinginkan sebagian, biarkan mereka semua menjadi bagian darinya, atau,

sebagaimana terlihat bagi mereka yang telah memutuskan dia adalah pikiran dari duniasebuah pandangan yang dianut oleh banyak guru yang hebat,

biarlah mereka menjadi kebajikannya.

Augustine, Kota Tuhan 4.11

Augustine menyebut sebuah baris dari Vergil dalam konteks ini:


. . . untuk dewa yang menembus ke segala hal

daratan, regangan dari laut, dan surga yang dalam.

Vergil, Georgics 4.221f.

Ini merupakan titik yang penting, karena ia membuat jelas bahwa Vergil pria yang sama yang membicarakan mengenai jiwa-jiwa yang dibersihkan sampai mereka hanya berisikan persepsi aether dan api dari udara yang murni (Aeneid 6.746f.) mengikutsertakan dengan pengetahuan sebuah latihan teologi mistis dalam Aeneid-nya (sebuah kisah kepahlawanan dalam bahasa Latin oleh Vergil; menceritakan petualangan Aeneas setelah Perang Troya dan menyediakan latar belakang ilustrasi sejarah bagi Kekaisaran Romawi) di tahun 20-an SM. Yupiter-nya bukan sekadar buku cerita dewa (daripada yang telah dilakukan Homer), tetapi termasuk dengan sebuah pandangan tentang alam semesta, bagaimana ia berfungsi dan apa tempat manusia di dalam konteks keilahian dan di dalam pencarian untuk kehidupan yang berbudi tinggi. Pada waktu yang sama, cerita dibangun pada mitologi Yunani tentang Perang Troya dan akibat sesudahnya. Ia menarik dengan kuat pada para penyair Yunani, terutama Homer, yang Iliad dan Odyssey-nya bergeletakan begitu banyak adegan bahkan frase-frase dalam buku itu, dan di belakang keseluruhan susunan dari para dewa yang menyerupai manusia berinteraksi dengan kisah dari para pria di bumi. Yupiter memegang komando para dewa,

menentukan arah atas kejadian-kejadian, dapat dimohonkan oleh para dewa lain, namun, benar bagi Zeus, tidak pernah dirinya mengintervensi secara langsung. Dia berbicara, fatur, dan katanya adalah itu yang telah diucapkan, fatum, bahasa Latin untuk takdir. Jarak dari Homer, kalau kita memahami dia dengan selayaknya, adalah lebih sedikit daripada yang mungkin dibayangkan seseorang. Ini dapat dilihat dalam Aeneid 1:
Tersenyum kepadanya [Venus] ayah dari para pria dan para dewa

dengan ekspresi di mana dia membuat tenang langit dan badai

mencium bibir dari puterinya dan kemudian berbicara [fatur] sebagai berikut:

Jangan takut, Cytherean [Venus], mereka berdiri tidak tergeserkan, takdir rakyatmu:

kamu akan menyaksikan kota dan tembok-tembok yang dijanjikan

dari Lavinium, dan kamu akan membawa tinggi [sublimem] kepada bintang-bintang surga

Aeneas berjiwa besar; maupun tidaklah keputusan saya berubah. . .

Vergil, Aeneid 1.25460

Dalam mitologi yang bersifat puitis, seorang dewa mencium puteri yang dicintainya dan memberi dia penenteraman. Namun ini adalah dewa umum dengan kekuasaan atas langit dan badai, yang bangsa-bangsa bisa jadi berdoa kepadanya. Secara lebih filosofi, sebagaimana dalam Valerius dari Kota Sora, dia adalah ayah dari semuanyadan kita dapat, sebagaimana orang dari abad pertama SM, mengambil pandangan bahwa Homer telah memahami ini dalam formulanya bapa dari para dewa dan manusia. Berkelanjutan dalam ragam filosofi, kita mengetahui bahwa Yupiter bertanggungjawab untuk, bisa jadi bahkan, keseluruhan elemen berapi-api dari alam semesta, yang paling murni ditampilkan di dalam aether di mana penyair di sini menyebutnya caelum (langit). Adalah langit ini, dengan bintang-bintangnya yang bernyala-nyala, tinggi, sublime candens dari Ennius,

yang kepadanya jiwa Aeneas akan terbang setelah kematian. Dia akan diangkat di antara para dewa, dan bisa jadi dalam pemahaman Stoik dia akan bergabung dengan api ilahi, yang adalah Dewa dan Zeus. Alam semesta tidaklah acak, terdapat sesuatu yang bijak yang direncanakan, dan ia menentukan takdir. Dalam pembahasan bersifat puitis ini adalah kata-kata dari Yupiter, namun ini benar-benar pemikiran ilahi yang ditanamkan ke seluruh dunia dan alam semesta di mana kita berdiam. Adalah di dalam tradisi ini kita dapat memahami orakel dari kuil Zeus Ammon di padang pasir Libya, sebagaimana dibayangkan oleh Lucan (tahun 3965 masehi) dan dikagumi oleh Dante (Epistle 10 22)
Tidak ada kursi dewa kecuali bumi dan samudera dan udara

dan kayangan dan kebajikan. Mengapa seharusnya kita mencari lebih jauh untuk para dewa di atas?

Yupiter adalah apapun yang kamu saksikan dan apapun kamu berpindah dengannya.

Lucan, Pharsalia 9.57880

Namun, ia bisa saja salah, sebelum bagian penutupan, untuk mengabaikan hubungan antara Yupiter dan kaisar. Sudah terdapat perasaan yang kuat di dalam Aeneid bahwa Yupiter mewakili pengendalian yang bersifat dermawan atas dunia Romawi dari Augustus. Bahkan seluruh kultus kaisar Romawi dimulai dari deklarasi bahwa pada kematiannya Julius Caesar telah menjadi seorang dewa, Jupiter Julius, yang Flamen Dialis-nya (pendeta Yupiter, posisi penting dalam agama Romawi)seiring pendeta penyucian waktu Yupiter dipanggilbakal menjadi Mark Antony (seorang jenderal Romawi dan politisi serta pendukung erat Julius Caesar). Yupiter juga akan memilih gambaran dari kaisar Septimius Severus (tahun 193211 masehi), sementara lainnya lebih mengutamakan menjadi Mars atau Hercules. IKHTISAR

Dari permulaan, kedangkalan dari puisi kisah kepahlawanan menyelubungi kedalaman tersembunyi dari refleksi sifat dasar keilahian, dan misteri-misteri dari pemahaman itu yang secara progresif diusik oleh para pemikir yang belakangan. Dia merupakan pengendali dari tatanan dunia yang seringkali muram. Para pemikir pra-Socrates kemudian membebaskan Zeus dari busana tidak nyatanya ini dan menyaksikan di

dalamnya prinsip pertama dari alam semesta, bahkan mungkin api. Peperangan yang tidak taat dari para dewa di dalam Homer hanya menjadi sebuah alegori untuk kebenaran sains atau filosofi ini. Ia melawan latar belakang ini bahwa tragedi atau lakon sedih itu dituliskan, di mana karakter-karakter berjuang untuk menemukan pemaknaan di dalam krisis akut dan meraba-raba bagi misteri dari Zeus. Plato dan Aristoteles tidak memiliki waktu untuk legenda Zeus, tetapi dengan mendalam dipengaruhi oleh perkembangan filosofi Zeus. Para penyair hellenistik yang kita saksikan pada kelanjutan pemahaman Zeus di dalam kisah kepahlawanan atau drama, tetapi juga mengkhawatirkan mengenai keterbatasan pada pengetahuan kita dan bahaya dari melampauinya. Seperti para penulis lain mereka merupakan bagian dari zaman mereka dan himne yang membuka Phaenomena dari Aratus sangat mirip himne agung dari filosof Cleanthes si Stoik. Para stoik lebih nyaman dengan mengakomodasi Zeus ke dalam teologi mereka dan menempatkan alegori dengan bebas. Namun sebuah solusi baru muncul dengan Euhemeros: para dewa mitologikal merupakan asal-usul para pria agung, seperti para raja besar hellenistik. Ini kemudian menjadi berkah bagi orang-orang Kristen, yang sekarang dapat, dengan otoritas dari para pemikir Yunani, meruntuhkan dasar dari pemujaan Yunani. Pada akhirnya, kita melihat pada pemikiran yang mendasari pertemuan Zeus dengan budaya-budaya non-Yunani. Biasanya para dewa bisa diidentifikasi atau

digabungkanini adalah sinkretisme. Namun dalam kasus Romawi kita dapat melihat bagaimana sebuah pemahaman dari pendekatan kepada Zeus yang tidak terlalu bersifat legenda dan lebih pada filosofi, sebagaimana dikanonisasikan di dalam teologi tripartit dari Varro, membantu kita dengan pandangan Romawi terhadap Yupiter. Adalah Yupiter Romawi, yang akan meneruskan tradisi dari Zeus ke dalam budaya Eropa, sebagaimana akan kita saksikan berikut ini. ZEUS SESUDAHNYA 6 FRASE SEJARAH Ketika berurusan dengan goresan panjang dari waktu seperti satu setengah milenium (masa seribu tahun) sejak berakhirnya dunia klasik, adalah nyaman untuk membagi masa itu ke dalam berbagai periode yang berbeda. Namun, periode-periode tidak dimulai dan diakhiri secara bersih dan jeda seperti itu mengaburkan keberlanjutan. Kekaisaran Romawi mencapai akhirnya. Tetapi kapan? Secara konvensional, penggulingan Roma oleh Alaric dan Visigoths pada tahun 410 menandai titik tersebut. Tetapi penulisan pagan mengenai alam semesta dan para dewa yang agak bermetafora terus berlanjut tanpa berkurang secara menyeluruh di abad ke-5 di sebelah utara Afrika, dan perangkat dari negara Romawi barat terus berlanjut dengan satu cara atau lainnya, betapapun terbatasnya, hingga Lombards menginvasi Italia pada 567. Jika Zaman Kegelapan membuntuti berakhirnya Kekaisaran Romawi, ia untuk menekankan dengan agak persuasif berakhirnya ekonomi perkotaan tertentu dan kesatuan Eropa tertentu. Tetapi yang dibesar-besarkan seluruhnya terlalu mudah di dalam apa yang faktanya merupakan Zaman Pertengahan Awal. Gereja Kristen menjadi pemangku

kebudayaan dan kota-kota tidak berhenti eksis atau orang-orang tidak berhenti berpikir tentang dunia di sekitar mereka. Bahkan kalau Kekristenan meresepkan sebuah kesepakatan baik dari dunia pemikiran, ini dapat dipandang sebagai sebuah pergeseran dalam bahasa: ia biasanya dimungkinkan untuk mengambil pandangan dari para dewa pagan daripada suatu pembubaran secara instan. Bahkan, seiring para dewa penyembah berhala berhenti menjadi persaingan serius, para penulis bisa jadi, jika mereka memilihnya, untuk membawanya ke dalam filosofi atau astrologi mereka. Juga, renaisans, adalah istilah berbahaya. Ia menunjukkan kelahiran kembali, dari sesuatu yang telah mati atau mengalami tidur lama, yakni dalam kasus ini peradaban, yang telah mangkat dengan Kekaisaran Romawi; kejatuhan Konstantinopel kepada Turki pada 1453 dapat, pada perspektif ini, memicu mengalirnya para intelektual yang datang mengemban peradaban klasik kepada Barat yang dengan berterima kasih menerimanya. Ini tidak sepenuhnya tanpa kebenaran dan ia tentu saja kasus yang melalui seni dimungkinkan untuk menggambarkan para dewa pagan di mana Dara, Anak dan Orang Suci telah mendominasi selama bertahun-tahun dan guna memperkenalkan ulang sebuah seni yang lebih alami dan realistik pada basis penemuan kembali hasil karya-hasil karya kuno. Namun ia salah dalam menggambarkan gagasan-gagasan yang penuh kehidupan di dalam budaya tertulis pada Zaman Pertengahan, biarpun banyak gagasan cenderung dituliskan di dalam kerangka tradisional dari pendidikan dan Kekristenan. Dan ia dengan serius keliru menggambarkan iklim penuh semangat gagasan-gagasan dari tahun 1200-an dan 1300-an, abad-abad vital yang tanpanya tidak akan ada Renaisans, tidak peduli berapa kali pun Konstantinopel mengalami kejatuhan.

Saya akan memerhatikan periode-periode ini dan sebagian dari peninggalan mereka di dunia modern pada bagian ini. Tetapi seiring saya tidak dapat menceritakan tiap kisah, saya memilih untuk berfokus pada budaya Eropa Barat (konteks di mana buku ini sendiri telah muncul). Saya hanya bisa menyebutkan secara kebetulan bahwa terdapat kisah lain yang hendak dikatakan tentang Yunani timur dan mengenai penerimaan serta perkembangan Arab terhadap filosofi Yunani. KEKRISTENAN MENGAKHIRI ZEUS? Orang-orang Kristen mula-mula diselamatkan dari keadaan yang tidak menyenangkan dan tanpa rasa sakit untuk menjungkirbalikkan pemujaan kepada Zeus, kepala dewa penyembah berhala. Dengan adopsi oleh Konstantin terhadap Kekristenan pada tahun 312, jalan sekarang terbentang membuka bagi berakhirnya paganisme. Namun ini bukanlah sebuah masalah yang sederhana, sebagaimana dekrit yang berulang telah menunjukkannya. Satu dari Konstantin II dan Kaisar Roma, Flavius Julius Constans, pada tahun 346 memerintahkan kuil-kuil di segala tempat harus ditutup dan pengorbanan/persembahan kepada para dewa dihentikan (Codex Theodosianus 16.10.4.). Pada tahun 353 pengorbanan malam kembali dilarang setelah sempat diperbolehkan oleh Magnentius (16.10.5). Di tahun 356 pengorbanan dan pemujaan berhala dilarang (16.10.6). Lebih jauh lagi, tujuh dekrit Theodosius pada 391/2 mengulangi pelarangan tiap bentuk pemujaan berhala di tiap tempat yang dimungkinkankuil, tempat pemujaan dan di rumah serta di tanah. Biarpun demikian, apa yang benar-benar diungkapkan dalam melawan penyembahan berhala pada kondisi ini bukanlah dekrit yang layak dari para kaisar yang alim itu, tetapi lebih pada persoalan uang. Zosimus (New History 4.59) melaporkan sebuah diskusi yang

dikatakan Theodosius terlibat di dalamnya dengan para senator di Roma pada sekitar tahun 393, di mana dia beralih pada dorongan fakta nyata ekonomi: adalah menelan biaya terlalu banyak untuk mempertahankan pengorbanan penyembahan berhala (sehingga ia dilakukan) dan uang dibutuhkan bagi anggaran pertahanan. Paganisme telah selalu menjadi mahal dan sejumlah reruntuhan kuil-kuil memberi kesaksian atas hal tersebut. Begitu pula untuk Zeus: Olympiade terakhir, yang memerlukan pendanaan cukup besar, digelar pada 393. Kuil terbakar habis pada tahun 426 dan tidak akan ada uang lagi untuk melakukan perbaikan. Sebagai gantinya, sebuah gereja Kristen sederhana dibangun di lokasi kerja dari Pheidias, si pematung Yunani kuno. Namun, gempa bumi, terutama pada tahun 522 dan 551, menghabiskannya. Patung-patung memiliki kisahnya masing-masing seiring mereka terus dipuja di dalam sejenis budaya museum; kuil-kuil juga dijaga dan proteksi. Tetapi mereka tidak lagi disucikan. Konstantin, yang membangun dengan efektif kota baru Konstantinopel, perlu mengimpor budaya dan tradisi; jadi misalnya dia dengan bersifat penghujatan terhadap agama mengambil Zeus dari Dodona dan Athena dari Lindos serta meletakkannya di dalam Gedung Senat yang baru. Kemudian belakangan, patung legendaris karya Pheidias, yakni Zeus dari Olympia menjadi bagian bintang di dalam koleksi utama dari Lausus, yang merupakan Pengurus Rumah Tangga Utama Theodosius II (40250). Koleksi ini, yang juga termasuk misalnya Aphrodite of Knidos (salah satu dari karya terkenal pematung Yunani kuno Praxiteles of Athens pada abad ke-4 SM), seluruhnya hancur dalam sebuah kebakaran di tahun 475.1 Betapapun, ini belum cukup untuk mengakhirinya. Jika Zeus tidak dipuja di bawah nama miliknya sendiri, maka orang-orang tidak berhenti untuk memerlukan layanan yang telah

disediakannya selama satu milenium. Di puncak-puncak gunung, di mana Zeus pernah dipuja, seperti di Gunung Olympus dan Gunung Lykaion, orang suci (Kristen) tertentu seringkali menerima pemujaan sebagai gantinya. Inilah nabi Elia (bahasa Indonesia, red), terkadang Santo Elia, dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Elijah, dalam sebuah konfrontasi besar melawan para nabi Baal memanggil langsung dari yang paling puncak dari Gunung Carmel hujan badai begitu kuat untuk membanjiri tanah yang dilanda kekeringan hebat, di mana memukul keras orang-orang Ahab dengan kilat dari sebuah puncak bukit, dan, ketika dia meninggal, naik ke surga di dalam sebuah kereta kuda berapi.2 Ini merupakan kualitas-kualitas dari kebutuhan penggantian Zeus kita dan mereka menuntun kepada mitologi asing baru di dalam budaya populer Yunani: guruh adalah nabi Elia yang berkendara melintasi langit, bisa jadi dalam mengejar seekor naga. Dengan aneh, Gunung Karmel sendiri, yang merupakan di antara Yudea dan Syria, adalah lokasi dari sebuah orakel (sabda dewa, medium yang memiliki otoritas untuk melihat masa depan) yang kepadanya dikonsultasikan oleh Vespasian pada tahun 69 masehi sebagai sebuah langkah menuju kedudukan kaisar (Tacitus, Histories 2.78). Ini menunjukkan bagaimana fenomena keagamaan yang mendasari tidak begitu banyak digusur seiring ia dilawan oleh agama-agama yang berbeda: agama orang-orang Kanaan benar-benar dipetakan ke dalam monoteisme orang-orang Yahudi melalui sosok Elia; puncak gunung dewa cuaca Zeus dari Yunani kuno kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa kitab suci Kristen sebagai nabi Elia. YUPITER DI EROPA BARAT 5001200
Di puncak kubu pertahanan terdapat kuil Yupiter dan (Juno) Moneta.

Wonders of the City of Rome, 24 (c. tahun 1150 masehi, melukiskan Capitol Hill)

Teks-teks klasik di dalam bahasa Latin terus dibaca di Barat setelah berakhirnya dunia Romawi. Seiring melek huruf hanya dimungkinkan di dalam konteks yang berhubungan dengan biara dan gereja, penerimaan kesusasteraan klasik bagi umat Kristen menjadi pertanyaan kunci. Tidak diragukan lagi asal-mula dari pendidikan di zaman pertengahan dari sistem klasik paganisme membantu memeliharakan penghormatan bagi teks-teks ini. Teks-teks pagan juga diuntungkan oleh dukungan para pemuka gereja dan dari praktik menyalin manuskrip-manuskrip di biara-biara, yang tanpanya hanya sedikit yang akan terselamatkan, ini terlihat dari sebagian besar tanggal manuskrip-manuskrip kita yang berasal dari abad ke-9 atau sesudahnya. Apalagi, pandangan bahwa Charlemagne beserta para penasihatnya mengambil budaya sebuah kaisar Romawi baru seharusnya mempromosikan apa yang sekarang disebut sebagai Renaisans Carolingian dan promosi aktivitas melek huruf yang melampaui apa yang dipersyaratkan oleh Gereja. Karenanya para dewa kuno mempertahankan kehadiran dan dari waktu ke waktu terus dibahas. Pada waktu yang sama terdapat cukup ketertarikan dalam mitologi klasik untuk bukubuku yang ia berperan besar untuk bertahan dan dibaca. Sentral terhadap tradisi ini adalah tiga karya terpelajar dari abad ke-5 masehiCommentarii (Buku Catatan) pada karya Cicero Dream of Scipio oleh Macrobius (prefect/pejabat kepala atau hakim kepala dari Italia pada tahun 430), karya Martianus Capella Wedding of Philology and Mercury (kemungkinan sekitar tahun 450) dan dari Fulgentius Mythologiae (bisa jadi dalam generasi menyusul Martianus). Adalah melampaui lingkup buku ini untuk masuk ke dalam detail, tetapi mencukupi untuk mengatakan bahwa karya-karya ini memeliharakan para dewa pagan tetap hidup melalui cara kesusasteraan serta diduga mereka memiliki signifikansi yang lebih besar daripada objek-objek penyembahan berhala dan

pengorbanan. Yupiter kemungkinan mewakili api, kemungkinan mewakili hidup, dan kemungkinan mewakili jiwa dari dunia.3 Neo-Platoisme ini, yang terakhir dan merupakan panggung paling berbeda di dalam perkembangan filosofi Plato di dunia kepurbakalaan, berakibat berlawanan atas Euhemerisme dan, mencapai kebenaran utama mengenai manusia dan keilahian, tidak dengan jelas berkontradiksi dengan Kekristenan di dalam cara di mana praktik-praktik kultus penyembahan berhala mengerjakannya. Yupiter bagi Macrobius adalah langit (misalnya ether) dan saudari-isterinya Juno, udara: saudari karena udara dilahirkan dari bibit yang sama seperti langit, isteri karena udara merupakan subjek terhadap langit (Dream of Scipio 1.17.15). Martianus mengangkat patoknya. Mempersonifikasikan Arithmetic berbicara kepada kita di dalam Buku 7 dari kekekalan monad (sebuah atom dengan valensi satu, sumber utama tunggal atas berbagai hal), bahwa penyatuan bilangan tanpa lainnya, hal-hal plural tidak dapat masuk ke dalam eksistensi dan di mana tetap hidup bahkan ketika mereka pergi:
Bapa dari semua hal ini dengan tepat disebut Jove, karena ia memberikan kesaksian terhadap kekuatan kausatif (bersifat menyebabkan) dari bentuk

prototipe yang masuk akal tersebut. Dan setelah contohnya kita berbicara tentang satu ilah, satu dunia, satu matahari, satu bulan, dan juga empat elemen

tunggal yang eksis. . . Sebagian telah menyebut ini Harmoni, sebagian Kesalehan atau Persahabatan, karena ia begitu berikatan bersama-sama, sehingga ia

tidak dapat dipotong ke dalam bagian-bagian; betapapun adalah lebih tepat disebut Yupiter, karena yang sama itu adalah sumber dan bapa dari para dewa.

Martianus Capella, Wedding of Philology and Mercury 7.731

Terungkap bahwa bahan di mana ia menjadi bagiannya berulang di dalam karya Isidore dari Seville, Book of Numbers kecuali untuk bahan yang terkait dengan para dewa penyembah berhala.4 Ini menyoroti ketegangan paganisme yang melekat dalam bahan sains dan pendidikan di mana Zaman Pertengahan diwariskan dan dihargakan. Di sisi lain pemahaman sebuah dewa individu untuk disembah di antara lainnya adalah sangat lemah

dalam teks-teks paganisme terakhir ini, dan di dalam Martianus mereka merupakan alegori-alegori yang tidak berbahayapara pengarang ini telah menggenapi tendensi yang sudah muncul di dalam Plato untuk memandang objek-objek pikiran sebagai target sesungguhnya dari agama, daripada pengorbanan kepada para dewa di kuil-kuil, yang sekarang telah ditutup semuanya. Tidak juga Macrobius di dalam Dream of Scipio-nya maupun Martianus, biarpun dia berbicara singkat mengenai Tuhan Kristen, Kristus atau Musa. Agama telah menjadi dihaluskan bagi kelas-kelas intelektual dari zaman purbakala akhir Romawi Afrika. Penggerak perhatian Fulgentius, terutama dalam Mythologiae, adalah untuk menemukan pemahaman filosofis dalam rentangan besar dari legenda para dewa dan para pahlawan. Ini adalah Jove dan Juno-nya sebagai dua dari empat elemen:
pertama, Jove sebagai api: inilah mengapa ia disebut Zeus di YunaniZeus dalam Yunani dapat berarti kehidupan [zen] atau panas [zeinmendidih], baik

karena mereka maksudkan bahwa seluruh hal-hal yang hidup memiliki api vital, sebagaimana yang dipegang Heraclitus, atau karena elemen ini panas;

kedua, Juno sebagai udara, di mana itulah mengapa ia disebut Era dalam bahasa Yunani; dan meskipun mereka sepatutnya membuat udara menjadi

maskulin, walaupun demikian ia ternyata adalah saudara perempuan dari Jove untuk alasan ini, bahwa dua elemen ini sangat banyak dikaitkan satu sama

lain, jadi dia juga adalah isteri dari Jove, karena udara, ketika ia dinikahkan dengan api, akan berkobar-kobar.

Fulgentius, Mythologiae 1.3 (poin terpisah ditambahkan untuk memperjelas)

Ini merupakan teks dari terpeliharanya popularitas hingga pada Renaisans dan ia memenuhi kesenjangan dari sains tanpa menuduh para dewa palsu, menyediakan cicilan lain bagi ensiklopedia virtual yang telah mendominasi imajinasi dari begitu banyak guru dan penulis atas abad-abad ini. Dunia dapat dikenal jika terdapat cukup karya yang komprehensif dan tentu saja karya Isidore, Origines (atau Etymologiae) mencakup tiap aspek yang dapat dibayangkan dari budaya dan pembelajaran. Isidore (c. 570636)

adalah Uskup dari Seville dalam sebuah renaisans Visigothic (satu dari dua cabang utama Goths, suku di Jerman Timur) di Spanyol dan Origines-nya menyebar cepat sekali di seluruh Eropa. Dari sudut pandang kita dia tertarik untuk memelihara dan menyebarluaskan cara pandang Euhemerist pada para dewa kuno. Ini pernah, seperti telah kita lihat, diperdebatkan guna mencela para dewa, tetapi ia kemudian terlihat memberikan mereka sebuah alasan untuk bertahan dalam budaya Kristen (Seznec 1953: bab 1.). Catatan Isidore tentang Para Dewa Pagan dimulai seperti ini:
(1) Mereka yang dideklarasikan para penyembah berhala sebagai para dewa terungkap pernah menjadi manusia, dan, sejalan dengan kehidupan dan

pencapaian masing-masing, mereka mulai disembah setelah kematiannya di antara masyarakat mereka sendiriseperti Isis di antara rakyat Mesir, Yupiter

di antara warga Kreta. . . (9) di antara Cecrops (Kekrops, raja awal kelahiran bumi dari Attica) Yunani. . . adalah yang pertama memanggil pada Yupiter,

menemukan patung-patung, mendirikan altar, mempersembahkan korban, ketika hal seperti itu tidak belum pernah ada di Yunani. . . . (34) Jove adalah

dinamakan menurut membantu [juvando] dan Yupiter adalah sejenis bapa yang membantu [juvans pater], misalnya ada di sana bagi tiap orang. Mereka

juga memberinya gelar personal Jove Optimus [paling baik], walaupun fakta bahwa dia berkomitmen melakukan perkawinan sedarah dengan keluarganya

dan kekejaman seksual terhadap pihak lain. (35) Mereka terkadang menggambarkannya sebagai sapi jantan karena penculikan Europadia berada dalam

sebuah kapal yang perlambangnya adalah seekor sapi jantan; terkadang dia diandaikan meminta pertemuan besar dengan Danae melalui hujan emasjadi

Anda dapat memahami bahwa kebajikan dari seorang wanita telah dikorupsi oleh emas; terkadang dalam bentuk seekor rajawali karena dia menyambar

seorang anak laki-laki untuk menistakannya.

Isidore, Origines 8.11

Penghentian akhir untuk dipertimbangkan di sini adalah astrologi, di mana, bahkan jika ia memeroleh penolakan tidak simpatik dari Isidore (3.27) sebagai semata-mata takhyul, berlanjut dengan mengagumkan dalam sebuah zaman di mana pikirannya terhadap sains sangat berbeda dengan yang kita miliki. Ia dalam sembarang kasus telah diintegrasikan menjelang akhir zaman kekunoan dari Zaman Roma ke dalam keseluruhan sistem

pengetahuan. Astronomi, yang darinya ia hampir tidak bisa dibedakan, merupakan bagian dari kurikulum inti lanjutan, quadrivium. Yupiter (Zeus) merupakan lebih daripada sebuah label untuk sebuah planet, ia merupakan planet itu sendiri, sesuatu yang sesuai pada satu tangan dengan untaian pemikiran non-Euhemerist, di mana ia sendiri cenderung bermeditasi pada matahari, bintang-bintang dan alam semesta.5 Di lain pihak ia dihubungkan dengan euergetist (dermawan/orang yang mencoba melakukan semua dengan baik) karakter Zeus dari Euhemeros: planet Yupiter didominasi oleh hal yang bersifat dermawan dan membawa kesehatan.6 Adat dan pengetahuan legenda serta yang berbau astrologi darinya ini ditanamkan begitu baik sehingga menjadi mustahil untuk mencabut nama-nama paganisme dari planet-planet dan gugusan bintang. William of Conches (seorang filosof skolastik Prancis), guru pribadi Henry Plantagenet (Henry II, disebut Curtmantle (5 Maret 1133 - 6 Juli 1189) berkuasa sebagai raja Inggris pada kurun 1154-1189), pada sekitar tahun 1122, bahkan menjustifikasi pengetahuan legenda pagan pada basis ini: jika kita tidak mengetahui kisah Yupiter mengambil bentuk sapi jantan untuk menculik Europa, kita tidak akan mengetahui bagaimana untuk menemukan Taurus di langit-langit (Seznec 1953: 51). Astrologi secara khusus menjadi berpengaruh pada abad ke-12 hingga ke-14, melalui interaksi dengan Bizantium dan dengan dunia Arab yang telah mengambil ketertarikan semacam itu dalam filosofi dan sains Yunani. ERA 1200, 1300-AN: KEBANGUNAN KEMBALI SEBELUM RENAISANS Pengetahuan Ilmu Klasik (studi karya kesusasteraan Yunani dan Romawi kuno) adalah cukup lumrah di antara mereka yang terpelajar dan para audiensnya menjelang akhir Zaman Pertengahan. Salah satu dari bagian petunjuk paling menyenangkan adalah kumpulan lagu-lagu dalam sebuah manuskrip dari tahun 1230 atau lebih dini dari

Benediktbeuern di kaki perbukitan Alps, yang disebut Carmina Burana. Termasyhur dalam karya berirama yang hebat dari Carl Orff (musisi Jerman yang mengembangkan sistem yang dipakai meluas untuk mengajarkan musik kepada anak-anak) pada tahun 1938, puisi-puisi masa pertengahan ini memiliki sebuah tempat bagi Yupiter dalam mitologi klasikal yang dengan ringan mereka kenakan: tertawa (risu Jovis, dengan gelak tertawa Jove), terkadang berkuasa, pernah pada planet. Archpoet (Archipoeta, nama yang diberikan pada pengarang anonim 10 puisi dari kesusasteraan Latin pada masa pertengahan) mengatakan kepada kita bahwa manusia bisa melihat pada penampilan, tetapi hati adalah terbuka bagi Jove, yang terlihat nuansa Kristennya (191, bait 22): homo videt faciem, sed cor patet Jovi. Dia juga menghasilkan sebuah syair yang bagus, sebagaimana ketika si pelantun dengan berang menolak kalau dia telah menjadi tidak setia:
Unde juro Musas novem, Jadi saya bersumpah oleh Muses (para dewi atau roh yang menginspirasikan penciptaan

kesusasteraan dan seni) sembilan,

quod et maius est, per Jovem,

dan, lebih dari itu, oleh Jove,

qui pro Dane sumpsit auri,

yang untuk Danae (puteri dari raja Argos dan ibu, oleh Zeus disamarkan sebagai pancaran emas) mengambil bentuk

emas,

in Europa formam tauri. dan dalam kasus Europa bentuk seekor sapi jantan.

Carmina Burana 117, bait 4

Banyak dari pengetahuan tentang mitologi datang dari karya Ovid, Metamorphoses, yang telah diinterpretasikan dalam cara alegori yang banyak akal. Sebuah karya kunci dalam tradisi ini adalah Book of Albricus the Philosopher on the Images of the Gods, di mana sebagian pemikiran, kemungkinan dengan sepantasnya, adalah oleh Alexander Neckham

(11571217), seorang cendekiawan dan guru berkebangsaan Inggris. Nama ini juga dieja sebagai Alexander Nequam (bahasa Latin untuk si jahat!), ia adalah seorang filosof dan ahli ensiklopedi yang ibunya menyusui Richard Lionheart (raja Inggris mulai 6 Juli 1189 hingga kematiannya pada 1199) serta merupakan manusia pertama di dalam sejarah untuk menyebutkan cermin dan kompas magnetik. Menggunakan nama samaran Albricus, kemudian, dia mengatakan seperti apa rupa para dewa itu, hal penting dalam sebuah zaman ketika seluruh patung-patung telah lenyap, dan dia menceritakan apa arti dari kisah-kisah mereka. Ini pada akhirnya merupakan sumber penting bagi syair berima yang benar-benar masif, Ovide moralis dari sekitar tahun 1300, yang membawa bahan-bahan ini ke sebuah pasar yang lebih lebar daripada bahkan apa yang dapat dilakukan oleh sebuah karya Latin:7
Dari Yupiter dan bentuknya:

Yupiter, putera dari Saturnus, yang kepadanya langit dan kekuasaannya diperuntukkan dengan jumlah besar, selayaknya dilukiskan duduk dalam

kemuliaan agung pada sebuah singgasana gading, pada tangan kanannya memegang tongkat kerajaan dan di tangan kirinya guruh. Dia mengecilkan nyali

sebagian para raksasa yang telah dikalahkan dan menelungkup di bawah kakinya. Di sampingnya tegak bertumpu seekor rajawali, sayap-sayap dilebarkan,

yang di antara kakinya direbut seorang anak laki-laki muda yang bernama Ganymedes.

Ovide moralis: Texte du commentaire de Copenhague,

de Boer v.394, dari Albricus

Pada jantung proyek ini adalah gagasan bahwa kalau Juru Selamat dan Penebus kita yang diberkati Yesus Kristus menggunakan cerita perumpamaan serta perbandinganperbandingan, maka adalah sah pula untuk memanfaatkan Ovid. Betapapun, ia mengikuti, bahwa kita tidak mengekstraksi pemaknaan definitif tunggal dari Ovid, tetapi dalam sebuah cara menggunakannya sebagai sebuah teks yang dapat dialihkan pada dampak

baik dalam sejenis pengajaran moral dan berdasarkannya varian dari berbagai interpretasi dikemukakan untuk tiap legenda, misalnya yang dari Ganymede: Penjelasan 1: Yupiter adalah raja dari Kreta (10.3368) yang mengalahkan Phrygians dalam peperangan dan mengambil Troy. Ganymede adalah sangat elok dan Yupiter membawanya pergi untuk kesenangannya sendiri contre droit et contre nature (3385). Penjelasan 2: Jupiter est un element | sor touz est assis le plus hault (34012): Yupiter merupakan sebuah elemen, yang terpenting dia duduk di tempat tertinggi. Dia adalah yang paling panas dan paling kering serta dia disegarkan oleh pembawa air surgawi Aquarius, disosokkan dalam legenda ini sebagai Ganymede. Penjelasan 3: Yupiter, sekarang dewa pencipta, untuk cinta atas umat manusia pour amour dumaine nature (3411)dipersiapkan untuk turun dari kayangan dan menjadi apa yang dia tidak pernah melakukannya, yakni menjadi seorang pria (manusia). Seperti seekor rajawali yang melesat ke langit, membawa daging yang telah disambarnya. Untuk Yupiter, ini tampak seperti Kristus. Dalam legenda Danae (puteri dari raja Argos dan ibu, oleh Zeus disamarkan sebagai pancaran emas), Yupiter adalah Ilah penolong kita, bapa kita, penyelamat kita, raja kita, pencipta kita. Danae merupakan keperawanan cinta dari Dewa (4.5584), dan menara di mana dia dipagari adalah kandungan di mana Dewa memasukinya dengan hujan emas, tanpa melalui pintu, seiring dia menggabungkan dirinya kepada sifat alami kita. Keturunannya adalah Aurigena (dilahirkan dari emas, Ovid Metamorphoses 5.250), Perseus yang gagah berani, dan faktanya cest Jhesu, vrai dieu et vrai home (Adalah Yesus, Tuhan sejati, manusia sejati, 5610). Ia mengingatkan pada penampakan ilahi (56113), yakni adegan di mana malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Maria untuk

menyatakan bahwa dia akan mengandung Putera Tuhan. Ini merupakan favorit dari lukisan Eropa dan penonton Danae di antara hujan emasnya selayaknya selalu mengemban di dalam pikirannya bahwa apa yang dilukiskan oleh para seniman merupakan sebuah penampakan ilahi yang disekulerkan; ia lebih dari sebuah kesempatan untuk melukiskan ketelanjangan yang penuh emosi. Tidak semuanya berlangsung begitu mulus dalam pembacaan inventif atas legenda klasik ini. Io, kebijaksanaan panjang dan dicintai oleh Dewa, beralih kepada kesenangan jasmanianggur, makanan dan seks (1.3956) dan Argus adalah dunia ini (3938). Dia merupakan penggambaran paganisme dari apa dimaksudkan Maria dari Mesir terhadap umat Kristen (4013).8 Secara berkebalikan, Semele, merupakan pemabuk yang dibuat tersesat bahkan oleh seorang wanita tua peminum, Juno (3.872), kecuali jika dia adalah jiwa peminum dan penuh cinta ilahi (907), dengan stres berat pada keibuannya Bacchus (dalam mitologi klasik dewa anggur; ekivalen dari Dionysus). Bagi selera kita ini bisa jadi terobsesi dengan agama Kristen dan menenggelamkan perasaan paganisme dari teks yang tidak terpikirkan sama sekali. Tetapi terdapat kesenangan dari teka-teki silang mengenai memecahkan interpretasi-interpretasi yang banyak akal ini, sebuah musik dalam irama periang dan sebuah demonstrasi yang prima dari kekuatan mitologi klasik yang tidak pernah berakhir guna membuat Anda berpikir. Seperti yang mungkin diperkirakan, para pengarang Italia dengan intens familiar atas kesusasteraan Latin sekuler pada sekitar tahun 1300. Maundy Thursday (Kamis sebelum Paskah) 1300 adalah ketika Divine Comedy dari Dante ditempatkan (ia ditulis pada 130621). Ini merupakan puisi yang dibenamkan di dalam Ilmu Klasik Yunani dan Romawi kuno, terkenal mengutip dengan persetujuan (Inferno 4.8890) karya dari

Homer, Horace, Ovid dan Lucan dalam tatanan tersebutdan Vergil tentu saja merupakan panduan dari Dante terhadap Neraka. Jove eksis di latar belakang, kadang-kadang muncul mengguruh kepada Para Raksasa yang pernah dikalahkannya, atau sebagai planet Yupiter, di mana namanya telah diterapkan oleh para penyembah berhala yang salah arah. Tetapi bahkan Ovide moralis tidak cukup mempersiapkan kita untuk teologi ini:
o sommo Giove, O Jove tertinggi,

Che fosti in terra per noi crocifisso.

Yang telah disalibkan di bumi bagi kita.

Purgatorio 6.118f.

Tidak ada yang tanpa preseden: penyamaan Zeus ini dengan Yesus Kristus juga telah dilakukan sebelumnya oleh Yohanes Diaken, mengambil kesimpulan logika Cratylus dari Plato (lihat halaman 95f):
Dan Zeus putera Kronos, bapa dari para dewa dan para pria, juga dipahami sebagai satu-satunya putera yang diperanakkan Dewa: seiring dia

bertanggungjawab atas kehidupan [zoe] dia disebut Zeus. Tetapi seiring dia merupakan putera Dewa, dia disebut putera dari Kronos, karena kita

seharusnya berpikir tentang Kronos sebagai pikiran murni [koros nous] di mana kita tidak dapat melihat atau menggenggamnya, yang tidak memiliki 9 asal-mula. . . tetapi Kronides, putera dari satu ini, consubstantial (dipandang sama dalam substansi atau esensi seperti tiga pribadi dalam Trinitas) dan

membagikan singgasananya, dan duduk di atas para dewa tersebut yang sebagai sebuah kesombongan memanggil para puteranya, menghakimi seluruh

kemanusiaan dan untuk alasan ini disebut bapa dari para pria dan para dewa.

Penyair dan ahli matematika pitagoras Petrarch (130474) mempunyai buku-buku yang tepat di dalam koleksi pribadinya: Mythologiae dari Fulgentius dan karya Alexander Neckham, Albricus on the Images of the Gods. Di antara banyak lainnya dia menulis dalam bahasa Latin heksameter--puisi yang baris-barisnya memuat enam derap/daktilus berjudul Africa pada Perang Punic, yang begitu peduli dengan kisaran klasik para dewa di mana kita dapat kembali ke dalam dunia Vergil:

Yupiter di depan yang lainnya, bangga pada takhtanya yang penuh kebesaran

Memegang tongkat kerajaan dan halilintar pada tangan-tangannya; dan pembawa senjata Jove [rajawali] di depan

Cakar-cakarnya mengangkat pemuda Idaean [Ganymede] di atas bintang-bintang.

Petrarch, Africa 14042 (dalam Seznec 1953: 173)

Dan temannya Boccaccio (131375) menulis Fulgentius baru, sebuah Genealogie deorum gentilium (Genealogi dari Para Dewa Pagan, edisi pertama 1360, direvisi belakangan), yang secara meluas populer dalam abad-abad yang kemudian. Laporannya mempunyai keganjilannya sendiri, seperti makhluk dahulu kala Demogorgon, di mana dia telah menghasilkannya dari yang diduga satu pengarang yang tidak dikenal Theodontius yang darinya dia mengutip di mana-mana.10 Tetapi ia mengendapkan pada penghitungan elegan dari makhluk-makhluk ilahi sejak permulaan dan menunjukkan seluruh pengaruh yang telah kita bicarakan. Terdapat beberapa Yupiter, sebagaimana ia seharusnya ketika Anda memulainya dari sebuah dasar Euhemerist. Yupiter 1 (Geneal. 2.2) adalah putera dari Ether dan Hari, seperti Theodontius meyakinkan kita. Yupiter ini di bawah nama Lysanias memperkenalkan peradaban dan agama penyembahan berhala di Athena, menurut orang Yunani Leontius (siapa?). Dan karena dia adalah banyak akal, tipe pencetus dari orang yang dibentuknya dia adalah elemen api dan putera dari Ether. Boccaccio berpikir dia menjadi disebut Yupiter karena dia seperti planet Yupiter, dalam karakter astrologinya sebagaimana dilukiskan oleh Albumasar (astronom Arab dari abad ke-9), panas, lembab, berangin, beriklim sedang, sederhana dan pantas dan seterusnya. Yupiter 2 merupakan putera Caelum (Kayangan, Ouranos) dan Yupiter 3 seorang Kreta, putera dari Saturnus (Kronos). Sebagian orang yang serius berpikir dia disebut Yupiter karena dia merupakan bapa penolong [lihat Isidore di atas, halaman 122], tetapi itu hanya

cocok dengan diri Dewa sendiri. Dalam bahasa Yunani dia dilafalkan Zefs, Boccaccio menceritakan kepada kita, misalnya kehidupan (zen, untuk hidup, lihat Fulgentius atau Plato) tetapi tentu saja adalah Kristus yang merupakan jalan, kebenaran dan kehidupan dan itulah bagaimana ia sebenarnya. Rasionalisasi dan alegori muncul dari waktu ke waktu. Yupiter diduga merenggut Europa dalam bentuk seekor sapi jantan putih, karena itulah simbol yang tergambar pada kapalnya (lihat Isidore di atas). Jika Yupiter membunuh Semele dalam bentuk sebuah halilintar, ini berarti bahwa api misalnya Yupiter tidak bercampur dengan udara misalnya Juno kecuali ketika sebagai sebuah halilintar ia turun ke dunia di bawahnya (2.64). Pembelajaran Ilmu Klasik Yunani dan Romawi kuno mengenai Yupiter mencakup Inggris. Untuk mengutip satu contoh saja, Chaucer, pembaca lainnya dari Ovide moralis, mengkhayalkan dirinya sendiri dibawa oleh rajawali dari Yupiter ke Pondok Kemasyhuran dalam puisi dari nama itu (sekitar 1380).11 Motif penyair pemimpi disambar oleh rajawali dari Jove ini berasal dari Dante (Purgatorio 9.224) tetapi syair adalah dalam haknya sendiri pada sebuah bagian ekshibisi dari pembelajaran ilmu klasik, diperluas pada Somnium Scipionis (Mimpi dari Scipio, dalam bahasa Latin Somnium Scipionis, ditulis oleh Cicero, adalah buku keenam dari De re publica) dan sebuah ikhtisar dari Aeneid, termasuk adegan dari Aeneid 1 yang telah kita diskusikan sebelumnya (halaman 111):
Ther saugh I Joves Venus kysse,

And graunted of the tempest lysse [relief].

Chaucer, House of Fame 219f.

John Gower dalam Confessio Amantis-nya (c.1390) juga mengenal Ovid-nya. Misalnya Yupiter di 5.6249 merusakkan Callisto, dan lebih dulu Io:
Ovide telleth in his sawes,

How Jupiter be olde dawes

Lay be a Mayde, which Yo

Was cleped, wherof that Juno

His wif was wroth, and the goddesse

Of Yo torneth the liknesse

Into a cow, to gon theroute

The large fieldes al aboute.

John Gower, Confessio Amantis 4.331724

ZEUS DAN RENAISANS Dengan Renaisans, para pemikir humanis sekarang dengan konsisten mencari bagi filosofi dan nilai-nilai melampaui yang telah diberikan oleh Gereja.12 Ini adalah masa ketika filosofi Neo-Plato yang telah mendominasi akhir zaman klasik penyembahan berhala menempuh sebuah kontrak kehidupan baru, walaupun dalam cara sedemikian yang tidak dengan mempertunjukkan, dengan berbahaya, dan tidak konsisten dengan iman Kristen. Namun, ini tidak spesifik menguntungkan Yupiter, sebagaimana Plato telah selalu menjadi lebih abstrak dalam perlakuannya atas keilahian. Karena itu, penganut Neo-Plato seperti Marsilio Ficino (143399) atau seorang penganut paham humanisme seperti Pico della Mirandola (146394) akan membicarakan lebih banyak mengenai aspek-aspek legenda dari agama daripada mengenai Jove, bahkan jika Marsilio (Letter 8) merasa nyaman dengan Yupiter sebagai aether dan Juno sebagai udara. Yang terbaik ini

merupakan simbol-simbol dunia, di mana Federigo da Montefeltro (juga dikenal sebagai Federico III da Montefeltro [7 Juni 1422- 10 September 1482], satu dari prajurit profesional paling sukses pada masa Renaisans Italia), mendapatkan medali penghargaan dengan tanda planet Yupiter memerintah tanda Mars dan Venus yang penuh pertentangan, perang dan cinta, sementara rajawalinya membawa lencana mereka termasuk, untuk Jupiter Tonans (mengguruh), sebuah bola meriam (Wind 1967: 95f., fig. 71)! Dengan serupa seakan-akan pola pikir yang lebih harfiah, Conrad Celtes, seorang budayawan Jerman, pada suatu lukisan dari ukiran kayu tahun 1507 mengkonstruksi gambar dari potongan Kristen tetapi dengan isi penyembahan berhala (fig. 13; Wind 1967: 252f.): di sini Yupiter dan Phoebus Apollo tampak seperti Tuhan Bapa dan Tuhan Putera, dikelilingi oleh Minerva dan Mercury memerankan Maria dan Yohanes Pembaptis, dan dengan Burung Merpati (Roh Kudus) diwakili oleh Pegasus keduanya bahkan mengangkasa! Kembalinya sekarang dengan leluasa pada perbendaharaan peradaban Yunani dan Romawi di atas segalanya memberi kehidupan baru pada mitologi, yang pada satu sisi merupakan kumpulan motif-motif yang berkaitan, situasi-situasi dan nafsu, dan dengan misterius yang lainnya mengemukakan sebagian perasaan lebih dalam, mendasari kisahkisah yang jelas remeh-temeh ini. Ia secara menonjol dieksploitasi di dalam seni dan musik. Tema-tema mitologi klasik Yunani dan Romawi kuno, seperti yang lainnya, harus diciptakan berdasarkan pesanan, dan mereka tidak mulai muncul hingga pada sekitar tahun 1400-an. Ini misalnya dalam antechapel (istilah yang diberikan pada bagian kapel yang terletak pada sisi barat dari sekat paduan suara) dari Palazzo Publico (istana di Kota

Siena, terletak di kawasan Tuscany, Italia) di Siena suatu rangkaian lukisan dinding yang menggambarkan para dewa di zaman klasik (bersama dengan para pahlawan republikan Romawi) dilukis oleh Taddeo di Bartolo pada sekitar tahun 1414, termasuk sebuah Yupiter dengan halilintar. Karya anonim Adegan-adegan dari Legenda, yang diatributkan pada Master of Griggs Crucifixion, melukiskan, di antaranya, Callisto dan pastilah berasal dari sekitar tahun 1430. Sementara itu, dalam pengaturan yang tidak mungkin dari pintu-pintu perunggu dari Basilika Santo Petrus, di Vatikan, Antonio Averlino (atau Filarete, bahasa Yunani untuk pencinta keunggulan) memasukkan pada tahun 1445 sebuah penggambaran Pemerkosaan Ganymede, yang dengan jelas harus dimaknai secara kiasan, terdapat berlawanan dengan penyaliban Santo Petrus. Dia juga mengerjakan sebuah Amaltea di sini, kambing yang menyusui Zeus. Seni eksis dalam sebuah pemahaman yang siap digunakan dalam karya Ovid, Metamorphoses (halaman 48), kerapkali digambarkan sebagai injilnya pelukis. Ia tentu saja mendasari sejumlah besar penggambaran-penggambaran dalam seni, terutama percintaan para dewa dan meminjamkannya dengan sengaja pada banyak dari representasi tersebut. Pada edisi-edisi tahun 1470-an telah dilukiskan di Subiaco (di dekat Roma), Venice, Milan dan Leuven. Tetapi adalah sejak tahun 1500 bahwa pasar ini mulai beranjak maju. Guidoccio Cozzarelli mengambil jeda dari lukisan-lukisan keagamaan utama untuk mengerjakan sebuah Callisto diduga pada sekitar tahun 1500. Danae (puteri dari raja Argos, oleh Zeus disamarkan sebagai pancaran emas) pertama dalam pencaran emasnya tampaknya adalah dari Baldassare Peruzzi (Baldassare Tommaso Peruzzi, 7 Maret 1481-6 Januari 1537, arsitek dan pelukis Italia, lahir di kota kecil di dekat Siena dan meninggal di Roma) dalam sebuah lukisan dinding Villa Farnese di

Roma (tahun 1512), dilukis seyogyanya bagi bankir Chigi; juga terdapat sebuah Ganymede di sana. Giorgione (c. 14771510) mengerjakan sebuah Daphne, Europa dan Ganymede. Correggio (c. 14901534) mengerjakan Danae (kecuali kalau itu adalah karya Giorgione), Ganymede, Io dan bayi Zeus. Titian (c.14881576) mengerjakan Antiope, Callisto, Daphne, dan Ganymede. Giulio Romano (1499?1546) mengerjakan secara praktis tiap legendatermasuk Europa, Ganymede dan Semele. Dia menggambarkan masa kanak-kanak dari Yupiter, percintaan serta keturunannya dalam sebuah seri dari 12 lukisan pada sekitar tahun 1533, yang enam di antaranya berhasil bertahan, empat dari mereka berada di Hampton Court Palace dan satu di National Gallery (keduanya berada di Kota London). Dan juga terdapat sebuah trompe loeil Kejatuhan Para Raksasa yang melimpah (tahun 1534) sebagaimana mereka tuangkan dari Olympus, atau agaknya dari suatu kubah, di seluruh Ruang Para Raksasa dari Palazzo del T at Mantua. Di sini Kapel Sistine bertemu dengan legenda penyembahan berhala. Saya mereproduksi kembali, seperti pada gambar 14, adegan kegembiraan dan suka cita serta sekaligus pandangan tajam dari bayi dewa guruh itu sendiri dari National Gallery (London). Kunjungan Yupiter dan Mercury ke Baucis dan Philemon bisa jadi merupakan subjek yang lebih sensitif dan maju. Pada sembarang tingkatan, terpisah dari sebuah lukisan (dengan aneh) dari Bramantino pada 1500, ia pertama kali muncul dengan desain dari Primaticcio untuk Fontainebleau (lihat di bawah) pada sekitar tahun 1550, dan setelah itu disambut dengan senang hati ketika ia mencoba untuk sederhana, seringkali agak gelap, tetapi dengan lingkungan petani yang misterius di mana para dewa menemukan dirinya sendiri. Adalah karya yang bagus sekali dari Rembrandt, Philemon and Baucis visited by Mercury and Jupiter (tahun 1658) di National Gallery of Art, Washington, Amerika

Serikat, yang dapat Anda temukan di Web. Di sisi lain, saya tidak dapat cukup membayangkan akan bagaimana ia rupanya seperti marionette opera, yang merupakan apa yang diciptakan Franz Joseph Haydn, dan yang jelas untuk suatu kesenangan, dari kaisar wanita Maria Theresa di Esterhzy pada tahun 1773. Tetapi jika sebuah perusahaan New England dapat mengerjakan Tosca dengan cara itu,13 maka bisa jadi Baucis dan Philemon akan bekerja dengan baik. Kunjungan ke Lycaon dan transformasinya menjadi seekor serigala adalah dengan mengejutkan jarang terjadi. Inilah yang tampaknya pernah menjadi lukisan dari Raphael. Ada sketsa lukisan minyak Rubens (16368) untuk sebuah lukisan dinding yang ditujukan bagi sebuah istana dari Philip IV dari Spanyol dengan karakter Yupiter yang menyerupai Kristus. Selain itu terdapat beberapa ukiran, secara langsung

mengilustrasikan Ovid.14 Bisa jadi para raja dan pangeran secara keseluruhan tidak menyukai kisah tentang penghukuman para raja. Cita rasa percintaan Yupiter diikhtisarkan oleh kompilasi adegan-adegan dari Thomas Heywood pada tahun 1625 dari lakonnya sebagai The Escapes of Jupiter. Di pihak lain kata-kata nyanyian dari Congreve pada tahun 1707, yang pertunjukannya dengan musik oleh John Eccles ternyata gagal, diangkat dan dimodifikasi oleh Handel untuk Semele miliknya sendiri (tahun 1744), sebuah oratorio yang megah dengan altar dan naga yang bernyala-nyala, tetapi merupakan alur yang terlalu seksi bagi selera para pendukungnya. Secara kebetulan di Paris pada 1709 Semele lainnya dipertunjukkan, oleh Marin Marais, komposer terkemuka dari istana Versailles. Ia kemungkinan merepresentasikan langkah maju dari yang secara rutin menyimpangkan bahan-bahan dewa dan yang dicintai oleh pemain kecapi istana Louis de Mollier untuk pertunjukan oleh pemain komedi Marais

dalam Les amours de Jupiter et Sml (1666) pada kata-kata nyanyian dari Claude Boyer. Ini merupakan hiburan yang sesuai dengan mode terakhir bagi kelas-kelas terpelajar, lengkap mesin-mesin untuk berputar dalam dekor dan terbang dalam para dewa. Seseorang yang ingin menangkap suasana hati Paris dalam hari-hari tersebut, dengan pertunjukan perdana dari Molire dan Corneille, hanya perlu memeriksa daftar dari pertunjukan pada tahun-tahun tersebut yang sekarang tersedia di Web. 15 Mitologi Yunani-Romawi merupakan sejenis keseragaman budaya yang membuat para audiens merasa nyaman mengenai status elite mereka tanpa terlalu berlebihan memajaki mereka. Legenda-legenda ini biasanya diperlakukan dengan sangat ringan, menetapkan sebuah titik penghitung yang menggembirakan dari keremehan terhadap perburuhan yang telah memelajari bahasa Latin dan membaca Ovid melalui pendidikan. Terdapat Calisto, misalnya, dari 1651 oleh Cavalli di mana Yupiter, yang dalam pencariannya untuk Callisto, memulai dengan penyesalan telah memberi manusia kehendak bebas. Dia kemudian mengadopsi sebuah suara falsetto (suara nyanyian pria dengan nada tinggi buatan) dan berdandan seperti para dewi demi meyakinkan Callisto bahwa dia adalah Diana, yang, dengan mengagumkan, ternyata langsung berhasil. Ini merupakan sebuah opera tidak masuk akal yang hebat, di mana satu momen mistik adalah perubahan Callisto menjadi bintang-bintang sebagai Beruang Besar (konstelasi di luar zodiak yang berotasi di sekitar Bintang Utara). Dari seluruh material yang telah kita diskusikan pada bagian pertama, ia bisa jadi terlihat bahwa laporan dari Pausanias tentang Daedala di Plataia (p. 31f) adalah secara luar biasa tidak mungkin untuk menghasilkan sebuah opera. Namun ia justru menghasilkan sendratari Plate ou Junon jalouse (Plataea, atau Juno yang Cemburu) oleh Jacques

Autreau, yang telah dibuat menjadi sebuah opera komik oleh Rameau pada tahun 1745 bagi rasa senang berlebihan Louis XV dan puteranya bakal Louis XVI, lengkap dengan sebuah tenor (m.) menyanyikan bagian dari Plataea (f.). Opera ini dibangkitkan oleh New York City Opera pada tahun 2000 dan membentuk sebuah bar modern yang jorok dengan ditunjang oleh sebuah kelompok penuh warna dari karikatur-karikatur abad ke20, termasuk seorang pelaut kulit hitam, seorang lesbian yang maskulin, gadis pramu panggung yang terlalu menyolok, seorang isteri baron (gelar bangsawan rendah di Eropa) yang tersamar, dan seorang polisi penerima suap.16 Pengaturan (setting) apa yang dilakukan Pausanias disimpan abad ke-21 bagi kita? Adalah, betapapun, dimensi lain dari penggunaan legenda-legenda Yupiter ini. Sejak permulaan Zeus sudah memiliki hubungan khusus dengan para raja dan dengan berulang di masa-masa yang lebih modern kita menemukan para raja digambarkan sebagai Yupiter. Para penyair merujuk pada Henri II dari Prancis (berkuasa tahun 154759) dan istananya sebagai le nouvel Olympe dan gambaran ini dipelihara oleh istana sendiri yang melakoni peran-peran tersebut. Seseorang hanya perlu melihat pada lukisan dinding di istana di Fontainebleau untuk menyaksikan dunia para dewa, para pahlawan dan visi Neo-Plato yang berputar-putar, misalnya Rajawali menculik Ganymede dari tahun 15516, didesain oleh Primaticcio, yang telah bekerja di bawah Giulio Romano, dan dilaksanakan oleh Niccol dell Abate. Untuk mengambil contoh lain Rubens menjalin Henri IV dan Marie de Medici dengan Yupiter dan Juno, bahkan mengidentifikasi mereka, dalam sebuah siklus dari tahun 16225, yang sebagian besar sekarang berada di Louvre, Prancis. Kedua penggunaan ini menjelaskan popularitas dari legenda-legenda Yupiter di dalam produksi istana dan membuat sebagian legenda, seperti Semele (Semele

adalah sebuah opera oleh John Eccles. Kata-kata nyanyian oleh William Congreve, menggambarkan legenda Yunani dari Semele) itu, menjadi agak problematik. Apakah Handel dalam Semele-nya mengkritik pengaruh dari Madame de Walmoden, gundik dari George II? SENJAKALA DEWA DEWI Dalam sebagian besar sejarah dari peradaban Eropa, Revolusi Prancis dan periode romantisme menandai sebuah titik balik. Namun, dari sudut pandang kita, mereka hanya mempersiapkan landasan untuk periode modern yang secara bertahap membalikkan punggungnya pada nilai-nilai Renaisans dan ditegaskan dengan keyakinan baru sebuah kepercayaan dalam kemajuan, menetapkan nilai baru pada kontemporer dibandingkan dengan masa lalu. Pada abad ke-19, pendidikan klasik Yunani dan Romawi kuno terus menjadi sentral. Operet (opera singkat) pertama Gilbert dan Sullivan adalah Thespis, di mana Yupiter turun ke bumi untuk mencari tahu mengapa para dewa tidak lagi dihormati. Namun pertunjukan pertamanya pada tahun 1871 tidak benar-benar merupakan sebuah sukses: Ia mendapatkan booing (tindakan menyatakan ketidaksenangan atas seseorang atau sesuatu dengan meneriakkan yel keras boo) tidak hanya oleh para penonton tetapi juga oleh orkestra! Meskipun sudah menggelar 64 pertunjukan, ia tidak lagi eksis. Pada akhir lain dari sebuah karir, karya Richard Strauss, The Love of Danae dari 1940 adalah operanya yang kedua dari akhirnya. Kata-kata nyanyian dari Hofmannsthal membawa bersamasama begitu banyak dari mitologi percintaan Zeus. Danae, Semele, Leda, Europa, Alkmenemereka semuanya ada di sana, dalam sebuah karya di mana Strauss dipandang telah mengidentikkan dirinya sendiri dalam sebuah cara dengan dewa Yupiter, dengan

tidak konsisten membangkitkan nada-nadanya di suatu tempat di dekat Wotan dari siklus opera Richard Wagner dalam karya Ring-nya (Der Ring des Nibelungen). Zeus-Yupiter tidak disebutkan di dalam Ring of the Nibelungs (pertama kali dipertunjukkan dengan lengkap pada tahun 1876). Tetapi ia membayanginya. Siklus opera hebat dari Wagner secara eksepsional menghadapi pertanyaan besar mengenai tatanan dunia dan meletakkannya di hadapan kita problem-problem menjadi seorang dewa kepala yang tercela, daripada sekadar menemukan humor di dalam suatu perangkat keilahian. Wotan dari Wagner mengutarakan secara tidak langsung Zeus dari Homer dan Jupiter dari Vergil di latar belakang, dan konflik dengan Para Raksasa mengingatkan pembentukan kekuasaan Zeus. Tetapi, yang lebih benar mungkin pada mitologi Norse (penghuni Skandinavia kuno), Ragnarkpeperangan utama yang bersifat perubahan dasar antara para dewa dan kekuatan jahat, dan darinya akan muncul tatanan baru--(yang dia pahami sebagai Senjakala Para Dewa),17 atau pada bencana alam final dari para Stoik di mana alam semesta yang ada sekarang pada suatu hari akan lenyap, gambaran Zeus dibesarkan oleh pemahaman akan akhir dari dunia sekaligus akhir dari kekuasaan para dewa. Bagi rakyat Yunani Zeus akan berkuasa selamanya. Namun masa-masa modern adalah kurang memihak pada gambaran stabilitas. Sekarang, seiring kita menjelajahi Web, nama Zeus seringkali hanya sekadar sebuah kata bersuku satu yang kuat dan menunjukkan pengendalian total, populer di antara mereka yang bertugas memberikan nama kepada produk-produk. Zeus Technology adalah ahli dunia dalam infrastruktur server web. Zeus Informatics didirikan pada tahun 1998. Zeus adalah sebuah konsep baru secara total dalam menghasilkan trafik web. The Zeus untuk para programmer teks editor Windows telah dengan khusus didesain

bagi para pengembang perangkat lunak (software) yang bekerja di lingkungan Windows . Ia menawarkan sejumlah fitur yang membuat tugas penulisan kode pemrograman komputer menjadi lebih mudah dan lebih produktif. Dan Zeus Electronique Dveloppement mengurusi studi dan manufaktur dari produk-produk elektronik industri. Dengan lebih akademis:
Kita adalah sebuah kolaborasi dari sekitar 450 pakar fisika yang menjalankan sebuah detektor partikel besar pada collider (akselerator di mana dua berkas

partikel dipaksa untuk berbenturan) elektron-proton HERA di laboratorium DESY di Hamburg, Jerman. Detektor ZEUS merupakan perangkat canggih

untuk memelajari reaksi-reaksi partikel yang dimunculkan oleh berkas sinar berenergi tinggi dari akselerator HERA. 18

Dunia klasik budaya kuno Yunani dan Romawi juga menjadi bahan dari fantasi, dan setiap ahli klasik pertama kali menemukan dunia klasiknya melalui mitologi. Film Clash of the Titans (tahun 1981), dengan monster Kraken dari Norse, burung hantu dengan mekanisme jam, efek-efek khusus yang menakjubkan dari Ray Harryhausen (produser film Amerika) untuk mitologi Persesus yang merupakan gabungan aneka warna pada 1981, menggelinding di depan kita seorang Zeus yang masih mengendalikan dunia, yang pembawaan manusianya tidak terlalu jauh dari konsepsi asli Yunaninya. Ia menunjukkan bahwa kita masih merespons, sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Yunani, terhadap sebuah perasaan ironi dan kelemahan dalam mengelola alam semesta yang tidak benar-benar cocok dengan kepercayaan modern. Zeus juga merupakan sebuah masalah tes akting yang menarik. Laurence Olivier (seorang aktor, sutradara dan produser Inggris) merupakan sebuah pilihan kisah kepahlawanan untuk Clash of the Titans. Ini juga adalah dunia di mana aktor film Amerika, Kevin Sorbo, berperan sebagai Hercules (Hercules: the Legendary Journeys, televisi 19949) membawa pembunuh bayaran profesional dengan senapan yang sendirian ke dunia Yunani dan adakalanya hidup bersama-sama

dengan ayahnya yang mudah naik darah, Zeus, yang diperankan oleh figur substansial lainnya, Anthony Quinn. Tidak ada fantasi yang lengkap tanpa sebuah game komputer. Salah satunya adalah Zeus: Master of Olympus di mana Anda mungkin dengan wajib membangun sebuah kota, menantang para dewa, menelurkan sebuah legenda.19 Namun, saya tidak yakin, apakah Anda akan mampu untuk meletakkan apapun yang telah didapatkan dari buku ini pada sebagian besar efek. Pada akhirnya, garis langsung Anda adalah kepada Zeus. Siapa yang mengetahui yang mengelola lokasi orakel pada Amerika Serikat modern sekarang Tanya Zeus! Atau mengapa? Namun manfaatnya jelas:
Mempunyai pertanyaan? Jangan memercayai kebijaksanaan duniawi. Mereka yang tidak kekal dapat membuat kesalahan. Dapatkan jawabanmu dari Raja

Para Dewa sendiri. Kemahakuasaan adalah sejuk! 20

Diingatkan, ia menderita dari halusinasi modern di mana Anda seharusnya merisikokan jawaban yang tidak sekadar ya/tidak dan tidak merekomendasikan pengorbanan pada dewa ini atau dewa itu yang seringkali cukup separuh saja. Di sisi lain, dengan otentik seperti Delphi, ia menyokong sisi keliru dalam politik. Dan ia tampaknya telah meninggal, seperti dewa kuno sendiri, sebagaimana saya menambahkan tanda titik terakhir ini.

You might also like

  • A Tetokomik
    A Tetokomik
    Document7 pages
    A Tetokomik
    jaemanis
    No ratings yet
  • Zeus SERI 2
    Zeus SERI 2
    Document58 pages
    Zeus SERI 2
    jaemanis
    No ratings yet
  • Zeus-BAGIAN I
    Zeus-BAGIAN I
    Document189 pages
    Zeus-BAGIAN I
    jaemanis
    100% (1)
  • Develop SERI1
    Develop SERI1
    Document121 pages
    Develop SERI1
    jaemanis
    No ratings yet
  • Develop SERI1
    Develop SERI1
    Document121 pages
    Develop SERI1
    jaemanis
    No ratings yet
  • Ad or No
    Ad or No
    Document10 pages
    Ad or No
    jaemanis
    No ratings yet
  • Baudrillard
    Baudrillard
    Document10 pages
    Baudrillard
    jaemanis
    No ratings yet
  • Ad or No
    Ad or No
    Document10 pages
    Ad or No
    jaemanis
    No ratings yet
  • Badiou
    Badiou
    Document11 pages
    Badiou
    jaemanis
    No ratings yet
  • 5 Jaemanis
    5 Jaemanis
    Document13 pages
    5 Jaemanis
    jaemanis
    No ratings yet
  • 3 Jaemanis
    3 Jaemanis
    Document12 pages
    3 Jaemanis
    jaemanis
    No ratings yet
  • 4 Jaemanis
    4 Jaemanis
    Document9 pages
    4 Jaemanis
    jaemanis
    No ratings yet
  • 2 Jaemanis
    2 Jaemanis
    Document15 pages
    2 Jaemanis
    jaemanis
    No ratings yet
  • 80 Key
    80 Key
    Document334 pages
    80 Key
    jaemanis
    No ratings yet
  • 3 Jaemanis
    3 Jaemanis
    Document12 pages
    3 Jaemanis
    jaemanis
    No ratings yet
  • 1 Jaemanis
    1 Jaemanis
    Document11 pages
    1 Jaemanis
    jaemanis
    No ratings yet