You are on page 1of 25

LAPORAN PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS PEMELIHARAAN AYAM BROILER

Disusun oleh : Kelompok 18 Angela Marici Tiara Swastika Chairul Fadly Antonius Apriliano Malemta Sinulingga Adhitya Permadi 05564 05625 05632 05777 05793 05794

Asisten : Irna Rifnawati

LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS BAGIAN REPRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

MATERI DAN METODE Materi Alat. Sikat, kertas koran, gunting, solasi, tempat pakan, tempat minum, karung, suntikan, tespen, lampu 40 watt, timbangan, meteran, jangka sorong, peniti dan kertas untuk identifikasi ayam Bahan. Ayam broiler strain Lohmann MB 202 sebanyak 5 ekor, pakan fase starter dan grower, air, vita stress, vaksin ND1, gumboro dan ND2. Metode Praktikum Industri Ternak Unggas dilaksanakan dengan kegiatan memelihara ayam broiler sejak DOC (day old chick) sampai umur 4 minggu. Sebelum DOC masuk, kandang dibersihkan dari semua kotoran baik didalam kandang maupun diluar kandang. Kandang, yang digunakan praktikan adalah kandang cage. Alas kandang cage dan sekelilingya diberi lapisan koran agar DOC terlindung dari udara langsung terutama dimalam hari dan agar DOC tidak terperosok. Satu hari sebelum DOC masuk, pemanas harus sudah terpasang. Pemanas menggunakan lampu 40 wattt. Kandang dan sekelilingnya disemprot desinfektan alcohol 70% ditambah formalin agar virus atau bakteri yang ada mati sehingga ayam yang dipelihara tetap sehat. Sebelum disemprot menggunakan desinfektan seluruh ventilasi kandang ditutup menggunakan kertas koran lalu pintu kandang ditutup rapat-rapat dan dibiarkan selama 2 hari sebelum DOC dimasukkan. Praktikum pemeliharaan ayam broiler dilaksanakan selama 4 minggu ( 28 hari ). Strain ayam yang digunakan adalah Lohmann MB 202, yang diusahakan oleh PT. Multibreeder Adirama Indonesia tbk sebanyak 5 ekor. DOC ditimbang untuk mengetahui berat awalnya dan kemudian diberi nomor identifikasi dengan menggunakan peniti yang kemudian

ditusukkan di bagian sayap DOC. Selain ditimbang DOC juga diukur lingkar dada, panjang tulang dada, panjang badan, diameter shank dan panjang shank. DOC yang baru datang diberi air minum yang diberi gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Minggu I Pemeliharaan ayam fase starter dimulai dari ayam umur 1 hari (DOC) sampai umur 4 minggu. Minggu I pakan diberikan sebanyak 25 gram per ekor per hari. Jenis pakan adalah pakan konsentrat jadi untuk ayam broiler yang diproduksi oleh Japfa Comfeed. Pakan diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari yang diletakkan di atas tempat pakan yang berbentuk nampan. Air minum merupakan larutan gula yang diberikan secara adlibitum dan ditambah dengan vita stress. Vaksinasi yang dilakukan adalah vaksinasi ND I yang diberikan pada umur 3 hari. Metode faksinasi yang digunakan adalah tetes mata. Setiap ekor ayam diberi satu tetes vaksin ke dalam mata. Setiap minggu ayam ditimbang dan dihitung Feed Convertion Ratio ( FCR ) serta diukur lingkar dada, panjang tulang dada, panjang badan, diameter shank dan panjang shank. untuk mengetahui pertumbuhannya. Minggu II Pada minggu ke 2 pakan diberikan sebanyak 21 gram per ekor untuk sore hari, hari pertama , selanjutnya hari kedua hingga hari keempat pakan diberikan 42 gram per ekor per hari, lalu hari kelima dan keenam sebanyak 62 gram per ekor per hari, dan untuk hari ketujuh karena hanya untuk pagi diberikan 31 gram per ekor. Jenis pakan adalah konsentrat jadi untuk ayam broiler yang diproduksi Japfa Comfeed dan air minum diberikan secara adlibitum. Vaksinasi yang dilakukan pada minggu ke 2 adalah vaksinasi Gumboro yang dilakukan pada hari ke 10 dan metode yang digunakan adalah melalui air minum. Sebelum vaksinasi dilakukan ayam dipuasakan minum dulu 2 jam sebelum vaksin dilakukan agar ayam

merasa kehausan sehingga vaksin yang diberikan dapat terminum semua. Seperti minggu I, pada akhir minggu ke 2 ayam ditimbang dan dihitung FCR- nya serta diukur lingkar dada, panjang tulang dada, panjang badan, diameter shank dan panjang shank untuk mengetahui pertumbuhannya. Minggu III Pada minggu ke 3 pakan yang diberikan sebanyak 37 gram / ekor untuk sore hari, hari pertama. Hari selanjutnya hingga hari keempat pakan diberikan sebanyak 84 gram per ekor per hari., selanjutnya hari kelima dan keenam diberikan sebanyak 96 gram per ekor per hari, dan untuk hari ketujuh hanya diberikan untuk pagi hari yaitu 52 gram per ekor. Air minum diberikan secara adlibitum. Pada minggu ketiga dilaksanakan vaksinasi ND II pada hari ke 17 dengan cara disuntikkan pada bagian paha secara intramuscular. Dilakukan di paha karena paha merupakan tempat yang mudah dijangkau, komposisi dagingnya yang tebal, dan untuk mengurangi resiko injeksi yang dilakukan terlalu dalam pada bagian lainnya sehingga mengenai tulang atau bagian yang lainnya. Ayam ditimbang dan dihitung FCR-nya. serta diukur lingkar dada, panjang tulang dada, panjang badan, diameter shank dan panjang shank. untuk mengetahui pertumbuhannya. Pada minggu ke 3 koran dilepas karena fungsi kekebalan tubuh ayam sudah mulai berfungsi dengan baik. Tempat pakan juga sudah diganti menjadi bentuk long feeder tray Minggu IV Minggu ke - 4 pakan yang diberikan berupa pakan konsentrat jadi untuk ayam broiler dari Japfa Comfeed dengan jumlah 52 gram per ekor untuk hari pertama sore hari. Hari selanjutnya hingga hari ketiga diberi pakan sebanyak 122 gram per ekor per hari, lalu hari keempat hingga hari keenam diberi pakan sebanyak 146 gram per ekor per hari, dan pada hari ketujuh pagi hari diberikan pakan sebanyak 73 gram per ekor. Air minum diberikan secara adlibitum. Pada minggu ke 4 ini tidak dilakukan

vaksinasi. Pada akhir minggu ke 4 ayam ditimbang dan dihitung FCRnya serta diukur lingkar dada, panjang tulang dada, panjang badan, diameter shank dan panjang shank untuk mengetahui pertumbuhannya. Pada minggu ke 4 ini juga dilakukan perhitungan IP (index performance) ayam.

PEMBAHASAN STRAIN Ayam broiler yang dipelihara pada praktikum Industri Ternak Unggas adalah strain Lohman MB-202, yang diproduksi oleh PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Ayam dengan strain Lohman mempunyai ciri-ciri fisik antara lain bulu berwarna putih kekuningan, jengger tunggal, dan kaki berwarna kuning. Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara khusus untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4 kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Ayam pedaging atau lazim disebut ayam broiler merupakan ayam yang memiliki pertumbuhan sangat cepat (Rasyaf, 1994). Ayam strain ini memiliki kemampuan pertumbuhan yang cukup baik dan cukup cepat terbukti bahwa pencapaian berat rata-rata 1,2 kg dicapai dalam waktu 4 minggu. Kelebihan lainnya adalah bahwa ayam ini memilki nafsu makan yang cukup baik, pemberian pakan yang berupa konsentrat pada setiap harinya rata-rata tidak bersisa kalaupun ada sisa itupun hanya sedikit sekali. Hal ini tentu saja menunjang pertumbuhan yang baik, dan pencapaian bobot badan yang tinggi akan didapatkan dalam waktu yang singkat. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk pertumbuhan tubuh. Ayam broiler dengan mempunyai jenis ayam kelebihan piaraan dalam dalam dibandingkan

klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor (Anonimus, 1994). Daghir (1998), membagi tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu, fase finisher minggu hingga dipasarkan. MANAJEMEN PEMELIHARAAN Sebelum DOC (Day Old Chicken) datang, kandang dipersiapkan terlebih dahulu. Kandang dibersihkan 10 hari sebelum pemasukan DOC. Tiap kelompok mencuci satu kandang yang akan digunakan untuk pemeliharaan ayam. Pembersihan kandang yang dilakukan pada praktikum meliputi pencucian kandang, pencucian tempat pakan dan minum, pembersihan lantai kandang dan pembersihan lingkungan kandang serta penyemprotan desinfektan dengan formalin. Tiga hari sebelum pemasukan DOC, dilakukan pembuatan brooder. Pembuatan brooder dilakukan dengan cara menutup kandang dan alas kandang dengan koran, memasang bohlam lampu pada setiap kandang serta penyemprotan dengan desinfektan rodalon. Setiap kandang yang dipasang bohlam lampu 40 watt dinyalakan dua jam sebelum chick in.. Tujuan pembuatan brooder ini adalah menjaga suhu dan kelembaban di dalam kandang. Menurut Kartasudjana (2006), brooding adalah pemeliharaan dari DOC (day old chick) sampai ayam bulunya tumbuh sempurna (10 sampai 14 hari). Fase brooding terdiri dari persiapan kandang, persiapan penerimaan DOC, pengamatan kualitas DOC, pemeliharaan dalam kandang, penyusunan ransum starter, pencegahan penyakit, pemotongan paruh serta jari kaki belakang. 3 sampai 6

Kandang yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kandang model cage. Sebelum DOC dimasukkan ke dalam kandang, ada dua langkah yang perlu diambil. Pertama, DOC diidentifikasi dengan peniti yang ditusukkan pada bagian sayap. Hal ini bermanfaat pada saat pengambilan data tiap minggu karena tidak akan terjadi kekeliruan. Kedua DOC ditimbang, diberi pakan seberat 20 gram/ekor/hari dan air minum yang sudah dicampur dengan gula sebagai pengganti energi. Menurut Nurosa (2010), air gula tersebut mengandung gula 2% (sorbitol maupun gula merah) dan bila perlu ditambahkan vitamin C atau vitamin anti stres. DOC yang dipelihara dalam satu kandang berjumlah lima ekor. Pakan yang diberikan berbentuk pellet merk BR1, dengan frekuensi dua kali sehari yaitu pagi pukul 06.30 dan pukul 15.00. Litter kandang diganti apabila sudah kotor, dan air minum diganti setiap pemberian pakan. Penyakit Newcastle disease (ND) merupakan penyakit pernapasan dan sistemik, yang bersifat akut dan mudah sekali menular. Penyakit ini disebabkan oleh paramyxovirus. yang menyerang berbagai jenis unggas (Anonim, 2011). Newcastle Disease merupakan penyakit yang sangat menular dengan angka kematian tinggi. Pada anak ayam gejala penyakit ini berupa pernapasan sesak, batuk, lemah, nafsu makan menurun, sayap terkulai dan leher berputar (tortokolis). Pasca mati, terjadi kelainan meliputi bintik-bintik perdarahan pada proventrikulus dan seca tonsil, eksudat dan peradangan pada saluran pernapasan serta nekrosis pada usus. Trachea terlihat lebih merah karena terjadi peradangan (Anonim, 2011). Untuk menanggulangi penyakit Newcastle Disease diberikan vaksin ND 1. Vaksin ND 1 diberikan pada DOC di hari ke-3 dengan cara tetes mata. Air minum yang diberikan dicampur dengan vita stres. Setelah pemeliharan 10 hari diberikan vaksin gumboro yang dicampurkan dengan air minum. Sebelum pemberian vaksin ayam dikondisikan berpuasa dua jam. Tujuannya adalah vaksin yang diberikan pada air minum dapat

terminum semua. Setetah 2 jam pemberian vaksin air minum segera diganti dengan air yang sudah dicampur dengan vita stres. Vitamin anti stres diberikan terutama pada saat pergantian musim, sebelum vaksinasi, pelebaran kandang, penggantian sekam, dan setelah ayam sembuh dari penyakit (Nuroso, 2010) Setelah pemeliharaan 17 hari, ayam diberi vaksin ND2 yang dilakukan dengan cara disuntikkan melalui subkutan atau intra muscular.. Air minum yang diberikan dicampur dengan vitastress pada pagi hari sebelum vaksin dan sore hari setelah vaksin. Tujuan dari pemberian vitastress adalah menjaga ayam agar tidak stres setelah vaksinasi (Anonim, 2011). Pengambilan data dilakukan setiap minggu meliputi panjang shank, diameter shank, panjang tulang dada, lingkar dada, panjang badan, bobot badan, dan sisa pakan. Pemberian pakan bertambah setiap minggu, untuk pemeliharaan minggu pertama 20 g/ekor/hari, minggu kedua 42 g/ekor/hari, minggu ketiga 66 g/ekor/hari, minggu keempat 91 g/ekor/hari dan minggu kelima 122g/ekor/hari,. Setelah panen pada minggu kelima kandang dan lingkungan kandang juga dibersihkan. Saat pemeliharaan tidak ada ayam yang mati.

PERFORMANCE Body Weight Body weight (berat badan) adalah langkah pengukuran berat badan DOC secara periodik. Dalam hal ini, pengukuran dilakukan untuk membandingkan perubahan berat badan antara DOC yang berada di kandang cage dengan DOC yang berada di kandang litter. Penelitian ini berguna untuk melihat efektivitas dan efisiensi tipe kandang. Pengukuran body weight ini dilakukan secara periodik yaitu setiap minggu. Pengukuran dilakukan pada DOC baik yang di kandang cage

maupun yang di kandang litter. Berikut adalah tabel perbandingan body weight pada kandang cage dan litter : Tabel 1.1. Perbandingan body weight kandang cage dan litter Minggu ke 1 2 3 4 Rata-rata Body Weight Kandang Cage (g) Kandang Litter (g) 181,2 118,2 419,2 425 755,6 888,6 1287,6 1414

Dari data perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa body weight DOC di kandang litter lebih baik. Pemeliharaan ayam broiler pada kandang cage menghasilkan ayam yang lebih kerdil dibanding kandang litter. Hal ini dapat disebabkan karena adanya persaingan dalam konsumsi pakan. Menurut Anonim (2011), ayam yang dipelihara di kandang litter konsumsi pakannya lebih sedikit dibanding yang dipelihara di kandang cage, hal ini disebabkan ayam yang dipelihara kandang litter secara tidak sengaja juga memakan sekam dari litter. Feed Intake Feed intake adalah banyaknya pakan yang dapat dimakan pada waktu tertentu. Ayam mengkonsumsi pakan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan energinya (Wahyu, 1992). Feed intake yang tinggi akan menghasilkan bobot badan dan uniformity yang standar. Feed intake yang kurang disebabkan pemberian pakan yang kurang, hal ini terjadi karena pemberian pakan hanya secara estimasi (perkiraan). Berikut adalah tabel feed intake ayam broiler: Tabel 2.1. Feed intake kandang cage dan litter Minggu Rata-Rata Feed Intake ke Kandang Cage (g) 1 242 2 336,4 3 612,6 4 727,4 Rata-Rata Feed Intake Kandang Litter (g) 164 300,4 574,8 825,4

Seperti

yang

telah

disebutkan

bahwa

pertumbuhan

juga

dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Dapat dilihat pada tabel bahwa feed intake pemeliharaan ayam pada kandang cage lebih besar daripada kandang litter. Konsumsi pakan ayam tergantung dari beberapa faktor yaitu besar tubuh ayam, keaktifan dan gerak ayam, suhu atau temperatur di dalam dan di sekitar kandang, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan pada ayam. Konsumsi pakan selain dipengaruhi oleh berat badan dan produksi telur juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain kualitas pakan, metode pemberian pakan, kondisi kesehatan ayam, temperatur lingkungan, bentuk pemeliharaan dan tempat pakan. Konsumsi pakan antara lain dipengaruhi oleh kandungan protein dan energi, dimana dengan meningkatnya kandungan energi sedangkan protein tetap atau sebaliknya akan meningkatkan jumlah konsumsi pakan. Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh palatabilitas pakan, yaitu pakan dengan palatabilitas rendah akan dikonsumsi dalam jumlah sedikit . Jumlah konsumsi pakan yang cukup bukan jaminan mutlak bagi ayam untuk mencapai puncak produksi. (Blakely and Bade, 1991). Ayam akan meningkatkan konsumsi air untuk melepaskan panas dan menurunkan konsumsi pakan dimana setiap kenaikan 100% akan mengurangi konsumsi pakan sebesar 1,6. Kebutuhan energi ayam broiler adalah 3200 kcal ME/kg dengan protein kasar 20% untuk ayam umur 3-6 minggu (Jahja, 1995). Gain Hasil penimbangan dan perhitungan gain pada 5 ayam broiler selama pemeliharaan secara rata-rata pada minggu ke-1 adalah 129,2 g, minggu ke-2 sebesar 238 g, minggu ke-3 sebesar 336,4 g, minggu ke-4 sebesar 532 g. Standar gain berdasarkan Medion berturut-turut pada minggu ke-1 adalah 148 g, minggu ke-2 adalah 360 g, minggu ke-3 adalah 315 g, minggu ke-4 adalah 301 g. Jika dibandingkan dengan standar gain

tersebut, maka gain selama pemeliharaan cukup baik, tetapi pada minggu ke-1, minggu ke-2 dan minggu ke-3 dibawah standar. Hal ini dimungkinkan karena ternak dalam keadaan stres sewaktu pemasukan dan tubuh ayam basah terkena air gula, sehingga ayam lebih sering untuk menghangatkan/mengeringkan tubuh daripada mengkonsumsi pakan dan akhirnya pertumbuhan ayam di bawah standar (Siregar et al.1980). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan adalah genetik, manajemen praktis, ukuran kandang, kandungan nutrien pakan dan metode penimbangan (Anonimus, 2010). No.Id. Rerata Tabel 2. Hasil pengukuran rerata berat badan (gram) ayam. DOC Mg Mg Gain Mg II Gain Gain Mg IV (g) I III 52,4 181,2 129.2 419,2 283 755,6 336,4 1287,6 Gain 532

Feed Conversion Ratio (FCR) Selama pemeliharaan diperoleh FCR pada minggu ke-1 sebesar 0,93; minggu ke-2 sebesar 1,40; minggu ke-3 sebesar 1,80; minggu ke-4 sebesar 1,3. Rata-rata FCR untuk 5 ekor ayam broiler yang dipelihara adalah 1,35. Standar FCR yang ditetapkan oleh Medion pada minggu ke-1 sebesar 0,95; minggu ke-2 sebesar 1,2; minggu ke-3 sebesar 1,37; minggu ke-4 sebesar 1,52. Dari hasil perbandingan ternyata FCR selama pemeliharaan cukup baik, hal ini disebabkan manajemen pakan yang baik. Lubis (1992) menyatakan bahwa ayam broiler dipelihara selama 42 hari memiliki konversi pakan 1,80 sampai 1,82. sedang pada praktikum kali ini FCR rata-rata sebesar 1,44 dengan umur pemeliharaan 28 hari. Bila angka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan memuaskan atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk meningkatkan berat badannya. Menurut Reksohadiprojo (1995), FCR dipengaruhi oleh kualitas ternak yang dipelihara (termasuk daya adaptasinya terhadap pakan yang diberikan), kualitas bahan pakan yang diberikan, dan metode pemberian pakan yang digunakan.

Feed Conversion Ratio atau konversi pakan menurut Siregar et al. (1982) adalah indeks yang dapat memperlihatkan seberapa jumlah efisiensi usaha ternak ayam broiler. Angka konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah konsumsi pakan dan pertambahan berat badan, dimana keduanya yang menentukan tinggi rendahnya konversi pakan. Sedangkan Anggorodi (1995) menyatakan bahwa daya cerna, kualitas pakan serta keserasian nilai gizi pakan juga mempengaruhi angka konversi pakan. Standar konversi pakan dari PT. Medion dari minggu pertama sampai minggu kelima berturut-turut adalah 0,95; 1,2; 1,37; dan 1,52. Menurut Ditjen Peternakan (1985) bahwa FCR tiap minggu rata-rata adalah 1,67. Hal ini diperoleh dari konversi makanan tiap minggu dibagi jumlah minggu (4). Deplesi Berdasarkan pemeliharaan ayam broiler yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa tingkat deplesinya adalah 0 persen. Hasil tersebut membuktikan bahwa pemeliharaan yang dilakukan sudah cukup baik. Perhitungan untuk mencari deplesi dari pemeliharaan yang telah dilakukan adalah : Deplesi = =
Populasi awal - jumlah ayam panen x100 % Populasi awal

5-5 x100 % 5

= 0% Deplesi populasi atau penyusutan jumlah ayam bisa berasal dari dua hal yaitu kematian dan afkir ayam (culling ayam). Kematian ayam merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari baik karena sakit atau faktor-faktor lain. Biasanya peternakan menetapkan batas maksimal kematian yang dapat ditoleransi yaitu kurang lebih 5% semakin banyak ayam yang mati maka semakin besar kerugian peternak (Medion, 2011). Indeks Performan (IP)

Penghitungan Index Performance (IP) merupakan salah satu parameter keberhasilan pemeliharaan ayam broiler. IP = Keterangan: IP D BB : Indes performan : persentase deplesi : bobot badan rata rata saat panen

FCR : Feed Conversion Rate A/U ; umur rata rata panen/lama pemeliharaan Standar IP yang baik ialah di atas 300. Oleh karena itu semakin tinggi nilai IP maka semakin berhasil suatu peternakan Broiler tersebut (Medion, 2011). Hasil praktikum kelompok 18 selama 28 hari didapatkan data sebagai berikut : presentase deplesi 0, bobot badan rata-rata 1,287 kg, FCR 1,3, umur rata-rata panen/ lama pemeliharaan 28 hari, sehingga didapatkan nilai IP sebagai berikut : IP = IP = 353.7 Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa peternakan tersebut telah berjalan dengan optimal. Kesimpulan tersebut diangkat berdasarkan hal di bawah ini: Pencapaian IP pemeliharaan broiler kelompok 18 tersebut (353,7) sudah sangat baik karena melebihi standar yaitu 300. Tingginya IP tersebut menandakan suatu pemeliharaan ayam broiler yang dilakukan kelompok 18 telah menerapkan sistem manajemen yang cukup efisien dan efektif.

KORELASI PENGUKURAN Hubungan atau korelasi dari panjang badan, shank, tulang dada dan lingkar dada terhadap berat badan bermacam-macam karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Persaingan antar ayam dalam menduduki tempat pakan akan mempengaruhi secara signifikan konsumsi pakan ayam dan akhirnya mempengaruhi pertumbuhan karakteristik tubuh ayam. Kemampuan masing-masing ayam untuk mencerna pakan juga mempengaruhi pertumbuhan karakteristik tubuh yang berbeda-beda. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan karakteristik tubuh adalah pemberian ransum yang berbeda-beda, serta adanya perbedaan kandungan nutrient yang terkandung dalam ransum (Medion,2011). Korelasi Pengukuran antara panjang shank dengan berat badan Hubungan atau korelasi antara panjang shank dengan berat badan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Korelasi antara panjang shank dengan barat badan Minggu 1 2 3 4 Jumlah Rata-Rata Panjang shank (cm) 3.5 5.22 6.1 6.52 21.34 Rata-Rata Berat Badan (g) 181.2 419.2 755.6 1287.6 2643.6

Berdasarkan perhitungan dapat diperoleh T hitung 12.05, T tabel 2,92 T hitung lebih besar dari pada T tabel sehingga Ho ditolak dan H A diterima. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa memang terdapat korelasi yang signifikan antara panjang shank dengan berat badan. Korelasi Pengukuran antara lingkar dada dengan berat badan Hubungan atau korelasi antara lingkar dada dengan berat badan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Korelasi antara lingkar dada dengan barat badan

Minggu 1 2 3 4 Jumlah

Rata-Rata Lingkar dada(cm) 16.1 21.2 26.2 29.4 92.9

Rata-Rata Berat Badan(g) 181.2 419.2 755.6 1287.6 2643.6

Berdasarkan perhitungan dapat diperoleh T hitung 35.00, T tabel 2,92. T hitung lebih besar dari pada T tabel sehingga Ho ditolak dan H A diterima. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa memang terdapat korelasi yang signifikan antara lingkar dada dengan berat badan. Korelasi Pengukuran antara panjang tulang dada dengan berat badan Hubungan atau korelasi antara panjang tulang dada dengan berat badan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Korelasi antara panjang tulang dada dengan barat badan Rata-Rata Minggu 1 2 3 4 Jumlah Panjang Tulang Dada 4.38 8.32 9.2 9.64 31.54 Rata-Rata Berat Badan 181.2 419.2 755.6 1287.6 2643.6

Berdasarkan perhitungan dapat diperoleh T hitung 6.06, T tabel 2,92. T hitung lebih besar dari pada T tabel sehingga Ho ditolak dan H A diterima. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa memang terdapat korelasi yang signifikan antara panjang tulang dada dengan berat badan.

Korelasi Pengukuran antara panjang badan dengan berat badan Hubungan atau korelasi antara panjang badan dengan berat badan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Korelasi antara panjang badan dengan barat badan Minggu 1 2 3 4 Jumlah Rata-Rata Panjang Badan 22.3 30 38 45.4 135.7 Rata-Rata Berat Badan 181.2 419.2 755.6 1287.6 2643.6

Berdasarkan perhitungan dapat diperoleh T hitung 76.85, T tabel 2,92. T hitung lebih besar dari pada T tabel sehingga Ho ditolak dan H A diterima. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa memang terdapat korelasi yang signifikan antara panjang badan dengan berat badan. PERLAKUAN Selama praktikum pemeliharaan ayam broiler, dilakukan pemberian vita stress setiap hari untuk kelompok 2 dilakukan pemeliharaan dilantai litter dan tanpa pemberian vita stress untuk kelompok 18 pemeliharaan di cage tanpa pemberian vita stress. Berdasarkan perbedaan perlakuan tersebut, diperoleh rata-rata Body Weight (BW) dan FCR masing-masing sebagai berikut. Tabel 1. Rata-rata BW dan FCR dengan tingkat pemberian vita stress berbeda Kelompok 2 Kelompok 18 Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu I II III IV I II III IV BW 118,2 425 888,6 1414 181.2 419.2 755.6 1287.6 FCR 0.68 0,98 1,24 1,57 0.93 1.4 1.8 1.3

Grafik 1. Perbandingan Body Weight

Grafik 2. Perbandingan FCR

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa BW ayam kelompok 2 dengan perakuan pemeliharaan di kandang jenis litter dan tanpa

pemberian vita stress setiap hari, memiliki BW lebih tinggi dibandingan dengan BW ayam kelompok 18 dengan perlakuan pemeliharaan di kandang cage tanpa diberi vita stress. FCR kelompok 2 semakin bertambah dengan bertambahnya lama pemeliharaan, sedangan FCR kelompok 18 juga bertambah tetapi menurun drastis setelah minggu ke tiga. Meskipun BW kelompok 2 menunjukkan hasil yang lebih baik, namun memiliki FCR akhir yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok 18, yaitu FCR total pemeliharaan selama 4 minggu adalah 1,1175 untuk kelompok 2 dan 1,375 untuk kelompok 18. Hal tersebut diduga disebabkan karena perbedaan tipe kandang. Menurut Wihandoyo et,al (2008) kandang dengan tipe pemeliharaan litter, proses evaporasi ayam dilakukan melalui mengosokkan tubuh ke lantai atau alas lantai, berbeda dengan ayam dengan pemeliharaan dengan kandang cage, proses evaporasi atau pembuangan panas dilkukan dengan panting langsung. Pemeliharaan ayam di kandang cage dengan perlakuan tanpa pemberian vita stress pada awal pemilharaan menggunakan alas dengan koran. Kemudian selang pemilharaan beberapa minggu alas koran ditiadakan, sehingga alas adalah kawat langsung. Proses evaporasi dari ayam pun dilakukan dengan panting sehingga FCR dari kelompok 18 mengalami penurunan karena energi digunakan untuk proses tersebut. Perbedaan dengan kelompok 2 yang alasnya diberikan koran dan digantinkan karung. Proses evaporasi lebih baik, dan FCR yang diperoleh juga mengalami kenaikkan. Menurut Japfa (2011), Pemeliharaan ayam broiler menggunakan kandang litter dapat menaikkan FCR per minggu lebih baik dibandingkan dengan kandang cage.

BAB III KESIMPULAN Berdasarkan praktikum pemeliharaan ayam broiler yang telah dilakukan dapat disimpulkan pemeliharaan menggunakan ayam dengan strain Lohman MB-202 berjalan cukup baik. Manajemen pemeliharaan dilakukan dengan baik. Vaksin dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan. Vaksin yang digunakan dalam pemeliharaan adalah vaksin ND I, Gumboro dan ND II. Vaksin ND I diberikan dengan tetes mata, Gomboro dengan dicampur air minum dan ND II dengan cara injeksi. Vaksinasi dilakukan sebagai usaha biosekuriti agar ayam tidak sakit. Sanitasi dilakukan dengan cara membersihkan kandang, tempat pakan dan tempat minum 2x sehari yaitu pagi dan sore. Ayam yang diperlihara rata-rata memiliki body weight yang cukup baik yaitu 1287,6 gram. Feed Intake dari ayam yang dipelihara juga baik secara rata-rata yaitu 727,4 gram. Rata-rata gain dari ayam termasuk tidak buruk yaitu mencapai 308,8 gram / ekor. Feed convertion ratio dari ayam yang diperlihara masih belum memenuhi standartnya, yaitu hanya 1,35. Pemeliharaan ayam broiler kali ini cukup baik karena tidak ada deplesi atau ayam yang dikeluarkan dari kandang. Indeks prestasi dari ayam-ayam yang diperlihara cukup baik yaitu mencapai 353,7. Korelasi pengukuran juga dicari pada pemeliharaan ayam kali ini. Hasilnya sesuai perkiraan yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara berat badan dengan panjang shank, lingkar dada, panjang tulang dada, dan panjang badan. Perlakuan yang diberikan terhadap pemeliharaan juga mempengaruhi FCR dan body weight pada ayam, yaitu perlakuan dengan kandang cage dan tanpa pemberian vitastress memberikan hasil body weight yang masih lebih rendah, serta FCR yang tidak lebih stabil dibanding yang diberi perlakuan dipelihara di kandang litter serta diberikan vitastress.

DAFTAR PUSTAKA

Adirama Multibreeder. 2011. New Lohman(MB 202). Broiler Management Programme. Japfa. Jakarta. Anonimus. 1994. Cara Pemeliharaan Ayam Pedaging. PT Charoen Phokphand Indonesia,Co. ltd. Jakarta. Anonimus. 2010. Petunjuk Teknis Peningkatan Usaha Ayam Pedaging. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Anonim. 2011. Berhasil atau Tidakkah Pemeliharaan Broiler Anda. Tersedia di http://info.medion.co.id/. Diakses tanggal 20 November 2011. Anonim. 2011. Strategi Pengendalian Newcastle Disease. www.poultryindonesia.com. Diakses 15 November 2011. Blakely,J dan D.H Bade. 1991. Ilmu Peternakan.4th Edition. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Daghir, N.J, 1998. Broiler Feding And Management In Hots Climate. Cab International 198 Madison Avenue. New York. Lubis D, A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan 2. PT Pembangunan. jakarta. Jahja, Y. 1995. Ayam Sehat Ayam Produktif. Edisi 2. Egustria. Rasyaf, M., 1994. Beternak Ayam Pedaging. Edisi ke-6, Penebar Swadaya, Jakarta. Reksohadiprodjo, S. 1995. Bahan Makanan Ternak Limbah Pertanian dan Industri. BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Sidadolog, J. H.P. 1999. Manajemen Ternak Unggas. Laboratorium Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Siregar, A. P, M Sabrani dan Soeprawiro. 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cet ke 2. Margie group. Jakarta. Wahyu, J. 1992. Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta Wihandoyo., Heru Sasongko., Sri Sudaryati., Tri Yuwanta. 2008. Industri Ternak Unggas. Laboratorium Ternak Unggas.bagian Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Nuroso kartasudjana

Anggorodi R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Lampiran Korelasi Pengukuran antara panjang shank dengan berat badan SSx = X2 (X)2/n = 119.2188 - 113.8489 = 5.3699 SSy = y2 (y)2/n = 2437407 - 1747155 = 690251.96 SPxy = xy (x. y/n) = 15826.74 - 14103.61 = 1723.13 r xy = SPxy / (SSx.SSy = 1723.13 / 1925.249 = 0.895016662 t hit = r xy / (1-r xy)2 / (n-2) = 0.895016662 / 0.07423443 = 12.05662463 t tabel = 2.92 , t hit > t tabel , Ho ditolak Korelasi Pengukuran antara lingkar dada dengan berat badan SSx = X2 (X)2/n = 2259.45 - 2157.603 = 101.8475 SSy = y2 (y)2/n = 2437407 - 1747155 = 690251.96 SPxy = xy (x. y/n) = 69456.52 - 61397.61 = 8058.91 r xy = SPxy / (SSx.SSy = 8058.91 / 8384.535556 Ho : xy = 0 HA : xy 0 Ho : xy = 0 HA : xy 0

= 0.961163555 t hit = r xy / (1-r xy)2 / (n-2) = 0.961163555 / 0.027461514 = 35.00038494 t tabel = 2.92 , t hit > t tabel , Ho ditolak Korelasi Pengukuran antara panjang tulang dada dengan berat badan SSx = X2 (X)2/n = 265.9764 - 248.6929 = 17.2835 SSy = y2 (y)2/n = 2437407 - 1747155 = 690251.96 SPxy = xy (x. y/n) = 23645.38 - 20844.79 = 2800.598 r xy = SPxy / (SSx.SSy = 2800.598 / 3453.978829 = 0.810832416 t hit = r xy / (1-r xy)2 / (n-2) = 0.810832416 / 0.133761681 = 6.061769031 t tabel = 2.92 , t hit > t tabel , Ho ditolak Korelasi Pengukuran antara panjang badan dengan berat badan SSx = X2 (X)2/n = 4902.45 - 4603.623 = 298.8275 SSy = y2 (y)2/n Ho : xy = 0 HA : xy 0

= 2437407 - 1747155 = 690251.96 SPxy = xy (x. y/n) = 103786.6 - 89684.13 = 14102.47 r xy = SPxy / (SSx.SSy = 14102.47 / 14361.97297 = 0.981931245 t hit = r xy / (1-r xy)2 / (n-2) = 0.981931245 / 0.012776539 = 76.85424323 t tabel = 2.92 , t hit > t tabel , Ho ditolak

You might also like