You are on page 1of 11

Kamboja Plumeria acuminata Ait Nama umum Indonesia: Kamboja

Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Asteridae Ordo: Gentianales Famili: Apocynaceae Genus: Plumeria Spesies: Plumeria acuminata Ait

Plumeria is related to the Oleander, Nerium oleander, and both possess a irritating, milky sap, rather similar to that of Euphorbia. Contact with the sap may irritate eyes and skin.[4] Each of the separate species of Plumeria bears differently shaped alternate leaves, with distinct form and growth habits. The leaves of P. alba are quite narrow and corrugated, whereas leaves of P. pudica have an elongated shape and glossy, dark-green color. P. pudica is one of the everblooming types with non-deciduous, evergreen leaves. Another species that retains leaves and flowers in winter is P. obtusa; though its common name is "Singapore," it is originally from Colombia. Plumeria flowers are most fragrant at night in order to lure sphinx moths to pollinate them. The flowers have no nectar, and simply dupe their pollinators. The moths inadvertently pollinate them by transferring pollen from flower to flower in their fruitless search for nectar. Plumeria species may be easily propagated from cuttings of leafless stem tips in spring. Cuttings are allowed to dry at the base before planting in well-drained soil. Cuttings are particularly susceptible to rot in moist soil. Propagation can also be by tissue culture from cuttings of freshly elongated stems or aseptically germinated seed. Pruning is best accomplished in the winter for deciduous varieties, or when cuttings are desired. There are more than 300 named varieties of Plumeria.

[edit] Etymology and common names


The genus, originally spelled Plumiera, is named in honor of the seventeenth-century French botanist Charles Plumier, who traveled to the New World documenting many plant and animal

species. The common name "Frangipani" comes from an Italian noble family, a sixteenth-century marquess who invented a plumeria-scented perfume. Many English speakers also simply use the generic name "plumeria". In Hawaii, the name is "melia". In Sri Lanka, it is referred to as araliya and (in English) as the Temple Tree. In Cantonese it is known as, 'gaai daan fa' or the 'egg yolk flower' tree.

[edit] In culture

Frangipani trunk in Kolkata, West Bengal, India

Leaves These are now common naturalised plants in southern and southeastern Asia. In local folk beliefs they provide shelter to ghosts and demons. The scent of the Plumeria has been associated with a vampire in Malay folklore, the pontianak. They are associated with temples in both Hindu and Buddhist cultures. In several Pacific islands, such as Tahiti, Fiji, Samoa, Hawaii, New Zealand, Tonga, and the Cook Islands Plumeria species are used for making leis.[5] In modern Polynesian culture, it can be worn by women to indicate their relationship status - over the right ear if seeking a relationship, and over the left if taken. P. alba is the national flower of Nicaragua and Laos, where it is known under the local name "Sacuanjoche" (Nicaragua) and "Champa" (Laos).

In Bangladeshi culture most white flowers, and, in particular, plumeria (Bengali, or chpa), are associated with funerals and death.

chmpa

In the Philippines and Indonesia, Plumeria, which is known in Tagalog as calachuchi, is often associated with ghosts and graveyard. Plumerias are often planted on cemetery grounds in both countries. Balinese Hindus use the flowers in their temple offerings. Indian incenses containing Plumeria have "Champa" in their name, for example Nag Champa. In Hindu mythology[citation needed], there is a saying " , ;

" (Hey Champa you have three qualities color, beauty, and fragrance, but the only thing you lack is that honey-bees never sit on you.)"roop tajey to Radhikey, or bhanwar Krishna ko daas, is mariyaadey ke liye bhanwar na aaye pass" (the beauty of champa is compared to Radhika, who is wife of lord Krishna and honey-bees are servants of Lord Krishna and this is the reason honey-bees don't sit on the champa flower.) In Sri Lankan tradition, Plumeria is associated with worship. One of the heavenly damsels in the frescoes of the 5th-Century rock fortress Sigiriya holds a 5-petalled flower in her right hand that is indistinguishable from Plumeria.[6] In Eastern Africa, frangipangi are sometimes referred to in Swahili love poems.[7]

Tanaman termasuk familia Apocynaceae.Tumbuhan ini banyak tumbuh di pekuburan, juga ada yang sengaja di tanam di halaman rumah. Pada umumnya tumbuhan ini hidup subur di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Untuk pengembangbiakannya dengan jalan menyetek batangnya. Nama lain : samboja, semboja, kamboja (Jawa), kamoja, samoja (Sunda). Tanaman ini mengandung : fuvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bateri. Di samping itu juga mengandung minyak menguap antara lain: geraniol, farnesol, sitronellol, fenetilalkohol dan linallol. Juga terdapat saponin, zat pahit dan damar. Kegunaan : Patek (frambosia); belak (pecah-pecah pada telapak kaki: Kulit kayu ditumbuk dan air perasannya dapat dipakai sebagai obat luar. (3)

Merendam kaki yang bengkak: Kulit kayu direbus lebih kurang selama setengah jam, setelah dingin airnya dapat dipergunakan untuk merendam. (3) Mempercepat pecahnya bisul: Daunnya dipanggang di atas api, lalu diolesi dengan sedikit minyak kelapa kemudian ditaruh di atas bisul. Getah kamboja yang dioleskan pada bisul, juga dapat mempercepat pecahnya bisul. (3) (mrd)
SUMBER : Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Ungaran : Trubus Agriwidya, 1999. Muhlisah, Fauziah. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya, 1999. Tampubolon, Oswald T. Tumbuhan Obat. Jakarta : Penerbit Bhratara, 1995. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : PT. Intisari Mediatama, 1999.

http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/lipi_pdii/kamboja.htm

Kamboja (Plumeria acuminate)

1. Nama daerah Kamboja, Kamoja, Cempaka malja, Cempaka sabakul (Stenis, 1976). 2. Klasifikasi Tanaman

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Apocynales Suku : Apocyanaceae Marga : Plumeria Jenis : Plumeria acuminate, W.T.Ait (Backer and Brink Jr, 1965 ; Tjitrosoepomo, 2000) 3. Uraian tanaman

Tanaman kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5-6 m, bengkok, dan mengandung getah. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman, dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar. Tumbuh di daerah dataran rendah 1700 m di atas permukaan laut. Rantingnya besar, daun berkelompok rapat pada ujung ranting, bertangkai panjang, memanjang berbentuk lanset, panjang daun 20-40 cm, lebar 6-12,5 cm, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, tulang daun menyirip. Bunga dalam malai rata, berkumpul diujung ranting, kelopak kecil, sisi dalam tanpa kelenjar, mahkota berbentuk corong, sisi dalam berambut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam agak kuning, putih atau merah, berbau harum. Tangkai putik pendek, tumpul, lebar, bakal buah 1 atau 2, saling berjauhan, berbentuk tabung gepeng memanjang, panjang 18-20 cm, lebar 1-2 cm, berbiji banyak, biji bersayap, tanpa kuncung rambut, ketika masih muda berwarna hijau, setelah tua hitam kecoklatan (Steenis, 1976; Dalimartha, 1999). 4. Kandungan kimia Tanaman kamboja (Plumeria acuminate, W.T.Ait) mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol, dan asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat pahit beracun. Menurut Sastroamidjojo (!967). kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulitnya mengandung zat pahit beracun. Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar dan daun Plumeria acuminate, W.T.Ait mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fenetilalkohol dan linalool (Tampubolon, 1981). Kulit batang kamboja mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol (Dalimartha, 1999 ; Prihandono, 1996).

Kamboja
(Plumeria rubra L.cv. Acutifolia.) Sinonim : Plumeria acuminata, Ait. P. acuminata, Roxb. P. acutifolia, Poir. P. alba, Blanco. P. obtusa, Lour. P. rubra, Linn. from acutifolia Woods. P. rubra, Linn. var. acutifolia (Poir) Bailey. Familia : Apocynaceae Uraian : Morfologi Kamboja Daerah asal tumbuhan ini dari Amerika tropik dan Afrika, Termasuk tanaman hias, Varitas tumbuhan kamboja terdiri dari beberapa jenis antara lain : Kamboja putih dan kamboja merah / Kamboja jepang. Batang : batang berkayu keras tinggi, mencapai 6 meter, percabangannya banyak, batang utama besar, cabang muda lunak, batangnya cenderung bengkok dan bergetah. Daun : daun hijau, berbentuk lonjong dengan kedua ujungnya meruncing dan agak keras dengan urat-urat daun yang menonjol, sering rontok terutama saat berbunga lebat, Bunga : Bunganya berbentuk terompet, muncul pada ujung-ujung tangkai, daun bunga berjumlah 5 buah, berbunga sepanjang tahun. Syarat Tumbuh : Tumbuh subur di dataran rendah sampai ketinggian tanah 700 meter di atas permukaan laut, tumbuh subur hampir di semua tempat dan tidak memilih iklim tertentu untuk berkembang biaknya.

Nama Lokal : Kamboja (Indonesia), Semboja (Jawa), Bunga jebun (Bali); Samoja, Kamoja (Sunda), Bunga lomilate (Gorontalo); Campaka molja/bakul (Madura), Pandam (Minangkabau); Karasuti, Kolosusu, Tintis (Minahasa), Capaka kubu(Tidore); http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=13

Daftar Pustaka Syamsuhidayat, S. S., dan Hutapea, J. R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Departemen Kesehatan RI, Jakarta, page 452-453 Tampubolon, A.S., 1967, Obat Asli Indonesia, 214-215, Dian Rakjat, Jakarta Dalimartha, S., dr., 1999, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker, hal 62-63, Penebar Swadata, Jakarta. Backer, C.A., Backhuizen van den Brink, R.C., 1965, Flora of Java, Spermatophytes only, Volume I, N.V.P. Noordhoff, Gronigen, The Netherlands.

Tjitrosoepomo, G., 2000, Morfologi Tumbuhan, cetakan ke 12, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Prihandono, I. W., 1996, Isolasi dan Uji Aktifitas Anti Bakteri Kandungan Daun Plumeria acuminate,.Ait beserta Profil Kromatografinya, Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

unga Kamboja Bunga Kamboja merupakan tumbuhan yang termasuk dalam keluarga( Plumeria) Bentuknya unik seperti pohon mini dengan daun yang sedikit namun besar dengan wangi bunga yang sedikit beda dengan puncak mahkota berwarna putih dan kadang-kadang ungu, dan bau bunga ini doleh orang-orang membuat bulu kuduk berdiri dan menyeramkan bagi sebagian orang.

Bunga Kamboja datang dari amerika, asal namanya diambil dari seorang nama botani asal negara menara eiffel Charles Plumier, bunga ini memjadi tanaman yang wajib dimilik pleh masarakat bali dan sekitarnya. tanaman ini biasanya ditanam di pekarangan dan digunakan sebagai tanaman makam, ini yang membuat bunga kamboja membuat bulu kudu berdiri juka menciumnya. dikarenakan bunga ini banyak ditanam di pemakaman, dan membuat wanginya khas bau pemakaman http://www.tokobungacantik.com/2011/05/bunga-kamboja.html

Kemboja atau semboja merupakan sekelompok tumbuhan dalam marga Plumeria. Bentuknya berupa pohon kecil dengan daun jarang namun tebal. Bunganya yang harum sangat khas, dengan mahkota berwarna putih hingga merah keunguan, biasanya lima helai. Bunga dengan empat atau enam helai mahkota bunga oleh masyarakat tertentu dianggap memiliki kekuatan gaib. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah. Nama Plumeria diberikan untuk menghormati Charles Plumier (1646-1706), pakar botani asal Perancis. Walaupun berasal dari tempat yang jauh, kemboja sekarang merupakan pohon yang sangat populer di Pulau Bali karena ditanam di hampir setiap pura serta sudut kampung, dan memiliki fungsi penting dalam kebudayaan setempat. Di beberapa tempat di Nusantara, termasuk Malaya, kemboja ditanam di pekuburan sebagai tumbuhan peneduh dan penanda tempat. Kemboja dapat diperbanyak dengan mudah, melalui stek batang. Plumeria saat ini populer digunakan sebagai tanaman hias outdoor awalnya tanaman ini hanya digunakan sebagai tanaman kuburan.

.Klasifikasi tanaman

_________

__ Tanaman Kamboja (Plumeria Acuminate ) Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Apocynales Suku : Apocyanaceae Marga : Plumeria Jenis : Plumeria acuminate, W.T.Ait (Backer and Brink Jr, 1965 ; Tjitrosoepomo, 2000)

2.Nama daerah

Kamboja, Kamoja, Cempaka malja, Cempaka sabakul (Stenis, 1976). 3.Kandungan kimia Tanaman kamboja (Plumeria acuminate, W.T.Ait) mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol, dan asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat pahit beracun. Menurut Sastroamidjojo (!967). kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulitnya mengandung zat pahit beracun. Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar dan daun Plumeria acuminate, W.T.Ait mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fenetilalkohol dan linalool (Tampubolon, 1981). Kulit batang kamboja mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol (Dalimartha, 1999 ; Prihandono, 1996).

4.Morfologi Tanaman kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5-6 m, bengkok, dan mengandung getah. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman, dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar. Tumbuh di daerah dataran rendah 1700 m di atas permukaan laut. Rantingnya besar, daun berkelompok rapat pada ujung ranting, bertangkai panjang, memanjang berbentuk lanset, panjang daun 20-40 cm, lebar 6-12,5 cm, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, tulang daun menyirip. Bunga dalam malai rata, berkumpul diujung ranting, kelopak kecil, sisi dalam tanpa kelenjar, mahkota berbentuk corong, sisi dalam berambut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam agak kuning, putih atau merah, berbau harum. Tangkai putik pendek, tumpul, lebar, bakal buah 1 atau 2, saling berjauhan, berbentuk tabung gepeng memanjang, panjang 18-20 cm, lebar 1-2 cm, berbiji banyak, biji bersayap, tanpa kuncung rambut, ketika masih muda berwarna hijau, setelah tua hitam kecoklatan (Steenis, 1976; Dalimartha, 1999) Daftar Pustaka Syamsuhidayat, S. S., dan Hutapea, J. R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Departemen Kesehatan RI, Jakarta, page 452-453 Tampubolon, A.S., 1967, Obat Asli Indonesia, 214-215, Dian Rakjat, Jakarta Dalimartha, S., dr., 1999, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker, hal 62-63, Penebar Swadata, Jakarta. Backer, C.A., Backhuizen van den Brink, R.C., 1965, Flora of Java, Spermatophytes only, Volume I, N.V.P. Noordhoff, Gronigen, The Netherlands. Tjitrosoepomo, G., 2000, Morfologi Tumbuhan, cetakan ke 12, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Prihandono, I. W., 1996, Isolasi dan Uji Aktifitas Anti Bakteri Kandungan Daun Plumeria acuminate,.Ait beserta Profil Kromatografinya, Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
http://istanabenalu.blogspot.com/2009/10/kamboja-plumeria-acuminate.html

1. Nama Tanaman Kamboja, Kamoja, Cempaka malja, Cempaka sabakul (Stenis, 1976). 2. Klasifikasi Divisi : Subdivisi : Kelas : Bangsa : Suku : Marga : Jenis : Plumeria (Backer and Brink Jr, 1965 ; Tjitrosoepomo, 2000) tanaman Spermatophyta Angiospermae Dicotyledonae Apocynales Apocyanaceae Plumeria W.T.Ait

acuminate,

3. Uraian Tanaman Tanaman kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5-6 m, bengkok, dan mengandung getah. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman, dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar. Tumbuh di daerah dataran rendah 1700 m di atas permukaan laut. Rantingnya besar, daun berkelompok rapat pada ujung ranting, bertangkai panjang, memanjang berbentuk lanset, panjang daun 20-40 cm, lebar 6-12,5 cm, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, tulang daun menyirip. Bunga dalam malai rata, berkumpul diujung ranting, kelopak kecil, sisi dalam tanpa kelenjar, mahkota berbentuk corong, sisi dalam berambut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam agak kuning, putih atau merah, berbau harum. Tangkai putik pendek, tumpul, lebar, bakal buah 1 atau 2, saling berjauhan, berbentuk tabung gepeng memanjang, panjang 18-20 cm, lebar 1-2 cm, berbiji banyak, biji bersayap, tanpa kuncung rambut, ketika masih muda berwarna hijau, setelah tua hitam kecoklatan (Steenis, 1976; Dalimartha, 1999). 4. Kandungan Kimia Tanaman kamboja (Plumeria acuminate) mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol, dan asam serotinat, plumierid merupakan suatu zat pahit beracun. Menurut Sastroamidjojo (!967). Kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulitnya mengandung zat pahit beracun.

Menurut Syamsulhidayat dan Hutapea (1991) akar dan daun Plumeria acuminate, mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fenetilalkohol dan linalool (Tampubolon, 1981). Kulit batang kamboja mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol (Dalimartha, 1999 ; P
http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/kamboja-plumeria-acuminate.html

You might also like