You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Di zaman sekarang siapa yang tidak mengenal apa itu bank.

Bank merupakan suatu wadah untuk menghimpun dan menyalurkan dana bagi masyarakat. Bank mempunyai kegiatan seperti membuka jasa pembuatan tabungan, peminjaman dana secara kredit, dan transfer uang para nasabahnya. Dalam pembukaan suatu tabungan, biasanya bank akan memberikan suatu keuntungan bagi para nasabah yang dikenal dengan istilah bunga bank. Bunga bank memberikan berbagai kontroversi di kalangan para ulama-ulama islam yang tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia ( MUI). Para ulama ini berpendapat dan fatwa bahwa hukum bunga bank sama dengan hukum riba yaitu haram. Akan tetapi juga banyak pendapat bahwa bunga bank itu di halalkan. Untuk memperjelas apakah bunga bank itu sama dengan riba maka harus dilakukan suatu penelusuran dan pemaham mendalam dengan memperhatikan hukum-hukum islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadits dan juga Ijtima para ulama. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka ada beberapa permasalahan yang perlu kita bahas bersama, yaitu sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan bunga bank dan apa saja jenis-jenisnya?

b. Apa yang dimaksud dengan riba dan bagaimana pembagian riba tersebut dalam islam?
c. Bagaimanakah hukum bunga bank dalam pandangan Islam? d. Bagaimana pendapat para ulama dan pendapat pakar intelektual mengenai

bunga bank?

3.

Tujuan Penulisan a. Untuk mengetahui persamaan atau perbedaan bunga bank dengan riba. b. Untuk mengetahui hukum bunga bank dalam pandangan Islam.

BAB II PEMBAHASAN

1.Pengertian Bunga Bank dan Jenis-jenisnya Bunga bank dapat diartikan sebagai batas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebaga harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). 1) Jenis bunga yang didasarkan atas sifat bunga, yaitu :
Bunga Tetap (Fixed Interest) Dalam sistem ini, tingkat suku bunga akan

berubah selama periode tertentu sesuai kesepakatan. Jika tingkat suku bunga pasar (market interest rate) berubah (naik atau turun), bank akan tetap konsisten pada suku bunga yang telah ditetapkan. Lembaga pembiayaan yang menerapkan sistem bunga tetap menetapkan jangka waktu kredit antara 1-5 tahun. Keuntungan bagi anda adalah jika suku bunga pasar naik, anda tidak akan terbebani bunga tambahan. Sebaliknya jika suku bunga pasar turun dan selisihnya lumayan besar, maka ada baiknya anda mempertimbangkan untuk melakukan refinancing. anda mesti menyelesaikan kredit lebih cepat dan mengganti dengan kontrak baru yang berbunga rendah (Pinjaman Tunai).
Bunga Mengambang (Floating Interest) Dalam sistem ini, tingkat suku bunga

akan mengikuti naik-turunnya suku bunga pasar. Jika suku bunga pasar naik, maka bunga kredit anda juga akan ikut naik, demikian pula sebaliknya. Sistem bunga ini diterapkan untuk kredit jangka panjang, seperti kredit kepemilikan rumah, modal kerja, usaha dan investasi.

Bunga Flat (Flat Interest) Pada sistem bunga flat, jumlah pembayaran pokok

dan bunga kredit besarnya sama setiap bulan. Bunga flat biasanya diperuntukkan untuk kredit jangka pendek. contoh, kredit mobil, kredit motor dan kredit tanpa agunan.
Bunga Efektif (Effective Interest) Pada sistem ini, perhitungan beban bunga
1)

http://lailastudent.blogspot.com/2010/11/pengertian-bunga-bank.html , 15/11/2011

dihitung setiap akhir periode pembayaran angsuran berdasarkan saldo pokok. Beban bunga akan semakin menurun setiap bulan karena pokok utang juga berkurang seiring dengan cicilan. Jangan membandingkan sistem bunga flat dengan efektif hanya dari angkanya saja. Bunga flat 6% tidak sama dengan bunga efektif 6%. Besar bunga efektif biasanya 1,8-2 kali bunga flat. jadi, bunga flat 6% sama dengan bunga efektif 10,8%-12%.
Bunga Anuitas (Anuity Interest) Bunga anuitas boleh disetarakan dengan bunga

efektif. Bedanya, ada rumus anuitas yang bisa menetapkan besarnya cicilan sama secara terus-menerus sepanjang waktu kredit. jika tingkat bunga berubah, angsuran akan menyesuaikan. Dalam perhitungan anuitas, porsi bunga pada masa awal sangat besar sedangkan porsi angsuran pokok sangat kecil. Mendekati berakhirnya masa kredit, keadaan akan menjadi berbalik. porsi angsuran pokok akan sangat besar sedangkan porsi bunga menjadi lebih kecil.2) 2.Pengertian Riba

Pengertian riba dalam kamus bahasa Arab adalah kelebihan, penambahan, peningkatan atau surplus yaitu tambahan dari harta pokok atau modal. Kata riba juga telah mencakup kata usury dalam bahasa Inggris. Usury diartikan sebagai bunga yang terlalu tinggi atau berlebihan. Tetapi dalam kalangan sarjana Islam, riba dalam bahasa Arab berarti tambahan, walaupun sedikit, melebihi dari pada pokok pinjaman. Sedangkan definisi Riba Menurut Etimologi ilmu fiqih, riba artinya yaitu : Tambahan khusus yang dimiliki salah satu dari dua pihak yang terlibat tanpa ada

4
2)

http://kamissore.blogspot.com/2009/05/jenis-jenis-bunga-bank.html , 15/11/2011

imbalan tertentu. Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Riba secara Syariat, Penyerahan pergantian sesuatu dengan sesuatu yang lain yang tidak dapat terlihat wujud kesetaraannya menurut timbangan Syara ketika Aqad, atau disertai kelebihan pada akhir proses tukar menukar, atau hanya salah satunya.Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. Adapun pengertian tambah dalam konteks riba ialah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan syara, apakah tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah banyak, seperti yang diisyaratkan dalam Al-Quran.3) Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu riba hutang-piutang dan riba jual-beli. Riba hutang-piutang terbagi lagi menjadi Riba Qardh dan Riba Jahiliyyah. Sedangkan riba jual-beli terbagi atas Riba Fadhl dan Riba Nasiah. Macam-macam riba, yaitu: a. Riba Qardh
b. Riba Jahiliyyah

: Utang dengan syarat ada keuntungan bagi yang memberi : Utang yang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam : Pertukaran antarbarang sejenis dengan kadar atau takaran yang : Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang

tidak mampu membayar hutang tepat pada waktu yang telah ditentukan.
c. Riba Fadhl

berbeda.
d. Riba Nasiah

dipertukarkan dengan ribawi lainnya.4) Adapun jenis barang yang termasuk barang riba ada enam macam, yaitu emas, perak, gandum, syair kurma dan garam. Dalam hal ini Rasulullah Saw menyebutkannya dengan jelas dalam salah satu hadits yang diriwiyatkan oleh Muslim dari Ubadah Bin Shamit berkata: Rasulullah saw bersabda: Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma dan garam dengan

garam sebanding, sama dan tunai, tetapi jika berbeda jenis, maka juallah sesukamu apabila tunai dengan tunai.5)

3) 4)

Adapun alasan dari pengharamannya adalah, dikarenakan enam barang-barang Syarief, Salim. 2009. Hukum Bunga Bank/ Riba Dan Ancaman Bagi Penggunanya. http://kabarnet.wordpress.com/hukum-bunga-bank/ 15/11/2011 ini5)El-Marzoeq, Muhammad Bachtiar. 2010. Polemik Hukum Bunga Bank Dalam Islam. perak adalah dua unsur merupakan bahan pokok kebutuhan manusia. Emas dan http://mochbachtiar.blogspot.com/2010/07/polemik-hukum-bunga-bank-dalam-islam.html. 15/11/2011 yang sangat asas dalam uang dan alat transaksi dalam jual beli. Adapun empat unsur yang lainnya adalah unsur-unsur pokok makanan sebagai penopang kelanjutan hidup manusia. Apabila terjadi riba pada keenam jenis ini maka akan menyebabkan mudharat bagi kehidupan manusia, oleh karena itu syari`at melarangnya demi memelihara kemaslahatan manusia. 3.Hukum Bunga Bank Dalam Islam Ada sejumlah ayat al-Quran dan beberapa sunnah nabi yang membicarakan riba. Tetapi ayat-ayat al-Quran tersebut, hanya membicarakan riba yang berhubungan dengan pinjam-meminjam. Sementara riba jual beli dibahas dalam sunah nabi. Ayat-ayat al-Quran, yang umumnya dicatat ulama, ketika berbicara tentang riba yaitu Al-Baqarah ayat 278-279, Al-Imran ayat 130-131, An-Nisa ayat 160-161, dan Ar-Rum ayat 39. Dengan memperhatikan ayat-ayat tersebut di atas, ada ayat yang secara tegas mengharamkan riba. Ada juga yang memang tegas melarang, tapi masih berupa gambaran umum dan belum mencakup keseluruhan. Dilihat dari turunnya ayat, ternyata tidak cuma hanya satu ayat yang turun menjelaskan tentang haramnya perbuatan riba. Dengan kata lain, dalam mengobati penyakit social, al-Quran menggunakan cara yang berangsur-angsur. Seperti pelarangan dalam riba, al-Quran tidak langsung mengatakan hukumnya haram, tetapi menggunakan teori bertahap dan berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Menurut para mufasir dan fuqaha, ayat yang pertama diturunkan adalah surah arRum ayat 39 yang menerangkan bahwa bagi allah orang itu sebenarnya tidak melipatgandakan hartanya dengan jalan riba, melainkan dengan jalan zakat yang dikeluarkan karena Allah semata-mata.6) Pada ayat ini terlihat bahwa Al-Quran belum

Al-Mbubrahan, Diman. 2011. Bunga Bank. http://mbahdiman.blogspot.com/2011/05/bunga-bank.html. 15/11/2011

6
6

) Zuhdi, Masjfuk. 1997. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Midas Surya Grafindo. Hlm 104.

mengharamkan riba secara tegas. Tetapi hanya memberi penjelasan, bahwa Allah membenci memberikan sesuatu kepada orang lain dengan harapan untuk mendapat tambahan atau kelebihan dan perlu dicatat, bahwa ayat ini merupaka ayat yang diturunkan di mekkah. Tahapan kedua adalah ayat yang diturunkan di Madinah, yaitu diambil dari surat an-Nisa ayat 160-161,


(An-Nisa: 160-161) Artinya: Maka disebabkan kedzaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas

mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang dari padanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa
.(yang pedih7

Pada ayat ini, Allah memberi cerita orang-orang yahudi yang telah mengambil riba dari orang lain dan memakannya dengan keyakinan, bahwa riba dihalalkan bagi mereka. Padahal Allah telah mengharamkannya. Ayat ini pun belum memberikan penjelasan secara tegas memberikan larangan riba kepada orang Islam. Melainkan masih bersifat pemberitaan gambaran kejahatan orang-orang Yahudi. Tahapan berikutnya, dalam surat al-Imran ayat 130-131, masih sama dengan yang ayat sebelumya yang diturunkan di madinah. Dari ayat ini terlihat jelas tentang pengharaman riba, namun masih bersifat parsial, belum secara menyeluruh. Sebab pengharaman riba pada ayat ini baru pada riba yang berlipat ganda (adh'afan mudha'afah) dan sangat memberatkan bagi sepeminjam, disejajarkan dengan larangan melakukan shalat bagi orang yang sedang mabuk.

7) Anonim. 2010. Sistem Nilai Ekonomi Islam. http://www.suryapost.com/2010/12/Sistem-nilai-ekonomiturunnya ayat ini, khusus ayat 278, menurut ulama secara umum, menjadi dasar islam.html. 15/11/2011

Tahapan keempat yaitu terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 275-279. Dengan

pengharaman semua bentuk riba, baik sedikit maupun banyak. Diharamkannya riba di sini sama dengan haramnya minum khamar yang pada akhirnya dilarang secara tegas dan jelas. Dan dalam ayat itu dapat dipakai dalil oleh ulama yang mengharamkan riba secara mutlak, artinya sedikit atau banyak sama saja tetap haram Selain itu menurut ada beberapa hadist yang membicarakan riba, antara lain yaitu: Pertama, Nabi bersabda: emas dengan emas sebanding, perak dengan perak sebanding, korma dengan korma sebanding, garam dengan garam sebanding, gandum dengan gandum sebanding, barang siapa yang meanambah dan meminta tambahan, maka sesungguhnya dia melakukan riba, juallah emas dengan perak terserah kepadamu dengan kontan dan juallah gandum dengan korma terserah kepada mu dengan kontan dan juallah sha'r dengan korma terserah kepada mu dengan kontan. Hadist lain mengenai sabda nabi yang mengatakan: emas dengan emas perak dengan perak, gandum dengan gandum, sha'r dengan sha'r, korma dengan korma, dan garam dengan garam, sebanding sama dan juga harus kontan. Karena itu, apabila jenis ini berbeda, maka juallah sekehendakmu asalkan kontan. (HR.Muslim). Bahwa nabi Muhammad saw memperkerjakan seorang di daerah khaibar, kemudian orang datang kepada beliau membawa kurma yang baik, lalu beliau bertanya "apa semua korma khaibar seperti ini? Orang itu menjawab tidak, demi Allah wahai Rasulullah, kami mengambil (menukar) satu sha dari jenis ini dengan dua sha jenis yang lain. Lalu Rasulullah bersabda; janganlah berbuat begitu, juallah kurma yang jelek dengan dirham, kemudian belilah kurma dengan dirhamn itu. (HR. Bukhari dan Muslim). Sedangkan menurut Muhammad Ali al-Shaubuni, bahwa semua bentuk riba hukumnya haram. Beliau membantah terhadap orang yang berpendapat bahwa riba hanya terdapat pada perlipatan ganda; pertama, lipat ganda bukanlah sebuah syarat dan bukan juga Qayyid. Tujuan dari ungkapan ini, hanya mengungkapkan tentang betapa

banyak jumlah orang arab pra-islam yang melakukan praktek riba semacam ini. Kedua, kaum muslim sudah sepakat (ijma) tentang pengharaman riba, baik sedikit ataupun banyak suatu preventif harus diusahakan jauh-jauh sebelumnya. Ketiga, ayatayat yang melarang riba tidak membedakan antara sedikit dengan banyak. Untuk menguatkan pendapat ini, ash-Shaubuni menulis ayat-ayat yang melarang riba dalam surat al- Baqarah dan al-Imran. Kemudian ditambah dengan hadis nabi yang diriwayatkan dari jabir bahwa "akan dilaknat orang-orang yang memakan, memberi, penulis dan sanksi dalam riba, dan mereka semua itu mempunyai hukuman atau status yang sama." Setelah menyimpulkan beberapa kajian ini, ash-Shabuni menulis rahasia pengharaman riba yang menurutnya minimal ada tiga yaitu bagi diri sendiri, bagi masyarakat dan pemborosan, hitungannya dengan rahasia pertama, bagi diri sendiri, menurut al-Shaubuni, bahwa dengan riba akan membuat orang mempuyai sifat individualis, yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan kepentingan orang lain. dengan riba seseorang hanya senantiasa berpikir apa yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, tanpa berpikir apakah hal itu merugikan orang lain atau tidak. Hubungannya dengan efek negatif kepada masyarakat yang ada di sekeliling pelaku riba, bahwa dengan melakukan riba, akan memunculkan kebencian dan permusuhan sebaliknya sifat saling tolong menolong dan cinta mencintai atau sayang menyayangi akan musnah. Sementara agama sendiri senantiasa menganjurkan untuk senantiasa saling tolong menolong dan sayang menyayangi antara sesama manusia. Dengan demikian, efek negatif melakukan riba di dalam kehidupan masyarakat benarbenar bertentangan dengan tuntunan agama. Sejalan dengan itu, pelaku riba ini menurut ash-Shaubuni, juga akan mempunyai sifat pemborosan, sebuah sifat yang jelas-jelas dilarang oleh agama. Sebab itu sudah menjadi kebiasaan, kalau seseorang mendapatkan harta dengan jalan yang mudah, biasanya akan sangat mudah juga menghambur-hamburkannya, yang berarti akan menumbuhkan sifat pemboros.

Pengharaman perilaku riba ekonomi yang mengandung muatan riba muncul sebagai konsekuensi dari kasus yang dipraktekkan masyarakat arab pra-Islam (jahilliayah) yang berakibat adanya penindasan sehingga muncul riba jahiliyah. Setelah mencatat beberapa riwayat yang menceritakan perilaku bangsa arab praislam, ash-Shaubuni mengatakan bahwa praktek riba yang diaklukan pra-Islam adalah adh'afan mudha'fah. Namun yang mengharamkan riba bukan karena unsur itu, melainkan lebih karena adanya unsur penganiayan (dhulum). Hal ini dipertegas dengan surah al- Baqarah ayat 279: Kalau kamu bertobat, maka bagi kamu pokok modal, dan janganlah menganiaya dan mau dianiaya).

4. Pendapat Para Ulama Dan Pendapat Pakar Intelektual Mengenai Bunga Bank A.Pendapat Para Ulama Pada garis besarnya para ulama terbagi menjadi tiga bagian (tiga golongan) dalam menghadapi bunga perbankan ini, yaitu kelompok yang mengharamkan, kelompok yang menganggap subhat (samar) dan kelompok menganggap halal. 1. Pendapat yang Mengharamkan Bunga Bank Muhammad abu zahrah, abul ala al-maududi, muhammad abdul al-arobi, dan muhammad neja tulloh siddiqi adalah kelompok yeng mengharamkan bunga bank, baik yang mengambilnya maupun .,yang mengeluarkannya. Alasan-alasan bunga diharamkan menurut muhammad Neta-Jullah Siddiqi adalah sebagai berikut :
a. Bunga bersifat menindas (dolim) yang menyangkut pemerasan. Dalam

pinjaman konsumtif seharusnya yang lemah (kekurangan) di tolong oleh yang kuat (mampu) tetapi bunga bank pada awalnya orang lemah ditolong kemudian diharuskan membayar bunga, itu tidak ditolong, tetapi memeras. Hal ini dapat dikatakan bahwa yang kuat menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Dalam pinjaman produktif dianggap pinjaman tidak adil, mengingat bunga yang harus dibayar sudah

10

ditentukan dalam meminjam, sementara keuntungan dalam usaha belum pasti.8) b. Bunga memindahkan kekayaan dari orang miskin (lemah) kepada orang kaya (kuat) yang kemudian dapat menciptakan ketidakseimbanagan
8)

Al-Mbubrahan, Diman. 2011. Bunga Bank. http://mbahdiman.blogspot.com/2011/05/bunga-bank.html. 15/11/2011 dengan kehendak Allah yang menghendaki penyebaran pendapat

kekayaan. Ini bertentangan dengan kepentingan sosial dan berlawanan dan kekayaan yang adil. Islam menganjurkan kerja sama dan persaudaraan dan bunga bertentangan dengan itu.

c. Bunga dapat menciptakan kondisi manusia penganggur, yaitu para penanam modal dapat menerima setumpukan kekayaan dari bungabunga modalnya sehingga mereka tidak bekerja untuk menutupi kebutuhannya. Cara seperti ini berbahaya bagi masyarakat juga bagi pribadi orang tersebut. Muhammad abu zahrah menegaskan bahwa rente (bunga) bank termasuk Riba nasiah yang diharamkan dalam agama Islam oleh Allan dan Rasul-Nya. Anwar Iqbal Qureshi dalam buku Islam dan teori pembungaan uang , menegaskan bahwa beliau sepakat dengan pendapat Muhammad alFakhri yang menyatakan bahwa: a) Bunga pada dasarnya bertentangan dengan prinsip liberal Islam yang merupakan dasar pokok susunan masyarakat islam; b) Sangat salah suatu pandangan yang mengatakan bahwa Islam tidak melarang bunga biasa, tetapi hanya melarang bunga yang berlipat ganda. Sebetulnya dalam ajaran Islam setiap jenis bunga betapapun kecilnya dinyatakan terlarang; Sebagian masyarakat berpendapat bahwa bank menolong industri dan transaksitransaksi dagang sehingga pemungutan bunga diijiankan pendapat ini ternyata keliru, yang jelas bunga bank sama dengan bunga yang diambil oleh sahukar, yaitu seorang yahudi tua yang pekerjaannya memberikan pinjaman uang dan mengambil bunganya. Hal tersebut untuk mencoba membenarkan bahwa bunga bank bertentangan dengan

11

pandangan islam, maka kewajiban umat islam untuk mengemukakan perinsip-prinsip dasar ajaran islam yang berhubungan dengan hal itu dan bukan menyembunyikan kelemahan-kelemahan dengan cara membenarkan pengambilan bunga bank tersebut.9) 2. Pendapat yang Mensamarkan/Mensyubhatkan Bunga Bank Ulama Muhammadiyah dalam mutamar Tarjih di Sidoarjo Jawa Timur pada tahun 1968 memutuskan bahwa bunga bank yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para nasabahnya dan sebaliknya termasuk masalah musytabihat.
9) Masalah musytabihat 2011. Bunga Bank. http://mbahdiman.blogspot.com/2011/05/bungaAl-Mbubrahan, Diman. adalah perkara yang belum ditemukan kejelasan hukum halal

atau haramnya, sebab mengandung unsur-unsur yang mungkin dapat disimpulkan sebagai perkara yang haram. Namun, ditinjau dari lain, ada pula unsur-unsur lain yang meringankan keharamannya. Di pihak lain bunga masih termasuk riba sebab merupakan tambahan dari pinjaman pokok. Meskipun tidak terlalu besar, tetapi disisi lain bunga yang relatif kecil itu bukan merupakan keuntungan perorangan, melainkan keuntungan yang digunakan untuk kepentingan umum. Pertimbangan besar kecilnya bunga dan segi penggunaannya dirasakan agak meringankan sifat larangan riba yang unsur utamanya adalah pemerasan dari orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin meskipun bunga bank dianggap musytabihat tidak berarti umat Islam diberikan kebebasan untuk mengembangkan bunga. Nabi Saw. Memerintahkan umat Islam hati-hati terhadap perkara subhat dengan cara mejauhinya. 10) Menyimak pendapat Musthafa Ahmad al-zarqa dan ulama muhammadiyah di atas, kiranya dapat dipahami bahwa umat Islam diperbolehkan bermuamalah dengan bank negara karena bunga juga kecil dan penggunaan keuntungan dari bank tersebut untuk kepntingan umum. Permasalahnnya ialah bagaimana dengan bank swasta, apakah boleh bermuamalah dengannya atau tidak. Musthafa Ahmad al-zarqa dan ulama Muhammadiyah menekankan segi darurat dan suku bunga yang relatif kecil. Bermuamalah dengan bank suasta dibolehkan, karena keadaan darurat dan bank swasta bunganya relatif sama dengan bank negara, akan tetapi, apabila yang ditekankan segi pengunaan,umat islam tidak boleh bermuamalah dengan bank swasta

bank.html. 16/11/2011

12

sebab keuntungan dari bunga bank negara digunakan untuk kepentingan umum, sedangkan pengunaan keuntungan dari bank swasta adalah hanya orang-orang tertentu, yaitu para penanam modal (saham) dan para pekerjanya.

3. 10)Al-Mbubrahan, Diman. 2011. Bunga Bank. http://mbahdiman.blogspot.com/2011/05/bunga-bank.html. Pendapat yang Menghalalkan Bunga Bank
16/11/2011

Pendapat yang ketiga adalah pendapat yang menghalalkan pengambilan atau pembayaran bunga di bank yang ada dewasa ini, baik bank negara maupun bank swasta. Pendapat ini dipelopori oleh A.Hassan yang juga dikenal dengan Hasan Bandung, meskipun sudah bertahuntahun tingal di Pesantren Bangil (persis). Alasan yang digunakan adalah firman Allah Swt. Yang artinya: Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda (Aliimran: 130) Jadi, yang termasuk riba menurut A. Hassan adalah bunga yang berlipat ganda. Bila bunga hanya dua persen dari modal pinjaman itu, itu tidak berlipat ganda sehingga tidak termasuk riba yang diharamkan oleh agama Islam. Pendapat A. Hasan ini dibantah oleh fuad mohd. Fachruddin dalam bukunya yang berjudul riba dalam bank, koperasi, perseroan dan asuransi. Menurut fuad mohd. Fachruddin dalam surat al-imran ayat 130 dijelaskan riba yang berlipat ganda atau riba jahiliyah, sedangkan bunga tidak berlipat ganda. Hal ini tidak berarti bahwa bunga yang berlipat ganda itu boleh, adhafah mudhaafah adalah sebagai qayid, mafhum mukhalafah ditolak apa biala ada qayid yang mengatakan suatu kejadian. Jadi, adhafan mudhaafah adalah menjelaskan kejadian yang sedemikian hebatnya riba di Zaman Jahiliyah. 11) Namun bila dikaji secara seksama, hampir semua majelis fatwa ormas Islam paling berpengaruh di Indonesia, seperti Muhammadiyah dan NU telah membahas masalah riba. Majelis tarjih Muhammadiyah telah mengambil keputusan mengenai
13

hukum ekonomi/keuangan diluar zakat. dalam sidang majelis tarjih di Sidoarjo (1968) memutuskan bahwa riba hukumnya haram berdasarkan nash sharih (dalil tegas) AlQuran dan sunah; bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya halal. Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para nasabah atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk perkara syubhat (diragukan kehalalannya).12)
11) 12)

Utomo, Setiawan Budi. 2003. Fiqih Aktual: Jawaban Masalah Kotemporer. Jakarta: Gema Insani. Hlm 82-83 Utomo, Setiawan Budi. 2003. Fiqih Aktual: Jawaban Masalah Kotemporer. Jakarta: Gema Insani. Hlm 82-83

Sedangkan lajnah bahsul masail NU mengenai bank dan pembungaan uang,

meskipun ada perbedaan pandangan, memutuskan bahwa pilihan yang lebih berhatihati ialah pendapat yang menyatakan bahwa bunga bank adalah haram. Dan menyadari bahwa warga NU merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional dan dalam kehidupan sosial ekonomi, diperlukan adanya suatu lembaga keuangan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan keyakinan warga. Maka, lajnah memandang perlu mencari jalan keluar menentukan sistem perbangkan yang sesuai dengan hukum islam, yakni bank tanpa bunga. Munas mengamanatkan kepada PBNU agar membentuk suatu tim pengawas dalam bidang syariah, sehingga dapat menjamin keseluruhan operasional bank NU tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah muamalah islam. Para ulama besar dunia yang terhimpun dalam lembaga kajian islam dunia (LKID) telah memutuskan hukum yang tegas terhadap bunga bank. Dalam konferensi II LKID yang diselenggarakan di Universitas Al-Azhar, Kairo, muharam (1385) hijriah/mei (1965) masehi, dditetapkan bahwa tidak ada sedikitpun keraguan atas keharaman praktik pembungaan uang seperti yang dilakukan bank-bank konvensional.13) 4. Pendapat Intelektual dan Ulama Modernis Di antara pekerjaan yang dikelola bank, maka yang menjadi topik permasalahan dalam Fikih Islam adalah soal bunga (rente) bank. Sebab, secara umum tujuan usaha bank adalah untuk memperoleh keuntungan dari perdagangan kredit. Bank memberikan kredit kepada orang luar dengan memungut bunga melalui

14

pembayaran kredit (yang jumlahnya lebih besar dari besarnya kredit). Selisih pembayaran yang biasanya disebut bunga, itulah yang menjadi keuntungan usaha bank. 14)

Ismail. 2007. Bunga Bank Adalah Riba. http://investasisyariah.wordpress.com/2007/05/09/hukum-bunga-bank/ 16/11/2011 yang berbeda-beda, tergantung Bank Adalah Riba.pandang mereka. Ada segolongan 14) Yusanto, Muhammad Ismail. 2007. Bunga dari sudut http://investasisyariah.wordpress.com/2007/05/09/hukum-bunga-bank/. 16/11/2011

13)

Dalam masalah ini, para intelektual dan ulama modernis mempunyai pendapat dari

mereka yang mengharamkannya karena bunga bank tersebut dipandang sebagai riba. Tetapi segolongan lainnya menghalalkannya. Ke dalam kubu pertama (yang mengharamkan bunga bank), tersebutlah Mahmud Abu Saud (Mantan Penasehat Bank Pakistan), berpendapat bahwa segala bentuk rente (bank) yang terkenal dalam sistem perekonomian sekarang ini adalah riba. Lalu kita juga mendengar pendapat Muhammad Abu Zahrah, Guru Besar Hukum Islam pada Fakultas Hukum Universitas Cairo yang memandang bahwa riba Nasiah sudah jelas keharamannya dalam Al Qur-aan. Akan tetapi banyak orang yang tertarik kepada sistem perekonomian orang Yahudi yang saat ini menguasai perekonomian dunia. Mereka memandang bahwa sistem riba itu kini bersifat darurat yang tidak mungkin dapat dielakkan. Lantas mereka menawilkan dan membahas makna riba. Padahal sudah jelas bahwa makna riba itu adalah riba yang dilakukan oleh semua bank yang ada dewasa ini, dan tidak ada keraguan lagi tentang keharamannya. Buya Hamka secara sederhana memberikan batasan bahwa arti riba adalah tambahan. Maka, apakah ia tambahan lipat-ganda, atau tambahan 10 menjadi 11, atau tambahan 6% atau tambahan 10%, dan sebagainya, tidak dapat tidak tentulah terhitung riba juga. Oleh karena itu, susahlah buat tidak mengatakan bahwa meminjam uang dari bank dengan rente sekian adalah riba. (Dengan demikian) menyimpan dengan bunga sekian (deposito) artinya makan riba juga.15) Ke dalam kubu kedua (yang menghalalkan bunga bank), peminatnya kebanyakan berasal dari kalangan intelektual dan ulama modernis. Mereka memandang bahwa bunga bank yang berlaku sekarang ini dalam batas-batas yang wajar,

15)

.Yusanto, Muhammad Ismail. 2007. Bunga Bank Adalah Riba. http://investasisyariah.wordpress.com/2007/05/09/hukum-bunga-bank/ 16/11/2011

15

tidaklah dapat dipandang haram. Tersebutlah A. Hasan, salah seorang pemuka Persatuan Islam (Persis), yang mengemukakan bahwa riba yang sudah tentu haramnya itu ialah yang sifatnya berganda dan yang membawa menyebabkan) ia berganda. Menurut beliau, riba yang sedikit dan yang tidak membawa kepada berganda, maka itu boleh. Ia menambahkan bahwa riba yang tidak haram adalah riba yang tidak mahal (besar) dan yang berupa pinjaman untuk tujuan berdagang, bertani, berusaha, pertukangan dan sebagainya, yakni yang bersifat produktif. Drs Syarbini Harahap berpendapat bahwa bunga konsumtif yang dipungut oleh bank tidaklah sama dengan riba. Karena, menurutnya, di sana tidak terdapat unsur penganiayaan. Adapun jika bunga konsumtif itu dipungut oleh lintah darat, maka ia dapat dipandang sebagai. riba. Sebab, praktek tersebut memberikan kemungkinan adanya penganiayaan dan unsur pemerasan antarsesama warga masyarakat, mengingat bahwa lintah darat hanya mengejar keuntungan untuk dirinya sendiri. Adapun jika bunga tersebut dipungut dari orang yang meminjam untuk tujuan-tujuan yang produktif seperti untuk perniagaan, asalkan saja tidak ada dalam teknis pemungutan tersebut unsur paksaan atau pemerasan, maka tidaklah salah dan tidak ada keharaman padanya. Pernyataan Syarbini Harahap ini dalam perkembangan selanjutnya, ternyata sama nadanya dengan apa yang difatwakan NU via Abdurrahman wahid, atau lewat pernyataan Syafruddin Prawiranegara, Muhammad Hatta, Kasman Singodimejo, dan lain-lain. Bertolak dari alasan bahwa transaksi kredit merupakan kegiatan perdagangan dengan uang sebagai komoditi, Dawan Rahardjo, mengatakan bahwa kalau transaksi kredit dilakukan dengan prinsip perdagangan (tijarah), maka hal tersebut dihalalkan. Riba yang tingkat bunganya berlipat ganda dan diharamkan itu perlu digantikan dengan mekanisme perdagangan yang dihalalkan. 16) Berbagai pendapat dan fatwa yang berani tersebut dalam upaya menghalalkan riba dalam bentuk bunga bank telah melibatkan jutaan kaum Muslimin ke dalam ke-

16)

.Yusanto, Muhammad Ismail. 2007. Bunga Bank Adalah Riba. http://investasisyariah.wordpress.com/2007/05/09/hukum-bunga-bank/. 16/11/2011

16

giatan perbankan. Walaupun demikian masih terdapat jutaan lainnya yang membenci praktek dan menjauhi dari memakan harta riba. Kebencian mereka terhadap praktek riba tersebut sama halnya dengan kebencian mereka memakan daging babi. Oleh karena itu masih banyak kalangan kaum Muslimin yang tidak mau meminjam dan menyimpan uang di bank karena takut terlibat riba, walaupun di kalangan kaum Muslimin tidak banyak mengerti sejauh mana aspek hukum dan kegiatan perbankan, serta banyak pula di antara mereka yang bingung terhadap hukum yang sebenarnya tentang riba (bunga) bank. Itulah fakta tentang keadaan umat Islam setelah umat ini diragukan dan dikaburkan pengertian mereka terhadap riba (bunga) bank.17) Sedangkan untuk contoh riba dalam hal jual beli yaitu contoh jual beli inah, ialah si A perlu uang untuk suatu keperluan. Si B mau menjual sepedahnya kepada si A seharga Rp 120.000,- dengan jangka waktu pembayaran setahun kemudian si A menjual sepedanya itu kepada si B dengan harga Rp 100.000,- dengan harga tunai, disini ada selisih harga sebanyak Rp20.000,- yang pada hakikatnya adalah Riba Nasiah. Sebab transaksi diatas secara formal memang transaksi jual beli, tetapi pada hakikatnya bukan jual beli, karena cara tersebut ditempuh adalah sekedar untuk menghindari transaksi utang-piutang dengan riba: jadi disini ada unsure hilah atau reka-rekaan saja.18)

17)

.Yusanto, Muhammad Ismail. 2007. Bunga Bank Adalah Riba. http://investasisyariah.wordpress.com/2007/05/09/hukum-bunga-bank/ 16/11/2011 18) Basyir, Ahmad Azhar.1983. Hukum Islam tentang Riba, Utang Piutang, Gadai. Bandung:Al maarif . hlm 22-23

17

You might also like