You are on page 1of 21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Nyeri punggung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pingang bagian
bawah adalah hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi
pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang
sering di jumpai masyarakat.
Nyeri punggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis
kelamin. Sekitar 60-80 dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak
satu episode nyri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi
nyeri) PORDOSSI (persatuan dokter spesialis saraI Indonesia) melakukan penelitian
pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukan bahwa
kejadian nyeri pinggang bawah meliputi 18,37 di sluruh kasus nyeri yang ditangani.
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom/gejala, maka yang
terpenting adalah mengetahui Iaktor penyebabnya agar dapat di berikan pengobatan
yang tepat. Pada dasrnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraI tepi
daerah pinggang. Jepitan pada sraI ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan
jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang yang
sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.









DEFINISI
Hernia Nukleus Polposus (HNP) adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraI spinal
akibat dari herniasi dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral
(Barbara C.Long, 1996). HNP menimbulkan nyeri yang disebabkan oleh proses
patologik dikolumna vertebralis pada diskus invertebralis (diagnostic). (Harsono. 1996)
Luruhnya nukleus pulposus sehingga menonjol melalui anulus Iibrosus ke dalam
kanalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks saraI. Pria dan wanita memiliki
risiko yang sama dalam mengalami HNP, dengan awitan paling sering antara usia 30
dan 50 tahun. HNP merupakan penyebab paling umum kecacatan akibat kerja pada
mereka yang berusia di bawah 45 tahun. HNP menjadi salah satu dari kelainan yang
juga awalnya dirasakan nyeri pada areal sekitar pinggang.
HNP bisa terjadi oleh karena suatu trauma (jatuh, terbentur, gerakan yang tiba-
tiba cepat dan lainnya) atau oleh karena proses ketuaan membuat lapisan permukaan
ruas tulang belakang menjadi tergesek, mengakibatkan struktur mengandung sel gellatin
yang lentur dan kenyal itu (nucleus pulposus) mengalami cedera. Lapisan kolagen ini
bisa dibayangkan menyerupai bagian yang kenyal yang melapisi tulang belakang sapi.
Lama kelamaan bagian ini kemudian merembes membentuk tonjolan (protrusio) ke luar
dari ruang antar ruas tulang yang akhirnya menekan struktur yang berada di dekat
tonjolan tadi. Lebih sering kejadian rembesan atau tonjolan ini ke arah samping
belakang, dimana di bagian itu sebagai tempat keluarnya akar saraI yang berasal dari
batang saraI yang lebih besar (medulla spinalis) di dalam sumsum tulang belakang.
Terjadi pula pada kasus yang lebih jarang proses ini di susunan ruas tulang leher
(cervical). Bisa dibayangkan, semakin banyak lapisan kolagen yang merembes ke luar,
semakin tertekan saraI yang berjalan di sekitarnya dan semakin nyeri anggota gerak di
bagian bawah lokasi hernia yang dirasakan penderita.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis dengan
piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan pada
radiks atau cauda equina. HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraI spinal
akibat dari herniasi dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral.

Medula spinalis merupakan jaringan saraI berbentuk kolum vertical Yang terbentang
dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui Ioramen occipital magnum, masuk
kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraI
spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :
a) 8 pasang saraI cervical.
b) 12 pasang saraI thorakal.
c) 5 pasang saraI lumbal
d) 5 pasang saraI sacral
e) 1 pasang saraI cogsigeal
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu substansia
grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi kanalis
centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna
ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba
mengandung saraI myelin (akson). Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi
antar korpus vertebra yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi
kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan discus
intervertebralis menghubungkan korpus vertebra yang berdekatan Diantara korpus
vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat discus
intervertebralis. Discus discus ini membentuk sendi Iobrokartilago yang lentur antara
dua vertebra. Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok : nucleus pulposus di
tengah dan annulus Iibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas
dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis. Nucleus pulposus adalah
bagian tengah discus yang bersiIat semigetalin, nucleus ini mengandung berkas-berkas
kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting
dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.





HNP terbagi atas :
a) HNP sentral :HNP sentral akan menimbulkan paraparesis Ilasid, parestesia, dan
retensi urine
b) HNP lateral :Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah pantat dan
betis, belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan.
Kekuatan ekstensi jari kaki berkurang dan reIleks achiler negatiI. Pada HNP lateral
L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat,
tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki
berkurang dan reIleks patela negatiI. Sensibilitas ada dermatom yang sesuai dengan
radiks yang terkena menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai
yang lurus (straigh leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan
Ileksi di sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda
laseIue positiI). Valsava dab naIsinger akan memberikan hasil posistiI

ETIOLOGI
Punggung merupakan struktur yang terdiri atas tulang-tulang, otot, ligamen , tendon ,
dan diskus (suatu bantalan yang menyerupai tulang rawan, yang berIungsi sebagai
absorbent di antara dua tulang punggung). Nyeri punggung dapat berasal dari manapun
komponen tersebut, bahkan tak jarang ditemukan nyeri punggung tanpa penyebab
yang jelas. $train merupakan gangguan nyeri punggung yang terjadi karena otot dan
ligamen tertarik saat mengangkat benda berat, atau gerakan yang tiba-tiba. Otot
punggung yang mengejang (spasme) juga merupakan penyebab yang tak jarang terjadi.
Herniasi yang terjadi pada diskus merupakan permulaan awal suatu proses degenerasi.
Saat berusia 25 tahun diskus pada tulang belakang akan mengalami dehidrasi dan mulai
kehilangan elastisitasnya. Ini menyebabkan mudah cedera walau melakukan kerja

ringan dalam aktivitas sehari-hari. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah terjadinya
HNP lumbalis adalah Iaktor usia dimana makin bertambah usia risiko makin tinggi,
jenis kelamin dimana pada umumnya laki-laki lebih sering terkena dari pada
perempuan, dan riwayat cedera punggung atau pernah mengalami HNP sebelumnya.
Sedangkan Iaktor-Iaktor risiko yang masih dapat diubah misalnya :
Faktor pekerjaan dan aktivitas misalnya duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada
punggung, latihan Iisik yang terlalu berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti
supir, dan lain-lain.
a) Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan
yang berat dalam jangka waktu yang lama.
b) Merokok dimana nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
diskus untuk menyerap nutrient yang diperlukan dalam darah.
c) Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah
Protursi atau rupture nucleus didahului dengan perubahan degenerative yang terjadi
pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan
kandungan air nucleus polposus. Nucleus polposus ini dapat terjadi setelah trauma
seperti jatuh, kecelakaan, stress minor berulang seperti kesalahan mengangkat yang
menyebabkan cedera pada kartilago. HNP ini dapat disebabkan oleh Pembentukan
osteophyte, Spinal stenosis.
Gejala trauma segera bersiIat singkat dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus
yang tidak terlihat selama beberapa waktu. Kemudian pada degenerasi pada
diskus,kapsulnya mendorong kearah medulla spinalis atau mungkin rupture dan
memungkinkan nucleus polposus terdorong ke sakus dural atau ke saraI spinal saat
muncul dari kolumna spinal. Rangkaian nyeri yang diakibatkan tekanan di daerah
distribusi ujung saraI yang terkena. Rekanan terus menerus dapat menyebabkan
perubahan degenerative pada saraI yang terkena seperti perubahan sensasi dan kerja
reIlex.
ANIFESTASI KLINIS
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang
mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika

spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan
nyeri kedaerah tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersiIat
protektiI. Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal
(jarang) atau lumbal. ManiIestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan
perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri
punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh). Hal lain yang perlu
diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan
meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk,
bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
1. Henia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik
kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu,
ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terIikasi sehingga kadang-kadang
terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau
ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam
bokong dan tungkai. 'Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah
iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara reIleks mengambil sikap tertentu
untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal. Syndrom
Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri :
1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang
2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan reIleks
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
1. Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan
tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2. Tess NaIIziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3. Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positiI dan Tes Gowers dan Bragard
yang positiI.
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas
dan bawah. ReIleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus
ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.

2. Hernia servicalis
O Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)
O troIi di daerah biceps dan triceps
O ReIleks biceps yang menurun atau menghilang
O Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.
3. Hernia thorakalis
O Nyeri radikal
O Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis
O Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
Gambaran klinik berupa mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua
ekstremitas dan terjadi gangguan pada ekstremitas atas lebih ringan daripada
ekstremitas atas sedangkan daerah perianal tidak terganggu. Kehilangan control dari
anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.
PATOFISOLOGI
Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan di
antara tubuh vertebra. Materi yang keras dan Iibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul.
Bantalan seperti bola ini dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. Di dalam
herniasi diskus intervertebralis (ruptur diskus) nukleus dari diskus menonjol ke dalam
anulus (cincin Iibrosa sekitar diskus), dengan akibat kompresi saraI. Dasar terjadinya
HNP adalah proses degenerasi diskus invertebralis, oleh karenanya banyak terjadi pada
dekade 3 sampai 5. Pada beberapa tempat, serat-serat Iibroelastik terputus dan sebagian
rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus menerus sehingga
dalam analus Iiborus terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan
inIiltrasi ke dalam rongga rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa
penyusutan kadar air. Sehingga terjadi suatu keadaan dimana volume materi nukleus
pulposus berkurang dan volume rongga antar vertebra bertambah sehingga terjadi
penurunan tekanan intradiskal.
Pada tahap pertama sobeknya anulus Iibrosus itu bersiIat sirkumIerensial. Karena
adanya gaya traurnatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul
sobekan radial. pabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu
dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya

traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat,
dan sebagainya. Herniasi nukleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang
di atas atau di bawahnya. Bisa juga Herniasi langsung ke kanalis vertebralis. Herniasi
sebagian nukleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada Ioto rontgen
polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Sobekan sirkumIerensial dan radial pada
anulus Iibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus Schmorl
merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang
kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau
siatika. Herniasi nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang berada dalam
lapisan dura. Hal itu terjadi jika Herniasi berada di sisi lateral. Tidak akan ada radiks
yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2, dan terus ke
bawah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah
tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP, sisa
diskus intervertebral ini mengalami lisis, sehingga dua korpora vertebra bertumpang
tindih tanpa ganjalan. Sebagai kelanjutan dari proses tersebut, maka terjadilah beberapa
hal :
1. Penurunan tekanan intradiskal menyebabkan vertebra saling mendekat. Hal ini
mengakibatkan lepasnya ligamentum longinatudinale posterior dan anterior dari
perlekatannya dan bagian yang terlepas akan berlipat. Lipatan akan mengalami
Iibrosis dan disusul klasiIikasi sehinghga akan terbentuk osteosit
2. Pendekatan dua korpus vertebra akan mengakibatkan pendekatan kapsul sendi
artikulaso posterior sehingga timbul iritasi sinovial
3. Materi nukleus pulposus yang mengisi rongga-rongga dalam anulus Iibrosus
semakin mendekati lapisan luar dan akhirnya lapisan paling luar. Bila suatu
ketika terjadi tekanan intradiskal yang tiba-tiba meningkat , tekanan ini kan
mampu mendorong nukleus pulposus keluar. Hal ini merupakan awal terjadinya
HNP.


PATHWAY














PEERIKSAAN PENUN1ANG
1. Laboraturium meliputi darah rutin dan cairan cerebrospinal
2. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi
3. CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion.
4. MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra
serta herniasi.
5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan Iisik
sebelum pembedahan
6. ElektromyograIi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraI
spinal.
Terjadi sobek pada anulus Iibrosus
ktivitas sangat berat
volume materi nukleus pulposus berkurang dan volume rongga antar vertebra bertambah,
terjadi penurunan tekanan intradiskal
vertebra saling mendekat ligamentum longinatudinale posterior dan anterior lepas dari perlekatan
korpus vertebra mengakibatkan pendekatan kapsul sendi artikulaso posterior sehingga timbul iritasi
sinovial
nukleus pulposus mengisi rongga-rongga dalam anulus Iibrosus semakin mendekati
lapisan luar dan akhirnya lapisan paling luar
Nyeri
Kompresi saraI
Kerusakan
mobilitas Iisik

7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi


Lumbal Iunctur : untuk mengetahui kondisi inIeksi dan kondisi cairan serebro
spinal.

gambaran CT scan NHP Gambaran MRI HNP

PENATALAKSANAAN
Terapi konservatif
a) Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap yang baik yaitu sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam
sikap Ileksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh
memakai pegas/per dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang larus
dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanIaat untuk nyeri
punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat
ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu
yang lebih lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan /
dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi
Iungsi-Iungsi otot.
b) Medikamentosa
Symtomatik : nalgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison,
prednisolon), anti-inIlamasi non-steroid (INS) seperti piroksikan, antidepresan
trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
Kausal : Kolagenese

c) Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan
yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
Terapi operatif
Terapi operatiI dikerjakan apabila dengan tindakan konservatiI tidak
memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi deIisit neurologic.
Terapi operatiI tersebut seperti :
1. Pembedahan diskus
Dilakukan bila ada bukti berkelanjutan deIicit neurologic, nyeri terus menerus
dan skiatika yang tidak berespon terhadap penatalaksanaan konservatiI.
Tujuan tindakan pembedahan adalah mengurangi tekanan pada radiks saraI
untuk mengurangi nyeri dan mengubah deIicit neurologic. Pembedahan
dilakukan bergantung pada tipe herniasi diskus, morbiditas bedah dan seluruh
hasil pembedahan :
a. Disektomi : mengangkat Iragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intravertebral.
b. Laminektomi : mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada
kanalis spinalis.
c. Laminotomi : pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan : graIt tulang (dari Krista iliaka atau bank
tulang)untuk menyatukan dengan prosesus spinosus vertebra. Tujaun peleburan
spinal untuk menjembatani diskus deIektiI untuk menyetabilkan tulang belang.

3. Rehabilitasi : Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula. gar
tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-
hari (the activity oI daily living) . Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia,
inIeksi saluran kencing dan sebagainya).
A HERNIASI DISKUS INTERVERTEBRA SERVICALIS
Biasa terjadi disebabkan karena degenerative diskus dan spondilosis. C55-C6 dan C6-
C7 adalah yang biasa terjadi herniasi diskus servical. Nyeri terjadi nyeri dan kekakuan
dapat terjadi pada leher, bagian atas pundak dan daerah scapula.

Penatalaksanaan
Tujuan tindakan :pertama untuk mengistirahkan dan immobilisasi spinal servical
untuk memberikan kesempatan jaringan lunak untuk sembuh. Kedua,
menurunkan radang. Tirah baring penting dilakukan untuk menghilangkan stress
gravitasi dan servical bebas menyokong kepala.
a. Immobilisasi : servical diistirahatkan dan immobilisasi dengan
menggunakan kolar servical, treksi servical atau brace. Kolar
memungkinkan pembukaan Ioramina intervertebra maksimal dan
menahan kepala dalam posisi agak Ileksi atau netral.
b. Traksi : traksi servical yang disertai penyanggah kepala yang dikaitkan
pada katrol dan beban. Tindakan ini memisahkan vertebral dan juga
mengurangi tekanan pada saraI.
c. Meredakan nyeri.
d. Pembedahan
Komplikasi
Komplikasi meliputi : anterior : cedera arteri carotid atau arteri vertebral,
disIungsi saraI laringeus, perIorasi esophagus, dan obstruksi jalan naIas.
Posterior : kerusakan radiks saraI yang menebabkan kelemahan otot-otot yang
dipersaraIi radiks saraI dan medulla.
A Herniasi Diskus Lumbal
Lebih sering terjadi pada L4-L5 atau L5-S1. Herniasi diskus lumbal
menimbulkan nyeri punggung bawah disertai gangguan sensorik dan motorik.
Nyeri diperberat dengan kegiatan yang meningkatkan cairan intraspinal daqn
biasanya berkurang dengan tirah baring.
Penatalaksanaan
Tujuan adalah untuk mengurangi nyeri, memperlambat perkembangan penyakit
dan meningkatkan kemampuan pasien. Tirah baring dengan kasur keras dan
pasien diizinkan menentukan posisi seperti semi Iowler dengan Ileksi sedang
panggul dan lutut untuk merilekskan otot punggung. Untuk turun dari tempat
tidur pasien dibaringkan pada satu posisi sambil mendorong pasien bangun
untuk posisi duduk. gen anti-inIlamasi dan kortikosteroid sistemik dapat
diberikan untuk mengatasi radang yang biasanya terjadi pada jaringan

penyokong dan saraI yang kena. Kompres lembab hangat dan masase untuk
membantu otot-otot yang menjadi rileks dan memberikan pengaruh sedative
pada pasien.
Tindakan pembedahan pada region lumbal meliputi eksisi diskus lumbal melalui
laminatomi posterolateral, disektomi perkutaneus dan teknik mikrodisektomi
baru. Teknik ini menggabungkan penggunaan operasi dengan mikroskop untuk
melihat potongan yang mengganggu dan menekan akar saraI dengan menyayat.
Disektomi perkutaneus merupakan merupakan pengobatan alternative pada
herniasi potongan intravertebral pada spinal lumbal tingkat L4-L5. Dengan
menyayat 2,5 cm di atas kepala iliaka. Selang, trokar atau kanul dimasukan
dengan bantuan sinar X melalui runag retroperitoneal untuk masuk ke dalam
ruang diskus. Kerugian prosedur ini meliputi kemungkinan kerusakan pada
lokasi struktur yang dilalui dalam pembedahan.
Komplikasi
Pasien yang mengalami prosedur pada satu tingkat dapat mengalami proses
degenerative tingkat kolumna vertebra lainnya. Radang arakhnoid dapat terjadi
setelah pembedahan. Sayatan dan potongan dapat meninggalkan perlekatan dan
jaringan parut disekitar saraI spinal. Pembedahan dapat menyebabkan cedera
saraI dan nyeri. Sindrom diskus gagal dapat menetap dan menyebabkan
ketidakmampuan.
ASUHAN KEPERAWATAN
. Pengkajian
1. Identitas
Umur, jenis kelamin, pekerjaan/aktivitas,
2. Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah.
P : Trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q : SiIat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena
api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersiIat
nyeri radikular atau nyeri acuan (reIerred Iain). Nyeri tadi bersiIat menetap, atau
hilang timbul, makin lama makin nyeri .

R : Letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga


letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat
nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun
tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-oabata yang ssedang diminum
seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T : SiIanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersiIat menetap, hilang
timbul, makin lama makin nyeri.
3. Riwayat Keperawatan
a. pakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis)
b. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri
punggung bawah
4. Status mental
Pada umumnya aklien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak
pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita menanyakan kemungkinan
adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (Iaktor-Iaktor stres)
5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
2. pemeriksaan jantung, paru-paru, dan perut.
b. Inspeksi
1. observasi pola pernapasan dan kekuatan batuk pasien
2. Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan
untuk evaluasi neurogenik. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur
paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
3. Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
4. Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak

5. Kemungkinan adanya atropi, Iaskulasi, pembengkakan, perubahan warna


kulit.
c. Palpasi dan perkusi
1. Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak membingungkan klien
2. Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa
nyeri.
3. Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau antero-posterior
4. Palpasi dana perkusi perut, distensi perut, kandung kencing penuh dll.
d. uskultasi
1. uskultasi paru-paru,, karena paralisis abdominal dan otot pernapasan yang
menyebabkan penurunan batuk dan membuatnya sulit untuk membersihkan
sekret bronkial dan Iaring.
e. Neuorologik
Pemeriksaan motorik
1. Meminta pasien untuk meregangkan jari-jari tangan, meremas tangan
pemeriksa, dan menggerakkan ibu jari kaki atau membalik kaki. Kekuatan
Ileksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari
lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak Ileksi dan ekstensi
dengan menahan gerakan.
2. tropi otot pada maleolus atau kaput Iibula dengan membandingkan kanan-
kiri.
3. Fakulasi (kontraksi involunter yang bersiIat halus) pada otot-otot tertentu.
Pemeriksan sensorik
1. Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat
ditentuakn pula radiks mana yang terganggu. Bisa dilakukan dengan
mencubit kulit atau menusuk kulit dengan ujung patahan lidi kapas, mulai
dari tingkat bahu dan berjalan turun ke kedua sisi ekstremitas. Pasien ditanya
apakan sensasi yang dirasakan.
pemeriksaan reIleks

1. ReIleks lutut/patela/hammer (klien berbaring duduk dengan tungkai


menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 reIleks negatiI.
2. ReIleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , lutut posisi Ileksi,
tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan
dalam posisi dorsoIleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada
HNP lateral 4-5 reIleks ini negatiI.
Pemeriksaan range oI movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktiI atau pasiI untuk memperkirakan derajat
nyeri, Iunctio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.

B Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri Iisik
2. Kerusakan mobilitas Iisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular
3. Inkontinensia urin total berhubungan dengan trauma atau penyakit yang
mempengaruhi saraI medulla spinalis
4. Inkontinensia usus berhubungan dengan kerusakan saraI motorik bawah
5. Camas berhubungan dengan krisis situasional dan perubahan status kesehatan

C NOC-NIC
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri Iisik
NOC : mengontrol nyeri (pain control)
Tujuan: tindakan seseorang untuk menontrol nyeri, setelah dilakukan tindakan
perawatan selama 2x24 jam klien mampu:
a. mengenali penyebab nyeri (dengan sering mendemontrasikan4)
b. menggunakan non-analgesik jika timbul (dengan sering mendemontrasikan
4)
c. menggunakan analgesik jika diperlukan (dengan sewaktu-waktu
mendemonstrasikan 3)

NIC: - menegemen nyeri (pain management)
- Mengkaji control analgesik pada klin (PC)

a. mengkaji nyeri secara komprehensiI meliputi lokasi, karakteristik, durasi,


Irekuensi, kualitas intensitas dan Iaktor-Iaktor yang menimbulkan nyeri.
b. Yakinkan bahwa klien menerima pengobatan analgesik sesegera.
c. Rekomendasiakan pemberian obat aspirin dan nonsteroid antiinIlamasi
d. Kaji klien dan keluarga untuk mencari dan menyediakan dukungan seperti
sumber-sumber yang ada untuk mengurangi nyeri.
e. Sediakan inIormasi nyeri meliputi penyebab, durasi dan antisipasi nyeri.
I. Control Iaktor lingkungan yang mempengaruhi ketidaknyamanan respon
klien seperti keadaan ruangan yang tidak nyaman, temperature yang terlalu
dingin atau panas, cahaya yang terlalu terang dan kebisingan)
g. Kurangi atau hilangkan Iaktor-Iaktor yang yang meningkatkan nyeri seperti
kelelahan, ketakutan)
h. jarkan menggunakan teknik non-Iarmakologikal (hypnosis, relaksasi,
membeyangkan sesuatu, terapi music, akupresur, pijatan dan terapi aktivitas)
sebelum setelah dan jika mungkin saat nyeri berlangsung
i. Evaluasi control nyeri selama pengkajian nyeri.

2. kerusakan mobilitas Iisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular
NOC: tingkat mobilitas (mobility level)
Tujuan : kemampuan berpindah sesuai tujuan, setelah dilakukan tindakan
perawatan selama 2x24 jam, klien mampu:
a. Menunjukkan posisi badan yang seimbang (mandiri dengan alat bantu 4).
b. mbulasi : berjalan (mandiri dengan alat bantu 4).
NIC:Positioning
O tempartkan pada matras terapeotik segera
O Immobilisasi segera
O Dukung active gerakan prange oI mation
O Jaga posisi dan integritas dari traksi
O Dukung posisi drainase urin sesegera
O Posisikan untuk membantu ventilasi sesegera

3. Inkontinensia urin total berhubungan dengan trauma atau penyakit yang


mempengaruhi saraI medulla spinalis
NOC: Kontinen urin
Tujuan : mampu mengontrol eliminasi urin, setelah dilakukan tindakan perawatan
selama 2x24 jam, klien mampu:
a. Mengenali keinginan untuk buang air kecil (dengan sering mendemontrasikan
4)
b. Tidak buang air kecil di celana atau kasur (dengan sering mendemontrasikan
4)
c. Mampu menjangkau toilet secara mandiri (dengan sering mendemontrasikan
4)

NIC: - perawatan pembatasan berkemih (urinary incontinence care)
- Pelatihan kebiasaan berkemih
- katerisasi berkemih
a. Kaji perkembangan atau pemeliharaan rasa keinginan untuk berkemih
b. Kurangi masukan cairan 2 atau 3 jam sebelum tidur
c. Buat interval jadwa ke toilet atas dasar pola pengosongan dan kebiasaan rutin
seperti setelah makan atau minum)
d. Buat jadwal ke toilet tidak kurang dari 2 jam.
e. Pasang kateter jika sesegera jika diperlukan

4. Inkontinensia usus berhubungan dengan kerusakan saraI motorik bawah
NOC: pembatasan buang air besar (bowl continence)
Tujuan : mampu mengontrol buang air besar, setelah dilakukan tindakan perawatan
selama 2x24 jam, klien mampu:
a. Memprediksi pengosongan perut (dengan sering mendemontrasikan4)
b. Keadekuatan spinkter untuk mengontrol devekasi (dengan sering
mendemontrasikan4)
c. Mampu menjangkau toilet secara mandirisebelum deIekasi (dengan sering
mendemontrasikan4)
NIC: - perawatan pembatasan buang air besar (bowel incontinence care)

- Pelatihan buang air besar (bowel training)


a. Instruksikan klian untuk mencatan pengeluaran Iekal sesegera
b. Cuci daerah perianal menggunakan sabun dan air setelah buang air besar.
c. Monitor keadekuatan pengosongan isi perut
d. Pasang alas jika diperlukan
e. Melaksanakan program bowel training
I. jukan waktu yang konsisten untuk deIekasi
g. Instruksikan klien untuk konsumsi serat dan
h. Catat masalah BB, rutinnya waktu BB dan penggunaan laksativ.

5. Camas berhubungan dengan krisis situasional dan perubahan status kesehatan
NOC: control cemas
Tujuan : tindakan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan persaan takut
dan tekanan dari sumber yang tidak diketahui, setelah dilakukan perawatan 2x24
jam, klien mampu:
a. Memonitor intensitas cemas (sering di demonstrasikan 4)
b. Menghilangkan penyebab-penyebab cemas (sering di demonstrasikan 4)
c. Menggunakan kopeing yang eIektiI (sering di demonstrasikan 4)
d. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi cemas (sering di
demonstrasikan 4)
NIC : Penurunan Kecemasan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien / keluarga
b. Kaji tingka kecemasan klien.
c. Tenangkan klien dan dengarkan keluhan klien dengan atensi
d. Jelaskan semua prosedur tindakan kepada klien setiap akan
e. Dampingi klien dan ajak berkomunikasi yang terapeutik
I. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
g. jarkan teknik relaksasi
h. Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yang membuat cemas.






















Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 1997. Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta.

Japardi, Iskandar. 2002. Radikulopati Thorakalis. Fakultas Kedokteran Bagian


Bedah Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1994/1/bedah iskandar20japardi43.pdI

You might also like