You are on page 1of 17

ASKEP TRAUMA KAPITIS RINGAN

A. Konsep Dasar Medik


I. DeIinisi
Trauma Capitis adalah cedera kepala yang menyebabkan kerusakan pada kulit
kepala, tulang tengkorak dan pada otak. (Brunner and Suddarth Medikal
Surgical Nursing).

II. Anatomi Fisiologi
Otak merupakan satu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh. Otak terdapat dalam rongga tengkorak
yang melindungi otak dari cedera.
Berdasarkan daerah atau lobusnya otak terbagi menjadi 4 lobus yaitu :
Irontalis (untuk berpikir) temporalis (menerima sensasi yang datang dari
telinga), parietalis (sensasi perabaan, perubahan temperatur) oksipitalis
(menerima sensasi dari mata).
Otak selain dilindungi oleh tengkorak juga dilindungi selaput yang
disebut munigen berupa jaringan serabut penghubung yang melindungi,
mendukung dan memelihara otak. Munigen terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1. Durameter
Membran luar yang liat, tebal, tidak elastis.Dura melekat erat dengan
permukaan dalam tengkorak oleh karena bila dura robek dan tidak segera
diperbaiki dengan sempurna maka akan timbul berbagai masalah. Dura
mempunyai aliran darah yang kaya. Bagian tengah dan posterior di suplay
oleh arteri munigen yang bercabang dari arteria karotis interna dan
menyuplay Iasa arterior arteria munigen yaitu cabang dari arteria
oksipitalis menyuplay darah ke Iasa posterior.
2. Araknoid
Merupakan bagian membran tengah bersiIat tipis, halus, elastis dan
menyerupai sarang laba-laba. Membran ini berwarna putih karena tidak
dialiri darah. Pada dinding araknoid terdapat pleksus khoroid yng
bertanggung jawab memproduksi cairan serebrospinal (CSS). Terdapat
juga membran araknoid villi yang mengabsorbsi CSS. Pada orang dewasa
normal CSS yang diproduksi 500 ml perhari, tetapi 150 ml diabsorbsi oleh
villi.

3. Piamater
Membran yang paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan
yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak dan sangat
kaya dengan pembuluh darah.
Otak merupakan organ kompleks yang dominasi cerebrum. Otak
merupakan struktur kembar yaitu lateral simetris dan terdiri dari 2 bagian
yang disebut hemisIerium.
Belahan kiri dari cerebrum berkaitan dengan sisi kanan tubuh dan
belahan kanan cerebrum berkaitan dengan sisi kiri tubuh.
Otak terbagi menjadi 3 bagian besar :
1. Cerebrum (otak besar)
Serebrum terdiri dari dua hemisIer dan empat lobus. Substansia grisea
terdapat pada bagian luar dinding serebrum dan substansia alba
menutupi dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya komposisi
substansia grisea yang terbentuk dari badan-badan sel saraI memenuhi
kortex serebri, nukleus dan basal gangglia. Substansia alba terdiri dari
sel-sel syaraI yang menghubungkan bagianbagian otak yang lain.
Sebagian besar hemisIer serebri (teleseIalon) tensi jaringan SSP. Area
inilah yang mengontrol Iungsi motorik tertinggi yaitu terhadap Iungsi
individu dan intelegensia.
2. Batang otak (trunkus serebri), terdiri dari :
O DienseIalon, bagian batang otak paling atas terdapat di antara
serebelum dan mesensepalon. Diensepalon berIungsi untuk
vasokontruktor (mengecilkan pembuluh darah), respiratory
(membantu proses pernapasan), mengontrol kegiatan reIlek dan
membantu pekerjaan jantung.
O MesenseIalon, berIungsi sebagai membantu pergerakan mata dan
mengangkat kelopak mata, memutar mata dan pusat pergerakan
mata.
O Pons varoli, sebagai penghubung antara kedua bagian serebellum
dan juga medula oblongata dengan serebellum pusat saraI nervus
trigeminus.
O Medula oblongata, bagian batang otak yang paling bawah yang
berIungsi untuk mengontrol pekerjaan jantung, mengecilkan
pembuluh darah, pusat pernapasan dan mengontrol kegiatan
reIleks.
O Serebelum
Terletak dalam Iosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater
yang menyerupai atap tenda yaitu tentoreum yang memisahkan
dari bagian posterior serebrum.
Semua aktivitas serebrum berada dibawah kesadaran Iungsi
utamanya adalah sebagai pusat reIleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tenus-tenus kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
O DienseIalon
Istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur-struktur
disekitar vertikel dan membentuk inti bagian dalam serebrum.
DienseIalon memproses rangsang sensorik dan membantu
memulai atau memodiIikasi reaksi tubuh terhadap rangsang-
rangsang tersebut.
DienseIalon dibagi menjadi 4 wilayah yaitu :
a. Talamus
BerIungsi sebagai pusat sensorik primitiI (dapat merasakan
nyeri, tekanan, rabaan getar dan suhu yang ekstrim secara
samar-samar).
Berperan penting dalam integrasi ekspresi motorik oleh
karena hubungan Iungsinya terhadap pusat motorik utama
dalam korteks motorik serebri, serebelum dan gangglia
basalis.
b. Hipotalamus
Letak dibawah talamus
Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari
sistem susunan saraI otonom periIer yang menyertai
ekspresi tingkah laku dan emosi.
Berperan penting dalam pengaturan hormon (hormon anti
diuretik dan okstoksin disintesis dalam nukleus yang
terletak dalam hipotalamus).
Pengaturan cairan tubuh dan susunan elektrolit, suhu tubuh,
Iungsi endokrin dari tingkah laku seksual dn reproduksi
normal dan ekspresi ketenangan atau kemarahan, lapar dan
haus.
c. Subtalamus
Merupakan nukleus ekstrapiramidal dienseIalon yang penting
Iungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada
subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang
disebut hemibalismus.
d. Epitalamus
Berupa pita sempit jaringan saraI yang membentuk atap
dienseIalon. Epitalamus berhubungan dengan sistem limbik
dan agaknya berperan pada beberapa dorongan emosi dasar
dan ingarasi inIormasi olIaktorius.

III. Etiologi
a. Kecelakaan lalu lintas/industri
b. Jatuh
c. Benturan benda tajam/ tumpul
d. Trauma pada saat kelahiran
e. Benturan dari objek yang bergerak (cedera akselerasi)
I. Benturan kepala pada benda padat yang tidak bergerak (cedera deselerasi)

IV. PatoIisiologi
- Trauma kapitis menyebabkan cedera pada kulit kepala, tulang kepala,
jaringan otak. Cedera otak bisa berasal dari trauma langsung dan trauma
tidak langsung pada kepala.
- Kerusakan neurologis langsung disebabkan oleh suatu benda atau serpihan
tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh suatu
kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak.
- Riwayat kerusakan yang disebabkan oleh beberapa hal tergantung pada
kekuatan yang menimpa.
Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan isi dalam tengkorak
yang keras, bergerak, dengan demikian memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan (counter coup)
karena ada benturan keras ke otak maka bagian ini dapat merobek dan
mengoyak jaringan, kerusakan diperhebat bila ada rotasi tengkorak.
Bagian otak yang paling keras mengalami kerusakan adalah bagian
anterior dari lobus Irontalis dan temporalis, bagian posterior lobus
oksipitalis dan bagian atas mesenceIalon.
EIek sekunder trauma yang menyebabkan perubahan neurologik berat
disebabkan oleh reaksi jaringan terhadap cedera. Setiap kali jaringan
mengalami cedera, responnya dapat mempengaruhi perubahan isi cairan
intrasel dan ekstrasel. Peningkatan suplay darah ke tempat cedera dan
mobilisasi sel-sel untuk memperbaiki kerusakan sel. Neuron dan sel-sel
Iungsional dalam otak tergantung dari suplay nutrien yang konstan dalam
bentuk glukosa dan O
2
dan sangat peka terhadap cedera metabolik apabila
suplay terhenti. Sebagai akibat cedera, sirkulasi otak dapat kehilangan
kemampuannya untuk mengatur volume darah yang tersedia,
menyebabkan iskemia pada beberapa tempat tertentu dalam otak.

V. ManiIestasi klinik
a. Luka/lecet pada kulit kepala yang paling sering terjadi, karena kulit kepala
terdiri dari banyak pembuluh darah dengan kemampuan yang kurang,
kebanyakan lukanya disertai dan bercampur dengan perdarahan
komplikasi utama yang terjadi pada kulit kepala adalah inIeksi.
b. Trauma Kapitis terdiri dari :
1) Trauma Kapitis Terbuka
Adalah suatu keadaan dimana tengkorak sudah Iraktur dan bagian
duramaternya terbuka dan tergores. Ada jenis Iraktur kepala terbuka
yang mengenai dasar tengkorak, yaitu Iraktur basis kranii yang
ditandai dengan :
a) Echymosis disekitar Os mastoideus
b) Hemotimpanum yaitu perdarahan yang keluar dari telinga.
c) Echymosis periorbital (black eyes) walaupun trauma tidak ada
pada mata.
d) Rinorrhea atau ottorhea


2) Trauma Kapitis Tertutup
a) Concussion/commotio/memar
Adalah banyak cedera yang mengakibatkan kerusakan Iungsi
neurologi tanpa terjadinya kerusakan struktur, untuk sementara
kehilangan kesadaran dalam beberapa menit atau 2-3 jam.
Fenomena ini memerlukan pengawasan dan orientasi secara
bertahap. Dapat juga disertai dengan pusing dan sakit kepala,
karakteristik gejala commotio, sakit kepala, pusing, lelah, amnesia
retrograde dan ketidakmampuan berkonsentrasi.
b) Contusio
Adalah cedera kepala yang termasuk didalamnya luka memar,
perdarahan dan edema. Keadaan ini lebih serius daripada
commotio serebri. Pasien dapat tidak sadar dalam waktu yang
tidak tentu (2-3 jam, atau bulanan). Amnesia retrograde lebih berat
dan jelas. Gejala neurologis, parese, cedera. connorio ini biasanya
dapat terlihat pada lobus Irontalis jika dilakukan lumbal Iunksi
maka liquor serebrospinal hemoragic.
c) Laceratio Cerebri (trauma kapitis berat)
Adanya sobekan pada jaringan otak karena tekanan atau Iraktur
dan luka tusukan. Dapat terjadi perdarahan, hematoma dan edema
cerebral. Akibat perdarahan dapat terjadi ketidaksadaran,
hemiplegi dan dilatasi pupil, cerebral laceratio diklasiIikasikan
berdasarkan lokasi benturan yaitu :
Coup, counter coup lesi tidak langsung terjadi pada tempat
pukulan melainkan terlihat pada bagian belakangnya.

VI. Tanda dan Gejala
a. Commotio Cerebri
- Tidak sadar selama kurang atau sama dengan 10 menit.
- Mual dan muntah
- Nyeri kepala (pusing)
- Nadi, suhu, TD menurun atau normal
b. Contosio Cerebri
- Tidak sadar lebih dari 10 menit
- Amnesia anterograde
- Mual dan muntah
- Penurunan tingkat kesadaran
- Gejala neurologi, seperti parese
- LP berdarah
c. Laserasio Serebri
- Jaringan robek akibat Iragmen taham
- Pingsan maupun tidak sadar selama berhari-hari/berbulan-bulan
- Kelumpuhan anggota gerak
- Kelumpuhan saraI otak

VII. Test Diagnostik
a. CT Scan (dengan atau tanpa kontras)
MengidentiIikasi adanya perdarahan, menentukan ukuran vertikel,
pergeseran jaringan otak
b. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
Sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontral
c. PET (Positron Emission Tomography) menunjukkan perubahan
aktivitas metabolisme otak.
d. Echoencephalograpi : melihat keberadaan dan berkembangnya
gelombang patologis.
e. Fungsi lumbal/listernograpi : dapat menduga kemungkinan adanya
perdarahan subarachnoid.
I. X-ray : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang, pergeseran
struktur dari garis tengah, adanya Irakmen tulang.
g. Cek elektrolit darah : untuk mengetahui ketidakseimbangan yang
berperan dalam peningkatan TIK.
h. Analisa Gas Darah : untuk mendeteksi jumlah ventilasi dan
oksigenisasi
i. EEG : untuk melihat aktiIitas dan hantaran listrik di otak
j. PneumoenchephalograIi dengan memasukkan udara ke dalam ruangan
otak apakah ada penyempitan.
k. Darah lengkap untuk mengetahui kekuatan hemoglobin dalam
mengikat O
2
.


VIII.Therapi / Pengelolaan Medik
Pengobatan yang diberikan pada pasien trauma kapitis :
1. Pengobatan konservatiI
- Bedrest total di RS
- Antikonvulsan (anti kejang)
- Diuretik
- Corticosteroid (mengurangi edema)
- Barbiturat (penenang)
- Antibiotik (mencegah inIeksi)
- Analgetik (mengurangi rasa takut).
2. Tindakan observatiI
- Observasi pernapasan
- Monitor tekanan intrakranial
- Monitor cairan elektrolit
- Monitor tanda-tanda vital
3. Tindakan operatiI bila ada indikasi

IX. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada pasien yang mengalami trauma
kapitis yaitu:
a. Shock disebabkan karena banyaknya darah yang hilang atau rasa sakit
hebat. Bila kehilangan lebih dari 50 darah dapat mengakibatkan
kematian.
b. Peningkatan tekanan intrakranial, terjadi pada edema cerebri dan
hematoma dalam tulang tengkorak.
c. Meningitis, terjadi bila ada luka di daerah otak yang ada hubungannya
dengan luar.
d. InIeksi/kejang, terjadi bila disertai luka pada anggota badan atau
adanya luka pada Iraktur tulang tengkorak.
e. Edema pulmonal akibat dari cedera pada otak yang menyebabkan
adanya peningkatan tekanan darah sistemik sebagai respon dari sistem
saraI simpatis pada peningkatan TIK. Peningkatan vasokontriksi
tubuh ini menyebabkan lebih banyak darah dialirkan ke paru-paru.
Perubahan permeabilitas pembuluh darah paru berperan dalam proses
memungkinkan cairan berpindah ke dalam alveolus.
. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola pemeliharaan kesehatan dan persepsi kesehatan.
O Riwayat trauma saat ini dan benturan yang terjadi secara tidak sengaja.
O Fraktur atau terlepasnya persendian.
O Gangguan penglihatan
O Kulit luka kepala/abrasi, perubahan warna (tanda-tanda trauma)
O Keluarnya cairan dari telinga dan hidung
O Gangguan kesadaran
O Demam, perubahan suhu tubuh
b. Pola nutrisi metabolik
O Mual, muntah
O Sulit menelan
c. Pola eliminasi
O Inkontinensia atau retensi kandung kemih.
d. Pola aktivitas
O Keadaan aktivitas : lemah, letih, lesu, kesadaran berubah, hemiparase,
kelemahan koordinasi otot-otot kejang
O Keadaan pernapasan: apnea, hyperventilasi, suara napas stridor, rochi,
wheezing.
e. Pola istirahat
O Pasien mengatakan intensitas sakit kepala yang tidak tetap dan lokasi
sakit kepala.
I. Pola persepsi sensori kognitiI
O Kehilangan kesadaran sementara.
O Pusing, pingsan
O Mati rasa pada ekstremitas
O Perubahan penglihatan: diplopia, tidak peka terhadap reIlek cahaya,
perubahan pupil, ketidakmampuan untuk melihat ke segala arah.
O Kehilangan rasa, bau, pendengaran dan selera
O Perubahan dalam kesadaran, koma.
O Perubahan status mental (perhatian, emosional, tingkah laku, ingatan,
konsentrasi).
O ajah tidak simetris
O Tidak ada reIlek tendon
O Tidak mampu mengkoordinir otot-otot dan gerakan, kelumpuhan pada
salah satu anggota gerak otot.
O Kehilangan indra perasa pada bagian tubuh.
O Kesulitan dalam memahami diri sendiri.
g. Pola persepsi dan konsep diri
O Adanya perubahan tingkah laku (halus dan dramatik).
O Kecemasan, lekas marah, mengingau, gelisah, bingung.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perIusi jaringan otak b.d peningkatan tekanan intrakranial.
b. Perubahan persepsi sensorik b.d penurunan tingkat kesadaran, kerusakan
lobus pariental, kerusakan nervus olIakttorius.
c. Kesulitan mobilitas Iisik b.d hemiplegia, hemiparese, kelemahanan.
d. Resiko tinggi injuri b.d adanya kejang, kebingungan dan kelemahan Iisik.
e. Gangguan dalam pertukaran gas b.d penumpukan sekresi, reIlek batuk
yang kurang.
I. Gangguan gambaran tubuh dan perubahan peran b.d kurang berIungsinya
proses berIikir, ketidakmampuan Iisik.
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang mampu
menelan
h. Tidak mampu merawat diri b.d kesulitan dalam mobilitas Iisik
i. Gangguan kognitiI kesulitan dalam komunikasi verbal b.d aphasia
j. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d trauma dan sakit kepala.
k. Kerusakan integritas kulit b.d kesulitan dalam mobilitas Iisik.
l. Perubahan pola eliminasi urine inkontinential atau retensi urine b.d
terganggunya saraI kontrol berkemih.

3. Perencanaan
a. Perubahan perIusi jaringan otak b.d peningkatan tekanan intrakranial.
Hasil yang diharapkan:
O Pasien tidak menunjukkan peningkatan TIK
O Terorientasi pada tempat, waktu dan respon
O Tidak ada gangguan tingkat kesadaran


Intervensi:
O Kaji status neurologi, tanda-tanda vital (tekanan darah meningkat,
suhu naik, pernapasan sesak, dan nadi) tiap 10-20 menit sesuai
indikasi.
R/: Mendeteksi dini perubahan yang terjadi sehingga dapat
mengantisipasinya.
O Temukan Iaktor penyebab utama adanya penurunan perIusi jaringan
dan potensial terjadi peningkatan TIK.
R/: Untuk menentukan asuhan keperawatan yang diberikan.
O Monitor suhu tubuh
R/: Panas tubuh yang tidak bisa diturunkan menunjukkan adanya
kerusakan hipotalamus atau panas karena peningkatan
metabolisme tubuh.
O Berikan posisi antitrendelenberg atau dengan meninggikan kepala
kurang lebih 30 derajat.
R/: Mencegah terjadinya peningkatan TIK
O Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat diuretik seperti
manitol, diamox
R/: Membantu mengurangi edema otak

b. Perubahan persepsi sensorik b.d penurunan tingkat kesadaran, kerusakan
lobus parientalis, kerusakan nervus olIaktorius.
Hasil yang diharapkan:
O Kesadaran pasien kembali normal
O Tidak terjadi peningkatan TIK
Intervensi:
O Observasi keadaan umum serta TTV
R/: Mengetahui keadaan umum pasien.
O Orientasikan pasien terhadap orang, tempat dan waktu.
R/: Melatih kemampuan pasien dalam mengenal waktu, tempat dan
lingkungan pasien.
O Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indra, misalnya: parIum
R/: Melatih kepekaan nervus olIaktorius.
O Kolaborasi medik untuk membatasi penggunaan sedativa
R/: Sedativa mempengaruhi tingkat kesadaran pasien.
c. Kesulitan mobilitas Iisik b.d hemiplegia, kelelahan
Hasil yang diharapkan:
O Pasien dapat mempertahankan mobilitas Iisik seperti yang tunjukkan
dengan tidak adanya kontraktur.
O Tidak terjadi peningkatan TIK
Intervensi:
O Lakukan latihan pasiI sedini mungkin
R/: Mempertahankan mobilitas sendi dan tonus otot.
O Beri Ioodboard/penyangga kaki
R/: Mempertahankan posisi ekstremitas
O Pertahankan posisi tangan, lengan, kaki dan tungkai
R/: Posisi ekstremitas yang kurang tepat akan terjadi dislokasi
O Kolaborasi Iisioterapi
R/: Tindakan Iisioterapi dapat mencegah kontraktur

d. Resiko tinggi injuri b.d adanya kejang, kebingungan.
Hasil yang diharapkan:
O Trauma Iisik tidak terjadi
O Terjaganya batas kesadaran Iungsi motorik
Intervensi:
O Jangan tinggalkan pasien sendiri saat kejang
R/: Secepatnya mengambil tindakan yang tepat dan menentukan
asuhan keperawatan
O Perhatikan lingkungan
R/: Cegah terjadinya trauma
O Longgarkan pakaian yang sempit terutama bagian leher.
R/: Memperlancar jalan napas.
O Tidak boleh diikat selama kejang.
R/: Mengurangi ketegangan
O Beri posisi yang tepat (kepala dimiringkan)
R/: Membantu pembukaan jalan napas.
O Gunakan bantal tipis di kepala
R/: Membantu mengurangi tekanan intrakranial
O Disorientasikan kembali keadaan pasien dan berikan istirahat pada
pasien.
R/: Melatih kemampuan berIikir, memelihara Iungsi mental dan
orientasi terhadap kenyataan.

e. Gangguan pertukaran gas b.d penumpukan sekresi, reIlek batuk yang
kurang.
Hasil yang diharapkan:
O Tidak ada gangguan jalan napas
O Lendir dapat batukkan/sekret dapat keluar.
O Pernapasan teratur.
Intervensi:
O Kaji pernapasan, suara napas, kecepatan irama, kedalaman,
penggunaan obat tambahan.
R/: Suara napas berkurang menunjukkan akumulasi sekret
O Catat karakteristik sputum (warna, jumlag, konsistensi)
R/: Pengeluaran sekret akan sulit jika kental
O Anjurkan minum 2500cc/hari.
R/: Mengencerkan lendir sehingga dapat dibatukkan
O Beri posisi Iowler
R/: Memaksimalkam ekspansi paru dan memudahkan bernapas
O Kolaborasi pemberian O
2
dan pengobatan/therapi
R/: Memenuhi kebutuhan O
2
dan pengeluaran sekret

I. Gangguan gambaran tubuh dan perubahan peran b.d kurang berIugsinya
proses berpikir
Hasil yang diharapkan:
O Membuat pernyataan tentang body image
O Mengekspresikan penerimaan body image
O Menggunakan sumber-sumber yang tersedia untuk mendapatkan
inIormasi dan dukungan.
Intervensi:
O Kaji persamaan dan persepsi pasien tentang kurang berIungsinya
proses berIikir dan ketidakmampuan mobilitas Iisik.
R/: Menentukan tindakan keperawatan yang tepat.
O Bantu pasien dalam mengekspresikan perasaan perubahan bod image
R/: Meningkatkan proses penerimaan diri.
O Dengarkan ungkapan pasien untuk menolak/menyangkal perubahan
body image.
R/: Mengurangi rasa keterasingan terhadap perubahan body image.
O Hargai pemecahan masalah yang konstruktiI untuk meningkatkan rasa
penerimaan diri.
R/: Memberikan dukungan untuk meningkatkan body image.

g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang mampu
menelan.
Hasil yang diharapkan:
O Berat badan normal
O Mengkonsumsi semua makanan yang disajikan.
O Terbebas dari malnutrisi.
Intervensi:
O Kaji kemampuan makan dan menelan.
R/: Membantu dalam menentukan jenis makanan dan mencegah
terjadinya aspirasi
O Dengarkan suara peristaltik usus
R/: Membantu menentukan respon dari pemberian makanan dan
adanya hiperperistaltik kemungkinan adanya komplikasi ileus.
O Berikan rasa nyaman saat makan, seperti posisi semi Iowler/Iowler.
R/: Mencegah adanya regurgitasi dan aspirasi
O Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan
hangat.
R/: Meningkatkan naIsu makan.
O Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin.
R/: Vitamin membantu meningkatkan naIsu makan dan mencegah
malnutrisi

h. Tidak mampu merawat diri b.d kesulitan dalam mobilitas Iisik dan
gangguan kognitiI.
Hasil yang diharapkan:
O Kebutuhan hygiene, nutrisi, eliminasi pasien terpenuhi.
O Pasien dapat merawat diri sesuai dengan kemampuan pasien.

Intervensi:
O Bantu perawatan diri pasien sesuai dengan kebutuhan pasien.
R/: Kebutuhan pasien akan pemenuhan perawatan diri terpenuhi.
O Kaji kemampuan pasien dalam merawat diri.
R/: Menentukan asuhan keperawatan yang tepat.
O Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri bila
sudah sembuh.

i. Kesulitan dalam komunikasi verbal b.d aphasia
Hasil yang diharapkan:
O Kemampuan komunikasi verbal b.d aphasia
Intervensi:
O Kaji kemampuan pasien dalam komunikasi verbal
R/: Menentukan askep yang tepat
O Beri kesempatan pada pasien untuk menngungkapkan kebutuhannya
R/: Agar pasien terpenuhi kebutuhannya.
O Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kebutuhannya dengan bahasa
isyarat.
R/: Kebutuhan pasien untuk berlatih bicara pendek dan singkat.
O Ajarkan pasien untuk berlatih bicara pendek dan singkat.
R/: Kalimat pendek dan singkat tidak membuat pasien lelah dan
bingung.

j. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d trauma sakit kepala.
Hasil yang diharapkan:
O Nyeri dapat berkurang sampai dengan hilang.
Intervensi:
O Kaji lokasi nyeri, intensitas dan keluhan pasien.
R/: Menentukan intervensi yang tepat
O Ajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam
R/: Ketegangan saraI yang mengendor akan mengurangi rasa nyeri.
O Beri posisi tidur dengan kepala tanpa bantal
R/: Tekanan intrakranial turun akan mengurangi rasa nyeri
O Kolaborasi medik untuk pemberian analgetik
R/: Analgetik meningkatkan ambang rasa nyeri.
k. Kerusakan integritas kulit b.d kesulitan dalam mobilitas Iisik
Hasil yang diharapkan:
O Tidak terjadi kerusakan kulit, dekubitus.
Intervensi:
O Kaji keadaan kulit pasien.
R/: Menentukan askep yang tepat.
O Beri posisi tidur miring kiri-terlentang kanan tiap 2 jam.
R/: Penekanan yang terlalu lama pada salah satu lokasi kulit akan
menimbulkan nekrose
O Lakukan massage pada lokasi kulit yang terjadi penekanan
R/: Meningkatkan sirkulasi darah
O Jaga alat tenun tempat tidur pasuen kering dan tidak terlipat.
R/: Kain basah dan berlipat akan menimbulkan kerusakan pada kulit.

l. Perubahan pola eliminasi urine : inkontinensia atau retensi urine b.d
terganggunya saraI kontrol.
Hasil yang diharapkan:
O Pasien dapat mengontrol pengeluaran urine
Intervensi:
O Kaji pola berkemih
R/: Menentukan tindakan
O Catat intake dan output
R/: Mengetahui balance cairan
O Pasang kateter kondom
R/: Mencegah inIeksi

. Discharge Planning
a. Jelaskan pentingnya istirahat
b. Segera bawa ke rumah sakit bila ada keluhan
c. Minum obat secara teratur sesuai program medik
d. Libatkan keluarga dalam perawatan untuk cegah komplikasi.










DAFTAR PUSTAKA


Brunner and Suddarth (2000). Text book oI Medical Surgical Nursing, alih bahasa:
Agung aluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 2.
Jakarta :EGC.

http://www.medicastore.com/med/detailpyk.php?id&iddtl654&idktg3&idobat
&UI

Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management oI Clinical Problem. FiIth Edition Mosby.

Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept oI Disease
Process. Alih bahasa: Peter Anugerah, PatoIisiologi: Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4 vol. 2. Jakarta :EGC.

Sjamsuhidajat, R. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :EGC.

Mansjoer, AriI (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius.

You might also like