You are on page 1of 6

PIJAKAN ANYAR JAMUR TIRAM Januari 23, 2008, 2:53 am Filed under: Teknik Budidaya Jamur Tiram Truk

pengangkut jerami padi itu berhenti di depan kumbung jamur. Seorang pekerja bergegas mengangkat dan mencelupkan jerami ke drum berisi air panas. Lima detik kemudian, ia mengangkat jerami dan menebarkan di atas jaring kawat. Setelah tir is, ia menambahkan 300 g dedak dan 40 g kapur pada 2 kg batang padi kering itu y ang dimasukkan ke dalam plastik ukuran 5 kg. Jerami padi itu lazim dimanfaatkan sebagai media tumbuh jamur merang Volvariella volvacea. Namun, Adi Yuwono, pekebun di Ciwidey, Kabupaten Bandung, menggunakan nya sebagai media jamur tiram. Merang itu pengganti serbuk gergaji kayu, kata Adi Yuwono. Penggunaan media itu memang kontras. Sebagai jamur kayu, tiram biasanya tumbuh di atas media serbuk gergaji kayu tert entu. Ide menggunakan jerami untuk media tanam tiram terlintas ketika Adi pulang kerja melalui Soreang-Ciwidey.Di sana memang terdapat tumpukan jerami. Sarjana Pertanian alumnus Universitas Islam Nusantara itu yakin merang kaya serat dan se lulosa seperti serbuk kayu. Ia menguji coba media tanam baru itu dengan menanam bi bit tiram di 100 baglog jerami. Hasilnya? Total produksi sebuah baglog berbobot 1,2 kg itu mencapai 275 g. Baglog itu berproduksi selama 6 bulan. Itu berarti pr oduktivitas tiram bermedia jerami sama dengan tiram bermedia serbuk gergaji. Tingkatkan laba Selain memanfaatkan jerami baru, pekebun juga dapat menggunakan media bekas pena naman jamur merang. Caranya dengan menebar media itu di atas permukaan lantai un tuk mengurangi kadar air. Kadar air berlebihan memicu tumbuhnya cendawan patogen . Setelah itu Adi menambahkan 15-25% serbuk gergaji dari total jumlah kompos, 2, 5% bekatul, 1-1,5% kalsium karbonat atau kapur, 0,5% gips, dan 0,25% pupuk TS. P emanfaatan limbah jamur merang sebagai media jamur tiram itu menghasilkan produksi tinggi, 121 g/baglog. Selain produktivitas tinggi, kelebihan penggunaan jerami antara lain diperoleh t anpa membayar sepeser pun. Sebab, jerami merupakan limbah yang biasanya teronggo k di tepi sawah. Makanya, biaya yang dikeluarkan hanya ongkos pengangkutan yang sama dengan pengangkutan serbuk gergaji. Hasilnya, Bisa menghemat 50% biaya produ ksi, kata ayah 2 anak itu. Jika media serbuk gergaji kayu membutuhkan biaya Rp700 /baglog, jerami padi hanya Rp350/baglog. Pengurangan biaya produksi sangat penting. Sebab, ada saatnya harga jual jamur t iram cenderung stagnan bahkan turun. Jika menjelang puasa dan lebaran jamur tira m mencapai Rp7.000-Rp8.000/kg; hari biasa harganya anjlok menjadi Rp5.000-Rp5.50 0. Media serbuk kayu komponen biaya tertinggi dalam produksi. Oleh karena itu, A di rajin mencari dan menoba berbagai media alternatif. Melalui pencarian literat ur di dunia maya, diketahui universitas di Korea Selatan telah menggunakan jeram i padi sebagai media oyster mushroom itu. Hasil percobaan membuktikan media mera ng meningkatkan 100% produktivitas dibanding media serbuk gergaji. Karena tertar ik, Adi langsung mengaplikasikannya. Pada saat yang sama, Adi juga membuat baglo g bermedia jerami berbentuk mirip baglog konvensional. Dua kilogram jerami dikomposkan terlebih dahulu selama tiga hari. Setelah itu di campur dedak 250 g, kapur 200 g, dan dipadatkan dalam plastik baglog. Sayang, pr oduktivitasnya hanya 121 g/baglog. Itu pun hanya bisa dipakai satu kali produksi

. Sudah begitu, jerami yang dipadatkan punya banyak kelemahan. Dari segi teknolo gi, butuh alat pengempa agar padat. Alatnya mirip pengempa batubara, berbeda deng an alat pengempa serbuk kayu, kata Adi. Di lain pihak, plastik yang digunakan mes ti tebal agar tidak cepat bocor akibat penekanan. Selain itu, penumpukan jerami saat pengomposan menyebabkan serangga mudah hinggap dan meletakkan telur. Akibat nya, pertumbuhan jamur terhambat dan produktivitasnya rendah. Kelemahan lain, te lat panen. Jika sistem konvensional pin head keluar setelah 15-17 hari dari masa inkubasi 30 hari. Jamur tiram dengan media jerami dipadatkan butuh waktu 30 har i pinhead keluar dari baglog. Banyak media Hasil penelusuran Trubus di dunia maya, penggunaan merang sebagai media jamur ti ram telah diteliti Ruihong Zhang dari Biological and Agricultural Engineering De partment, University of California, Amerika Serikat sejak 2001. Sejak itu, bermu nculan penelitian penggunaan berbagai media pengganti serbuk gergaji. Media lain seperti daun pisang, tongkol jagung, klobot jagung, dan gabah padi diteliti Obo dai Mcleland-Okine dari Food Research Institute, Ghana. Hasilnya, daun pisang, t ongkol jagung, klobot jagung, dan gabah padi dapat memproduksi jamur tiram 111,5 g, 87,8 g, 49,5 g, dan 23,3 g sekali produksi. Masing-masing bahan bisa digunak an 2-3 kali per baglog. Hasil itu memang kecil dibandingkan menggunakan serbuk gergaji yang mencapai 183 ,1 g dan jerami padi 151,8 g. Penyebabnya, jumlah lignoselulosa, lignin, dan ser at pada serbuk gergaji dan merang lebih tinggi. Media tiram lain diteliti E Peke r dari Faculty of Technical Education, Mugla University, Turki. Ia menggunakan m edia limbah kertas ditambah gambut, kotoran ayam, dan gabah. Campuran itu terbuk ti mempercepat pertumbuhan miselium, hanya 15,8 hari; serbuk gergaji mencapai 30 ,4 hari. Tudung pun diperoleh pada hari ke 21,4, dan sempurna setelah 25,6 hari dengan produktivitas 350,2 g. Menurut E Peker, besarnya tudung dan kecepatan tum buh dipengaruhi tingginya nutrisi asal 20% gabah. Lain lagi hasil penelitian Rau l J. H. Castro-Gomez dari Biotechnology Prog, Universidade Estadual de Londrina, Brazil. Penggunaan ampas tebu sebagai media jamur dapat mempercepat pertumbuhan jamur dibandingkan media lain. Penyebabnya, ampas tebu mengandung veratil alkoh ol yang menstimulasi peningkatan tumbuh jamur. Tanpanya, produktivitas turun 50% dan waktu 30% lebih panjang. Hampir semua limbah pertanian berpotensi menjadi me dia jamur tiram, kata Adi Yuwono. Dengan begitu biaya produksi dapat ditekan dan melambungkan keuntungan petani. Sumber: Trubus, Desember 2007 TINGGALKAN SEBUAH KOMENTAR BUDIDAYA TANAMAN JAMUR TIRAM Januari 17, 2008, 6:52 am Filed under: Teknik Budidaya Jamur Tiram I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim a) Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dib awah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu. Jamur tiram tidak memerl ukan cahaya matahari yang banyak dan remang-remang, di tempat terlindung miseliu m jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya mat ahari berlimpah.b) Kelembaban ruangan optimal 90-96% yang harus dipertahankan dengan menyemprotkan air secara teratur.c) Suhu udara untuk pertumbuhan miseli a adalah 23-28 derajat C dan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah 13-15 derajat C . 1.2. Media Tanam Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lu bang atau garisan di kayu kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar mata hari atau listrik. Dalam budidaya modern, media tumbuh berupa kayu tiruan (log) yang dibuat dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa sumber kayu (gerga ji kayu, ampas tebu), sumber gula (tepung-tepungan), kapur, pupuk P dan air. 1.

3. Ketinggian Tempat Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidak lah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur. II. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 2.1. Pembibitan 2.1.1. Sumber Bibit a) Sumber alamiDipakai untuk medi a tradisional. Batang kayu yang telah ditumbuhi jamur dilembabkan, kemudian dira jang sepanjang 5-10 cm dan lebar 1-2 cm. Potongan disebarkan ke batang kayu lain yang dijadikan media tumbuh. b) SporaSpora terbentuk di tudung/payung bagian bawah. Tudung/payung yang berumur 3 hari dihancurkan di dalam air bersih. Cara penggunaan cairan ini ada 2 macam: (1) cairan ini dapat digunakan langsung sebag ai bibit; (2) cairan disiramkan ke media yang tersusun dari serbuk gergaji dan k ukusan jagung/padi. Setelah diinapkan beberapa hari, miselium akan tumbuh menyel imuti media dan siap digunakan. c) Biakan murniCara ini menghasilkan bibit ber kualitas. 1. Siapkan media Potato Dextrose Agar (PDA) yang terdiri atas ekstra kt kentang 1 liter (1 kg kentang digodog dengan 1 liter air, lalu disaring), gul a dekstrosa 20 gram, ekstrak ragi 5 gram (dapat diganti dengan 400 ml air ragi t etapi air kentang jadi 600 ml) dan agar-agar batang 20%. Media lain yang bahan m udah didapat terdiri atas 1/4 kg kentang, 1/4 kg bawang bombay, 1/4 kg aci, 1 se ndok makan gips dan 3 bungkus agar-agar kecil. Panaskan campuran media tersebut untuk melarutkan agar-agar. Masukkan 15 cc media ke dalam tabung reaksi 25 cc ke mudian disterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121 derajat C, tekanan 1,5 sel ama 15 menit atau dengan dikukus pada temperatur 100 derajat C selama 8 jam.Bia rkan media PDA sampai hangat tetapi masih cair. Buka sedikit cawan petri bagian atas, masukkan segera media ke dalam cawan petri steril secara aseptik. Tutup ca wan petri dengan cepat. Setelah agar membeku, balikkan posisi cawan petri. Media ini disebut dengan media lempeng agar.2. Ambil tubuh buah berumur 3 hari (dia meter sekitar 10 cm) yang sehat, mulus dan bagian sisinya tidak berkerut. Lepask an stipe/bilah di bagian bawah tubuh buah. Ambil potongan bilah dengan pinset st eril dan letakkan di tengah media lempeng agar yang telah disiapkan. Inkubasikan media di dalam inkubator pada temperatur 28 derajat C. Pada hari ke 2, miselium mulai tumbuh dan pada hari ke 5 seluruh permukaan media tertutupi miselium. Bia kan murni ini disebut dengan bibit F1. 3. Pengerjaan seluruh proses di atas ha rus aseptik/bersih untuk menghindari tumbuhnya jamur yang tidak dikehendaki. Seb elum digunakan alat-alat berupa pisau atau pinset harus dibakar di atas api. Seb aiknya pengerjaan dilakukan di dalam laminar flow atau transfer box yang dijamin kebersihannya. 4. Pembiakan murni jamur tiram ini sudah dibuat di Laboratoriu m Mikrobiologi Fakultas Pertanian Unpad, Jurusan Biologi ITB dan PAU Mikrobiolog i ITB. Bibit jamur murni bisa disimpan sampai 6 bulan pada temperatur sekitar 4 derajat C. 2.1.2. Pembuatan Bibit Jamur F2 Bahan-bahan untuk media bibit F2 adalah:a) Jagung tumbuk atau padi bergabah = 60%.b) Serbuk gergaji = 3 8%.c) Kapur = 0,5-1%.d) Gips = 0,1-1%. Sebelum dicampurkan, jagung tum buk/padi direndam semalam dan dikukus 2 jam sampai mekar. Media dimasukkan ke da lam toples bekas jam.Satu lempeng agar bibit F1 dibagi menjadi delapan bagian. 1 bagian dimasukkan ke dalam media di atas dengan miselium menempel pada media. S etelah 2-4 minggu seluruh media ditumbuhi miselium dan siap ditanam ke log. 2.1. 3. Pembuatan Bibit Jamur F3 Walaupun bibit F2 lebih baik daripada F3, banyak petani jamur yang menggunakan bibit F3 untuk ditanamkan ke dalam log. Media untu k bibit F3 berupa log dengan komposisi media dan cara pembuatan yang sama dengan log produksi, hanya ukuran plastiknya sekitar 1 kg. Bibit F3 dibuat dengan mena mbahkan 2 sendok makan bibit F2 ke bagian atas log, lalu diinkubasikan selama 1 bulan sampai miselium memenuhi seluruh permukaan log. Bibit F3 siap ditanamkan k e log produksi. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan steril di dalam laminar flo w atau transfer box. 2.2. Pengolahan Media Tanam 2.2.1. Persiapan Untuk 80 log diperlukan bahan-bahan seperti di bawah ini:a) Serbuk gergaji atau amp as tebu halus=100 kgb) Tepung jagung=10 kgc) Dedak halus=10 kgd) Pupuk SP3 6=0,5 kge) Gips=0,5 kgf) Air=50-60% Bahan-bahan kecuali air dicampur merata , tambahkan air sampai media dapat dikepal. 2.2.2. Pembuatan Log Media dimas

ukkan ke dalam kantong plastik tahan panas kapasitas 1,5-2 kg sampai Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Ikat mulut plastik dengan karet tahan panas dan sterilkan. 2.2.3. Sterilisasi Log Sterilisasi perlu dilakukan agar media bebas dari mikroba lainnya. Terdapat dua cara sterilisasi yaitu: a) Ste rilisasi pada temperatur 100 derajat C selama 8 jam dengan cara mengukus. Biasan ya digunakan drum kapasitas 50 log yang dipanaskan dengan kompor minyak tanah. b ) Sterilisasi pada temperatur 121 derajat C selama 15 menit dengan menggunakan otoklaf atau dandang bertekanan uap. 2.3. Teknik Penanaman 2.3.1. Pena naman Bibit Buka bagian atas log yang telah disterilkan. Hamparkan 1-2 sendok ma kan bibit jamur F3 atau F2. Gunakan sendok yang telah dipanaskan di atas api. Ra patkan kembali plastik bagian atas. Masukkan cincin dari bambu berdiameter 3 cm dan tinggi 1 cm ke dalam plastik yang dirapatkan tersebut. Isi lubang yang terbe ntuk dengan kapas. Tutup kapas beserta cincin dengan kertas koran dan ikat. 2.3. 2. Penyimpanan Log Jika kita akan menyimpan log di dalam bangunan maka masa tanam jamur tiram tidak diatur oleh kondisi iklim dan dapat dilakukan setiap saa t. Log yang sudah ditanami bibit harus disimpan di tempat yang menunjang pertum buhan miselium dan tubuh buah. Bangunan untuk menyimpan log dapat dibuat perman en untuk budidaya jamur skala besar atau di dalam bangunan semi permanen. Tempat pemeliharaan jamur dibuat dengan ukuran 10 x 12 m2 yang di dalamnya terdapat 8 buah petak pemeliharaan berukuran 5,7 x 2,15 m2. Jarak antar petak 40-60 cm. Di dalam setiap petak dibuat rak-rak yang tersusun ke atas untuk menyimpan 1.300-1. 400 log. Rangka bangunan dapat dibuat dari besi, kayu atau bambu. Kondisi lingk ungan yang harus diperhatikan dalam membuat bangunan penyimpanan adalah:a) Tem peratur untuk pembentukan miselium adalah 23-28 derajat Cb) Temperatur untuk p embentukan tubuh buah adalah 13-15 derajat Cc) Kelembaban udara 90-96%d) Kad ar air log 35-45%e) Udara di dalam tidak tercemari asap/gas. Log disimpan di a tas rak dengan posisi tegak atau miring. Jarak penyimpanan diatur sedemikian rup a sehingga tubuh buah yang tumbuh dari satu log tidak bertumpang tindih dengan t ubuh buah yang lain. 2.4. Pemeliharaan Tanaman 2.4.1. Pemeliharaan Log Log yang akan membentuk miselium dan tubuh buah harus dipelihara. Pemeliharaan b erhubungan dengan menjaga lingkungan agar tetap optimuma) Kandungan air yang b aik 35-45%. Kekurangan air menyebabkan miselium tidak membentuk tubuh buah karen a kekeringan dan kelebihan air menyebabkan tumbuhnya jenis jamur lain yang tidak diinginkan. b) Cahaya. Perkembangan miselium dan tubuh buah akan terhambat de ngan adanya cahaya langsung. Tempat penyimpanan harus tetap teduh dan sinar mata hari tidak masuk secara langsung ke dalam ruangan. 2.4.2. Pembentukan Miseliu m dan Tubuh Buah a) Penumbuhan Miselium.Miselium akan tumbuh memenuhi permukaa n log setelah penyimpanan selama kurang lebih 1 bulan. Selama jangka waktu terse but, temperatur dan kelembaban harus optimal. Pengaturan temperatur dan kelembab an dapat dilakukan dengan cara:1. Menyemprotkan air dengan sprayer ke dindingdinding bangunan penyimpanan dan ke ruang di antara jajaran log. 2. Menyemprot kan air dengan sprinkel bernozel halus. b) Pembentukan tubuh buah pertama.Sete lah miselium tumbuh sempurna, lepaskan cincin log dan buka plastik bagian atas s ehingga seluruh permukaan atas log kontak dengan udara. Pada waktu ini diperluka n raising yaitu pengaturan lingkungan agar tubuh buah tumbuh. Raising dilakukan dengan:1. Menurunkan temperatur ruang menjadi 13-15 derajat C dengan menggunak an pengatur temperatur (Air Conditioning) atau menyemprotkan air dengan nozel ha lus secara intensif.2. Menurunkan temperatur dan sekaligus menyemprotkan bahan yang mengandung hormon pertumbuhan ke permukaan log yang kontak dengan udara. A ir kelapa atau ekstrakt toge dapat dipakai sebagai sumber hormon tsb. Dengan car a ini pertumbuhan tubuh buah akan mencapai dua kali lipat dibandingkan cara pert ama. Tubuh buah pertama terbentuk setelah 3-5 hari pembukaan. c) Pembentukan tubuh buah selanjutnyaSetelah tubuh buah pertama dipanen, turunkan bukaan plasti k sampai bagian log. Kadang-kadang calon bakal buah sudah tumbuh di bawah plasti k yang belum terbuka. Bagian plastik tersebut harus dilubangi untuk memberi kese mpatan tubuh buah keluar dan tumbuh. Pembukaan log sebaiknya tidak dilakukan se kaligus, terutama pada budidaya skala besar. Jarak pembukaan satu kelompok log d engan kelompok lainnya ditentukan sedemikian rupa sehingga setiap hari ada tubuh buah yang dipanen. Pembukaan log yang bertahap akan menjamin kelangsungan produ ksi. 2.5. Hama dan Penyakit 2.5.1. Hama Hama yang banyak terdapat di te

mpat budidaya jamur adalah serangga baik berupa kumbang atau kutu. Pencegahan de ngan sanitasi lingkungan atau, alternatif terakhir, penyemprotan insektisida. P erlu diingat bahwa residu insektisida akan menempel di tubuh buah sehingga jamur yang dipanen harus dicuci bersih di air mengalir. Pencucian dapat menyebabkan p enurunan kualitas jamur kalau kelebihan air tidak langsung dihilangkan dengan ca ra ditiriskan. 2.5.2. Penyakit Penyebab timbulnya penyakit adalah sterilisasi yang tidak sempurna, bibit yang tidak murni, alat yang kurang bersih dan kandun gan air media terlalu tinggi. Penyakit berupa tumbuhnya jamur lain seperti Mucor , Rhiozopus, Penicillium dan Aspergillus pada log. Serangan jamur-jamur tersebut dicirikan dengan timbulnya miselium yang berwarna hitam, kuning atau putih dan timbulnya lendir. Pertumbuhan jamur tiram menjadi terhambat atau tidak tumbuh sa ma sekali. Serangan dapat terjadi di log yang belum atau sudah dibuka. Pengenda lian dilakukan dengan memperbaiki kultur teknis dan meningkatkan kebersihan ling kungan pada saat pembuatan media dan bibit serta lingkungan bangunan penyimpanan . 2.6. Panen 2.6.1. Ciri dan Umur Panen Jamur tiram Pleurotus adalah ja mur yang rasanya enak dan memiliki aroma yang baik jika dipanen pada waktu umur muda. Panen dilakukan setelah tubuh buah mencapai ukuran maksimal pada 2-3 hari setelah tumbuh bakal tubuh buah. 2.6.2. Cara Panen Pengambilan jamur harus d ilakukan dari pangkal batang karena batang yang tersisa dapat menimbulkan busuk. Potong jamur dengan pisau yang besih dan tajam dan simpan di wadah plastik deng an tumpukan setinggi 15 cm. 2.6.3. Periode Panen Panen dilakukan setiap hari atau beberapa hari sekali tergantung dari jarak pembukaan log-log. Dari satu lo g akan dihasilkan sekitar 0,8-1 kg jamur. 2.7. Pascapanen 2.7.1. Penyor tiran Setelah dipanen, batang tubuh buah dipotong. Pisahkan jamur yang rusak dar i jamur yang baik, pisahkan pula jamur sesuai dengan ukurannya. 2.7.2. Penyi mpanan Setelah penyortiran, buang kotoran pada jamur tanpa mencucinya. Simpan di dalam wadah bersih dan tempatkan di kamar dengan temperatur 15 derajat C. Jamur dapat tetap segar selama 5 x 24 jam. Sebelum pengemasan, jamur dapat disemprot dengan larutan natrium bisulfit 0,1-0,2% yang menghambat pembusukan 2.7.3. P engemasan Pengemasan dilakukan dalam:a) Kantung plastikb) Kantung plastik ya ng divakum (udara dikeluarkan)c) Wadah plastik putih dan ditutup dengan plasti k lembaran tipis. 2.7.4. Penanganan Lain a) Pengeringan. Jamur direndam dal am air bersih, atau cuci dengan air mengalir lalu diiris tipis atau dibiarkan se perti adanya. Masukkan ke dalam air mendidih sebentar, lalu tiriskan. Keringkan jamur di dalam oven listrik/ minyak tanah. b) Penambahan senyawa pengawet. Jam ur utuh dibersihkan dari kotoran jika perlu dengan air mengalir. Rendam dalam as am sitrat 0,1% selama 5 menit. Cuci dengan air mengalir. Masukkan ke dalam larut an yang terdiri atas garam dapur (15%), garam sitrat (0,5%), SO2 (1%), kalium bi karbonat (0,1%) dan kalium metabisulfida (<1%) selama 10-15 menit. Tiriskan kem bali. Jamur akan awet selama 2 minggu tanpa pengepakan dan 1 bulan bila langsung dipak cara vakum. TINGGALKAN SEBUAH KOMENTAR CARA PRAKTIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM Januari 17, 2008, 6:41 am Filed under: Teknik Budidaya Jamur Tiram Ada teknologi yang cukup praktis untuk budidaya jamur tiram Pleurotus spp, yakni tahapan membuat media bibit induk (spawn) dan tahanan memproduksi jamur tiramny a. Pada tahanan membuat media bibit induk ada 10 langkah yang perlu dilakukan. P ertama, bahan medianya yang berupa biji-bijian atau campuran serbuk gergajian al busia (SKG) ditambah biji millet 1 (42%) : 1 (42%). Bahan baku ini adalah yang t erbaik. Langkah kedua, bahan baku dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan pressure cooker atau panci. Langkah ketiga, bahan baku tersebut ditiriskan deng an ayakan. Tambahkan 1% kapur (CaCl3), 1% gypsum (CaSO4), vitamin B kompleks (sa ngat sedikit) dan atau 15 persen bekatul. Kadar air 45-60 % dengan penambahan ai r sedikit dan pH 7. Langkah keempat, bahan baku tersebut lalu didistribusikan ke dalam baglog polipropilen atau botol susu atau botol jam pada hari itu juga. Pe rbotol diisi 50-60% media bibit, disumbat kapas/kapuk, dibalut kertas koran/alum

unium foil. Langkah kelima, sterilisasi dalam autoclav selama 2 jam atau pasteur isasi 8 jam pada hari itu juga. Temperatur autoclave 121 derajat C, tekanan 1 lb , selama 2 jam. Temperatur pasteurisasi 95 derajat C. Langkah keenam, lakukan in okulasi dengan laminar flow satu hari kemudian. Setelah suhu media bibit turun s ampai suhu kamar dilakukan inokulasi bibit asal biakan murni pada media PDA (seb anyak 2-3 koloni miselium per botol bibit). Langkah ketujuh, inkubasi (pertumbuh an miselium 15-21 hari) pada ruang inkubasi/inkubator, suhu 22-28 derajat C. Lan gkah kedelapan, botol atau baglog isi bibit dikocok setiap hari, dua hingga tiga kali. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan miselium bibit jamur merata dan cepat serta media bibit tidak menggumpal/mengeras. Kesembilan, bibit induk dipenuhi mi selium jamur dengan ciri pertumbuhan miselium jamur kompak dan merata. Langkah t erakhir, jamur tersebut digunakan sebagai inokulan/bibit induk/bibit sehat perba nyakan ke 1 dan ke 2. Bibit ini disimpan dalam lemari pendingin selama 1 tahun, bila tidak akan segera digunakan.Tahap selanjutnya adalah memproduksi jamur tira m (Pleurotus spp). Dalam tahapan ini juga ada 10 langkah. Pertama, siapkan serbu k kayu gergajian albasia. Rendam selama 0-12 jam (bergantung pada spesies/strain serbuk kayu yang digunakan). Langkah kedua, tiriskan sampai tidak ada air, pada hari itu juga dengan mengunakan saringan kawat atau ayakan kawat. Langkah ketig a, membuat subtrat/media tumbuh, pada hari itu juga. Tambahkan 5-15 % bekatul at au polar (bergantung pada spesies/strain yang digunakan), 2% kapur (CaCO3), 2% g ypsum (CaSO4) dan air bersih, diaduk merata, kadar air substrat 65%, pH 7. Langk ah keempat, distribusikan kedalam baglog polipropilen pada ahri itu juga. Padatk an dalam wadah tersebut, beri lubang bagian tengah, dipasang mulut cincin pralon , kemudian ditutup dengan kapas/kertas minyak. Langkah kelima, sterilisasi/paste urisasi, satu hari kemudian. Simpan dalam kamar uap atau kukus dalam drum dengan suhu media di dalam baglog 95-120 derajat C selama 1-3 kali 8 jam bergantung pa da jumlah substrat yang akan di pasteurisasi. Langkah keenam, inokulasi substrat dengan spawn di ruang inokulasi. Setelahsuhu baglog substrat turun sampai suhu kamar, inokulasikan bibit pada substrat dalam laminar flow. Bibit 10-15gr/kg sub strat. Langkah ketujuh, inkubasi baglog substrat (pertumbuhan miselium 15-30 har i). Rumah jamur/kubung/ruang inkubasi dijaga tetap kering dan bersih, suhu 22-28 derajat C tanpa cahaya. Langkah kedelapan, baglog substrat dibuka cincin dibuka (7-15 hari kemudian). Cara membuka berbeda-beda, tergantung jenis jamur kayu ya ng digunakan. Langkah kesembilan, baglog disusun di rak dalam rumah jamur (pertu mbuhan jamur 10-15 hari kemudian, tumbuh pin head/bakal tumbuh buah). Bakal tumb uh buah tersebut disiram air bersih agar jamur tumbuh. Untuk jamur tiram, yang d isiram rumah jamurnya. Untuk jamur kuping penyiraman langsung pada substrat samp ai basah kuyup. Suhu rumah jamur 16-22 derajat C RH : 80-90 %. Langkah terakhir panen jamur tiram/kuping. Panen kurang dari 9 kali dalam waktu kurang dari 1,5 b ulan tergantung cara pemeliharaan/penyiraman jamur dan kebersihan kubung. Atau s isa panen 2-5 kali seminggu. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam budida ya jamur tiram ini adalah masalah higienis, aplikasi bibit unggul, teknlogi prod uksi bibit (kultur murni, bibit induk, bibit sebar), teknologi produksi media tu mbuh/substrat dan pemeliharaan serta cara panen jamur tiram. TINGGALKAN SEBUAH KOMENTAR

Blog pada WordPress.com. Theme: Benevolence by Theron Parlin. sindikasi masukan menggunakan RSS dan Komentar (RSS). Tema ini sah mengandung XH TML dan CSS.

You might also like