You are on page 1of 10

1 Judul Penelitian Kaitan Minat Menonton Film Porno dengan Sikap Terhadap Pergaulan Bebas Pada Remaja Awal

Latar belakang 1. Data jumlah remaja yang hamil di luar nikah (data PKBI) kajian 2. Remaja dalam kondisi storm & stress (Psikologi perkembangan) 3. Remaja awal dalam perkembangan biologis dan psikis 4. Remaja menjauh dari keluarga & mendekat kepada lingkungan sosial 5. Perkembangan teknologi informasi (masukkan media film porno) 6. Dampak teknologi informasi terhadap pergaulan bebas remaja Pertanyaan Bagaimana kaitan antara minat menonton film porno penelitian dengan sikap terhadap pergaulan bebas remaja awal? Tujuan Penelitian Menjelaskan minat menonton film porno pada remaja awal Menjelaskan pergaulan bebas yang terjadi pada remaja awal 3. Menganalisis dan menjelaskan kaitan antara minat menonton film porno dengan sikap terhadap pergaulan bebas pada remaja awal. Manfaat Penelitian 1. Menyumbangkan pemikiran dalam konteks disiplin ilmu psikologi sosial dan psikologi perkembangan. 2. Menyumbangkan pemahaman kaitan antara minat menonton film porno dengan sikap terhadap pergaulan bebas remaja awal kepada masyarakat secara luas. Signifikansi & Signifikansi : diisi dengan mengapa topic tersebut keunikan PENTING untuk diangkat sebagai penelitian penelitian Keunikan : perbandingan dengan kajian pendahuluan (ringkasan saja) dapat diisi jika kita telah mampu mengkritisi kajian pendahuluan Kerangka Bab I : Pendahuluan Penulisan Bab II : Kajian Kepustakaan Bab III : Metodologi Bab IV : Pelaksanaan, Hasil dan Pembahasan Bab V : Kesimpulan & Saran Teori & Kajian a. Kajian Pendahuluan Laporan Penelitian: Pendahuluan 1. Quatro (2002) : Judul.. (disertasi quantitative dan qualitative) 2. Yusuf Ahmed Nur (2003) : Judul (tesis quantitative dan qualitative) 3. Rauch (2002) : Judul (skripsi quantitative) b. Kajian Pendahuluan journal : 1. Mitroff & Dentron (1999) : Judul (journal qualitative dan quantitative) 2. Brammer et al. (2007) : Judul. (journal quantitative) 3. Davidson & Caddell (1994) : Judul (journal quantitative) Catatan : ringkasan & kritik semua kajian pendahuluan ada di halaman belakang. Konsep 1. Minat Menonton Film Porno 2. Pergaulan Bebas Remaja Awal

2 Kerangka konseptual

Jenis kualitatif Level analisis

Studi kasus instrumental (diisi dengan individu atau kelompok/ komunitas atau keduanya) Alat pengumpulan 1. Wawancara (dengan pedoman umum) data 2. Catatan lapangan 3. Data dokumentasi Karakteristik 1. Remaja awal usia.. th partisipan 2. Laki-laki dan perempuan 3. Pendidikan : 4. Status sosial ekonomi : 5. Bersedia memberikan informasi Metode data analisis Tematik analisis

Summary Disertasi dan Journal

Disertasi ini diambil atas talian ProQuest Dissertation and theses dan dipilih dengan keyword (bahasa Inggeris): a. Religion and Organizational Performance dari 4 disertasi b. Religion and Organization dari 2237 disertasi c. Spirituality and Organizational Performance dari 3 disertasi d. Spirituality and Organization dari 526 disertasi

Manakala journal ini diambil atas talian A-Z Journal, EBSHost, dan Science Direct dan dipilih dengan keyword (bahasa Inggeris): a. Religion and Organizational Performance dari 1 journal

4 b. Religion and Organization dari 5 journal c. Spirituality and Organizational Performance dari 512 journal d. Spirituality and Organization dari 213 journal

Pilihan tersebut berasaskan kajian yang menyokong penuh kepada tajuk penyelidikan dan juga dipilih menggunakan snow ball technique references bagi memperoleh kajian lepas yang efektif dan komprehensif.

A. Ringkasan Disertasi

1. Quatro (2002) : Organizational Spiritual Normativity as an influence on Organizational Culture and Performance in Fortune 500 Firms (disertasi quantitative dan qualitative) pada bidang Educational Leadership, Iowa State University. Kajian ini dilakukan dalam populasi organisasi Fortune 500 Firms. Lebih daripada 14% syarikat daripada organisasi ini terlibat sebagai subyek dalam kajian ini yang hendak menjawap secara empiris tentang 2 soalan kajian, iaitu; a. Apakah ada perbezaan syarikat yang spiritual dengan yang tidak spiritual dalam long-term financial performance? b. Apa perkaitan antara organizational spirituality dengan organizational performance? Data dikumpulkan melalui direct-mail survey kepada top 5 senior executive di Fortune 500 Firms dan dianalisis dengan Organizational Spirituality Score (OSS) setiap responden. Perkaitan antara OSS dengan long term revenue growth dan profitability menjadi fokus penyelidikan. Hasil penyelidikan ini menunjukkan bahawa: 1. Ada perbezaan antara syarikat yang mempunyai pekerja yang spiritual dan tidak spiritual dalam pencapaian profit. Semakin tinggi score spiritual pekerja dalam suatu syarikat maka semakin tinggi profit yang didapatkan syarikat itu. More spiritual more profitable. 2. Perkaitan spiritual dengan organizational performance : Spirituality organizational culture organizational performance (menurut teori Maslow: self-actualization collective actualization) Kritik : 1. Organizational performance hanya diukur melalui pencapaian finansial sahaja tanpa mempertimbangkan faktor yang lebih kompleks. 2. Tidak ada discuss lebih mendalam dalam disertasi ini. 2. Yusuf Ahmed Nur (2003) : Management by Virtue : A Comparative Study of Spirituality in The Workplace and Its Impact on Selected Organizational Outcome (disertasi quantitative dan qualitative) di Kelley School of Business, Indiana University. Kajian ini membandingkan organizational outcome antara syarikat yang berasaskan Management By Virtue (MBV) asas keagamaan dengan syarikat yang Traditional Management Principles sekular. Kajian ini terdari daripada 2 tugas, iaitu quanititative dengan mengkaji

5 organizational outcome kedua-dua jenis organisasi itu; dan qualitative untuk mendeskripsikan lebih mendalam mengenai penerapan nilai-nilai spiritual dalam syarikat MBV. Kajian qualitative menggunakan interview mendalam terhadap 5 CEO MBV yang berasaskan agama Christian. Kerangka konseptualnya sebagai berikut:
MBV : Spiritual awareness Meaningfulne ss Organizational outcome : OCB Low turn over Low

Job satisfaction, Affective Commitment

Hasil daripada penyelidikan : Adanya MBV semakin positive organizational outcome daripada TMP kerana organizational environment semakin kondusif untuk mencapai organizational commitment yang lebih tinggi, job satisfaction yang semakin tinggi dan lebih mengarah kepada organizational citizenship behavior (OCB) outcome. Kritik : organizational outcome hanya diukur dari job performance (OCB) pekerja dan tingkah laku pekerja sahaja tanpa menggunakan pertimbangan faktor lain, seperti target program kerja, task performance dan finansial. 3. Rauch (2002) : The Impact of Religious Faith on Organizational Citizenship Behavior and Leader-Member Exchange (disertasi quantitative) di School of Leadership Studies, Regent University. Kajian ini bertujuan untuk menguji pengaruh religious faith terhadap Supervisor-sub ordinate relationship dan sub-ordinate job performance pada suatu organisasi. Alat ujian penyelidikan ini menggunakan 3 skala, iaitu: a. Religious faith scale b. Supervisor-subordinate relationship scale (Leader-Member Exchange) c. Subordinate job performance (OCB scale) Berasaskan temuan kajian maka kerangka konseptual yang telah diuji ialah sebagai berikut ;
Religious faith (VI)

OCB (VD)

Leadermember exchange (VI Pembahasan kajian menggunakan exchange theory untuk mendeskripsikan hubungan positif antara pekerja dengan pemimpinnya. Dan teori organizational citizenship behavior untuk menjelaskan job performance pekerja. Kritik : Semestinya ketika menggunakan definisi religious faith yang salah satu aspeknya termuat tentang self meaning maka job performance harus diukur semua, iaitu OCB dan task performance.

6 4. Swift (2003) : Spiritual Prescription For Organizations : New Strategies For Change (disertasi qualitative) pada bidang Human and Organizational System, Fielding Graduate Institute. Kajian ini dilakukan pada organisasi yang berasaskan keimanan dan organisasi sekular terhadap misi kepemimpinan, formasi, dan pengalamannya dalam usaha transformasi organisasi. Kajian ini mencari peranan spirituality dalam workplace. Metode yang digunakan ialah in-depth, narative, open-ended interviews terhadap 8 pegawai senior dalam 8 organisasi yang berbeza. Soalan kajiannya ialah Bagaimana seorang pemimpin mengamalkan jiwa spiritualnya dalam kepemimpinannya untuk mengembangkan dan mentransformasi organisasi? Hasil daripada penyelidikan ini ialah misi kepemimpinan yang spiritual pada organisasi yang berasaskan keimanan akan membentuk peranan spiritualiti dalam kepemimpinan mereka berbanding dengan organisasi sekular. Perkara ini akan memberikan asas bagi pemimpin dalam organisasi yang berasaskan keimanan akan lebih mengutamakan faktor spiritual dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang berasaskan spiritual ini akan jauh mempunyai kesan untuk organizational performance yang harus menyesuaikan diri dengan perubahan dinamis yang berlaku di luar organisasi. Teori yang digunakan ialah teori Priest King Leader, iaitu kepemimpinan yang berasaskan kepada ajaran agama dan sekaligus pemimpin yang melayani ahlinya. Kritik : Indikator organizational performance dalam penyelidikan ini tidak jelas. 5. Abdullah Alghanim (2002) : Religious Movement and Economic and Social Development: Islamic Government in Kelantan State, Malaysia (disertasi qualitative dan quantitative) pada bidang Political Science, Northern Illinois University. Kajian ini merupakan kajian kes perkembangan pergerakan politik Islam di Kelantan, Malaysia, khasnya pada pelaksanaan politik Islam oleh PAS. Ia mempunyai 3 hipotesis, iaitu: H1 = Negeri Kelantan sangat berbeza dari negeri lain di Malaysia dalam pembangunan ekonomi dan sosialnya. H2 = Partai Al-Islam Se-Malaysia (PAS) membawa perubahan dramatis dalam reformasi sosial dan ekonomi Islam di Kelantan selepas parti itu berkuasa di sana. H3 = Reformasi ini (yang berasaskan Shariah law) menghasilkan perubahan positif pada peringkat pembangunan socio-economic Overall hypothesis = Pelaksanaan Shariah law tidak menghalangi pembangunan sosial dan ekonomi di negeri Kelantan. Penyelidkan ini menggunakan 2 metodologi, iaitu: a. Primary data interview b. Secondary data textbook, published dissertation, journal & organizational reports Hasil daripada penyelidikan ini ialah bahawa hukum Islam mempunyai kesan yang kecil dalam pembangunan socio-ekonomi di Kelantan. Perkara ini disebabkan oleh data yang tidak konsisten daripada pelbagai sumber dan masih terdapat pertikaian politik antara BN dengan PAS sehingga penyelidik kesukaran mendapatkan data yang terbuka. Namun demikian Shariah law membawa perubahan ke arah kemajuan pembangunan sosio-ekonomi di Kelantan. Perkara ini

7 nampak daripada peningkatan GDP per capita per tahun masyarakat Kelantan meskipun tidak signifikan berbanding dengan daerah lain. Kritik : 1. Indikator keberjayaan pembangunan sosial ekonomi hanya bersandarkan kepada GDP per capita dan faktor ekonomi yang lain. Hendaknya ia dapat diukur menggunakan indikator sosial, pendidikan dan peringkat partisipasi masyarakat dalam politik. 2. Kurun masa yang digunakan untuk mengungkapkan data dokumentasi terlalu singkat (1990-1999). Sepatutnya dimulakan dari tahun berkuasanya PAS di Kelantan (1959 tahun pengambilan data). 6. Suraiya (2005) : The Womens Movement in Indonesia: With Special Reference to the Aisyiyah Organization (disertasi qualitative) pada bidang Sociology of Religion, Temple University. Fokus kajian ini ialah untuk mengkaji pengaruh Aisyiyah yang membuatnya berbeza dengan pergerakan wanita muslim lainnya. Pada kajian ini hanya bab 3 sahaja yang menyokong tajuk penyelidikan saya, iaitu Peranan Agama dalam Pergerakan Perempuan, khasnya Aisyiyah. Dalam bab itu, religion (Islam) memberikan ajaran bahawa laki-laki dan perempuan mempunyai darjah dan maruah yang sama. Ia mengilhami gerakan feminis Aisyiyah untuk mendapatkan penghormatan hak-hak wanita dalam society, yang dikuasai oleh budaya patriakhi di tanah Jawa. Aisyiyah yang berasaskan agama Islam mempunyai iltizam untuk memurnikan kembali ajaran agama Islam dan membebaskan dari agama Islam sinkretisme yang telah bercampur dengan budaya. Dengan persaman darjah itulah maka Aisyiyah berjuang menentang slogan bahawa isteri harus mengikuti suami masuk surga atau neraka (swarga nunut, neraka katut). Aisyiyah memperjuangkan kemurnian ajaran Islam bahawa setiap manusia mempunyai pertanggungjawaban masing-masing dan tidak mempunyai perkaitan dosa dengan dosa yang ditanggung oleh orang lain (tidak ada karma). Kritik : Meskipun dalam bab 3 telah dijelaskan mengenai perjuangan Aisyiyah yang disemangati oleh ajaran agama Islam untuk memurnikan ajaran Islam daripada budaya namun tidak dijelaskan capaian organisasi itu dalam bidang yang lain sehingga tidak jelas performance daripada organisasi itu. B. Ringkasan Journal 1. Mitroff & Dentron (1999) : A Study of Spirituality in the workplace (journal qualitative dan quantitative). Sloan Management Review Fokus kajian ini untuk mencari peranan spiritualiti dalam workplace. Salah satu alat ujiannya menggunakan mailed questionnaires mengenai pemaknaan kerja terhadap 2000 HR executive, khususnya di kawasan US. West Coast. Kemudian didapatkan 7 pemaknaan kerja, iaitu: a. Kemampuan untuk mewujudkan potensi perseorangan secara penuh b. Berkaitan dengan good and ethical organization c. Kerja yang menyenangkan dan menarik d. Menghasilkan wang e. Mempunyai banyak rakan dan melayani orang lain f. Melayani kepentingan generasi penerus g. Pelayanan langsung kepada komuniti

8 Pemaknaan tersebut kemudian digunakan sebagai bahan interview kepada 131 orang untuk mendeskripsikan kembali pemaknaan itu. Hasil interview jelas menunjukkan bahawa kebanyakan orang tidak mengasosiasikan pemaknaan kerja dengan materi atau wang. Namun kerja lebih dimaknai sebagai kepuasan hati dalam melayani orang lain. Pemaknaan yang berkaitan dengan kepentingan orang lain dan pemenuhan diri inilah yang diasumsikan sebagai spiritualiti dalam kerja. Dengan spiritualiti orang akan lebih mampu menunjukkan total intelligence dan complete creativity. Tetapi hasil interview juga menunjukkan bahawa ramai orang memisahkan antara spiritualiti dengan religion. Orang berasumsi bahawa spiritualiti lebih inklusif, subyektif, dan universe. Manakala religion lebih eksklusif, dogma, rigid dan taboo. Namun terkadang mereka juga ragu-ragu untuk melaksanakan spiritualiti dalam workplace kerana tidak ingin menyakiti perasaan orang lain. Berasaskan manfaat yang dicapai melalui spiritualiti ini maka penyelidik menyimpulkan bahawa No organization can survive for long without spirituality and soul. Kerangka konseptualnya: Spiritualiti/Soul/Religion in workplace full potential person org performance org survive. More spiritual, organization more profitable. Kritik : 1. Tidak konsisten dalam memaknai spiritualiti sebagai perkara yang universe. Terbukti bahawa orang masih mempunyai kekuatiran untuk memunculkan spirituality dalam workplace kerana kuatir menyinggung kepentingan orang lain. 2. Tidak dijelaskan indikator organizational performance yang digunakan dalam penyelidikan ini. 2. Brammer et al. (2007) : Religion and Attitudes to Corporate Social Responsibility in a Large Cross Country Sample (journal quantitative) Journal of Business Ethics 71: 229-243 Kajian ini berfokus terhadap pencarian peranan jiwa agama dalam penerapan CSR. CSR ialah konsep etik sehingga institusi agama mempunyai peranan penting dalam mengembangkan moral dan etik itu. Kerangka konseptual yang akan diuji ialah sebagai berikut; Religious attitude decision making in ethical context (individual CSR) organizational CSR Kajian ini berjaya membuktikan kerangka konseptual tersebut dalam pengambilan data yang diambil daripada 17.000 orang dari 20 negara. Pembahasannya ialah kerana setiap agama mempunyai keseimbangan untuk menjalankan duniawi dan ukhrawi. Contoh tazkiyah dan zakat dalam Islam, mokhsa dan artha dalam Hindu, Zen Buddhism yang sama dengan Protestant ethics, The Golden Rule dalam Christian. Kritik : Tidak dijelaskan indikator religious attitude seperti apa yang menyokong terbentuknya individual CSR. 3. Davidson & Caddell (1994) : Religion and the Meaning of Work (journal quantitative) Journal for The Scientific Study of Religion (33) 2: 135-147 Penyelidikan ini berasaskan teori Weber mengenai work as a calling berbanding dengan work as a job or a career dalam Protestant ethics. Focus inquiry daripada penyelidikan ini; Manakah pemaknaan kerja antara

9 ketiga-tiganya yang mempunyai sumbangan tertinggi terhadap personal productivity? Independent variable : - work as a calling : special meaning - work as a career : pursuing a lifelong career - work as a job : just do the tasks Dependent variable : Exchange variable (employee status, class, job security, working sector, family income, education, gender, type of work). Dan Symbolic interactionism (denominational norms and values/ calvanist or not) serta skala attitude to work. Temuan kajian secara kuantitatif menjelaskan bahawa work as a calling memberikan kontribusi tertinggi untuk mencapai personal productivity berbanding 2 jenis yang lain. Jenis pemaknaan work as a calling dimaknai sebagai panggilan religious. Semakin religious seseorang maka semakin mempunyai pemaknaan khusus dalam bekerja sehingga semakin produktif pula dalam bekerja. Religiousity work as a calling (special meaning) personal productivity. Kritik : personal productivity hanya didapati dari skala attitude to work dan tidak mempertimbangkan job performance (task and contextual performance). 4. Noland (2000) : Religion, Culture, and Economic Performance (laporan penyelidikan quantitative) Institute for International Economics. Fokus kajian ini ialah mencari pembuktian bahawa religion (Islam) merangsang pertumbuhan ekonomi dan budaya berfungsi sebaliknya. Penyelidikan ini mengambil kawasan kajian di India, Malaysia, dan Ghana kerana ketiga-tiga negara mempunyai multi-etnis dan adanya eksistensi muslim non muslim. Economic performance diukur menggunakan indikator GDP per capita, Investment share, Government expenditure share, International trade openness dan educational attainment pada kawasan muslim. Hasil daripada penyelidikan ini membenarkan hipotesis alternatif bahawa : 1. Religion (Islam) mempunyai positif korelasi dengan pertumbuhan ekonomi 2. Budaya tempatan tidak mempunyai korelasi dengan pertumbuhan ekonomi Kritik : Indikator religious (jiwa keIslaman) kawasan non muslim hanya berdasarkan bilangan penduduk yang muslim sahaja tidak menggunakan indikator pengamalan keagamaan Islam. 5. Zamor (2003) : Workplace Spirituality and Organizational Performance (journal literature review) Public Administration Review (63) 3 Kajian ini merupakan literatur review daripada pelbagai kajian penyelidikan dan argumentasi. Hujahnya bahawa spiritual dalam workplace akan membawa suasana yang kondusif bagi ahli organisasi. Jika suasana kondusif maka ahli akan berasa bahagia. Dengan suasana yang bahagia ini, maka ahli semakin produktif dalam bekerja, semakin kreatif dan lebih mampu melakukan pemenuhan diri sebagai seorang pekerja. Pemenuhan diri dan moral yang tinggi akan menyebabkan prestasi organisasi turut cemerlang dan berimpak terhadap kejayaan finansial organisasi.

10 Spiritualiti dalam workplace mempunyai 2 kewujudan, iaitu melalui personal dan organizational level. Semakin tinggi spiritualiti pada level personal maka semakin tinggi OCB atau contextual performance. Perkara ini turut meningkatkan prestasi organisasi. Semakin tinggi spiritualiti pada level organizational mempengaruhi peningkatan spiritualiti pada level personal. akan turut

Sebagai bukti empiris, Harvard Business School telah melakukan kajian terhadap 10 syarikat yang mempunyai nilai spiritual yang tinggi dan 10 syarikat yang tidak mempunyai nilai spiritual (sekular) daripada 207 syarikat ternama. Selama 11 tahun terakhir, penyelidikan mendapatkan temuan bahawa syarikat yang mempunyai spiritual yang tinggi akan mendapatkan profit sebanyak 400% - 500% dalam net earnings, return on investment, and shareholder value. Kritik : tidak ada kritik kerana hanya kajian literatur.

You might also like