You are on page 1of 17

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri.1 Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi.2 Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom.3 Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.4 Bakteri termasuk dalam golongan prokariota yaitu merupakan bentuk sel yang paling sederhana yang memiliki ukuran dengan diameter dari 1 hingga 10 m. Ciri yang membedakan prokariotik dengan eukariotik adalah inti sel di mana sel prokariotik tidak mempunyai membran inti sel atau nukleus yang jelas. Bakteri memiliki 2 pembagian struktur yaitu : 1.Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri) Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan. 2.Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu) Meliputi: kapsul, flagelum, pilus(pili), klorosom, vakuola gas dan endospora.5

1.2 Rumusan Masalah a. Adakah pengaruh metabolisme bakteri terhadap jumlah polisakarida? b. Bagaimana proses terjadinya metabolisme bakteri? 1

1.3 Tujuan dan Manfaat a. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh metabolisme bakteri terhadap jumlah polisakarida. b. Mahasiswa dapat mempelajari terjadinya metabolisme bakteri.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metabolisme 2.1.1 Pengertian Keseluruhan proses kimiawi suatu organisme disebut metabolisme (dari bahasa Yunani metabole, yang artinya berubah). Metabolisme adalah suatu sifat baru dari kehidupan, yang muncul dari interaksi spesifik antara molekul molekul di dalam lingkungan sel yang teratur dengan baik.5 2.1.2 Fungsi 1. Menghasilkan sub satuan dari hasil antara metabolisme. 2. Menghasilkan ATP (Adenosin triphosphat) dari ADP (Adenosin diphosphat) dan phosphat organis. 3. Menghasilkan daya reduksi dalam keadaan substrat yangg diambil dari perbenihan lebih dioksidasi daripada hasil biosintesa keseluruhan.

2.1.3 Reaksi 1. Anabolisme Anabolisme meliputi reaksi reaksi kimia untuk membentuk kompleks molekul yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan yang disintesis dari zat yang lebih simpel disertai penggunaan energi.6 Anabolisme yang menggunakan energi cahaya disebut fotosintesis. Adapun anabolisme yang menggunakan energi kimia disebut kemosintesis.7 2. Katabolisme Katabolisme meliputi reaksi reaksi kimia untuk memecah kompleks molekul menjadi molekul yang berukuran lebih kecil disertai pelepasan energi.6 Biasanya katabolisme bersifat eksergonik (menghasilkan energi).

Katabolisme memiliki dua fungsi, yaitu menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul lain dan menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas kehidupan baik tingkat seluler maupun tingkat individu.8

2.1.4 Jalur Metabolik Merupakan serangkaian reaksi kimia khusus yang melibatkan anabolisme dan 3

katabolisme. 1. Reaksi dalaam sel pada dasarnya adalah reaksi reduksi oksidasi (redoks), yang melibatkan pemindahan satu atau lebih elektron dari satu reaktan ke reaktan lain. a. Oksidasi adalah reaksi kimia yang atom atau molekulnya melepaskan elektron dan dikatakan teroksidasi. b. Reduksi adalah reaksi kimia yang atom atau molekulnya mendapatkan elektron dan dikatakan tereduksi. c. Karena elektron yang dilepas selama reaksi oksidasi tidak dapat muncul dalam bentuk bebas dalam sel hidup, setiap reaksi oksidasi selalu disertai reaksi reduksi sehingga elektron yang dilepas diterima oleh atom atau molekul lain. d. Dalam sel hidup, reaksi oksidasi biasanya melibatkan pelepasan keseluruhan atm hidrogen (bukan satu elektron) dari suatu senyawa dan reduksi pada dasarnya berarti mendapatkan satu atom hidrogen. 2. Enzim mengkatalis (mempercepat setiap langkah dalam jalur metabolik. Sebagian besar reaksi enzimatik membutuhkan koenzim, sejenis senyawa organik yang berikatan dengan enzim sehingga menjadi lebih efektif. Koenzim dapat bertindak sebagai pembawa elektron dari satu reaksi ke reaksi selanjutnya yang kemudian dapat teroksidasi atau tereduksi selama proses berlangsung. a. Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD) adalah koenzim yang menerima elektron dan menjadi tereduksi. Koenzim ini bekerja sama dengan enzim laktat dehidrogenase dalam metabolisme glukosa dan pembentukan ATP. Nikotinamida terbentuk dari niasin, sejenis vitamin B. b. Flavin Adenin Dinukleotida (FAD) adalah koenzim akseptor elektron lainnya. Koenzim ini bekerja dengan suksinat dehidrogenase dan terbentuk dari riboflavin, atau vitamin B2. 3. ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi yang menyimpan energi untuk tubuh. ATP terbentuk dari nukleotida adenosin ditambah dua gugus fosfat dalam ikatan yang berenergi tinggi. a. Hidrolisis ATP melepaskan satu fosfat menjadi adenosin difosfat (ADP) dan melepaskan energi. Pelepasan fosfat lainnya untuk membentuk adenosin monofosfat (AMP) melepaskan lebih banyak energi. 4

b. Energi yang dilepas dari katabolisme makanan dipakai ADP untuk berikatan kembali dan membentuk ATP sebagai simpanan energi. Energi yang dilepas dari ATP digunakan untuk aktivitas selular dan sebagai sumber energi reaksi anabolik. c. Sistem ATP ADP adalah cara utama pemindahan energi dalam sel.6

2.2 Bakteri 2.2.1 Pengertian Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup bebas dan mampu bereproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk mendapatkan makanan. Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan.9 Bakteri berkembang biak dengan cara membelah diri, pembelahan diri dapat terjadi selama 24 jam, maka akan terbentuk 17 jua bakteri. Tetapi pembelahan bakteri tidak selalu berjalan mulus, ada saja faktor faktor yang menghambat misalnya suhu, air, persediaan makanan dan ruang tumbuh.10

2.2.2 Bentuk Bentuk morfologi bakteri dapat dibagi 5 bagian : 1. Bentuk basil (Basillus) Basil berbentuk seperti tongkat pendek, agak silindris. Bentuk basil meliputi sebagian besar bakteri. Ukuran : lebar 0,3 1 , panjang 1,5 4, kadang kadang sampai 8. 2. Bentuk coccus (bulat) Bentuk coccus adalah bentuk bakteri seperti bola bola kecil. Golongan tidak sebanyak basil. Baik bentuk basil maupun bentuk coccus, secara kelompok dapat berupa : a. Seperti rantai bergandeng panjang = streotobasil atau streptococcus b. Berdua dua bergandengan = diplobasil atau diplococcus c. Mengelompok berempat = tetracoccus d. Bergerombol seperti anggur = staphylococcus e. Berkelompok seperti kubus = sarcina

Ukuran : tengahnya rata rata 1. 3. Bentuk Spiril (Spiral) Bentuk spiril adalah bakteri yang berbentuk seperti spiral, atau panjang berbengkok bengkok. Golongan ini tidak banyak bila dibandingkan dengan basil dan coccus. Ukuran : lebar 0,5 - 1, panjang 2 5, kadang kadang sampai 10. 4. Bentuk Vibrio (koma) Bentuk vibrio adalah bentuk seperti batang bengkok, merupakan tanda koma. Ukuran : lebar 0,5 panjang samapai 3. 5. Bentuk Spirocheta (Spirochet) Bentuk spirocheta adalah bentuk seperti batang berbelit belit panjang dan banyak belitannya. Ukuran : lebar 0,2 - 0,7 , panjang 5 - 10 .11

2.2.3 Struktur Tubuh Bakteri Pada setiap sel bakteri, terdapat tiga komponen, yakni dinding sel, membran plasma, dan sitoplasma. Dinding sel bakteri relatif kaku sehingga dapat memberi bentuk pada sel bakteri. Dinding sel ini menjaga bakteri dari kemungkinan pecah atau mengerut akibat perubahan tekanan osmotik lingkungan. Umumnya dinding sel bakteri tersusun atas peptidoglikan, yakni suatu molekul yang mengandung rangkaian disakarida dan ikatan peptida. Membran plasma tau plasmalema pada bakteri merupakan lapisan hyalin yang tersusun atas lipoprotein. Membran plasma terletak di bagian dalam dinding sel. Membran ini merupakan pintu keluar dan masuknya zat zat di dalam sel, seperti glukosa, asam amino, dan zat zat metabolik lainnya yang merupakan komponen sitoplasma. Di dalam sitoplasma, terdapat inti prokariot yang merupakan pusat pengatur aktivitas sel bakteri. Di dalam sitoplasma juga terdapat ribosom, sitosol, dan terkadang plasmid.12

2.2.4 Alat Gerak (Flagellata) Flagellata atau flagel berasal dari kata flagellum, yang berarti bulu atau cambuk. Seperti sudah diketahui bahwa bakteri dapat bergerak antara lain dengan mempergunakan kaki palsu atau pseudopodium.demikian pula flagel berfungsi untuk bergerak. Tetapi ada juga bakteri yang tidak bergerak, misalnya dari golongan coccus. Yang banyak mempunyai flagel adalah dari bakteri bentuk spiril. Bulu bulu getar (flagel) dari bakteri

ini bisa terdapat pada salah satu ujung akan tetapi juga dapat pada kedua ujung, ada yang mempunyai satu bulu getar dan ada pula yang lebih. Klasifikasi flagel berdasarkan tempat terdapatnya flagel : 1. Monotrichate (monotrika) : apabila flagel (bulu getar) hanya terdapat pada satu sisi (ujung) saja. 2. Amphitrichate (amfitrika) : apabila flagel (bulu getar) terdapat pada kedua ujung (sisi). 3. Lophotrichate (lofotrika) : apabila flagel (bulu getar) tersebar pada ujung ke ujung sampai pada setiap sisi. 4. Non motile atau atrichate (atrika) : pada spesies tersebut tidak terdapat sama sekali flagel (bulu getar).11 2.2.5 Jenis Bakteri Berdasarkan cara memperoleh makanan, bakteri dibedakan menjadi bakteri heterotrof dan bakteri autotrof. Sebagian besar bakteri adalah heterotrof. 1. Bakteri Heterotrof Bakteri Heterotrof (Yunani, hetero = yang lain, trophos = memakan) adalah bakteri yang makannya berupa senyawa organik dari organisme lain. Bakteri heterotrof terbagi mnejadi bakteri saprofit dan bakteri parasit. a. Bakteri saprofit Bakteri saprofit adalah bakteri yang memperoleh makanan dari sisa sisa organisme atau produk organisme lain. Sisa sisa organisme, misalnya daun yang gugur dan kotoran hewan, sedangkan produk organisme, misalnya susu dan daging. Sisa organisme atau produk organisme yang mengandung bakteri akan mengalami proses penguraian. Bakteri saprofit merupakan salah satu organisme pengurai (dekomposer) di alam. Contohnya adalah Escherichia coli, Lactobacillus bulgaricus (bakteri untuk pembuatan yoghurt), dan Mycobacterium (bakteri pengurai sampah). b. Bakteri parasit Adalah bakteri yang memperoleh makanan dari inangnya. Inang tempat hidup bakteri adalah tumbuhan, hewan, atau manusia. Jika menimbulkan penyakit pada inangnya, bakteri disebut sebagai bakteri patogen. Contoh bakteri parasit adalah Mycobacterium tuberculosis (penyebab penyakit

TBC pada manusia), Bacillus antharcis (penyebab penyakit antraks pada hewan ternak), Clostridium tetani (penyebab tetanus). 2. Bakteri Autotrof Bakteri Autotrof (Yunani, auto = diri, trophos = memakan) adalah bakteri yang mampu membuat makanannya sendiri. Bakteri autotrof dibedakan dalam dua kelompok berdasarkan asal energi untuk mensintesis makanannya, yaitu bakteri fotoautotrof dan bakteri kemoautotrof. a. Bakteri fotoautotrof Bakteri fotoautotrof adalah bakteri yang menggunakan energi cahaya matahari untuk membuat makanannya. Jenis pigmen utama bakteri autotrof dala klorofil dan karoten. Contoh bakteri fotoautotrof adalah Thiocystis sp. Bakteri ini memperoleh makanannya melalui proses fotosintesis. b. Bakteri kemoautotrof Bakteri ini merupakan bakteri yang menggunakan energi kimia untuk mensintesis makannnya. Energi kimia diperoleh dari proses oksidasi senyawa anorganik. Contoh bakteri kemoautotrof adalah : Nitrosomonas dan Nitrosoccoccus (bakteri nitrit) yang

mengoksidasi senyawa amonia menjadi ion nitrit. Nitrobacter (bakteri nitrat) yang mengoksidasi ion nitrit menjadi ion nitrat. Gallionella (bakteri besi) yang mengoksidasi ion fero menajdi ion feri. Hydrogenobacter (bakteri hidrogen) yang mengoksidasi gas hidrogen menjadi air. Berdasarkan kebutuhan oksigen untuk merombak makanannya agar memperoleh energi, bakteri dapat dibedakan menjadi bakeri aerob dan bakteri anaerob. a. Bakteri Aerob Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk memperoleh energinya. Contoh bakteri aerob adalah Nitrosomonas, Nitrosococcus, dan Nitrobacter. Nitrosomonas dan Nitrosococcus (bakteri nitrit) adalah bakteri yang mengoksidasi amonia (NH3). Prosesnya adalah sebagai berikut.

2NH3 + 3O2 2HNO2 + 2H2O + energi (amonia) (nitrit) Nitrobacter (bakteri nitrat) adalah bakteri yang mengoksidasi ion nitrit (HNO2). Prosesnya adalah sebagai berikut. 2HNO2 + O2 2HNO3 (nitrit) b. Bakteri Anaerob Bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak membutuhkan oksigen bebas untuk memperoleh energinya. Energi diperoleh dari proses perombakan senyawa organik tanpa menggunakan oksigen yang disebut fermentasi. Bakteri anaerob dibedakan menajdi anaerob obligat dan anaerob fakultatif. Bakteri anaerob obligat Bakteri ini hanya hidup jika tidak ada oksigen. Oksigen merupakan racun bagi bakteri anaerob obligat. Contohnya adalah Micrococcus denitrificans, Clostridium botulinum, dan Clostridium tetani. Bakteri anaerob fakultatif Bakteri ini dapat hidup jika ada oksigen maupun tidak ada oksigen. Contoh bakteri anaerob fakultatif adalah Escherichia coli dan Lactobacillus.13 (nitrat)

2.3 Metabolisme Bakteri Melalui proses oksidasi-reduksi. Oksidasi adalah proses pelepasan elektron sedang reduksi adalah proses penangkapan elektron. Karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk bebas, maka setiap reaksi oksidasi selalu diringi oleh reaksi reduksi. Hasil dari reaksi oksidasi dapat terbentuknya energi. Fosforilasi Oksidatif Pada umumnya reaksi oksidasi secara biologi dikatalisis oleh enzim dehidrogenase. Enzim tersebut memtransfer elektron dan proton yang dibebaskan kepada aseptor elektron intermedier seperti NAD+ dan NADP+ untuk dibentuk menjadi NADH dan NADPH. Fosforilasi oksidasi terjadi pada saat elektron yang mengandung energi tinggi tersebut ditranfer ke dalam serangkain transpor elektron sampai akhirnya ditangkap oleh oksigen atau oksidan anorganik lainnya sehingga oksigen akan tereduksi menjadi H2O.

1. Tranfer elektron menuju oksigen melalui berbagai carier seperti flavoprotein, quinon maupun citekrom. 2. Adanya tranfer elektron ini mengakibatkan aliran proton (H+) dari sitoplasma ke luar sel. Jadi arah aliran adalah dari dalam ke luar. Hal ini akan menimbulkan peredaan konsentrasi proton atau dikenal dengan gradien pH. 3. PH pada umunnya 7,5. Gradien pH terjadi jika pH di luar sel lebih kecil dari 7,5. Selanjutnya gradien pH bersama dengan potensial membenuk protonmotive force. Kekuatan (protonmotive force) inilah yang menarik proton dari luar sel kembali ke dalam sel. Bersamaan dengan masuknya kembali proton tadi terbentuk energi yang digunakan untuk berbagai aktifitas sel. 4. Pada membran terdapat enzim spesifik disebut dengan ATPase. Energi yang disebabkan pada saat masuknya kembali proton tadi akan digunakan oleh ATPase untuk forforilasi ADP menjadi ATP. Energi ini disimpan dalam bentuk ikatan fosfat yang selanjutnya dapat digunakan untuk aktifitas sel. Reaksinya adalah: Adenosin -P ~ P + Pi. energi Adenosin- P~ P~ P

Ada dua macam energi yang digunakan oleh makhluk hidup. 1. Sinar matahari. Organismenya disebut dengan organisma fotosintesis atau di kenal juga dengan organisme fototrofik. 2. Oksidasi senyawa kimia. Organismenya disebut dengan organisme kemosintesis kemotrofik atau autotrofik Fotosintesis ada 2 macam 1. Fotosintesis tipe Cynobacteria. Fotosintesis tipe ini sama dengan fotosintesis yang terjadi pada tanaman tingkat tinggi dengan keseluruhan reaksi adalah. CO2 + 2H2O sinar matahariH2O + [ CH2O ]n + O2 Klorofil dimana pada sistem fotosintesis ini terdapat 2 fotosistem yaitu fotosistem (PS) I dan II. Aliran elektron dari PS II ke PS I selanjutnya mengubah NADP+ menjadi NADPH. Aliran eletktron yang demikian dikatakan noncyelic phosphorilation. 2. Fotosintesis tipe Noncyanobacteria. 10

Kelompok bakteri ini tidak memiliki fotosistim II untuk menfotolisis H2O. Dengan demikian bakteri ini tidak pernah menggunakan air sebagai reduktan sehingga oksigen tidak pernah dihasilkan dari fotosintesis. Fotosintesis yang demikian berlangsung dalam keadaan anaerob, sehingga dikenal dengan fotosintesis anaerob. Jadi organisme ini memerlukan suplai senyawa organik sebagai donor hidrogennya Persamaan reaksi secara umum adalah: Sinar matahari CO2 +2H2AH2O + [CH2O]n + 2A klorofil Berdasarkan tipe pada reduktan dan pigmen fotosintesisnya kelompok bakteri ini dapat dibagi menjadi 3 family yaitu Chlorobiceae, Ceomaticeae, dan rhodospirillaceae. 1. Chlorobiceae. Disebut juga dengan green-sulfur bacteria. Bacteri ini juga di gunakan hidrogen dan beberapa senyawa mengandung sulfat sebagai reduktanya. Sinar matahari a. CO2 + 2H2 CH2O + H2O b. CO2 + 2H2S CH2O + H2O + 2 S c. 3CO2 + 2S + 5H2O 3 CH2O + 2H2SO2 d. 2CO2 + Na2S2O3 +3H2O 2CH2O + Na2SO 2. Chromaticeae Pada prinsipnya sama dengan Chomaticeae tetapi pigmen yang dimilikinya tidak hijau melainkan merah jingga disebut dengan purle surful bacteria. 3. Rhodospirillaceae Bakteri ini menggunakan hidrogen dan berbagai senyawa organik sebagai reduktan . Contoh: Rhodospirillum, dan Rhodopseudomonas. Sinar matahari CO2 + 2CH3CHOHCOOH CH2O + H2O + 2CH3COCOOH Yang perlu diperhatikan bahwa fotosintesis ini hanya dapat berlangsung dalam keadaan anoerob. mampu Akan tetapi ada beberapa anggota

Rhodospirillaceae

melakukan

pertumbuhan

nonfortosintesik

11

dengan adanya oksigen apabila media mengandung cukup nutrisi untuk tumbuh. Chemotrofik atau Autotrofik Organisme seperti halnya organisme fotosintetik, kelompok bacteri ini menggunakan CO2 sebagai sumber korban. Akan tetapi untuk mengubah CO2 menjadi material sel diperlukan energi dan NADPH. Pada bakteri fotosintetik energi dan NADPH ini diperoleh dari sinar matahari, akan tetapi pada organisme kemoutotrof diperoleh dari oksidasi senyawa kimia. Jadi proses pengangkapan energi sama dengan yang terjadi pada fosforilasi oksidatif dimana elektron yang dihasilkan dari oksodasi sulfut, amino dan lain lain ditransfer melalui serangkaian transpor elektron yang menyebabkan keluarnya proton dari sel. Potensial pH yang terjadi dikonversi di dalam ikatan fosfat yang mengandung energi yang tinggi pada saat proton tersebut masuk kembali kedalam sel melalui chanel proton. Setelah ATP termasuk, pola biosintesis dalam sel analog dengan organisme fotosintesis. Bakteri kemaoautotrof ini dikelompokkan menjadi beberapa generasi berdasarkan pada macam senyawa organik yang dioksidasi sebagai sumber energi. 1. Oksidasi sulfur, Thiobacillus 2S + 3O2 + 2H2O 2H2 SO4 2. Oksidasi amonia, Nitrosomonas 2NH4CI + 3O2 2HNO2 + 2HCI + 2H2O 3. Oksidasi nitrit, Nitrobacter 2NaNO2 + O2 2 NaNO3 4. Oksidasi Hidrogen 2H2 + O2 2H2O 5. Oksidasi senyawa mengandung Fe, Siderocapsa 4FeCO3 + O2 + 6H2O 4Fe (OH)3 + 4CO2

2.3.1 Jalur Metabolisme Bakteri 1. Jalur interkonversi digunakan untuk metabolit lokal. 2. Jalur asimiliasi digunakan untuk pembentukan metabolit lokal. 3. Urutan biosintesis digunakan untuk pengubahan metabolit lokal menjadi produk aktif . 12

4. Jalur untuk menghasilkan energi metabolisme dan perawatan .

2.3.2 Metabolisme Heterotrof Sebagian besar bakteri kehilangan kemampuan untuk mensintesis protoplasma dari senyawa senyawa anorganik sehingga bergantung sepenuhnya pada senyawa organik sehingga sebagai makanannya. Organisme yang demikian disebut dengan heterotrof yang artinya nourish by other, atau makanan disediakan oleh organisme lain, dan tipe nutrisinya di sebut heterotrofik. Akan tetapi perlu diingat bahwa batasan ini sebenarnya tidak begitu tegas. Dan ada beberapa mikroorganisma heterotrof membutuhkan senyawa organik lebih banyak dibandingkan dengan organisme lain.

2.3.3 Pola metabolisme Seperti yang telah didiskusikan bahwa keperluan energi untuk proses biosintesis dipenuhi dari reaksi oksidasi. Oleh karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk bebas maka setiap reaksi reduksi bakteri heterotrof secara garis besarnya dapat dikeleompokkan berdasarkan end product atau hasil akhir dari metabolisme. Pada dasarnya end product ini menunjukkan atau berperan sebagai aseptor elektron terakhir dalam jaluar metabolisme. Bakteri yang harus menggunakan oksigen sebagian reseptorr terakhir disebut sebagai obligat aerob. Bakteri yang hanya hidup dalam kondisi bebas udara (oksigen) disebut obligat anaerob. Sedangkan bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen dalam arti dapat menggunakan oksigen atau senyawa anorganik sebagai aseptor elektromn terakhir disebut dengan fakultatif. Dan mikroorganisme yang tumbuh dengan baik pada kondisi kandungan oksigen sedikit disebut mikroaetrifilik. Kita dapat juga mengelompokkan jalur metabolisme sebagai perementatif atau respirasi. Meskipun kedua kelompok tersebut hanya berbeda dalam hal reseptor elektron terakhir yang digunakan, adalah pentimg untuk dapat dibedakan keduanya. Respirasi terjadi pada saat elektron yang dibebbaskan akan rekasi oksidasi distransfer melalui serangkaian transfor elektron yang menyebebakan keluarnya proton melalui membran sel dan energi dihadirkan memalui fosforilasi oksidatif. Fermentasi adalah proses yang berlangsung adalam keadaan anaaerob, dimana dalam proses ini tidak melibatkan serangkaian transfer elektron yang dikatalisis oleh enzim yang terdapat dalam membran sel. Dalam hal ini elektron dan proton distranfer langsung dari senyawa yang oksidasi menuju senyawa organik intermediet yang lain yang akhirnya membentuk produk fermentasi yang stabil. Oleh karena itu pada proses 13

fermentasi terjadi akumulasi produk yang organisme tidak mampu mengoksidasi oleh lanjut.

2.3.4 Fermentasi Selama fermentasi produk intermediet yang terbentuk dari katabolisme senyawa organik seperti glukosa berperan sebagai aseptor elektron terakhir menyebabkan terbentuknya senyawa produk akhir fermentasi yang stabil. Sebagai contoh, pada umumnya mikroorganisme mengubah guka menjadi asam piruvat. Dalam hal ini juga membentuk NHDA dan harus melepaskan elektronnya kepada aseptor jika organisme melakukan metabolisme lebih lanjut. Hal ini dipenuhi dengan cara menggunakan asam pirauvat atau beberapa produk dari asam piruvat sebagai aseptor elekktron terakhir. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah : dengan tidak adanya transfer elektron selama fermentasi ikatan fosfat berenergi tinggi tidak terbentuk melalui fosfolirasi oksidatif melainkan proses yang disebut dengan fosfolirasi subsrat. Dalam hal ini senyawa intermediat diokasidasi, energi yang dilepaskan dikonversi langsung ke dalam ikatan yang mengandung energi tinggi.

2.4 Polisakarida 2.4.1 Pengertian Polisakarida adalah karbohidrat yang terdiri atas banya monosakarida. Polisakarida merupakan senyawa polimer alam (umumnya homopolimer) dengan monosakarida sebagai monomernya.14 Polisakarida adalah polimer, molekul berantai panjang yang tersusun dari unit yang sama. Polisakarida terbentuk dari monosakarida yang saling berikatan melalui proses dehidrasi untuk membentuk zat tepung (pada tumbuhan) atau glikogen (pad binatang), yang merupakan senyawa struktural dan simpanan energi yang penting.6

2.4.2 Jenis Beberapa contoh polisakarida : a. Amilum (pati) Amilum atau pati (strach) terdapat dalam biji bijian dan umbi umbian, seperti beras, jagung, gandum, ubi jalar, kentang, dan singkong. Amilum merupakan polimer glukosa. Glukosa yang terikat berkisar antara 200 sampai 3000 unit. Secara umum, amilum mengandung 20% amilosa dan 80% 14

amilopektin. Amilosa dan amilopektin masing masing mengandung monomer D glukosa. Perbedaannya terletak pada bentuk rantai dan jumlah monomer glukosa. Rantai lurus amilosa membentuk gulungan seperti spiral dan mengikat 1000 molekul D glukosa. b. Selulosa Selulosa merupakan polisakarida yang berbentuk serabut (serat), bersifat kenyal, dan tidak larut dalam air. Selulosa terdapat dsalam dinding sel pelindung, seperti batang, dahan, dan daun dari tumbuh tumbuan.14 c. Glikogen Kelebihan glukosa akan disimpan sebagai glikogen (pati hewani) pada manusaia dan hewan. Glikogen dapat ditemukan di hati dan otot skelet, dan terbentuk dari banyak molekul glukosa yang saling bertautan dalam rantai rantai bercabang. Susunan yang bercabang ini memungkinkan hidrolisis glikogen secara cepat. Sekitar sepertiga cadangan glikogen tubuh terdapat pada hati dan dua pertiga pada otot skelet. Glikogen juga disimpan dalam otot skelet, dan dapat diubah menjadi glukosa.15

15

BAB 3 KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan Pada umumnya reaksi oksidasi secara biologi dikatalisis oleh enzim dehidrogenase. Enzim tersebut mentransfer elektron dan proton yang dibebaskan kepada aseptor elektron intermedier seperti NAD+ dan NADP+ untuk dibentuk menjadi NADH dan NADPH. Fosforilasi oksidasi terjadi pada saat elektron yang mengandung energi tinggi tersebut ditranfer ke dalam serangkain transpor elektron sampai akhirnya di tangkap oleh oksingen atau oksidan anorganik lainnya sehingga oksigen akan tereduksi menjadi H2O. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat aktivitas metabolik bakteri, semakin sedikit jumlah polisakarida yang tersedia (misalnya pati). Melalui proses Oksidasi-reduksi. Oksidasi adalah proses pelepasan elektron sedang reduksi adalah proses penangkapan elektron. Karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk bebas, maka setiap reaksi oksidasi selalu diiringi oleh reaksi reduksi. Hasil dari reaksi oksidasi dapat terbentuknya energi. Seperti yang telah didiskusikan bahwa keperluan energi untuk proses biosintesis dipenuhi dari reaksi oksidasi. Oleh karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk bebas maka setiap reaksi reduksi Bakteri Heterotrof secara garsi besarnya dapat dikeleompokkan berdasarkan end product atau hasil akhir dari metabolisme. Pada dasarnya end product ini menunjukkan atau berperan sebagai aseptor elektron terakhir dalam jaluar metabolisme. Bakteri yang Harus menggunakan oksigen sebagian reseptorr terakhir disebut sebagai obligat aerob. Bakteri yang hanya hidup dalam kondisi bebas udara (oksigen) disebut Obligat anaerob. Sedangkan bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen dalam arti dapat menggunakan oksigen atau senyawa anorganik senagai aseptor elektromn terakhir disebut dengan fakultatif.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Madigan MT. 2009. Brock Biology of Microorganisms. Twelfth Edition. 2. Carl. The Bacteria Cell. http://www.lanesville.12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html. Diakses pada 22 Juni 2011. 3. Davidson MW. 2009. Bacteria Cell Structure. http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni 2011. 4. Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006. High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus

amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol 72(5): 3476-81. 5. Campbell NA. 2002. Biologi. Edisi 5. Jakarta, Erlangga: hal 90. 6. Palupi Widyastuti. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta: hal 299; hal 21. 7. Karmana oman. Biologi. Edisi 3. Grafindo: hal 43. 8. Aryulina Diah, Choirul M, Syalfinaf M, dan W. Endang. 2006. Biologi. Erlangga: hal 42. 9. Komara E, Esty W, Devi Y, dan Pamilih E. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta: hal 35. 10. Kanisius. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta: hal 56. 11. Adam Syamsunir. 1992. Mikrobiologi Parasitologi. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta: hal 17 18; 20 21. 12. Firmansyah R, Agus M, M. Umar. 2001. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Edisi 1. Pt Setia Purna. Jakarta: hal 24. 13. Aryulina D, Choirul M, Syalfinaf M, Endang W. 2006. Biologi. Esis: hal 67 68. 14. Sutresna N. 2002. Kimia. Edisi 3. Grafindo: hal 291. 15. Safitri A, Astikawati R. 2008. Prinsip Prinsip Sains. Erlangga: hal 62.

17

You might also like