You are on page 1of 22

Hipertensi dalam Kehamilan

Pengertian
Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan

vaskular yang terjadi sebelum kehamilan, atau


timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas.

Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi


dan sering disertai proteinuri, edema, kejang,

koma atau gejala-gejala lainnya.

Hipertensi dalam kehamilan ditegakkan bila hipertensi tanpa proteinuria pertama kali terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu atau dalam waktu 48 72 jam pasca persalinan dan hilang setelah 12 minggu pasca persalinan. Hipertensi pada kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu.

Definisi hipertensi dalam kehamilan menurut WHO : Tekanan sistol 140 mmHg atau tekanan diastol 90 mmHg. Kenaikan tekanan sistolik 15 mmHg dibandingkan tekanan darah sebelumhamil atau pada trimester pertama kehamilan

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII (2003)


Normal Sistolik kurang dari 120, Diastolik kurang dari 80 hipertensi Sistolik 120 139, Diastolik 80 89 Hipertensi stadium I Sistolik 140 159, Diastolik90 99

Hipertensi stadium II Sistolik lebih dari 160, diastolik lebih dari 100

Hipertensi gestasional:
Didapatkan tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90 mm Hg untuk pertama kalinya pada kehamilan di atas 20 minggu Tidak ada proteinuria Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu postpartum Diagnosis hanya dibuat pada postpartum Mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia, misalnya, tidak nyaman atau trombositopenia epigastrika Dapat disertai dengan gejala PE Berat : nyeri epgastrium atau trombositopenia

Klasifikasi
1. Kehamilan yang menyebabkan hipertensi Hipertensi yang timbul sebagai akibat kehamilan dan akan menghilang pada masa nifas, seperti: a. Hipertensi tanpa proteinuri atau edema b. Preeklampsia dengan atau tanpa proteinuri dan edema, yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsi berat. c. Eklampsi, yaitu kejang disertai atau tanpa proteinuri dan edema

Lanjutan

2. Hipertensi secara kebetulan Hipertensi kronis yang mendahului kehamilan dan menetap pada masa nifas 3. Kehamilan yang memperburuk hipertensi Hipertensi yang sudah terjadi diperburuk dengan adanya kehamilan, yaitu hipertensi yang diperberat preeklampsi dan eklampsi 4. Hipertensi Sementara

Hipertensi dalam kehamilan terjadi karena reaksi penolakan imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap sebagai hostile tissue graff reaction dimana Reaksi penolakan imunologik dapat menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh Ibu hamil dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu perubahan kimia total pada reaksi yang tidak dapat diadaptasi yang dapat menyebabkan kejang dan kematian pada Ibu Hamil.

Dampak Hipertensi Gestasional


hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu maupun janin Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah Ibu hamil akan merusak sistem vascularasi darah,sehingga mengganggu pertukaran oksigen dan nutrisi melalui placenta dari ibu ke janin. Hal ini bisa menyebabkan prematuritas placental dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim.

Lanjutan

Hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu pertukaran nutrisi pada janin dan dapat membahayakan ginjal janin. Hipertensi bisa menurunkan produksi jumlah air seni janin sebelum lahir. Padahal, air seni janin merupakan cairan penting untuk pembentukan amnion,sehingga dapat terjadi oligohydromnion (sedikitnya jumlah air ketuban).

Preeklampsi
Preeklampsi dan eklampsi adalah penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan, dengan gejala utama hipertensi yang akut pada Ibu hamil dan Ibu dalam Nifas Pada tingkat tanpa kejang disebut preeklampsi dan pada tingkat dengan kejang disebut eklampsi.

Gejala-gejala
1. Hipertensi 2. Edema

3. Proteinuri
4. Gejala-gejala subjektif yang umum ditemukan pada preeklampsi

KRITERIA MINIMUM TD 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dispstick

PRE-EKLAMPSIA BERAT ( PE disertai dengan satu atau lebih gejala berikut dibawah ini) TD 160/110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu Proteinuria 2.0 g/24 jam 2+ (dispstick) Serum Creatinine > 1.2 mg/dL (kecuali bila sebelumnya sudah abnormal ) Trombosit < 100.0000 / mm3 Microangiopathic hemolysis ( increase LDH ) Peningkatan ALT atau AST Nyeri kepala atau gangguan visual persisten Nyeri epigastrium

Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma,

dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejalagejala pre eklamsi (hipertensi, edems,

proteinuri) .

Faktor anamnesa tambahan yang dapat membantu menegakkan diagnosis hipertensi kronis adalah : Multipara Riwayat HT pada kehamilan sebelumnya. Keadaan ini sering pula disertai dengan kecenderungan Menurun dalam keluarga.

Janin pada penderita Hipertensi Kronis sering mengalami : PJT pertumbuhan janin terhambat Persalinan preterm IUFD intra uterine fetal death

Pembagian Eklamsi Berdasarkan waktu terjadinya eklamsi dapat dibagi menjadi: 1. Eklamsi gravidarum Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil 2. Eklamsi Parturientum Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat mulai inpartu. 3. Eklamsi Puerperium Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir. ( Manuaba, 1998: 245)

Gejala Klinis Eklamsi


a. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih b. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atau hiperefleksi) c. Kejang-kejang atau koma

Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:


a. Tingkat awal atau aura (invasi)

a. Stadium kejang tonik


b. Stadium kejang klonik

c. Stadium koma

Terimakasih

You might also like