You are on page 1of 11

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI PERSEDIAAN

Disusun Oleh : Muammar Fauzy Peppy Nur Eko SP Lukman Sugiarto Jamaluddin 0901035487 0901035488 0901035494 0901035563

UNIVERSITAS MULAWARMAN FAKULTAS EKONOMI 2010

PERSEDIAAN A. PENGERTIAN PERSEDIAAN - Persediaan adalah barang yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual kembali - Persediaan adalah aset yang tersedia untuk dalam kegiatan usaha biasa - Persediaan adalah aset dalam proses produksi untuk penjualan tersebut - Persediaan adalah aset dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa B. JENIS PERSEDIAAN Jenis Persediaan tergantung dari jenis perusahaannya, berikut adalah jenis dari persediaan menurut jenis perusahaan 1. Perusahaan Dagang Persediaan barang yang dibeli dengan tujuan untuk dijual 2. Perusahaan Manufaktur Persediaan pada perusahan manufaktur biasanya terdiri dari - Bahan baku penolong - Barang Dalam Proses - Barang jadi/produk selesai C. METODE PENCATATAN PERSEDIAAN BARANG 1. Metode Fisik/Periodic Pada metode fisik setiap ada mutasi persediaan tidak ada catatannya sehingga untuk mengetahui nilai persediaan harus dilakukan dengan penghitungan secara fisik. Begitu juga harga pokok penjualan baru dapat dihitung setelah persediaan akhir dihitung. Penghitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut : Persediaan Barang Awal Rp XXX Pembelian (Neto) XXX (+) Tersedia untuk dijual Rp XXX Persediaan barang Akhir XXX (-) Harga Pokok Penjualan Rp XXX 2. Metode Buku/Perpectual Pada metode buku/perpectual setiap ada mutasi persediaan selalu dilakukan pencatatan sehingga sewaktu-waktu dapat diketahui saldo dari persediaan. Penurunan metode perpectual akan memudahkan penyusunan neraca dan laporan labar rugi jangka pendek, karena tidak perlu lagi mengadakan perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah persediaan akhir. D. MASALAH PEMILIKAN PERSEDIAAN BARANG Barang yang sudah dicatat sebagai persediaan didasarkan pada hak kepemilikannya. Penentuan perpindahan hak atas barang lain timbul dalam keadaan : 1. Barang Dalam Perjalanan (goods in transit) Apabila barang yang dikirim dengan syarat fob shipping point maka pembeli mengakui dan mencatat barang sebagai persediaan pada saat barang yang dibeli keluar dari gudang penjual dan diserahkan pada pihak pengangkut

Apabila barang yang dikirim dengan syarat fob destination maka pembeli mengakui dan mencatat barang sebagai persediaan setelah barang tersebut diterima oleh pembeli 2. Barang-barang yang dipisahkan (segregated goods) Apabila melakukan pembelian tetapi pengiriman tidak dilakukan sekaligus maka pembeli dapat mencatat pembelian dan dapat menambah persediaan barangnya 3. Barang Konsinyasi Sebelum barang tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang menitipkan (consignor) dari pihak yang menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang tersebut sehingga tidak mencatat seb agai persediaan 4. Penjualan Angsuran Hak atas barang tetap pada penjual sampai seluruh harga jualnya dilunasi. Penjual akan melaporkan barang tersebut dalam persediaannya dikurangi dengan jumlah yang sudah dibayar. Pembeli akan melaporkan barangbarang tersebut dalam persediaan sejumlah yang sudah dibayarkan. E. HARGA POKOK PERSEDIAAN Harga Pokok (cost) Persediaan adalah jumlah semua pengeluaran langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan persediaan tersebut agar dapat dijual. F. METODE PENENTUAN HARGA POKOK PERSEDIAAN a. Identifikasi khusus Pada metode ini dilakukan pengidentifikasian setiap barang yang terjual dan setiap barang yang ada dalam persediaan. Harga pokok dari setiap barang yang terjual dimasukkan dalam harga pokok barang penjualan, sedangkan harga pokok dari setiap barang yang ada di tangan dimasukkan ke dalam persediaan 2005 Februari 1 Persedia 200 Kg @ Rp100, = Rp an 00 20.000,00 9 Pembeli 300 Kg @ Rp110, = Rp an 00 33.000,00 1 Penjuala 400 Kg 0 n 1 Pembeli 400 Kg @ Rp116, = Rp 5 an 00 46.400,00 1 Penjuala 300 Kg 8 n 2 Pembeli 100 Rp ______ 4 an Kg 12.600,00 1.000 Rp112.000, 700 kg kg 00 b. Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out) Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang digunakan sesuai dengan urutan pembeliannya, dengan perkataan lain, barang pertama yang dibeli adalah barang yang pertama yang digunakan (dalam perusahaan pabrikasi) atau dijual (dalam perusahaan dagang). Persediaan yang

tinggal dengan demikian harus mencerminkan pembelian yang paling muktahir 1) Metode fisik Pembelia 24 n Februari Pembelia 15 n Februari Jumlah 100 kg 200 Kg 300 Kg @ Rp126,0 0 @ Rp116,0 0 = = Rp12.600 ,00 23.200, 00 Rp35.800 ,00

Sesudah diketahui jumlah persediaan akhir maka harga pokok penjualan dapat dihitung sebagai berikut : Rp112.000,00 Rp35.800,00 = Rp 76.200,00

2) Metode Perpectual
Tanggal 2005 Februa ri 1 9 300 Rp110 Rp33.0 00 200 200 (50) 400 (50) (50) 116 100 110 46.400 5.000 5.500 Rp100 110 (100) Rp20.0 00 22.000 (5.000) Kuantit as Diterima Harga/k g Jumlah Kuantita s Dikeluarkan Harga/kg Jumlah Kuantita s 200 200 300 100 50 100 50 100 400 50 400 Saldo Harga/kg Jumlah

Rp100 100 110 110 100 110 100 110 116 110 116

Rp20.000 20.000 33.000 11.000 5.000 11.000 5.000 11.000 46.400 5.500 46.400

10 12 15 17
dan setersn ya

c. Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out) Metode LIFO pertama mencocokkan harga pokok dari barang yang dibeli terakhir terhadap pendapat. Jika persediaan periodik yang digunakan, maka akan diasumsikan bahwa harga pokok dari total kuantitas yang dijual dan digunakan selama bulan itu akan berasal dari pembelian yang baru Metode fisik Persediaa 1 n Februari Pembelia 9 n Februari Jumlah 200 kg 100 Kg 300 Kg @ Rp100,0 0 @ Rp110,0 0 = = Rp20.000 ,00 11.000, 00 Rp31.000 ,00

Harga Pokok Penjualan = Rp112.000,00-Rp31.000,00 = Rp81.000,00 Metode Perpectual


Tanggal 2005 Februa ri 1 9 300 Rp110 Rp33.0 00 300 100 400 116 46.400 300 100 126 12.600 116 34.800 Rp110 100 Rp33.0 00 22.000 Kuantit as Diterima Harga/k g Jumlah Kuantita s Dikeluarkan Harga/kg Jumlah Kuantita s 200 200 300 100 100 400 100 100 100 100 100 Saldo Harga/kg Jumlah

Rp100 100 110 100 100 116 100 116 100 116 126

Rp20.000 20.000 33.000 10.000 10.000 46.400 10.000 11.600 10.000 11.600 12.600

10 15 18 24

Persediaan akhir dapat dilihat pada baris terakhir 100 kg @ Rp100,0 0 100 Kg @ Rp116,0 0 100 kg @ Rp126,0 0 Jumlah 300 kg

sebesar = Rp20.000 ,00 = 11.600, 00 = 12.600, 00 Rp34.200 ,00

Harga pokok penjualan dapat dilihat dalam rekening harga pokok penjualan yaitu sebesar Rp33.000,00 + Rp10.000,00 + Rp34.800,00 = Rp77.800,00 d. Rata-rata tertimbang Metode rata-rata menetapkan harga barang-barang yang didalam persediaan atas dasar biaya rata-rata dari semua barang serupa yang tersedia selama periode bersangkutan Metode fisik Persediaan akhir dihitung sebagai Persediaa 1 200 kg n Februari Pembelia 9 300 Kg n Februari Pembelia 15 400 kg n Februari Pembelia 24 100 kg n Februari 1.000kg berikut : @ Rp100,0 0 @ Rp110,0 0 @ Rp116,0 0 @ Rp126,0 0

= = = =

Rp20.000 ,00 33.000 ,00 46.400 ,00 Rp12.600 ,00 Rp112.000 ,00

Harga pokok rata-rata tertimbang = Rp112.000,00/1.000 = Rp112,00 per kg Persediaan barang, 28 Februari 2005

300 kg @ Rp112,00 = Rp33.600,00 Harga Pokok Penjualan Rp112.000,00 Rp33.600,00 = Rp78.400,00 Metode perpectual
Tanggal 2005 Februa ri 1 9 10 15 18 24 300 400 100 Rp110 116 126 Rp33.0 00 400 46.400 300 12.600 114 34.200 106 42.400 Kuantit as Diterima Harga/k g Jumlah Kuantita s Dikeluarkan Harga/kg Jumlah Kuantita s 200 200 300 100 500 200 300 Saldo Harga/kg Jumlah

Rp100 100 110 106 114 114 118

Rp20.000 20.000 33.000 10.600 57.000 22.800 35.400

e. Persediaan besi/minimum Pada metode ini asumsinya bahwa perusahaan memerlukan suatu persediaan minimum (besi) untuk menjaga kontinuitas usahanya. Persediaan minimum ini dianggap sebagai sesuatu elemen yang harus selalu tetap, sehingga dinilai dengan harga pokok yang tetap. Harga pokok untuk persediaan minimum biasanya diambil dari pengalaman yang lalu. f. Biaya Standar Pada metode ini persediaan barang dinilai dengan biaya standar yaitu biaya-biaya yang seharusnya terjadi. Biaya standar ini ditentukan dimuka, yaitu sebelum proses produksi dimulai, untuk bahan baku, upah langsung, dan biaya produksi tidak langsung. Apabila terdapat perbedaan antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya standar akan dicatat sebagai selisih. g. Biaya rata-rata sederhana Harga pokok persediaan dalam metode ini ditentukan dengan menghitung tanpa memperhatikan jumlah barangnya

h. Harga beli terakhir Dalam metode ini persediaan barang yang ada pada akhir periode dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir tanpa mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi jumlah yang dibeli terakhir i. Metode nilai penjualan relatif Metode ini dipakai untuk mengalokasikan biaya bersama kepada masingmasing produk yang dihasilkan/dibeli j. Metode biaya variabel Dalam metode ini harga pokok produksi yang dihasilkan oleh perusahaan hanya dibebani dengan biaya produksi yang variabel yaitu bahan baku, upah langsung, dan biaya produksi tidak langsung variabel. Biaya produksi tidak langsung yang tetap akan dibebankan sebagai biaya dalam periode yang bersangkutan dan tidak ditunda dalam persediaan

G. PENILAIAN PERSEDIAAN Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dipertukarkan , atau kewajiban diselesaikan, antara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan dalam suatu transaksi yang wajar Nilai realisasi neto mengacu kepada jumlah neto, dimana entitas berharap untuk merealisasikan dari penjualan persediaan dalam kegiatan usaha biasa. Nilai wajar mencerminkan suatu jumlah persediaan, dimana persediaan yang sama dapat dipertukarkan antara pembeli dan penjual yang berpengetahuan dan berkeinginan di pasar. Nilai realisasi neto adalah nilai khusus entitas sedangkan nilai wajar tidak tergantung pada nilai khusus entitas. Nilai realisasi neto untuk persediaan bisa tidak sama dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali. Misalnya barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa, dimana entitas belum mengakui pendapatan yang terkait. H. PENGUKURAN PERSEDIAAN Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Biaya Persediaan Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi ini. Biaya Pembelian Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak) biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan kepada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat, dan hal lain yang serupa dapat dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian Biaya Konversi Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan pemeliharaan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung

yang berubah secara langsung atau hampir secara langsung, mengikuti volume perubahan produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas fasilitas produksi normal. Kapasitas normal adalah produksi ratarata yang diharapkan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal. Dengan memperhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana. Tingkat produksi aktual dapat digunakan jika mendekati kapasitas normal. Pengalokasian jumlah overhead produksi tetap pada setiap unit produksi tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak terpakainya pabrik. Overhead yang tidak beralokasi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam periode produksi tinggi yang tidak normal, jumlah overhead tetap yang dialokasikan pada tiap unit produksi menjadi berkurang sehingga persediaan tidak diukur di atas biayanya. Overhead produksi variabel dialokasikan pada unit produksi atas dasar penggunaan akutal fasilitas produksi. Suatu proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara simultan. Hal tersebut terjadi, misalnya ketika dihasilkan produk bersama atau bila terdapat produk utama dan produk sampingan. Ketika biaya konversi tidak dapat diidentifikasi secara terpisah, maka biaya tersebut dialokasikan antarproduk secara rasional dan konsisten. Biaya Lain-lain Biaya lain-lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead non produksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan. Contoh-contoh biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah : a) Jumlah pemborosan bahan tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal b) Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya. c) Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini, dan d) Biaya penjualan Entitas memungkinkan membeli persediaan dengan persyaratan penyelesaian tangguhan (deferred settlement terms). Ketika perjanjian secara efektif mengandung elemen pembiayaan, misalnya perbedaan antara harga beli untuk persyaratan kredit normal dan jumlah yang dibayarkan diakui sebagai beban bunga selama periode berjalan Biaya Persediaan Pemberi Jasa Sepanjang pemberi jasa memiliki persediaan, mereka mengukur persediaan tersebut pada biaya produksinya. Biaya produksi tersebut terutama meliputi biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yang diatribusikan. Biaya tenaga umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Biaya

persediaan pemberi jasa tidak termasuk margin laba atau overhead yang tidak dapat diatribusikan yang sering merupakan faktor pembebanan harga oleh pemberi jasa. Teknik Pengukuran Biaya Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya. Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilasasi kapasitas. Biaya standar ditelaah secara reguler dan jika diperlukan direvisi sesuai dengan kondisi terakhir Metode eceran sering digunakan dalam industri eceran untuk mengukur persediaan yang variasinya demikian banyak dan cepat berubah, serta memiliki margin yang serupa sehingga tidak praktis untuk menggunakan metode penetapan biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi nilai jual persediaan dengan persentase margin bruto yang sesuai. Persentase tersebut digunakan degan memperhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya dibawah harga jual normal. Persentase ratarata sering digunakan untuk setiap departemen eceran. Rumus Biaya Biaya untuk persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. Identifikasi khusus biaya artinya biaya-biaya tertentu yang diatribusikan ke unit persediaan tertentu. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi unit yang dipisahkan untuk proyek tertentu, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian, identifikasi khusus biaya tidak tepat ketika terdapat jumlah besar unit dalam persediaan yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinary interchangeable) dalam keadaan demikian, metode pemilihan unit yang masih berada dalam persediaan dapat digunakan untuk menentukan dampaknya dalam laporan laba rugi. Biaya persediaan kecuali persediaan lain (not ordinary interchangeable) harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MKPK) atau rata-rata tertimbang. Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang berbeda diperkenankan. Misalnya persediaan yang digunakan dalam suatu operasi segmen mungkin memiliki kegunaan yang berbeda dari jenis persediaan yang sama yang digunakan dalam operasi segmen yang lain. Namun demikian, perbedaan lokasi geografis persediaan (atau dalam perspektif perpajakan), dengan sendirinya, tidak cukup hanya sekedar menggunakan rumus biaya yang berbeda Formula MPKP mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap unit ditentukan berdasarkan biaya

rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada keadaan entitas. Nilai Realisasi Neto Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali jika persediaan rusak, seluruh atau sebagian persediaan telah usang, atau harga jualnya telah menurun. Biaya persediaan juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya penyelesaian atau estimasi biaya untuk membuat penjualan telah meningkat. Praktik penurunan nilai persediaan dibawah biaya menjadi nilai realisasi neto konsisten dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan melebihi perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan atau penggunaannya. Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi neto secara terpisah untuk setiap unit ke dalam persediaan. Namun demikian, dalam beberapa kondisi, penurunan nilai persediaan mungkin lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok unit yang serupa atau berkaitan. Misalnya, barang-barang yang termasuk dalam lini produk dengan tujuan atau penggunaan akhir yang serupa, yang diproduksi dan dipasarkan di wilayah yang sama, dan tidak dapat dievaluasi terpisah dari unit-unit lain dalam lini produk tersebut. Penurunan nilai persediaan tidak tepat jika dihitung berdasarkan klasifikasi persediaan, misalnya barang jadi, atau seluruh persediaan dalam suatu industri atau segmen geografis tertentu. Pemberi jasa pada umumnya mengakumulasikan biaya-biaya untuk setiap jasa dimana harga jual terpisah ditentukan. Dengan demikian, masing-masing jasa tersebut diperlakukan secara terpisah. Estimasi nilai realisasi neto didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi ini mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan kondisi yang ada pada akhir periode. Estimasi nilai realisasi neto juga mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan yang dimiliki. Misalnya, nilai realisasi neto dari jumlah persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kontrak penjualan atau jasa yang bersifat pasti didasarkan pada harga kontrak. Jika kontrak penjualan lebih sedikit daripada jumlah persediaan yang dimiliki, maka nilai realisasi neto untuk kelebihannya didasarkan pada harga jual umum. Penyisihan dapat timbul dari kontrak penjualan yang bersifat pasti yang melebihi jumlah persediaan yang dimiliki atau dari kontrak pembelian yang bersifat pasti. Bahan dan perlengkapan lain yang dimiliki untuk digunakan dalam memproduksi persediaan tidak diturunkan nilainya dibawah biayanya. Jika produk jadi yang dihasilkan diharapkan dapat dijual sebesar atau di atas biayanya. Namun demikian, ketika penurunan harga beban mengindikasikan biaya produk jadi yang dihasilkan akan melebihi nilai realisasi neto, maka nilai bahan yang diturunkan ke nilai realisasi neto, dalam kondisi semacam itu, biaya penggantian bahan merupakan ukuran terbaik yang tersedia untuk nilai realisasi netonya Suatu penilaian baru (new assesment) dilakukan atas nilai realisasi neto pada setiap periode berikutnya. Ketika kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan dibawah biaya ternyata tidak ada lagi atau ketika terdapat bukti yang jelas terhadap peningkatan nilai realisasi neto karena perubahan keadaan ekonomi, maka jumlah penurunan nilai harus dibalik

(dalam hal pemulihan adalah terbatas untuk jumlah penurunan nilai awal) sehingga jumlah tercatat yang baru dari persediaan adalah yang terendah dari biaya atau nilai realisasi neto yang telah direvisi, hal ini terjadi, Misalnya ketika suatu jenis persediaan yang dicatat sebesar niai realisasi neto karena harga jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan harga jualnya telah meningkat. Pengakuan Sebagai Beban Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan dibawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut. Beberapa persediaan dialokasikan ke pos aset lainnya, misalnya, persediaan yang dialokasikan ke aset lain dengan cara diakui sebagai beban selama masa manfaat aset tersebut.

You might also like