You are on page 1of 30

Referat

TRAUMA VERTEBRA CERVICAL DAN TORAKOLUMBAL

Oleh

Oleh : Tian Kaprianti, S.Ked Ratri Wulandari S, S.Ked Rizki Burfahmi, S.Ked

Pembimbing: Dr. H. Agus Prawira P. SpRad

DEPARTEMEN RADIOLOGI RSUP DR MOH HOESIN PALEMBANG FK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2011

HALAMAN PENGESAHAN
Referat dengan judul:

TRAUMA VERTEBRA CERVICAL DAN TORAKOLUMBAL


Disajikan oleh:

Tian Kaprianti, S.Ked Ratri Wulandari S, S.Ked Rizki Burfahmi, S.Ked

Pembimbing:

Dr. H. Agus Prawira P. SpRad

telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Univesitas Sriwijaya RSUP DR. Mohammad Hoesin Palembang periode 24 Oktober 2011 - 21 November 2011 .

Palembang November 2011 Pembimbing

Dr. H. Agus Prawira P. SpRad


2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah.SWT, Rabb semesta alam atas segala kemudahan yang diberikan-Nya sehingga referat ini akhirnya dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan dan teladan kita, Nabi Muhammad.SAW, keluarga, dan para sahabatnya. Referat dengan judul Trauma Vertebra Cervical dan Torakolumbal buat sebagai salah satu syarat pada Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Radiologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya berikan kepada Dr. H. Agus Prawira P. Sp.Rad atas bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang. Saya berharap semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Palembang, November 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... KATA PENGANTAR................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. BAB I PENDAHULUAN........................................................................... BAB II ANATOMI DAN TRAUMA VERTEBRA ................................... 2.1. Anatomi.............................................................................................. 2.2. Trauma vertebra ................................ BAB III TRAUMA VERTEBRA CERVICAL ......................................... 3.1. Definisi .............................................................................................. 3.2. Etiologi............................................................................................... 3.3. Epdemiologi ...................................................................................... 3.4. Patofisiologi ....................................................................................... 3.5. Gambaran Klinik ............................................................................... 3.6. Jenis trauma vertebra cervical ........................................................... 3.7. Metode untuk foto daerah cervical ............................................. 3.8. Pengobatan ...................................................................................... BAB IV TRAUMA VERTEBRA TORAKOLUMBAL ........................... 4.1. Epidemiologi ..................................................................................... 4.2. Jenis fraktur vertebra torakolumbal ................................................... 4.3. Pemeriksaan radiologi vertebra torakolumbal ................................... 4.4. Gambaran radiologi vertebra torakolumbal ....................................... 4.5. Pengobatan ........................................................................................ BAB III KESIMPULAN ............................................................................ DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

i ii iii iv v 1 3 3 4 9 9 9 10 10 11 11 15 16 18 18 18 21 21 22 23 24

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Antomi tulang belakang.............................................................. Gambar 2 Fraktur Jefferson ........................................................................ Gambar 3 Fraktur komresi korpus vertebra ................................................ Gambar 4 Fraktur subluksasi vertebra cervical ........................................... Gambar 5 Clay shovelers fracture ............................................................. Gambar 6 Fraktur hangmans ..................................................................... Gambar 7 Fraktur kompresi ........................................................................ Gambar 8 Fraktur dislokasi ......................................................................... 3 12 13 14 15 15 19 20

BAB I PENDAHULUAN Vertebra (tulang belakang) dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum). Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf, menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal. 1 Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di depan dan dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsi tinggi terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transpotasi ke rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati. Trauma tulang dapat mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset, tulang belakang dan medulla spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan olah raga(22%), terjatuh dari ketinggian(24%), kecelakaan kerja. Trauma tulang belakang menurut ketidakstabilanya digolongkan menjadi trauma stabil dan trauma tidak stabil. Sedangkan, menurut lokasinya trauma tulang belakang (vertebra) dibagi menjadi trauma cervical dan torakolumbal. Fraktur servikal paling sering disebabkan oleh benturan kuat, atau trauma pukulan di kepala. Atlet yang terlibat dalam olahraga impact, atau berpartisipasi dalam olahraga memiliki resiko jatuh akibat benturan di leher (ski, menyelam, sepak bola, bersepeda) terkait dengan fraktur servikal. Setiap cedera kepala atau leher harus dievaluasi adanya fraktur servikalis. Sebuah fraktur servikal merupakan suatu keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera.
6

Spine trauma mungkin terkait cedera saraf tulang belakang dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat penting untuk menjaga leher . Fraktur vertebra torakal bagian atas dan tengah jaranng terjadi, kecuali bila trauma berat atau ada osteoporosis. Trauma rotasi paling sering terjadi pada vertebra torakolumbal (Tx-L1) dan dapat menimbulkan fraktur dislokasi disebaabkan karena kerusakan pada elemen psosterior vertebra. Diagnosis klinik adanya fraktur cervical dan thorakolumbal didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kecurigaan yang tinggi akan adanya cedera pada vertebra pada pasien trauma sangat penting sampai kita mengetahui secara tepat bagaimana mekanisme cedera pasien tersebut. Setiap pasien dengan cedera tumpul diatas klavikula, cedera kepala atau menurunnya kesadaran harus dicurigai adanya cedera cervical. Dan setiap pasien yang jatuh dari ketinggian atau dengan dengan mekanisme kecelakaan highspeed deceleration harus dicurigai ada cedera thoracolumbal. Selain itu patut dicurigai pula adanya cedera tulang belakang jika pasien datang dengan nyeri pada leher, tulang belakang dan gejala neurologis pada tungkai. Selain itu, untuk pemeriksaan penunjang diperlukan pemeriksaan sinar X, CT sacn atau MRI untuk menentukan lokasi, bentuk dan jenis fraktur serta lesi pada medulla spinalis. Dengan diagnosis yang tepat dapat melakukan penanganan yang baik sehingga dapat menentukan prognosis. Diagnosis dan penanganan salah dapat mengakibatkan kesalahan yang fatal.

BAB II ANATOMI DAN TRAUMA VERTEBRA


2.1. Anatomi Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai penyangga tubuh dan melindungi medulla spinalis. Pilar itu terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal (vertebra servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra torakalis), 5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sakral yang menyatu (vertebra sakral), dan 4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea).

Gambar 1. Anatomi tulang belakang

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Pada pandangan dari samping pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah servikal, torakal dan lumbal. Keseluruhan vertebra maupun masing-masing tulang vertebra berikut diskus intervertebralisnya bukanlah
8

merupakan satu struktur yang mampu melenting, melainkan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan gerakan antar korpus ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk yang membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya makin kecil. Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu : 1. Kolom korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada di antaranya. 2. Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas lamina , pedikel, prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars artikularis, ligamentum-ligamentum supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum flavum, serta kapsul sendi. Setiap ruas tulang belakang terdiri atas korpus di depan dan arkus neuralis di belakang yang di situ terdapat sepasang pedikel kanan dan kiri, sepasang lamina, dua pedikel, satu prosesus spinosus, serta dua prosesus transversus. Beberapa ruas tulang belakang mempunyai bentuk khusus, misalnya tulang servikal pertama yang disebut atlas dan ruas servikal kedua yang disebut odontoid. Kanalis spinalis terbentuk antara korpus di bagian depan dan arkus neuralis di bagian belakang. Kanalis spinalis ini di daerah servikal berbentuk segitiga dan lebar, sedangkan di daerah torakal berbentuk bulat dan kecil. Bagian lain yang menyokong kekompakan ruas tulang belakang adalah komponen jaringan lunak yaitu ligamentum longitudinal anterior, ligamentum longitudinal posterior, ligamentum flavum, ligamentum interspinosus, dan ligamentum supraspinosus. Stabilitas tulang belakang disusun oleh dua komponen, yaitu komponen tulang dan komponen jaringan lunak yang membentuk satu struktur dengan tiga pilar. Pertama yaitu satu tiang atau kolom di depan yang terdiri atas korpus serta diskus intervertebralis. Kedua dan ketiga yaitu kolom di belakang kanan dan kiri yang terdiri atas rangkaian sendi intervertebralis lateralis. Secara keseluruhan
9

tulang belakang dapat diumpamakan sebagai satu gedung bertingkat dengan tiga tiang utama, satu kolom di depan dan dua kolom di samping belakang, dengan lantai yang terdiri atas lamina kanan dan kiri, pedikel, prosesus transversus dan prosesus spinosus. Tulang belakang dikatakan tidak stabil bila kolom vertikal terputus pada lebih dari dua komponen. Medulla spinalis berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan membawa saraf yang menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh. Semakin tinggi kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yang diakibatkan. Misal, jika kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah dan tidak terdapat sensasi di bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral mengakibatkan sedikit kehilangan fungsi. 2.2. Trauma Tulang Belakang (Vertebra) Cedera tulang belakang yang disebabkan oleh trauma dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, dari rasa sakit, kelumpuhan, inkontinensia. Penyebab utama dari cedera tulang belakang yaitu kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, cedera olahraga, dan kekerasan. Penelitian pengobatan untuk cedera tulang belakang meliputi dikendalikan hipotermia dan sel induk. Mekanisme cedera : Tipe pergeseran yang penting. Fraktur dapat terjadi akibat kekuatan minimal saja pada tulang osteoporotik atau patologik. 1. Hiperekstensi Hiperekstensi jarang terjadi di daerah torakolumbal tetapi sering pada leher, pukulan pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan tanpa menyangga oksiput sehingga kepala membentur bagian atas punggung. Ligamen anterior dan diskus dapat rusak atau arkus saraf mungkin mengalami fraktur. cedera ini stabil karena tidak merusak ligamen posterior.
10

2. Fleksi Trauma ini terjadi akibat fleksi dan disertai kompresi pada vertebra. Vertebra akan mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligamen posterior. Jika ligamen posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak stabil sebaliknya jika ligamentum posterior tidak rusak maka fraktur bersifat stabil. Pada daerah cervical, tipe subluksasi ini sering terlewatkan karena pada saat dilakukan pemeriksaan sinar-X vertebra telah kembali ke tempatnya.

3. Fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi posterior

Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan distraksi posterior dapat mengganggu kompleks vertebra pertengahan di samping kompleks posterior. Fragmen tulang dan bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis spinalis. Berbeda dengan fraktur kompresi murni, keadaan ini merupakan cedera tak stabil dengan risiko progresi yang tinggi. Fleksi lateral yang terlalu banyak dapat menyebabkan kompresi pada setengah corpus vertebra dan distraksi pada unsur lateral dan posterior pada sisi sebaliknya. Kalau permukaan dan pedikulus remuk, lesi bersifat tidak stabil.

4. Pergeseran aksial (kompresi) Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau lumbal akan menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan mematahkan lempeng vertebra dan menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra; dengan kekuatan yang lebih besar, bahan diskus didorong masuk ke dalam badan vertebral, menyebabkan fraktur remuk (burst fracture). Karena unsur posterior utuh, keadaan ini didefinisikan sebagai
11

cedera stabil. Fragmen tulang dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalis spinalis dan inilah yang menjadikan fraktur ini berbahaya; kerusakan neurologik sering terjadi.

5. Rotasi-fleksi

Cedera spina(tulang belakang) yang paling berbahaya adalah akibat kombinasi fleksi dan rotasi. Ligamen dan kapsul sendi teregang sampai batas kekuatannya; kemudian dapat robek, permukaan sendi dapat mengalami fraktur atau bagian atas dari satu vertebra dapat terpotong. Akibat dari mekanisme ini adalah pergeseran atau dislokasi ke depan pada vertebra di atas, dengan atau tanpa dibarengi kerusakan tulang. Semua fraktur-dislokasi bersifat tak stabil dan terdapat banyak risiko munculnya kerusakan neurologik.
6. Translasi Horizontal

Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah dapat bergeser ke anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak stabil dan sering terjadi kerusakan syaraf. Diagnosis dan Pemeriksaan Fraktur Vertebra Diagnosis klinik adanya fraktur thorakolumbal didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Kecurigaan yang tinggi akan adanya cedera pada vertebra pada pasien trauma sangat penting sampai kita mengetahui secara tepat bagaimana mekanisme cedera pasien tersebut. Setiap pasien dengan cedera tumpul diatas klavikula, cedera kepala atau menurunnya kesadaran harus dicurigai adanya cedera cervical sebelum curiga lainnya. Dan setiap pasien yang jatuh dari ketinggian atau dengan dengan mekanisme kecelakaan high-speed deceleration harus dicurigai ada cedera thoracolumbal. Selain itu patut dicurigai pula adanya cedera tulang belakang jika pasien datang dengan nyeri pada leher, tulang belakang dan gejala neurologis pada tungkai.
12

Pemeriksaan klinik pada punggung hampir selalu menunjukkan tandatanda fraktur yang tak stabil namun fraktur remuk yang disertai paraplegia umunya bersifat stabil. Sifat dan tingkat lesi tulang dapat diperlihatkan dengan sinar-X, sedangkan sifat dan tingkat lesi saraf dengan CT atau MRI.

BAB III TRAUMA VERTEBRA CERVICAL


13

3.1. Definisi Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Segmen cervical adalah segmen yang paling mudah digerakkan dan mudah mengalami cedera (trauma). Cedera cervical dengan mengenai bagian atas medulla spinalis akan berakibat fatal dan penyebab kematian pada pasien kecelakaan saat pasien diperjalanan menuju rumah sakit. Nyeri dan kekakuan leher atau keluhan paraestesia atau kelemahan pada tungkai atas, harus diperhatikan. Kekuatan yang menyebabkan cedera kepala yang berbahaya (misalnya kecelakaan lalu lintas atau benturan kepala akibat jatuh dari tempat tinggi) juga dapat menyebabkan cedera leher. Karena itu, pada pasien yang pingsan karena cedera kepala, harus selalu dicurigai mengalami fraktur vertebra cervical. 3.2. Etiologi Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu: a. Fraktur akibat peristiwa trauma Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan
14

ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh. c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh. 3.3. Epidemiologi Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung, kanker dan stroke, tercatat 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3% penyebab kematian ini karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena multiple trauma. Insidensi trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade 3. 3.4. Patofisiologi Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom
15

pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement. 3.5. Gambaran klinik Nyeri Bengkak/edama Memar/ekimosis Spame otot Penurunan sensasi Gangguan fungsi Mobilitas abnormal Krepitasi Defirmitas Shock hipovolemik

16

3.6. Jenis trauma vertebra cervical a. Fraktur Atlas C 1 Fraktur ini terjadi pada kecelakaan jatuh dari ketinggian dan posisi kepala menopang badan dan daerah cervical mendapat tekanan hebat. Condylus occipitalis pada basis crani dapat menghancurkan cincin tulang atlas. Jika tidak ada cedera angulasi dan rotasi maka pergeseran tidak berat dan medulla spinalis tidak ikut cedera. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan adalah posisi anteroposterior dengan mulut pasien dalam keadaan terbuka. Lokasi yag paling sering adalah pada daerah yang paling lemah yitu pada cincin vertebra. Fraktur dapat tanpa disertai robekan (tipe A) atau dengan robekan ligament tranversun (tipe B). Fraktur ini juga disebut Jefferson Fracture.

Gambar 2. Fraktur Jefferson

b. Pergeseran C 1 C2 ( Sendi Atlantoaxial) Atlas dan axis dihubungkan dengan ligamentum tranversalis dari atlas yang menyilang dibelakang prosesus odontoid pada axis. Dislokasi sendi atlantoaxial dapat mengakibatkan arthritis rheumatoid karena adanya perlunakan kemudian akan ada penekanan ligamentum transversalis. Fraktur dislokasi termasuk fraktur basis prosesus odontoid. Umumnya ligamentum tranversalis masih utuh dan prosesus odontoid pindah dengan
17

atlas dan dapat menekan medulla spinalis. Terapi untuk fraktur tidak bergeser yaitu imobilisasi vertebra cervical. Terapi untuk fraktur geser atlantoaxial adalah reduksi dengan traksi continues. c. Fraktur Kompresi Corpus Vertebral Tipe kompresi lebih sering tanpa kerusakan ligamentum spinal namun dapat mengakibatkan kompresi corpus vertebralis. Sifat fraktur ini adalah tipe tidak stabil. Terapi untuk fraktur tipe ini adalah reduksi dengan plastic collar selama 3 minggu ( masa penyembuhan tulang)

Gambar 3. Fraktur kompresi corpus vertebra

d. Flexi Subluksasi Vertebral Cervical Fraktur ini terjadi saat pergerakan kepala kearah depan yang tiba-tiba sehingga terjadi deselerasi kepala karena tubrukan atau dorongan pada kepala bagian belakang, terjadi vertebra yang miring ke depan diatas vertebra yang ada dibawahnya, ligament posterior dapat rusak dan fraktur ini disebut subluksasi, medulla spinalis mengalami kontusio dalam waktu singkat. terjadi robekan pada sebagian ligament di posterior tulang leher ; ligament longitudinal anterior utuh. Tanda penting pada subluksasi anterior adalah

18

adanya angulasi ke posterior (kifosis) local pada tempat kerusakan ligament. Tanda-tanda lainnya : - Jarak yang melebar antara prosesus spinosus - Subluksasi sendi apofiseal

Gambar 4. Flexi Subluksasi Vertebral Cervical

e. Fleksi dislokasi dan fraktur dislokasi cervical Cedera ini lebih berat dibanding fleksi subluksasi. Mekanisme terjadinya fraktur hampir sama dengan fleksi subluksasi, posterior ligamen robek dan posterior facet pada satu atau kedua sisi kehilangan kestabilannya dengan bangunan sekitar. Jika dislokasi atau fraktur dislokasi pada C7 Th1 maka posisi ini sulit dilihat dari posisi foto lateral maka posisi yang terbaik untuk radiografi adalah swimmer projection
f. Ekstensi Sprain Cervical (Whiplash injury)

Mekanisme cedera pada cedera jaringan lunak yang terjadi bila leher tibatiba tersentak ke dalam hiperekstensi. Biasanya cedera ini terjadi setelah tertabrak dari belakang; badan terlempar ke depan dan kepala tersentak ke belakang. Terdapat ketidaksesuaian mengenai patologi yang tepat tetapi kemungkinan ligamen longitudinal anterior meregang atau robek dan diskus mungkin juga rusak. Pasien mengeluh nyeri dan kekakuan pada leher, yang refrakter dan
19

bertahan selama setahun atau lebih lama. Keadaan ini sering disertai dengan gejala lain yang lebih tidak jelas, misalnya nyeri kepala, pusing, depresi, penglihatan kabur dan rasa baal atau paraestesia pada lengan. Biasanya tidak terdapat tanda-tanda fisik, dan pemeriksaan dengan sinar-X hanya memperlihatkan perubahan kecil pada postur. Tidak ada bentuk terapi yang telah terbukti bermanfaat, pasien diberikan analgetik dan fisioterapi. g. Fraktur Pada Cervical Ke -7 (Processus Spinosus) Prosesus spinosus C7 lebih panjang dan prosesus ini melekat pada otot. Adanya kontraksi otot akibat kekerasan yang sifatnya tiba-tiba akan menyebabkan avulsi prosesus spinosus yang disebut clay shovelers fracture. Fraktur ini nyeri tetapi tak berbahaya. Biasanya pada C6/C7.

Gambar 5. clay shovelers fracture

h. Fraktur Hangmans Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior C2 terhadap C3.

20

Gambar 6. Fraktur Hangman

3.7. Metode untuk foto daerah cervical


1.

Pada foto anteroposterior garis lateral harus utuh, dan prosesus spinosus

dan bayangan trakea harus berada pada garis tengah. Diperlukan foto dengan mulut terbuka untuk memperlihatkan C1 dan C2 (untuk fraktur massa lateral dan odontoid).
2.

Foto lateral harus mencakup ketujuh vertebra cervical dan T1, jika tidak

cedera yang rendah akar terlewatkan. Hitunglah vertebra kalau perlu, periksa ulang dengan sinar-X sementara menerapkan traksi ke bawah pada lengan. Kurva lordotik harus diikuti dan menelusuri empat garis sejajar yang dibentuk oleh bagian depan korpus vertebra, bagian belakang badan vertebra. massa lateral dan dasar-dasar prosesus spinosus setiap Ruang ketidakteraturan menunjukkan suatu fraktur atau tergeser oleh hematoma jaringan lunak. 3. Jarak tiang odontoid dan bagian belakang arkus anterior pada atlas tidak boleh melebihi 4,5 mm ( anak-anak ) dan 3mm pada dewasa 4. Untuk menghindari terlewatnya adanya dislokasi tanpa fraktur diperlukan film lateral pada posisi ekstensi dan fleksi.
5.

pergeseran.

interspinosa yang terlalu lebar menunjukkan luksasi anterior. Trakea dapat

Pergeseran korpus vertebra ke arah depan terhadap korpus vertebra

dibawahnya dapat berarti klinis yaitu dislokasi permukaan unilateral jika pergeseran yang kurang dari setengah lebar korpus vertebra. Untuk hal ini diperlukan foto oblik untuk memperlihatkan sisi yang terkena. Pergeseran yang lebih dari setengah lebar korpus vertebra tersbut menunjukkan dislokasi bilateral. 6. Lesi yang tidak jelas perlu dilanjutkn pemeriksaan CT scan.
21

3.8. Pengobatan Medical management yaitu setelah fase akut spinal injury tertangani maka immobilisasi untuk membatasi gerakan pada cervical yang tidak stabil diperlukan untuk memungkinkan penyembuhan tulang dan ligament berlangsung, juga untuk melindungi spinal cord. Imobilisasi dapat dilakukan dengan cervical orthosis, collar, porter type orthosis, cervico thoracic dan halo orthosis. Cervical collar terdiri dari soft collar dan phila delphia collar. Soft collar mempunyai keuntungan yang kecil pada pasien spinal cord injury dan hanya membatasi pergerakan minimal pada rotasi ekstensi dan fleksi. Philadelphia collar memberikan proteksi yang lebih baik daripada soft collar terutama pada gerakan fleksi dan ekstensi, tapi tidak efektif pada axial rotasi. Indikasi: non/minimal displace C1 C2 fracture, minimal body/processus spinasus fracture, post anterior cervical disctomy dengan fusi. Poster type orthoses lebih rigid dan memiliki 3 point fiksasi, pada mandibula occiput dan bahu atau thorax bagian atas. Halo vest membatasi fleksi dan ekstensi, axial rotasi dan lateral bending. Alat ini direkomendasikan untuk discplace atlas fracture, adontoid fracture, semua axis fracture dan kombinasi C1 C2 fracture dan post operasi imobilisasi setelah surgical fusion. Penanganan Operasi Goal dari penanganan operasi adalah: Reduksi mal aligment, decompresi elemen neural dan restorasi spinal stability Operasi anterior dan posterior.

22

BAB IV TRAUMA TORAKO-LUMBAL

Fraktur tulang belakang lumbal dapat terjadi apabila terjadi kekuatan ke kolom tulang belakang melebihi kekuatan dan stabilitas unit kolom tulang belakang. Fraktur dapat menyebabkan fragmen tulang terpisah dari vertebra atau mengalami penekanan disertai hilangnya ketinggian pada badan vertebra, yang seringkali disertai desakan atau jepitan dibagian anterior. Mungkin terdapat kehilangan kecekungan aspek posterior yang normal pada batang vertebra. Frgmen-fragmen tulang dapat bergeser ke posterior ke dalam kanalis spinalis sehingga menyebabkan gejala neurologis.

23

4.1. Epidemiologi Fraktur vertebra torakal bagian atas dan tengah jaranng terjadi, kecuali bila trauma berat atau ada osteoporosis. Karena kanalis spinal di daerah ini sempit maka sering disertai dengan kelainan neurologik. Trauma rotasi paling sering terjadi pada vertebra torakolumbal (Tx-L1) dan dapat menimbulkan fraktur dislokasi disebaabkan karena kerusakan pada elemen psosterior vertebra.

4.2. Jenis fraktur vertebra torakolumbal a. Fraktur kompresi (Wedge fractures) Adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis yang tertekan dan membentuk patahan irisan. Fraktur kompresi adalah fraktur tersering yang mempengaruhi kolumna vertebra. Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan posisi terduduk ataupun mendapat pukulan di kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker dari tempat lain ke vertebra kemudian membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah dan akhirnya mudah mengalami fraktur kompresi. Vertebra dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek ukurannya daripada ukuran vertebra sebenarnya. 5

Gambar 7. Fraktur kompresi (wedge fractures)

b. Fraktur remuk (Burst fractures) Fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi masuk ke kanalis spinais.

24

Terminologi fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus vertebralis kearah luar yang disebabkan adanya kecelakaan yang lebih berat dibanding fraktur kompresi. tepi tulang yang menyebar atau melebar itu akan memudahkan medulla spinalis untuk cedera dan ada fragmen tulang yang mengarah ke medulla spinalis dan dapat menekan medulla spinalis dan menyebabkan paralisi atau gangguan syaraf parsial. Tipe burst fracture sering terjadi pada thoraco lumbar junction dan terjadi paralysis pada kaki dan gangguan defekasi ataupun miksi. Diagnosis burst fracture ditegakkan dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahui letak fraktur dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fracture atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligamen dan adanya perdarahan. c. Fraktur dislokasi Fraktur dislokasi terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari tempatnya karena kompresi, rotasi atau tekanan. Ketiga kolumna mengalami kerusakan sehingga sangat tidak stabil, cedera ini sangat berbahaya. Terapi tergantung apakah ada atau tidaknya korda atau akar syaraf yang rusak. Kerusakan akan terjadi pada ketiga bagian kolumna vertebralis dengan kombinasi mekanisme kecelakaan yang terjadi yaitu adanya kompresi, penekanan, rotasi dan proses pengelupasan. Pengelupasan komponen akan terjadi dari posterior ke anterior dengan kerusakan parah pada ligamentum posterior, fraktur lamina, penekanan sendi facet dan akhirnya kompresi korpus vertebra anterior. Namun dapat juga terjadi dari bagian anterior ke posterior. kolumna vertebralis. Pada mekanisme rotasi akan terjadi fraktur pada prosesus transversus dan bagian bawah costa. Fraktur akan melewati lamina dan seringnya akan menyebabkan dural tears dan keluarnya serabut syaraf.

25

Gambar 8. Fraktur Dislokasi

d. Cedera pisau lipat (Seat belt fractures)

Cedera pisau lipat sering terjadi pada kecelakaan mobil dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem sehingga membuat vertebrae dalam keadaan fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada thoracolumbar junction. Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang pertengahan menbetuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian kolumna anterior vertebralis. Pada cedera sabuk pengaman, tubuh penderita terlempar kedepan melawan tahanan tali pengikat. Korpus vertebra kemungkinan dapat hancur selanjutnya kolumna posterior dan media akan rusak sehingga fraktur ini termasuk jenis fraktur tidak stabil.

4.3. Pemeriksaan radiologi vertebra torakolumbal Pemeriksaan radiologik rutin untuk trauma tulang belakang torakal dan lumbal adalah proyeksi AP dan lateral. Bila trauma berat maka foto dibuat dengan pasien tidur terlentang dan foto lateral di buat dengan sinar horizontal. Pada foto AP, adanya pelebaran bayangan mediastinum yang bersangkutan menunjukan adanya hematom paravertebral.

4.4. Gambaran radiologi vertebra torakolumbal

26

Lateral radiografi menunjukkan suatu fraktur kompresi L3 tulang belakang. Perhatikan kompresi ke bawah dari endplate unggul dari L3 (panah kuning). Bagian anterior tubuh vertebral L3 telah mengungsi ke depan (panah putih).

Dua bersebelahan sagital

MRI T2-tertimbang tulang belakang lumbal menunjukkan fraktur kompresi vertebral tubuh L1. Aspek anterior L1 dikompresi lebih dari 60%.

Deformitas relatif sedikit dari tubuh vertebral L2 ditampilkan, dengan kurang dari 5 ke depan kyphotic angulasi. Kompresi patah tulang dengan sedikit angulasi sering dikaitkan dengan trauma ligamen signifikan posterior (tanda panah).

27

4.5. Pengobatan Trauma vertebra torakolumbal tipe stabil dapat ditangni secara konservatif dengan gips selama 8-12 minggu, sedangkan yang tidak stabil temporer bisa dengan konservatif atau operatif, yaitu degan melakukan stabilisasi interna bila penderita mengalami gangguan neurologik. Pada trauma vertebra torakolumbal tidak stabil permanen perlu dilakukan stabilisasi interna, karena penyembuhan jaringan ikat yang tidak baik akan menimbulkan instabilitas yang membahayakan medulla spinalis di kemudian hari.

28

BAB IV KESIMPULAN

Trauma vertebra (tulang belakang) mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset, tulang belakang dan medulla spinalis. Semua trauma vertebra harus dianggap trauma hebat sampai ditangani dengan baik. Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, terjatuh dari ketinggian dan kecelakaan kerja.Menurut lokasinya trauma vertebra dibagi menjadi trauma cervical dan torakolumbal. Trauma pada servikal paling sering disebabkan oleh benturan kuat, atau pukulan di kepala. Pada fraktur cervical biasanya ditemukan nyeri leher bagian atas atau neuralgia. Jenis trauma vertebra cervical antara lain fraktur atlas(C1), pergeseran sendi atlantoaksial, fraktur kompresi crpus vertebra, fraktur dislokasi, fraktur subluksasi, dan fraktur vertebra C7(prosesus spinosus). Trauma vertebra torakolumbal dapat terjadi apabila terjadi kekuatan ke kolom tulang belakang melebihi kekuatan dan stabilitas unit kolom tulang belakang. Pada pasien curiga dengan fraktur vertebra torakolumbal dari pemeriksaan didapatkan nyeri tulang punggung, memar atau deformitas. Jenis frktur vertebra torakolubal antara lain fraktur kompresi (wedge fracture), fraktur dislokasi, fraktur remuk (burst fracture) dan fraktur cedera pisau lipat (seat belt fracture).

29

DAFTAR PUSTAKA

Jong, W.D, Samsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2010. Ed 3. Jakarta: EGC. Rasjad C. Pegantar Ilmu Bedah Ortopedi. 2007. Ed 3 Jakarta : PT. Yarsif Watampone. Rasyad S. Radiologi Diagnostik. 2008. Ed 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Palmer PES, Cockshott WP, Hegedus V, Samuel E. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. 1995. Jakarta: EGC. Patel PP. Lecture Notes Radiologi .2007. Ed 2. Jakarta: Erlangga.

30

You might also like