You are on page 1of 41

Abstrak

Model Penerapan Teori Skemata untuk Meningkatkan Pemahaman Isi Bacaan bagi Siswa Sekolah Dasar
Oleh: Ribut Wahyu Eriyanti

Kemahiran membaca sangat penting bagi siswa dalam rangka belajar dan menguasai ilmu pengetahuan. Hal itu sesuai dengan hakikat membaca sebagai proses kognetif . Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar di Indonesia masih rendah. Hal itu antara lain disebabkan oleh strategi pembelajaran membaca yang diterapkan guru kurang tepat. Berkenaan dengan itu, tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model penerapan teori skemata untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa Sekolah Dasar dan mengetahui efektivitas model penerapan teori skemata untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa Sekolah Dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Pra-eksperimen dengan Satu Kelompok. Model pengembangan yang dipilih adalah model struktural. Subjek penelitian yang dipilih adalah siswa SD Muhammadiyah I kelas V berjumlah 30 orang siswa. Data penelitian ini berupa skor kemampuan memahami isi bacaan sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan. Teknip pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Data tersebut dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model penerapan skemata dalam pembelajaran membaca pemahaman diterapkan dengan mengikuti tahapan membaca, yakni mulai dari tahap prabaca, pelaksanaan membaca, dan pascabaca. Pada tahap prabaca, guru membantu siswa membangkitkan skemata untuk memahami isi bacaan dengan mengajukan pertanyaan atau memaknai kata-kata sulit, dan juga memberikan gambar-gambar yang berkaitan dengan isi bacaan. Pada tahap pelaksanaan membaca, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan sisipan tentang isi bacaan, dan pada tahap pascabaca, guru memberikan pertanyaan yang mengarah pada penyimpulan dan pemberian balikan. (2) Model penerapan teori skemata ini terbukti efektif untuk meningkatkan kemampauan memahami isi bacaan bagi siswa Sekolah Dasar. Dengan demikian, disarankan kepada guru untuk menggunakan model penerapan teori skemata ini sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa dan kepada peneliti berikutnya disankan untuk memverifikasi hasil penelitian ini dengan menggunakan desain penelitian eksperimen dengan data kelompok mandiri.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Membaca merupakan salah satu aspek kemahiran berbahasa yang sangat penting dikuasai oleh seseorang, khususnya siswa. Melalui kegiatan membaca, banyak sekali informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang dapat diperoleh. Apalagi di abad modern yang ditandai dengan derasnya arus informasi yang beredar dan menembus segala aspek kehidupan masyarakat. Merebaknya media komunikasi massa, secara langsung maupun tidak langsung telah menuntut seseorang untuk menguasai informasi secara cepat dan tepat serta mampu memanfaatkannya untuk berbagai keperluan. Bagi siswa, kemahiran membaca sangat penting dalam rangka belajar dan menguasai ilmu pengetahuan. Hal itu sesuai dengan hakikat membaca sebagai proses kognetif (Tampubolon, 1990). Meskipun pada taraf penerimaan lambanglambang tulisan diperlukan kemampuan motorik berupa gerakan mata, kebanyakan kegiatan yang dilakukan dalam membaca adalah kegiatan berpikir atau bernalar dan ingatan. Dengan kegiatan bernalar tersebut, pembaca berusaha menemukan dan memahami informasi yang dikomunikasikan oleh penulis melalui tulisan. Dalam proses memahami informasi tersebut, pembaca juga dapat mempelajari cara-cara penulis menyajikan pikirannya. Dengan demikian, dapat juga dikatakan bahwa dengan membaca, pembaca memeperoleh dua jenis pengetahuan, yakni berupa informasi baru dan cara penyajian pikiran dalam tulisan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa selain memperkaya pengetahuan, membaca juga meningkatkan daya nalar. Selanjutnya, berlandaskan kedua kemampuan tersebut, pembaca dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan gagasannya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh pembaca melalui kegiatan membaca. Menyadari pentingnya membaca tersebut, dalam proses pendidikan formal, pembelajaran membaca mendapatkan perhatian yang serius. Hal itu dapat dilihat pada kurikulum Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, khususnya mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, yang menempatkan keterampilan membaca sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus dilatihkan kepada siswa. Hal itu dapat dilihat dari ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar yang mencakup: (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis (Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 2006). Bahkan ditegaskan bahwa pada akhir pendidikan di SD, peserta didik diharuskan telah membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra. Meskipun pembelajaran membaca mendapatkan perhatian yang serius dalam proses pendidikan formal, namun kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa di Sekolah Dasar di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh IEA (Asosiasi Internasional yang secara berkala meriset pencapaian bidang pendidikan masyarakat dunia) tentang kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar (SD) di sejumlah negara, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa kemampuan siswa SD di Indonesia sangat rendah (di bawah rata-rata). Dari 33 negara yang diteliti, siswa SD di Indonesia berada di urutan ke-32 (Republika, 1 Mei 1997). Bahkan, dilihat dari

segi usia siswa yang diteliti, rata-rata siswa di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata usia siswa dari negara lain, yakni 10 tahun, sedangkan Singapura 9 tahun dan Kanada 8 tahun. Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi adalah kemahiran membaca siswa Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP) di Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa SLTP di empat wilayah propinsi di Indonesia, yakni Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Jawa Timur (Suparno, 1998) menunjukkan bahwa kemahiran membaca siswa termasuk kategori kurang baik, dengan rincian 38,55% sangat kurang, 41,5% kurang, 16,6% sedang, 3,4% baik, dan 0% sangat baik. Sebenarnya, ada banyak faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan hakikat pembelajaran sebagai sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem, proses pembelajaran ditentukan oleh guru, siswa, pendekatan dan metode, materi pembelajaran, dan evaluasi, serta banyak lagi fasilitas yang lain, termasuk lingkungan belajar (Siahaan, 1987:1; Dick dan Cary, 1985:3). Coombs (dalam Dirjen Penti Depdikbud, 1997:1-7) menyatakan bahwa keberhasilan proses pembelajaran sebagai sistem bergantung pada interaksi fungsional subsistem-subsistem secara keseluruhan. Jika satu subsistem tidak berfungsi, interaksi antarsubsistem menjadi terganggu, sehingga pencapaian tujuan pendidikan menjadi tersendat. Pendekatan sebagai salah satu unsur sistem sangat penting dalam proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran berkaitan dengan pandangan terhadap pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran membaca, pandangan guru terhadap hakikat pembelajaran membaca dan hakikat membaca sangat menentukan bentuk kegiatan atau strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Bertolak dari kondisi tersebut, diperlukan alternatif model pembelajaran membaca untuk memperbaiki kondisi pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa. Dalam hal ini, model penerapan teori skemata dimaksudkan sebagai alternatif tersebut. Hal ini sesuai dengan karakteristik teori skemata sebagai berikut. Menurut teori skemata, membaca adalah proses komunikasi interaktif yang melibatkan latar belakang pengetahuan, bahasa, dan suatu organisasi gagasan ( Harjasujana dalam Indrawati, 1996). Untuk mampu memahami isi bacaan dengan baik, pembaca memerlukan latar belakang pengetahuan berkaitan dengan materi bacaan yang dibaca. Dengan bantuan tersebut, pembaca dapat menginterpretasikan maksud penulis. Rumelhart (dalam Pratiwi, 2001:13) mengemukakan bahwa skemata dapat menjelaskan fenomena seperti penyerapan informasi, inferensi, memfokuskan perhatian, dan mengingat. Lebih lanjut dikatakan bahwa fungsi utama skemata adalah dalam penyusunan interpretasi peristiwa, objek, atau situasi dalam proses pemahaman. Apabila skemata gagal menangani aspek situasi tertentu, maka skemata yang sudah ada dapat diadaptasikan atau skemata yang lain dapat dicari. Oleh sebab itu, proses dasar skemata menyerupai dengan pengujian hipotesis, pengevaluasian kesesuaian informasi, dan estimasi parameter. Teori skemata menyatakan bahwa cara yang digunakan pembaca untuk memahami bacaan tidak saja bergantung pada informasi yang dibaca, tetapi juga pada struktur mental yang relevan yang telah dimiliki pembaca. Bertolak dari fungsi skemata dalam memahami isi bacaan, maka dalam pembelajaran membaca, guru perlu membangkitkan skemata siswa. Hal ini sejalan dengan pandangan psikologi kognetif yang menyatakan bahwa aspek mental dan

organisasi latar belakang pengetahuan sangat penting dalam proses belajar (Omagio, 1986:96). Belajar yang melibatkan proses mental aktif akan penuh makna, efektif, dan permanent. Agar pembelajaran menjadi bermakna (meaningfull), maka materi pembelajaran harus diorganisasikan sedemikian rupa sehingga informasi baru lebih mudah berasimilasi atau attached dengan struktur kognetifnya. Oleh sebab itu, Ausubel (dalam Indrawati, 1996) menekankan perlunya pendidik menyediakan advance organizers alat yang relevan untuk mengaktifkan latar belakang pengetahuan (skemata) untuk memudahkan belajar dan mengingat materi baru. Penelitian tentang pentingnya skemata dalam memahami isi bacaan pernah dilakukan oleh Omaggio (1986:105) dengan menggunakan variasi konteks visual sebagai advance organizer. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada efek yang signifikan pada pelajar yang diberi kondisi konteks visual. Sehubungan dengan pentingnya peranan skemata dalam memahami bacaan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tindakan untuk menemukan model penerapan teori skemata yang efektif untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa sekolah dasar.

1.2 Rumusan Masalah Fokus penelitian ini adalah pada proses dan hasil pembelajaran membaca dengan teori skemata untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa kelas V SD. Berkaitan dengan proses pembelajaran membaca dengan teori skemata, ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yakni tahap prabaca, tahap membaca, dan tahap pascabaca.

Berkaitan dengan kemampuan memahami isi bacaan ada beberapa aspek kemampuan yang terlibat, yakni kemampuan menemukan informasi faktual, menemukan ide pokok, ide penjelas, dan membuat kesimpulan., menemukan tujuan penulis, membedakan opini dan fakta, membedakan realitas dan fantasi, menilai keutuhan gagasan, menilai keruntutan gagasan, menilai kelengkapan gagasan, menilai kesesuaian judul dengan isi, dan membuat kerangka isi bacaan. Akan tetapi, sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir subjek yang diteliti, dalam penelitian ini, kemampuan membaca yang diteliti dibatasi pada kemampuan menemukan informasi faktual, menemukan ide pokok, ide penjelas, dan membuat kesimpulan., menemukan tujuan penulis, dan menilai kesesuaian judul dengan isi. Dengan demikian, masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah model penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca yang efektif untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa sekolah dasar pada tahap prabaca, pelaksanaan membaca, dan pascabaca? 2) Bagaimanakah tingkat keefektivan penerapan teori skemata dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa sekolah dasar?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat dan Proses Membaca Ada beberapa batasan membaca yang dikemukakan pakar. Masingmasing batasan tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Perbedaan antara batasan membaca tersebut pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan sudut pandang atau pendekatan dan juga teori yang digunakan berbeda. Penganut teori keterampilan mengartikan membaca sebagai kegiatan menerapkan seperangkat keterampilan dalam mengolah tuturan tertulis yang dibaca untuk menangkap maknanya. Berbeda dengan penganut teori keterampilan, teori persepsi memandang membaca sebagai proses mempersepsi, yaitu memberikan respon bermakna pada simbol-simbol grafis yang telah dikenal (Oka, tanpa tahun:13). Penerapan studi psikolinguistik ke dalam studi membaca cenderung memandang membaca sebagai pengolahan informasi yang berwadahkan bahasa tulis, dengan daya intelektual pembaca dan kompetensi bahsanya (Palmer dalam Oka, tanpa tahun:14). Jika dilihat dari ketiga pengertian membaca tersebut, dapat diketahui bahwa ketiganya memiliki perbedaan. Pengertian yang pertama memiliki jangkauan yang sangat sempit, yakni membaca hanya dipandang sebagai proses pengenalan simbol-simbol tertulis. Pengertian yang kedua memiliki cakupan yang agak luas, yakni di samping masalah mekanisme membaca, proses pengenalan makna kata-kata dan frasa penyusun bacaan, juga proses pemaduan

atau penataan berbagai unsur makna menjadi satu kesatuan ide. Pengertian ketiga memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian pertama dan kedua. Pengertian yang ketiga memandang membaca meliputi pula proses atau kegiatan memberikan reaksi kritis kreatif terhadap bacaan dalam menemukan signifikansi, nilai, fungsi, dan hubungan isibacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan oleh penulis. Proses berpikir kritis, evaluatif, dan kreatif dalam membaca bukan saja menjadi bagian integral dari proses membaca, melainkan juga merupakan kelanjutan serta kesudahan proses pemahaman (Oka, tanpa tahun: 16). Sejalan dengan pendapat tersebut, Burns (1984:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks. Dalam membaca, pembaca harus harus mampu menangkap sejumlah simbol tertulis yang dibaca dan menginterpretasikan simbol-simbol atau kata-kata yang dibaca, memahami alur berpikir dan bentuk-bentuk gramatikal tulisan, menghubungkan pengalaman yang telah mereka peroleh sebelumnya untuk memahami makna kata-kata yang ia baca, mengingat apa yang telah mereka baca dan menghubungkannya dengan ide-ide yang terdapat dalam bacaan dan kenyataan yang ada, membuat kesimpulan dan penilaian terhadap materi yang dibaca, serta menghubungkan minat dan sikap yang mempengaruhi keberhasilan membacanya. Dengan demikian jelaslah bahwa kegiatan membaca bukan merupakan kegiatan yang mudah dan muncul dengan sendirinya. Kemampuan membaca dapat ditingkatkan melalui pembelajaran membaca dan juga latihan yang tepat.

2.2 Faktor yang Menentukan Keberhasilan Membaca Banyak faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam membaca. Burns (1994) mengemukakan adanya enam faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang dalam membaca. Keenam faktor tersebut adalah (1) latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca terutama yang sesuai dengan materi bacaan, (2) penguasaan bahasa bacaan, (3) minat terhadap bacaan, (4) kesiapan sosial dan emosional, (5) kesiapan fisik, dan (6) kemampuan berpikir. Pertama, pengelaman dan pengetahuan yang luas (skemata) merupakan faktor yang sangat penting dalam membaca. Dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang sesuai dengan materi bacaan, pembaca mampu mengenali dan memahami konsep-konsep dan kata-kata yang dibacanya, selanjutnya mampu memahami makna kata-kata tersebut dengan tepat dan cepat. Pengalaman merupakan dasar pembentukan konsep-konsep dan konsep-konsep adalah dasar penguasaan kosakata (perbendaharaan kata). Kedua, penguasaan bahasa merupakan faktor yang sangat penting dalam membaca karena pada hakikatnya membaca merupakan kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan media bahasa tulis. Dengan menguasai bahasa yang digunakan dalam bacaan, pembaca akan dapat memahami pesan yang disampaikan penulis dengan tepat dan cepat. Ketiga, minat terhadap bacaan merupakan faktor penting dalam membaca. Dengan memiliki minat terhadap bacaan, akan mendorong pembaca untuk selalu ingin mengetahui isinya. Dengan demikian, kegiatan membaca dirasakan sebagai kegiatan yang menyenangkan. Keempat, kesiapan (kematangan) sosial dan emosional juga berpengaruh terhadap keberhasilan membaca. Hal ini sesuai dengan hakikat membaca sebagai

10

kegiatan komunikasi dengan media bahasa tulis. Dalam berkomunikasi, pihak yang berkomunikasi harus saling menjalin hubungan yang harmonis. Untuk itu, kematangan sosial dan emosional sangat penting agar pembaca dapat mengendalikan emosinya. Kelima, kesiapan fisik terutama kesehatan indra penglihatansangat menentukan keberhasilan membaca. Pada saat membaca, pertama kali yang dilakukan oleh pembaca adalah menangkap lambang-lambang tulisan. Keenam, kemampuan berpikir sangat menentukan keberhasilan membaca. Telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara kemampuan berpikir atau intelegensi dengan kemampuan membaca.

2.3 Kemampuan Memahami Isi Bacaan Kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan berbeda-beda. Demikian juga dengan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan juga berbeda. Dilihat dari tingkat kemampuan membacanya, ada tiga golongan pembaca, yaitu pembaca literal, pembaca kritis, dan pembaca kreatif. Pembaca literal adalah pembaca yang hanya memiliki kemampuan mengenal dan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat atau secara eksplisit. Pembaca kritis adalah pembaca yang memiliki kemampuan mengolah bahan bacaan baik makna tersurat maupun makna tersirat melalui tahap mengenal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Adapun pembaca kreatif adalah pembaca yang mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari (Nurhadi, 1989:57-60). Pembaca dikategorikan ke dalam pembaca literal jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

11

1) Ketika proses membaca berlangsung, pembaca tidak melibatkan aspek berpikir kritis. 2) Pembaca hanya menerima apa adanya tentang apa yang dinyatakan penulis. 3) Saat berakhirnya kegiatan membaca, pembaca hanya mengingat kembali apa yang dikatakan penulis. 4) Pembaca bersikap pasif. 5) Pemahaman pembaca hanya terbatas pada aspek bacaan yang tersurat. 6) Kebarhasilan pembaca hanya terbatas pada berapa banyak mengingatb kembali apa yang dikatakan penulis, yaitu menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, sama dengan apa yang dinyatakan penulis. Pembaca dikategorikan sebagai pembaca kritis bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Nurhadi, 1987). 1) Mampuan menemukan informasi faktual. 2) Mampuan menemukan ide pokok yang tersirat. 3) Mampuan menemukaqn unsur urutan, unsur perbandingan, unsur sebab-akibat yang tersirat. 4) Mampuan membuat kesimpulan. 5) Mampuan menemukan tujuan penulis. 6) Mampuan memprediksi dampak. 7) Mampuan membedakan fakta dan opini. 8) Mampuan membedakan realitas dan fantasi. 9) Mampuan menilai keutuhan gagasan. 10) Mampuan menilai kepaduan antargagasan 11) Mampuan menilai kelengkapan pengembangan gagasan.

12

12) Mampuan menilai kesesuaian judul dan isi. 13) Mampuan menyusun kerangka bacaan. 14) Kemampuan menemukan tema bacaan.

2.4 Peran Skemata dalam Membaca Telah disebutkan bahwa salah satu aspek penting yang menentukan keberhasilan membaca adalah skemata. Secara umum, skemata dimaknai sebagai pengetahuan awal yang telah tersimpan dalam memori seseorang. Skemata merupakan struktur pengetahuan abstrak yang disimpan secara hirarkis dalam otak (Pratiwi, 2001). Dalam kaitannya dengan membaca, Harjasujana (dalam Indrawati, 1996) menjelaskan bahwa skemata merupakan asosiasi-asosiasi atau gambaran-gambaran yang dapat bangkit dan membayang pada saat pembaca membaca kata, frasa, atau kalimat. Dalam membaca, skemata ini berfungsi pada saat pembaca mengintegrasikan informasi baru dan membiarkan informasi baru masuk menjadi bagian dari pengetahuan yang telah ada. Skemata ini mencakup konsep-konsep yang meliputi objek, situasi, urutan peristiwa, tindakan, dan urutan tindakan. Menurut Carrell ( dalam Pratiwi, 2001) terdapat tiga macam skemata, yaitu skemata bahasa (Linguistic schemata), skemata isi (content schemata) skemata bentuk (formal schemata). Skemata bahasa merupakan pengetahuan kebahasaan pembaca. Skemata isi merupakan pengetahuan awal pembaca yang berhubungan dengan isi teks. Adapun skemata bentuk mengacu pada pengetahuan pembaca tentang struktur retorik teks yang dibaca. Rumelhart (dalam Pratiwi, 2001) menyatakan bahwa skemata dapat menjelaskan fenomena seperti penyerapan informasi, inferensi, pemfokusan perhatian, dan mengingat. Lebih lanjut dikemukakan bahwa fungsi utama 13

skemata adalah dalam penyusunan interpretasi peristiwa, objek, atau situasi dalam proses pemahaman. Teori skemata menyatakan bahwa cara yang digunakan pembaca untuk memahami bacaan tidak hanya bergantung pada informasi yang dibaca, tetapi juga pada struktur mental yang relevan yang telah dimiliki pembaca. 2.5 Penerapan Teori Skemata dalam Pembelajaran Membaca Banyak cara atau strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk membangkitkan skemata siswa dalam pembelajaran membaca. Strategi tersebut antara lain berupa pemberian pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi bacaan yang akan dibaca siswa sebelum siswa memulai membaca, memberikan analogi-analogi atau perbandingan-perbandingan, memperlihatkan contoh-contoh, gambar-gambar visual yang erat kaitannya dengan bacaan yang akan dibaca siswa (Idrawati, 1996). Secara lebi rinci, langkah-langkah penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca dijelaskan berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran membaca, yakni prabaca, saat membaca, dan pascabaca. Pada saat prabaca, kegiatan diarahkan pada pembentukan pengetahuan awal, pengaktifan pengetahuan awal, dan pemfokusan perhatian siswa pada saat membaca. Kegiatan pada saat membaca dimaksudkan untuk mengarahkan interaksi perhatian siswa dengan teks yang dibaca. Adapun kegiatan pasca membaca dimaksudkan untuk memberikan pengulangan, balikan, dan rangsangan kognetif. Pada tahap sebelum membaca, kegiatan yang dilakukan adalah mengaktifkan pengetahuan awal siswa. Pengetahuan awal siswa berhubungan dengan kemampuan dalam memahami isi bacaan. Apabila siswa kurang memiliki pengetahuan awal atau tidak dapat mengaktifkan pengetahuan awal yang

14

diperlukan untuk memahami isi bacaan, Miller dan Perkins (dalam Pratiwi, 2001) memberikan petunjuk untuk membentuk dan mengaktifkan pengetahuan awal siswa dengan cara: pengayaan pengetahuan awal, pembelajaran kosa kata, pengaktifan pengetahuan yang dimiliki, dan pemusatan perhatian. Pengayaan pengetahuan awal dapat dilakukan misalnya dengan memberikan gambaran umum isi bacaan sebelum membaca atau memberikan analoginya. Tujuan pemberian ringkasan isi umum adalah memperkenalkan masalah utama yang dikemukakan penulis, peristiwa-peristiwa pokok yang mengandung masalah yang mengarah pada pemecahan masalah. Apabila guru belum berhasil menyiapkan pengetahuan awal siswa, dapat ditempuh langkah yang kedua, yakni pembelajaran kosakata. Pembelajaran kosa kata ini bertujuan untuk membangkitkan hubungan konseptual antara konsepkonsep yang sudah dikenal dengan konsep-konsep yang belum dikenal. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan kosakata sukar. Siswa diajak untuk mendaftar kosakata sulit, mengartikannya, menggunakannya dalam kalimat dengan konteks yang tepat. Apabila siswa telah memiliki kosakata awal yang memadai, tugas guru adalah mengaktifkan pengetahuan awal. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memberikan pengorganisasian kemahiran (advance organizer). Pengorganisasian kemahiran ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang perlu diketahui siswa sebelum membaca. Perhatian siswa dapat difokuskan pada teks yang dibacanya dengan cara memberikan kegiatan yang dapat meningkatkan perhatian tersebut. Kegiatan

15

yang dapat dilakukan guru untuk ini antara lain penetapan tujuan dan pemberian pertanyaan sebelum kegiatan membaca. Kegiatan pada saat membaca dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan sisipan . Pemberian pertanyaan sisipan dapat dilakukan dengan cara menghentikan aktivitas baca dan guru menyampaikan sejumlah pertanyaan. Pertanyaan dikembangkan berdasarkan bacaan yang telah dibaca dan juga sejumlah pertanyaan untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Kegiatan pascamembaca dimaksudkan untuk memberikan pengulangan, balikan, dan rangsangan kognetif. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain pemberian pertanyaan, pemberian balikan, dan meringkas isi bacaan yang akan dibahas. Pemberian pertanyaan dapat dilakukan berdasarkan pertanyaan yang terdapat dalam buku teks atau yang dipersiapkan sendiri oleh guru, sedangkan pemberian balikan dilakukan setelah siswa menjawab pertanyaan.

16

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan fokus masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan mengembangkan model penerapan teori skemata untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa sekolah dasar. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah 1) Mengembangkan model penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca yang efektif untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa sekolah dasar mulai dari a) tahap prabaca; b) tahap membaca c) tahap pascabaca 2) Mendeskripsikan tingkat keefektivan model penerapan teori skemata untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa sekolah dasar.

3.2 Manfaat Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

17

1) sebagai alternatif model pembelajaran membaca pemahaman yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan; 2) memberikan masukan bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran membaca dengan menggunakan teori skemata di SD; 3) sebagai bahan masukan informasi bagi peneliti berikutnya untuk mengadakan penelitian sejenis dan membandingkannya dengan teori lain.

18

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan jenis penelitian pengembangan. Dalam hal ini dikembangkan model penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu, pada bagian ini dipaparkan model pengembangan yang dipilih, prosedur pengembangan, dan uji coba hasil pengembangan (produk). Dalam paparan uji coba produk diuraikan desain uji coba, subjek uji coba, jenis data, instrumen pengumpul data, dan teknik analisis data. 4.2 Model Pengembangan Model pengembangan yang dipilih dalam penelitian ini adalah model prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif menggariskan langkah-langkah yang dapat diiukuti untuk menghasilkan produk. Sesuai dengan tahapan membaca yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap prabaca, tahap pelaksanaan membaca, dan tahap pascabaca, maka model penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca ini juga dikategorikan ke dalam tiga tahapan. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa model yang dikembangkan ini merupakan hasil modifikasi teori skemata dalam proses belajar ke dalam proses pembelajaran membaca. 19

Telah disebutkan bahwa salah satu aspek penting yang menentukan keberhasilan membaca adalah skemata. Secara umum, skemata dimaknai sebagai pengetahuan awal yang telah tersimpan dalam memori seseorang. Skemata merupakan struktur pengetahuan abstrak yang disimpan secara hirarkis dalam otak (Pratiwi, 2001). Dalam kaitannya dengan membaca, Harjasujana (dalam Indrawati, 1996) menjelaskan bahwa skemata merupakan asosiasi-asosiasi atau gambaran-gambaran yang dapat bangkit dan membayang pada saat pembaca membaca kata, frasa, atau kalimat. Dalam membaca, skemata ini berfungsi pada saat pembaca mengintegrasikan informasi baru dan membiarkan informasi baru masuk menjadi bagian dari pengetahuan yang telah ada. Skemata ini mencakup konsep-konsep yang meliputi objek, situasi, urutan peristiwa, tindakan, dan urutan tindakan. Menurut Carrell ( dalam Pratiwi, 2001) terdapat tiga macam skemata, yaitu skemata bahasa (Linguistic schemata), skemata isi (content schemata) skemata bentuk (formal schemata). Berdasarkan pendapat-pendapat tentang peran skemata dalam membaca dan tahapan kegiatan membaca, maka model penerapan teori skemata dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap prabaca, tahap membaca, dan tahap pascabaca. Berdasarkan kategori tersebut, model penerapan teori skemata untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.

20

4.3 Prosedur Pengembangan Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengembangkan model penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa sekolah dasar sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa yang dilakukan dengan cara memberikan tes kemampuan memahami isi bacaan. 2. Pemetaan kompetensi siswa, khusunya kompetensi dasar membaca pemahaman. Hal ini dilakukan dengan menelaah kurikulum yang diterapkan di sekolah tempat uji coba, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 3. Mengembangkan model pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan teori skemata yang diwujudkan dalam bentuk rencana pembelajaran. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas V SD Muhammadiyah I Malang. 4. Mengujicobakan model penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca di kelas. 4.4 Uji Coba Model Penerapan Teori Skemata dalam Pembelajaran Membaca Uji coba model ini dilaksanakan di kelas V SD Muhammadiyah I Malang. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui keefektivan model yang telah dikembangkan. 4.4.1 Desain Uji Coba Uji coba model penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca pemahaman ini dilaksanakan dengan menggunakan desain Pra-eksperimen. Dengan desain Pra-eksperimen ini, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai

21

berikut. (1) sebelum dilaksanakan tindakan pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan teori skemata, subjek penelitian diberi tes membaca pemahaman secara langsung untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahai isi bacaan. (2) Setelah dilaksanakan , dilaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan teori skemata kepada subjek penelitian. (3) Setelah pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan lagi tes membaca pemahaman kepada subjek yang diteliti. (4) dilakukan pembandingan hasil tes awal dan tes akhir untuk mengetahui apakah ada perbedaan atau tidak antara sebelum dan setelah tindakan dilaksanakan. Desain ini dipilih dengan didasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Ary dkk. (penerjemah Arief furchan, 1982). Menurut Ary, desain Pra-eksperimen dapat diterapkan dalam penelitian pendidikan. Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Desain Pra-tes Pascates dengan Satu Kelompok (One-Group Pretest Posttest) Prates Variabel Bebas Pascates

Y1
Diadopsi dari Donald Ary dkk.

Y2

4.5 Subjek Uji Coba Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Muhammadiyah I Malang berjumlah 33 orang siswa. Pemilihan subjek penelitian ini didasarkan pertimbangan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh IEA (Asosiasi Internasional yang secara berkala meriset pencapaian bidang pendidikan masyarakat dunia) tentang kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar (SD) di

22

sejumlah negara, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa kemampuan siswa SD di Indonesia sangat rendah (di bawah rata-rata). Dari 33 negara yang diteliti, siswa SD di Indonesia berada di urutan ke-32 (Republika, 1 Mei 1997). Bahkan, dilihat dari segi usia siswa yang diteliti, rata-rata siswa di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata usia siswa dari negara lain, yakni 10 tahun, sedangkan Singapura 9 tahun dan Kanada 8 tahun. Di samping itu, pemilihan subjek penelitian ini juga didasarkan pada pertimbangan kemudahan dalam melaksanakan penelitian, dilihat dari segi pengaturan waktu pelaksanaan, sikap akomodatif guru dalam pelaksanaan penelitian, dan kondisi siswa. 4.6 Jenis Data Penelitian Sesuai dengan tujuan uji coba penelitian ini, yaitu untuk mengetahui efektivitas model penerapan teori skemata dalam pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas 5 SD Muhammadiyah I Malang sebelum pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan teori skemata dan setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan teori skemata. Data tersebut diwujudkan dalam bentuk skor hasil tes kemampuan memahami isi bacaan.

4.7 Pengumpulan Data dan Instrumen Sesuai dengan jenis data yang diperlukan, pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik tes, yaitu tes kemampuan memahami isi bacaan. Tes yang diberikan adalah tes subjektif uraian dalam hal memahami isi bacaan. Berdasarkan teknik tersebut, dalam pengumpulan data digunakan instrumen berupa seperangkat tes kemampuan memahami isi bacaan. 23

4.8 Analisis Data Uji Coba Data yang dianalisis berupa hasil tes kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas V SD Kuhammadiyah I Malang. Data yang terkumpul dikoreksi dan diskor dengan menggunakan rentangan skor 0-100. Skor tersebut dijadikan sebagai acuan penyekoran hasil prates dan post tes. Kemudian, skor prates dan post tes dibandin gkan dengan menggunakan Uji-t. Adapun rumus uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut.
t= D
( D ) D N

N ( N 1)

Keterangan: t = nilai t bagi mean-mean yang tak mandiri (yang ada hubungannya) D = perbedaan antara skor yang berpasangan D = mean perbedaan tersebut

D = jumlahskor

perbedaany

angdikuadr

atkan

N = jumlah pasangan

24

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian Paparan hasil penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yakni (1) hasil pengembangan model penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa sekolah dasar dan (2) tingkat efektivitas model penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca pemahaman untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa kelas V sekolah dasar. Hasil penelitian ini dipaparkan secara rinci sebagai berikut. 5.1.1 Hasil Pengembangan Model Penerapan Teori Skemata dalam Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Sekolah Dasar Hasil pengembangan model penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca pemahaman ini diwujudkan dalam bentuk langkah-langkah pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan teori skemata, mulai tahap prabaca, tahap membaca, sampai dengan tahap pascabaca. Model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Secara lebi rinci, langkah-langkah penerapan teori skemata dalam pembelajaran membaca dijelaskan berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran membaca, yakni prabaca, saat membaca, dan pascabaca. Pada saat prabaca, kegiatan diarahkan pada pembentukan pengetahuan awal, pengaktifan pengetahuan awal, dan pemfokusan perhatian siswa pada saat membaca. 25

Kegiatan pada saat membaca dimaksudkan untuk mengarahkan interaksi perhatian siswa dengan teks yang dibaca. Adapun kegiatan pasca membaca dimaksudkan untuk memberikan pengulangan, balikan, dan rangsangan kognetif. Pada tahap sebelum membaca, kegiatan yang dilakukan adalah mengaktifkan pengetahuan awal siswa. Pengetahuan awal siswa berhubungan dengan kemampuan dalam memahami isi bacaan. Apabila siswa kurang memiliki pengetahuan awal atau tidak dapat mengaktifkan pengetahuan awal yang diperlukan untuk memahami isi bacaan maka dilakukan kegiatan membentuk dan mengaktifkan pengetahuan awal siswa dengan cara: pengayaan pengetahuan awal, pembelajaran kosa kata, pengaktifan pengetahuan yang dimiliki, dan pemusatan perhatian. Pengayaan pengetahuan awal dapat dilakukan misalnya dengan memberikan gambaran umum isi bacaan sebelum membaca atau memberikan analoginya. Tujuan pemberian ringkasan isi umum adalah memperkenalkan masalah utama yang dikemukakan penulis, peristiwa-peristiwa pokok yang mengandung masalah yang mengarah pada pemecahan masalah. Apabila guru belum berhasil menyiapkan pengetahuan awal siswa, dapat ditempuh langkah yang kedua, yakni pembelajaran kosakata. Pembelajaran kosa kata ini bertujuan untuk membangkitkan hubungan konseptual antara konsepkonsep yang sudah dikenal dengan konsep-konsep yang belum dikenal. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan kosakata sukar. Siswa diajak untuk mendaftar kosakata sulit, mengartikannya, menggunakannya dalam kalimat dengan konteks yang tepat. Apabila siswa telah memiliki kosakata awal yang memadai, tugas guru adalah mengaktifkan pengetahuan awal. Salah satu cara yang dapat ditempuh

26

adalah dengan memberikan pengorganisasian kemahiran (advance organizer). Pengorganisasian kemahiran ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang perlu diketahui siswa sebelum membaca. Perhatian siswa dapat difokuskan pada teks yang dibacanya dengan cara memberikan kegiatan yang dapat meningkatkan perhatian tersebut. Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk ini antara lain penetapan tujuan dan pemberian pertanyaan sebelum kegiatan membaca. Kegiatan pada saat membaca dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan sisipan . Pemberian pertanyaan sisipan dapat dilakukan dengan cara menghentikan aktivitas baca dan guru menyampaikan sejumlah pertanyaan. Pertanyaan dikembangkan berdasarkan bacaan yang telah dibaca dan juga sejumlah pertanyaan untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Kegiatan pascamembaca dimaksudkan untuk memberikan pengulangan, balikan, dan rangsangan kognetif. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain pemberian pertanyaan, pemberian balikan, dan meringkas isi bacaan yang akan dibahas. Pemberian pertanyaan dapat dilakukan berdasarkan pertanyaan yang terdapat dalam buku teks atau yang dipersiapkan sendiri oleh guru, sedangkan pemberian balikan dilakukan setelah siswa menjawab pertanyaan.

5.1.2 Efektivitas Model Penerapan Teori Skemata dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Sekolah Dasar Efektivitas model penerapan teori skemata dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa Sekolah Dasar diketahui dari hasil perbandingan skor yang dicapai siswa dalam memahami isi bacaan dalam kondisi

27

sebelum pelaksanaan tindakan dan skor yang dicapai setelah pelaksanaan tindakan. Perbandingan kedua skor tersebut sebagai berikut. Tabel : Perbandingan Skor Sebelum Tindakan dan Setelah Tindakan N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 25 37 12 25 50 25 37 25 25 25 25 12 25 12 37 25 37 50 62 25 50 25 75 25 25 37 25 12 37 25 X1 60 50 50 60 40 50 70 70 70 80 70 85 70 95 60 85 75 75 80 60 70 80 80 80 60 90 95 95 65 75 X2 -35 -13 -38 -35 +10 -25 -33 -45 -45 -55 -45 -73 -55 -83 -23 -60 -38 -25 -18 -35 20 55 -5 -55 -35 -53 -70 -83 -28 -50 -1223 D 1225 169 1444 1225 100 625 1089 2025 2025 3025 2025 5329 3025 6889 529 3600 1444 625 324 1225 400 3025 25 3025 1225 2809 4900 6889 784 2500 63549 D2

Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan uji t diketahui bahwa jumlah perbedaan skor yang berpasangan adalah -1223 dengan jumlah pasangan 30 orang siswa. Mean perbedaan tersebut adalah 40,76. Adapun jumlah skor perbedaan yang dikuadratkan adalah 63549.

28

Jumlah derajat bebas bagi uji t takmandiri adalah 29. Dengan derajat bebas 29, berdasarkan hasil penghitungan dengan uji-t diketahui bahwa nilai t adalah 10,29. Hasil uji-t tersebut dikonsultasikan dengan tabel nilai t 0,05 dan 0,01. Dengan derajat bebas 29, nilai t tabel untuk t 0,05 = 1,70, sedangkan untuk t 0,01 = 2,46. Berdasarkan nilai t tabel tersebut diketahui bahwa nilai -t hitung = 10,29 > 2,46 > 1,70. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kemampuan memahami isi bacaan sebelum tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan dengan model penerapan teori skemata untuk meningktakan kemampuan memahami isi bacaan. Hal itu berarti bahwa penerapan teori skemata dalam pembelajaran berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa Sekolah Dasar.

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan bertolak dari hasil penelitian yang telah dirumuskan. Hasil penelitian tersebut diinterpretasi untuk memaknai hasil penelitian yang telah dirumuskan dikaitkan dengan teori yang relevan dan juga teori yang telah dirumuskan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mean perbedaan skor hasil tes kemampuan memahami isi bacaan siswa sekolah dasar yang dijadikan sebagai sampel penelitian sangat tinggi, yakni 40,76. Berdasarkan hasil analisis uji-t diketahui bahwa perbedaan pemahaman isi bacaan tersebut sangat signifikan. Perbedaan ini dapat terjadi memang disebabkan oleh adanya perlakuan yang diberikan guru dengan penerapan model penerapan teori skemata dalam membaca. Dinyatakan oleh Rumelhart (dalam Pratiwi, 2001) bahwa skemata dapat menjelaskan fenomena seperti penyerapan informasi, inferensi, pemfokusan perhatian, dan mengingat. Lebih lanjut dikemukakan bahwa fungsi 29

utama skemata adalah dalam penyusunan interpretasi peristiwa, objek, atau situasi dalam proses pemahaman. Teori skemata menyatakan bahwa cara yang digunakan pembaca untuk memahami bacaan tidak hanya bergantung pada informasi yang dibaca, tetapi juga pada struktur mental yang relevan yang telah dimiliki pembaca. Akan tetapi, dapat juga terjadi bahwa perbedaan itu karena kebetulan. Hal ini merupakan kelemahan desain penelitian yang digunakan, yakni berupa Praeksperimen (eksperimen dengan menggunakan satu kelompok siswa dan seorang guru). Diakui bahwa kelemahan desain ini adalah hanya menggunakan satu kelompok dan tidak menggunakan kelompok pengendali (kelompok kontrol) sehingga masih dimungkinkan terjadinya variabel luar yang juga ikut berpengaruh.

30

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada Bab 2, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Model penerapan teori skemata dalam pembelajaran pemahaman isi bacaan siswa sekolah dasar mencakup tahapan prabaca, saat baca, dan pascabaca. Pada tahap prabaca, kegiatan yang dilakukan guru adalah mengaktifkan pengetahuan awal siswa. Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk ini antara lain penetapan tujuan dan pemberian pertanyaan yang mengarahkan pada pembangkitan skemata siswa tentang seputar isi bacaan sebelum kegiatan membaca. Kegiatan pada saat membaca dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan sisipan . Pertanyaan dikembangkan berdasarkan bacaan yang telah dibaca dan juga sejumlah pertanyaan untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Kegiatan pascamembaca dimaksudkan untuk memberikan pengulangan, balikan, dan rangsangan kognetif. Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain pemberian pertanyaan, pemberian balikan, dan meringkas isi bacaan yang akan dibahas. 2. Berdasarkan hasil analisis uji coba diketahui bahwa model ini sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang tinggi perbedaan skor kemampuan membaca yang dicap[ai siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan dengan menerapkan teori skemata.

31

6.2 Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan yang menunjukkan bahwa model penerapan teori skemata ini sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa sekolah dasar, maka disarankan kepada: a) guru matapelajaran bahasa Indonesia untuk memanfaatkan model ini sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa; b) peneliti berikutnya untuk memverifikasi hasil penelitian ini dengan cara melakukan uji coba dengan menggunakan sampel independen sehingga dapat betul-betul mengendalikan faktor eksternal yang kemungkinan berpengaruh terhadap keberhasilan membaca pemahaman siswa; c) pemerhati masalah membaca pemahaman sebagai bahan memperkaya wawasan tentang metode pembelajaran membaca pemahaman bagi siswa sekolah dasar.

32

DAFTAR PUSTAKA

Ary, Donald dkk. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Penerjemah Arief Furchan. Surabaya:Usaha Nasional. Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Burden, Paul R. & David M. Byrd. 1999. Methods For Effective Teaching. U.S.A : Allyn Bacon. Burn, Paul C. Betty. D. Roe dan Elinor P Ross. 1984. Teaching Reading in Todays Elementary schools. Boston : Houghton Mifflin Company. Cahyono, B.Y. 1993. Aplikasi teori Skemata, Struktur Teks, dan Metakognisi pada Pembelajaran Bahasa Inggris. Malang: Proyek OPF IKIP Malang. Dick, Walter dan Lou Carey. 1990. Systematic Design of Instruction.U.S.A: Foresman and Company. Farris, Pamela J. 1993. Language Arts. United States of America: Wm. C. Brown Communications, Inc. Indrawati, Sri. 1996. Jurnal Ilmu Pendidikan. Pengaruh Konteks Visual terhadap Pemahaman Bacaan Murid Sekolah Dasar. Malang: IKIP Malang Kendall, John S. &RobertJ. Marzano. 1997. Content Knowledge: A. Compendium of Standards and Benchmarks For K-12 Education. Colorado USA: McREL. Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: Sinar Baru. Oka, I Gusti Ngurah. Tanpa nTahun. Pengantar Teori Membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional. Omaggio, Alice C. 1986. Teaching Language in Context. Boston: Heinle Publisher. Pratiwi, Yuni. 2001. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Pengembangan Kompetensi Teks dalam Pembelajaran Prosa Fiksi. Malang: IKIP Malang. Republika. 1 Mei 1997. Suparno. 1998. Jurnal Penelitian Pendidikan. Kondisi Pengajaran Bahasa Indonesia di SLTP. Malang:IKIP Malang.

33

Tompkins, Gail E. 1991. Language Arts: Content and Teaching Strategies. U.S.A: Macmillan Publishing Company.

34

LAMPIRAN 1 PERSONALIA PENELITIAN 1. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar b. Golongan, Pangkat, NIP c. Jabatan Fungsional d. Fakultas/Program Studi f. Perguruan Tinggi g.Waktu untuk Penelitian : : Dra. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si., M.Pd. : IIId, Penata Tk I, 131883028 : Lektor : FKIP/ Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia : Universitas Muhammadiyah Malang : 6 Jam/Minggu

2. Anggota Peneliti 3. Praktisi a. Nama Lengkap dan Gelar b. Golongan, Pangkat, NIP c. Pekerjaan d. Instansi

: Tidak ada

: Rachmawati : : Guru : SD Muhammadiyah I Malang

35

DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PENELITI

A. IDENTITAS a. Nama Lengkap dengan Gelar b. Tempat, Tanggal Lahir c. Jenis Kelamin d. Pangkat/ Golongan/ NIP e. Jabatan Pokok : Dra. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si., m.Pd. : Banyuwangi, 19 Maret 1964 : Wanita : Penata Tk I/ IIId/ 131883028 : Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP f. Perguruan Tinggi g. Alamat : Universitas Muhammadiyah Malang : Jln. Raya Tlogomas No. 246 Malng

B. RIWAYAT PENDIDIKAN a. Sarjana S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, IKIP Malang Tahun lulus 1988 b. Magister Sosiologi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malan Tahun Lulus 1996 c. Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

C. PENGALAMAN KEGIATAN PENELITIAN 1. Korelasi Kemampuan Memahami Fungtor dengan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Tulis Siswa SMU Islam Malang Tahun Ajaran 1986/1987 (1986) 2. Analisis Pengembangan Gagasan dalam Karya Ilmiah Dosen-dosen Universitas Muhammadiyah Malang (1991)

36

3. Telaah Nilai Didaktis Cerita Anak-anak Abunawas dalam Majalah Anakanak Mentari Putera Harapan ( 1995) 4. Pola Pembagian Peran dan Konflik Peran dalam Keluarga Wanita Pekerja di Sektor Industri di Malang (Tahun 1996) 5. Telaah Relevansi Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia SMU dengan Kurikulum 1994 ( 1997) 6. Analisis Permasalahan Mahasiswa dan Upaya yang Ditempuh Mahasiswa dalam Mengatasi Permasalahannya (1997) 7. Analisis Kedudukan dan Peran Wanita dalam Keluarga dan dalam Masyarakat di Kabupaten Magetan (1997) 8. Pola Komunikasi Verbal dalam Keluarga Wanita Pekerja di Sektor Industri di Malang (Tahun 1998) 9. Potensi dan Peran Wanita dalam Perekonomian Keluarga di Kabupaten Magetan (Tahun 1998) 10. Analisis Permasalahan Mahasiswa Ber-IP Rendah di Universitas Muhammadiyah Malang (Tahun 1998) 11. Efektivitas Kalimat dalam Karangan Ilmiah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (Tahun 1998) 12. Produk Unggulan di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur (1999) 13. Kedudukan dan Peran Tokoh Wanita dalam Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari ( 1999) 14. Pola Pembelajaran Menyimak dan Permasalahannya di SMU Swasta Kota madia Malang (1999) 15. Persepsi Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Malang terhadap Proses Pembelajaran di FKIP Universitas Muhammadiyah Malang (1999)

37

16. Relevansi Soal-soal Ebtanas Bahasa dan Sastra Indonesia dengan Kurikulum 1994 (2000) 17. Relevansi Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia SLTP dengan Kurikulum 1994 (2000) 18. Persepsi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang tentang Fasilitas dan Pelayanan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang ( 2001) 19. Pola Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Dasar dan Permasalahannya di Wilayah Kota Madia Malang (2001) 20. Identifikai Permasalahan yang Dihadapi Guru-guru Bahasa dan Sastra Indonesia SLTP Swasta di Kota Malang dalam Melaksanakan Kurikulum 1994 (2002). 21. Pengefektifan Pembelajaran Menulis untuk Meningkatkan Kemampuan Mengembangkan Gagasan melalui Pendekatan Kontekstual bagi Siswa SMP di Kota Malang (2003) 22. Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Mengembangkan Gagasan dalam Menulis Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Muhammadiyah malang (2003) 23. Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Eksposisi Melalui Pendekatan Kontekstual bagi Siswa Kelas III SMP Negeri 11 Malang (2004) 24. Pengembangan Model Penilaian Berbasis Kelas Pembelajaran Bahasa Indonesia SD (2005) 25. Respon Pembicara terhadap Komentar Penyimak (2006) 26. Kedudukan dan Peran Wanita yang Terekspresikan dalam Novel Terjemahan Karya Nawal El-Saadawi (2006).

38

D. KARYA TULIS DIMUAT DI JURNAL ILMIAH 1. Masih Perlukah Sastra di Era Industrialisasi? dalam Jurnal Ilmiah Bestari UMM No. 12 Edisi Agustus 1992. 2. Profesi Guru dalam Perubahan Sosial di Indonesia dalam Jurnal Alternatif FKIP UMM 1995. 3. Peran Komunikasi Keluarga dalam Pengembangan Kepribadian Anak dalam Jurnal Suara Wanita Edisi Juni 1996 PSWK UMM 4. Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak dalam Jurnal Alternatif Edisi Desember 1996 5. Sastra dan Pendidikan Politik Masyarakat dalam Jurnal Bestari Edisi April 1997. 6. Peningkatan Minat Baca Melalui Proses Pembelajaran dalam Jurnal Alternatif Edisi 1998 7. Bahasa sebagai Sarana Berpikir Ilmiah dalam Jurnal Ilmiah Artikulasi edisi 1999. 8. Kebudayaan sebagai Komunikasi dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Jurnal Ilmiah Alternatif edisi 2002. 9. Kompetensi Menyimak dan Strategi pembelajarannya dalam Jurnal ilmiah Alternatif edisi 2002. 10. Permasalahan yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran menyimak dimuat dalam Jurnal ilmiah Alternatif edisi 2003. 11. Tingkatan Kemampuan Menyimak dan Strategi Pembelajarannya dimuat dalam jurnal Ilmiah Alternatif edisi 2003.

Malang, Maret 2004 Penyusun,

Dra. Ribut Wahyu Eriyanti, M.Si NIP. 131883028

39

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 25 37 12 25 50 25 37 25 25 25 25 12 25 12 37 25 37 50 62 25 50 25 75 25 25 37 25 12 37 25

X1 60 50 50 60 40 50 70 70 70 80 70 85 70 95 60 85 75 75 80 60 70 80 80 80 60 90 95 95 65 75

X2 -35 -13 -38 -35 +10 -25 -33 -45 -45 -55 -45 -73 -55 -83 -23 -60 -38 -25 -18 -35 20 55 -5 -55 -35 -53 -70 -83 -28 -50 -1223

D 1225 169 1444 1225 100 625 1089 2025 2025 3025 2025 5329 3025 6889 529 3600 1444 625 324 1225 400 3025 25 3025 1225 2809 4900 6889 784 2500 63549

D2

D = 1223 30

= 40,76

40

41

You might also like