You are on page 1of 56

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi. Pertama: yang laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat bebagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik. Kedua ialah timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause dan kanker. Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global yang semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk 1

menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output. 2. Tujuan a. Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas. b. Sebagai landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi. 3. Pengertian a. Definisi bidan Ikatan Bidan Indonesia telah menjadi anggota ICM sejak tahun 1956, dengan demikian seluruh kebijakan dan pengembangan profesi 4 kebidanan di Indonesia merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM. Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional / Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada

keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. b. Pengertian Bidan Indonesia Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. 5 Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. c. Kebidanan/Midwifery Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsifungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya d. Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service) Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister)

yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. e. Praktik Kebidanan Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan. f. Manajemen Asuhan Kebidanan Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. g. Asuhan Kebidanan (PR lihat buku) Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana. 6 4. Paradigma Kebidanan Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang pada paradigma, berupa pandangan terhadap manusia / perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan / kebidanan dan keturunan. a. Perempuan Perempuan sebagimana halnya manusia adalah mahluk biopsikososiokultural yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang unik, dan bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangan. Perempuan sebagai penerus generasi, sehingga keberadaan perempuan yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sangat diperlukan. Perempuan sebagai sumber daya insani merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan/kondisi perempuan/Ibu dalam keluarga. Para perempuan di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga. b. Lingkungan Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis maupun budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat. Ibu selalu terlibat dalam interaksi keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat. Masyarakat merupakan kelompok paling penting dan kompleks yang telah dibentuk oleh manusia sebagai lingkungan sosial yang terdiri

dari individu, keluarga dan komunitas yang mempunyai tujuan dan sistem nilai. Perempuan merupakan bagian dari anggota keluarga dari unit komunitas. Keluarga yang dalam fungsinya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia berada. Keluarga dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan memberikan dukungan emosional kepada ibu sepanjang siklus kehidupannya. Keadaan sosial ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan lokasi tempat tinggal keluarga sangat menentukan derajat kesehatan reproduksi perempuan. c. Perilaku Perilaku merupakan hasil seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. d. Pelayanan Kebidanan Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. 7 Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi : 1) Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab bidan. 2) Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan. 3) Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertical atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya. e. Keturunan Keturunan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas manusia. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat. 5. Falsafah Kebidanan

Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi : a. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit. b. Keyakinan tentang Perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam stiap asuhan yang diterimanya. c. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu & bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan & janin/bayinya. d. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan. Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambila keputusan 8 merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga & pemberi asuhan. e. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada: pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dg cara yang kreatif & fleksibel, suportif, peduli; bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan & tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan f. Keyakinan ttg Kolaborasi dan Kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik, psikis, emosional, social, budaya, spiritual serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. g. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan menganut filosofis yang mempunyai keyakinan didalam

dirinya bahwa semua manusia adalah mahluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama. h. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatannya. i. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas. j. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa masa remaja. k. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir. 6. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga 9 dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. 7. Kualifikasi Pendidikan a. Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III kebidanan, merupakan bidan pelaksana, yang memiliki kompetensi

untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. b. Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV / S1 merupakan bidan professional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola, dan pendidik. c. Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan bidan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola, pendidik, peneliti, pengembang dan konsultan dalam pendidikan bidan maupun system/ketata-laksanaan pelayanan kesehatan secara universal. 10 B. STANDAR KOMPETENSI BIDAN Kompetensi ke 1 : Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. Pengetahuan dan Keterampilan Dasar 1. Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia. 2. Keuntungan dan kerugian praktik kesehatan tradisional dan modern. 3. Sarana tanda bahaya serta transportasi kegawat-daruratan bagi anggota masyarakat yang sakit yang membutuhkan asuhan tambahan. 4. Penyebab langsung maupun tidak langsung kematian dan kesakitan ibu dan bayi di masyarakat. 5. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hakhaknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesehatan dalam memperoleh pelayanan kebidanan). 6. Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat bersalin yang tersedia. 7. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman. 8. Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan, termasuk penyediaan air, perumahan, resiko lingkungan, makanan, dan ancaman umum bagi kesehatan. 9. Standar profesi dan praktik kebidanan. Pengetahuan dan Keterampilan Tambahan

1. Epidemiologi, sanitasi, diagnosa masyarakat dan vital statistik. 2. Infrastruktur kesehatan setempat dan nasional, serta bagaimana mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk asuhan kebidanan. 3. Primary Health Care (PHC) berbasis di masyarakat dengan menggunakan promosi kesehatan serta strategi penvegahan penyakit. 4. Program imunisasi nasional dan akses untuk pelayanan imunisasi. Perilaku Profesional Bidan 1. Berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal. 2. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya. 3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir. 4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit, penularan dan strategis dan pengendalian infeksi. 5. Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan kebidanan. 6. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak. 7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan 11 secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri. 8. Menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi. 9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga. 10. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

B.

Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum

b. Tujuan Khusus a. Mengetahui dan Memahami Pembahasan b. Mengetahui dan Memahami Pembahasan c. Mengetahui dan Memahami Pembahasan d. Mengetahui dan Memahami Pembahasan e. Mengetahui dan Memahami Pembahasan

C. Metode Penulisan Metode penulisan yang dipakai dalam karya tulis ini adalah metode kepustakaan dari mengumpulkan buku-buku yang berisi penjelasanpenjelasan masalah ini, serta dengan menggunakan metode internet sebagai sumber acuan dalam penulisan.

D. Ruang Lingkup Penulisan Ruang lingkup pada penulisan ini diantaranya

10

a. Menjelaskan pengertian, tujuan, sasaran, kegiatan, pembentukan, penyelenggaraan, Lokasi, pelayanan, sistem informasi,katagori dan indikator dalam posyandu. b. Menjelaskan pengertian, kajian makna, persyaratan, tujuan, fungsi, kegiatan-kegiatan, indikator, katagori tingkat perkembangan,

Prinsip-prinsip,unsur-unsur, kebijakan penempatan bidan di desa, yang harus dilakukan oleh bidan, dan beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan polindes. c. Menjelaskan pengertian, tujuan, kebijakan, materi kegiatan, kegiatan yang dilakukan, pelaksana, dan faktor penentu keberhasilan dalam KB_KIA. d. Menjelaskan pengertian, tujuan Dasa Wisma e. Menjelaskan pengertian, tujuan Tabulin f. Menjelaskan pengertian, tujuan Donor Darah g. Menjelaskan pengertian, tujuanAmbulance Desa

E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari makalah ini adalah : a. BAB I Membahas tentang pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. b. BAB II Pembahasan, yang berisi semua penjelasan terhadap materi yang dibahas. c. BAB II Membahas tentang penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.

11

BAB II PEMBAHASAN

1. POSYANDU Posyandu merupakan salah satu UKBm yang sudah sangat luas dikenal dimasyarakat dan telah masuk dalam bagian keseharian kehidupan sosial di pedesaan maupun perkotoan.

a. Pengertian 12

a) Suatu forum komunikasi, ahli teknologi dan pelayanan kesehatan masyarkat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. b) Pusat kegiatan masyarakat dalam upaya kesehatan dan keluarga berencana (Nasrul effendi : 1998) c) Kegiatan posyandu merupan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayan kesehatan dari masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, yang dilaksakan oleh kader-kader keseatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatian dan puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar (nasrul effendi : 1998). d) Posyandu adalah pusat keluarga berancana dan kesehatan yang dikelola dan diselanggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungn

teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKBBS (Nasrul effendi : 1998).

b. Tujuan posyandu a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak. b. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR ( infant Mortality Rate/angka kematian bayi). c. Menpercepat penerimaan NNKKBS. d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untu8k mengembngkan keiatan kesehatan dan kegiatan- kegiatan lain yang menunjng peningkatan kemampuan hidup seat. e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkn cakupan pelayanan kesehtan kpada penduduk berdasarkan letak geografi. f. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alihteknologi untuk swakelola usaa- usaa keseatan masyarakat. c. Sasaran posyandu

13

a. Bayi berusia kurang dari 1 taun. d. Anak balita usia 1 5 tahun. e. Ibu hamil. f. Ibu menyusui. g. Ibu nifas. h. Wanita usia subur. d. Kegiatan posyandu a. Lima (5) kegiatan posyandu (panca krinda posyandu) 1) Keseatan ibu dan anak (KIA) 2) Keluarga berencna (KB) 3) Imunisasi 4) Peningkatan gizi 5) Penanggulangan diare 6) Sanitasi dasar 7) Penyediaan obat assensial 8) Pembentukan posyandu

e. Pembentukan posyandu a. Posyandu dibentuk dari pos- pos yang telah ada seperti pos penimbangan balita, pos immunisasi, pos keluarga berencana, pos kesehatn , pos lainnya yang bentuk baru. b. Persyaratan posyandu 1. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita. 2. Terdiri dari 120 kepala keluarga. 3. Disesuaikan dengan kemampuan petugas ( bidan desa ).

14

4. Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam 1 tempat atau kelompok tidak terlalu jauh. c. Alasan pendirian posyandu 1. Posyandu dapat memberikan pelayanan keseatan kususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan pertolongan pertama pada kecelakaan sekaligus dengan pelayanan KB. 2. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat terhadap upaya dalam bidang keseatan dan keluarga berencana. d. Penyelenggara posyandu 1. Pelaksakan kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingn puskemas. 2. Pengelola posyandu adala pengurus yang di bentuk ole ketua RW yang berasal dari kader PKK, toko masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilyah tesebut. f. Lokasi/letak posyandu 1. Beranda di tempat yang mudah di datangi oleh masyarakat. 2. Ditentukan ole masyarakat itu sendiri. 3. Dapat merupakan lokal tersendiri. 4. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya. g. Pelayanan posyandu a. Pelayanan kesehatan yang di jalankan 1). Pemelihara keseatan bayi dan balita 2). Penimbangan bulanan 3). PMT yang be3rat badannya kurang 4). Immunisasi bayi 3- 14 bulan 5). Pemberian oralit yang menanggulangi diare 6). Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama 15

b. Pemeliaraan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan usia subur 1. Pemeriksaan keseatan umum 2. Pemeriksaan kehamilan dan nifas

pasangan

3. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitaminan pil penambah darah 4. Imunisasi TT untuk ibu hamil 5. Penyuluhan kesehatan dan KB 6. Pemberian alat kontrasepsi KB 7. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare 8. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama 9. Pertolongan pertama pada kecelakaan

h. Sistem Informasi di Posyndu (Sistem lima meja) 1. Meja I Layanan meja I merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan pendaftaran pada ibu dan balita yang datang ke posyandu. Alur pelayanan posyandu menjadi terarah dan jelas dengan adanya petunjuk dimeja pelayanan. Petunjuk ini memudahkan ibu dan balita saat dating, sehingga antrian tidak terlalu panjang atau menumpuk di satu meja.

2. Meja II Layanan meja II merupakan layanan penimbangan 3. Meja III Kader melakukan pencatatan pada buku KIA setelah ibu dan balita mendaftar dan ditimbang. Pencatatan dengan mengisikan berat badab balita kedalam skala yang disesuaikan dengan umur balita. Di atas meja terdapat tulisan yang menunjukkan pelayanan yang diberikan

16

4. Meja IV Diketahuinya berat badan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB, penyuluhan kesehatan, pelayanan PMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom

5. Meja V Pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita yang datangke posyandu dilayani di meja V . Kader menyiapkan nasi, lauk, sayur, dan buah-buahan yang akan dibagikan sebelum pelaksanaan posyandu. Pemberian makanan tambahan bertujuan mengingkatkan ibu untuk selalu memberikan makanan bergizi kepada bayi dan balitanya. Indikator-indikator SKDN : a. S adalah jumlah seluruh balita yang ada diwilayah kerja posyandu b. K adalah jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu yang mempunyai KMS (Kartu Menuju Sehat) c. D adalah jumlah balita yang datang diposyandu dan menimbang berat badannya. d. N adalah jumlah balita yang ditimbang berat badannya mengalami sebelumnya. peningkatan berat badan disbanding bulan

i. Prinsip dasar posyandu a. Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan antara pelayanan professional dan non professional b. Adanya kerjasama lintas program yang baik (KIA, KB, Gizi, Imunisasi, penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Departemen Kesehatan RI, Departemen dalam negeri, BKKBN)

17

c. Kelembagaan masyarakat(pos desa, kelompok timbang/pos timbang, pos imunisasi, pos kesehatan, dll) d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (Bayi usia 0-1 tahun, anak balita 1-5 tahun, ibu hamil, PUS) e. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan PKMD/PHC.

j. Katagori posyandu a. Posyandu Pratama (warna merah) dengan criteria posyandu yang belum mantap, kegiatannya belum rutin tiap bulan, kader aktivitasnya terbatas. b. Posyandu Madya (warna kuning) dengan criteria kegiatannya > 8x /tahun, kader >5 orang, cakupan program utama (KB, KIA, Gizi, Imunisasi) rendah yaitu 50%, kelestarian posyandu baik. c. Posyandu purnama (warna hijau) d. Posyandu Mandiri(warna biru)

k. Indikator posyandu a. Prekuensi penimbangan pertahun Seharusnya kegiatan ini dilakukan tiap bulan (12x/tahun). Tapi kenyataannya tidak semua posyandu berfungsi setiap bulan, maka diambil batasan 8x/tahun. Rawan apabila frekuensi penimbangan < 8x/tahun, sedangkan cukup mapan apabila frekuensi penimbangan 8x/tahun. b. Rata-rata jumlah kader tugas pada hari H posyandu Baik, bila jumlah kader > 5 orang sedangkan kurang, bila jumlah kader < 5 orang c. Cakupan D/S Baik, jika D/S mencapai > 50% sedangkan kurang jika D/S mencapai < 50% (belum mantap)

18

2. POLINDES a. Pengertian Merupakan salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat) yang didirikan masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kemampuan Bidan.

b. Kajian Makna Polindes a. Polindes merupakan salah satu bentuk PSM dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan KIA, termasuk KB di desa. b. Polindes dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa tersebut. c. PSM dalam pengembangan polindes dapat berupa penyediaan tempat untuk pelayanan KIA (khususnya pertolongan persalinan),

pengelolaan polindes, penggerakan sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas bidan di desa. d. Peran bidan desa yang sudah dilengkapi oleh pemerintah dengan alat-alat yang diperlukan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat di desa tersebut. e. Polindes sebagai bentuk PSM secara organisatoris berada di bawah seksi 7 LKMD, namun secara teknis berada di bawah pembinaan dan pengawasan puskesmas. f. Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa ruang/kamar untuk pelayanan KIA, termasuk tempat pertolongan persalinan yang dilengkapi dengan sarana air bersih. g. Tanggung jawab penyediaan dan pengelolaan tempat serta dukungan opersional berasal dari masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan antara wakil masyarakat melalui wadah LKMD dengan bidan desa

19

tentang pengaturan biaya operasional dan tarif pertolongan persalinan di polindes. h. Dukun bayi dan kader posyandu adalah kader masyarakat yang paling terkait.

c. Persyaratan Polindes a. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes. b. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Bidan, antara lain bidan kit, IUD kit, sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil, timbangan, pengukur Tinggi Badan, Infus set dan cairan D 5 %, NaCl 0,9 %, obat - obatan sederhana dan uterotonika, buku-buku pedoman KIA, KB dan pedoman kesehatan lainnya, inkubator sederhana. c. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain penyediaan air bersih, ventilasi cukup, penerangan cukup, tersedianya sarana pembuangan air limbah, lingkungan pekarangan bersih, ukuran minimal 3 x 4 m2. d. Lokasi mudah dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau oleh kendaraan roda 4. e. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan postpartum minimal 1 tempat tidur.

d. Tujuan Polindes a. Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk pertolongan dan penanganan pada kasus gagal. b. Meningkatnya pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan. c. Meningkatnya kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan bagi ibu dan keluarganya. d. Meningkatnya pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan

kewenangan bidan.

20

e. Fungsi Polindes a. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya. b. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan konseling KIA. c. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.

f. Kegiatan-kegiatan Polindes a. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan. b. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang. c. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui. d. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra sekolah, serta imunisasi dasar pada bayi. e. Memberikan pelayanan KB. f. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya. g. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma). h. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu. i. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma). j. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan penggunaan ASI dan KB. k. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas setempat.

g. Indikator Polindes a. Fisik

21

Bangunan polindes tampak bersih, tidak ada sampah berserakan, lingkungan yang sehat, polindes jauh dari kandang ternak, mempunyai ruangan yang cukup untuk pemeriksaan kehamilan dan pelayanan KIA, mempunyai ruangan untuk pertolongan persalinan, tempat yang bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik dan terjamin, mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk pelaksanaan pelayanan. b. Tempat tinggal bidan di desa Keberadaan bidan secara terus menerus/menetap menentukan efektivitas pelayanan, termasuk efektifitas polindes, jarak tempat tinggal bidan yang menetap di desa dengan polindes akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan di polindes, bidan yang tidak tinggal di desa dianggap tidak mungkin melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan di desa. c. Pengelolaan polindes Pengelolaan polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan sekaligus pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat. Kriteria

pengelolaan polindes yang baik adalah keterlibatan masyarakat melalui wadah kemudian dalam menentukan tarif pelayanan maka tarif yang ditetapkan secara bersama, diharapkan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memanfaatkan polindes, sehingga dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus dapat memuaskan semua pihak. d. Cakupan persalinan Pemanfaatan pertolongan persalinan merupakan salah satu mata rantai upaya peningkatan keamanan persalinan, tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor, diantaranya

ketersediaan sumber dana kesehatan, termasuk di dalamnya keberadaan polindes beserta tenaga profesionalnya yaitu bidan di desa, dihitung secara komulatif selama setahun, meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong di polindes selain berpengaruh

22

terhadap kualitas pelayanan ibu hamil sekaligus mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri, baik di dalam kemampuan teknis medis maupun di dalam menjalin hubungan dengan masyarakat. e. Sarana air bersih Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih yang dilengkapi dengan MCK, tersedia sumber air (sumur, pompa, PDAM) dan dilengkapi pula dengan SPAL. f. Kemitraan bidan dan dukun bayi. Merupakan hal yang dianjurkan dalam pelayanan pertolongan persalinan di polindes, dihitung secara komulatif selama setahun. g. Dana sehat Sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup sehat yang pada gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis upaya kesehatan bersumber daya masyarakat setempat untuk itu perlu dikembangkan ke seluruh wilayah/kelompok sehingga semua penduduk terliput dana sehat. h. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran KIE merupakan salah satu teknologi peningkatan PSM yang bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mau dan mampu memelihara serta melaksanakan hidup sehat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan komunikasi, informasi dan edukasi yang bersifat praktis dengan keberadaan polindes beserta bidan di tengah-tengah masyarakat diharapkan akan terjalin interaksi antara bidan dan masyarakat. Interaksi dengan intensitas dan frekwensi yang cukup tinggi akan dapat mengatasi kesenjangan informasi kesehatan. Semakin sering bidan menjalankan KIE akan semakin mendorong masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup sehatnya termasuk di dalam meningkatkan kemampuan dukun bayi sebagai mitra kerja di dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil. KIE untuk kelompok sasaran seharusnya dilakukan minimal sekali setiap bulannya dihitung secara komulatif selama setahun.

23

h. Kategori Tingkat Perkembangan Polindes a. Pratama. 1) Fisik : belum ada bangunan tetap, belum memenuhi syarat. 2) Tempat tinggal bidan : tidak tinggal di desa yang bersangkutan. 3) Pengelolaan polindes : tidak ada kesepakatan. 4) Cakupan persalinan di polindes : <10 %. 5) Sarana air bersih : tersedia air bersih, tapi belum dilengkapi sumber air dan MCK. 6) Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : <25 %. 7) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : <6 kali. 8) Dana sehat/JPKM : <50 %. b. Madya. 1) Fisik : belum ada bangunan tetap, memenuhi syarat. 2) Tempat tinggal bidan : > 3 km. 3) Pengelolaan polindes : ada, tidak tertulis. 4) Cakupan persalinan di polindes : 10 15 %. 5) Sarana air bersih : tersedia air bersih, belum ada sumber air, tapi ada MCK. 6) Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : 25 49 %. 7) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : 6 8 kali. 8) Dana sehat/JPKM : < 50 %. c. Purnama. 1) Fisik : ada bangunan tetap, belum memenuhi syarat. 2) Tempat tinggal bidan : 1 3 km. 3) Pengelolaan polindes : ada dan tertulis. 4) Cakupan persalinan di polindes : 20 29 %. 5) Sarana air bersih : tersedia air bersih, sumber air dan MCK. 6) Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : 50 74 %. 7) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : 9 12 kali. 8) Dana sehat/JPKM : < 50 %.

24

d. Mandiri. 1) Fisik : ada bangunan tetap, memenuhi syarat. 2) Tempat tinggal bidan : < 1 km. 3) Pengelolaan polindes : ada dan tertulis. 4) Cakupan persalinan di polindes : > 30 %. 5) Sarana air bersih : tersedia air bersih, sumber air, MCK dilengkapi SPAL. 6) Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : < 75 %. 7) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : < 12 kali. 8) Dana sehat/JPKM : 50 %.

i. Prinsip-prinsip Polindes a. Merupakan bentuk UKBM di bidang KIA-KB. b. Polindes dapat dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa. c. Memiliki tingkat peran serta masyarakat yang tinggi, berupa penyediaan tempat untuk pelayanan KIA, khususnya pertolongan persalinan, pengelolaan polindes, penggerakan sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas bidan di desa. d. Dalam pembangunan fisik polindes dapat berupa ruang/ kamar yang memenuhi persyaratan sehat, dilengkapi sarana air bersih, maupun peralatan minimal yang dibutuhkan. e. Kesepakatan dengan masyarakat dalam hal tanggung jawab penyediaan dan pengelolaan tempat, dukungan operasional dan tarif pelayanan kesehatan di polindes. f. Menjalin kemitraan dengan dukun bayi. g. Adanya polindes tidak berarti bidan hanya memberi pelayanan di dalam gedung.

j. Unsur-unsur Polindes a. Adanya bidan di desa.

25

b. Bangunan atau ruang untuk pelayanan KIA-KB dan pengobatan sederhana. c. Adanya partisipasi masyarakat

k. Kebijakan Penempatan Bidan Di Desa Membantu penurunan AKI/AKB akibat komplikasi obstetri, khususnya AKP/AKN, dengan mengatasi berbagai kesenjangan : Kesenjangan geografis (mendekatkan pelayanan KIA-KB, kesenjangan informasi, kesenjangan sosial budaya, kesenjangan ekonomi.

l. Yang Harus Dilakukan Oleh Bidan a. Membangun kemitraan dengan masyarakat, tokoh masyarakat, dukun bayi, dll. b. Meningkatkan profesionalisme. c. Memobilisasi pendanaan masyarakat dalam bentuk tabulin (tabungan ibu bersalin). d. Mendorong kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan

m. Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Rendahnya Pemanfaatan Polindes a. Kurangnya promosi. b. Kurangnya rasa memiliki. c. Rendahnya partisipasi aparat desa. d. Fungsi polindes tak memenuhi harapan masyarakat, disamping faktor teknis lain, dimana pengalaman bidan yang masih minimal.

3. KB-KIA A. KB 1. Pengertian Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka

26

dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah kehamilan, dan setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara penggunaannya. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi. Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alatalat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan). Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke

27

laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.

Gambar 1 : Metode Kontrasepsi 2. Tujuan Tujuan Program Keluarga Berencana secara makro untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan menurunkan angka kelahiran, secara mikro mewujudkan ketahanan keluarga dan kesejahteraan masyarakat, yang diwujudkan dalam kegiatan sebagai berikut : 1. Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan 2. Pengaturan kelahiran 3. Pembinaan ketahanan keluarga

28

4. Peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera 5. Meningkatkan koordinasi dan peran serta aparatur serta masyarakat sehingga mampu mewujudkan koordinasi dalam membangun Keluarga Berencana 6. Meningkatkan peran penyuluh dalam peningkatan capaian program 3. Sasaran Mengendalikan tingkat kelahiran penduduk Meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi Meningkatkan ketahanan dan pemberdayaan keluarga Memperkuat kelembagaan dan jejaring pelayanan KB

Bermacam-macam metode kontrasepsi 1. Kontrasepsi untuk wanita usia lanjut Semakin bertambah usia maka terdapat perubahan dari periode menstruasi. Ketika darah haid akhirnya berhenti, maka seorang wanita memasuki masa menopause. Bagaimanapun juga, kontrasepsi sebaiknya digunakan sampai wanita tidak mendapatkan menstruasi atau darah haid selama 2 tahun jika usia kurang dari 50 tahun atau 1 tahun jika usia lebih dari 50 tahun. 2. Metode kontrasepsi terdiri dari : a. Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, suntikan, dan mekanik. Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari hormon estrogen dan progestin atau hanya progestin-mini pil. Suntikan dan kontrasepsi implant (mekanik)

mengandung progestin saja atau kombinasi progestin dan estrogen.

29

1. Kontrasepsi oral kombinasi (pil) mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy). Selain untuk kontrasepsi, oral kombinasi dapat

digunakan untuk menangani dismenorea (nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia. Oral kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu. Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah melahirkan sebelum memulai oral kombinasi karena peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah di tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum sesegera mungkin setelah ingat, dan pack tersebut harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka pack pil harus tetap

30

dihabiskan dan metode kontrasepsi lain harus digunakan, seperti kondom untuk mencegah kehamilan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan. Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa

menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan pemakai pil KB. perdarahan abnormal pada wanita

Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral kombinasi tidak boleh diigunakan pada wanita dengan : - menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan - usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari - faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok, diabetes, hipertensi) - tekanan darah sistolik 160 atau TD diastolik 100 mmHg - riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru - operasi besar dengan istirahat lama di tempat tidur - riwayat sakit jantung iskemik - stroke - penyakit jantung katup komplikasi - migrain dengan gejala neurologi fokal (dengan aura)

31

- migrain tanpa gejala neurologi fokal dan usia = 35 tahun - riwayat kanker payudara - diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati, penyakit vaskular, atau diabetes > 20 tahun - sirosis berat - kanker hati a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,1 5 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama b. Keuntungan : sangat efektif, mencegah kanker indung telur dan kanker endometrium, menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang

berkaitan dengan menstruasi, menghaluskan kulit dengan jerawat sedang c. Kerugian : tidak direkomendasikan untuk

menyusui, tidak melindungi dari Penyakit Menular Seksual (PMS), harus diminum setiap hari,

membutuhkan resep dokter d. Efek samping lokal : mual, nyeri tekan pada payudara, sakit kepala e. Efek samping : perdarahan tidak teratur (umumnya menghilang setelah 3 bulan pemakaian),

meningkatkan tekanan darah (dapat kembali normal bila oral kombinasi dihentikan), bekuan darah pada vena tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis tinggi), meningkatkan faktor risiko penyakit jantung, risiko stroke (pada wanita usia > 35 tahun) Pengembalian kesuburan : ketika dihentikan maka kesuburan akan kembali seperti semula.

32

f. Kesuburan ini bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan maka tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita yang memakai kontrasepsi oral dan yang tidak. 2. Kontrasepsi oral progestin (pil) mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan silia saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Keefektifan berkurang bila pil tidak diminum di waktu yang sama setiap harinya. Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang

menginginkan kontrasepsi oral namun tidak bisa menggunakan oral kombinasi karena pengaruh estrogen dapat membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui. 1. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,5 5 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama 2. Keuntungan : mula kerja cepat (24 jam setelah pemakaian pil), menurunkan kejadian menoragia dan anemia. Dapat menyusui. digunakan pada wanita terjadinya kanker

Mencegah

endometrium,tidak memiliki efek samping yang berkaitan dengan estrogen (bekuan darah di vena tungkai) 3. Kerugian : harus diminum di waktu yang sama setiap hari, kurang efektif dibandingkan oral kombinasi, membutuhkan resep dokter

33

4.

Efek samping : penambahan berat badan, jerawat, kecemasan, angka kejadian terjadinya perdarahan tidak teratur tinggi.

3.

Kontrasepsi

suntikan

progestin

mencegah

kehamilan dengan mekanisme yang sama seperti progestin pil namun kontrasepsi ini menggunakan suntikan intramuskular (dalam otot <bokong atau lengan atas>). Yang sering digunakan adalah

medroxyprogesterone asetat (Depo-Provera), 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan. 1. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama 2. Keuntungan : mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja dalam waktu lama, tidak mengganggu menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran atau setelah masa nifas, 3. Kerugian : suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan secara teratur, tidak melindungi dari PMS, 4. Efek samping lokal : peningkatan berat badan, rambut rontok Efek samping : tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun. Pengembalian kesuburan 57 bulan setelah penghentian suntikan

34

4.

Kontrasepsi

suntikan

estrogen-progesteron

suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan. Pengembalian kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.

Gambar 2. Kontrasepsi Suntikan dan Pil

5. Implant progestin kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang mengandung 36mg levonorgestrel yang

dimasukkan ke dalam kulit lengan wanita. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu

dilakukan penjahitan. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun. Mencegah kehamilan dengan cara menghambat

terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung 35

telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Kontrasepsi ini efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan dan efektif selama 5-7 tahun. a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,05 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama b. Keuntungan : sangat efektif, bekerja untuk jangka waktu lama c. Kerugian : membutuhkan prosedur operasi kecil untuk pemakaian dan pelepasan, tidak melindungi dari PMS d. Efek samping lokal : sakit kepala, payudara menjadi keras, peningkatan berat badan,

kerontokan rambut, jerawat, perubahan mood Efek samping : gangguan metabolisme lemak,

hirsutisme, gangguan menstruasi (memanjang, tidak teratur) e. Kesuburan baru kembali 1 bulan setelah kapsul diambil. 6. Kontrasepsi Patch patch ini didesain untuk melepaskan 20g ethinyl estradiol dan 150 g norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch untuk siklus menstruasi.

36

Gambar 3. Kontrasepsi Patch

b. Kontrasepsi Barrier (penghalang) Kondom (pria dan wanita) a metode yang

mengumpulkan air mani dan sperma di dalam kantung kondom dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi wanita. Kondom pria harus dipakai setelah ereksi dan sebelum alat kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang meliputi separuh bagian penis yang ereksi. Tidak boleh terlalu ketat (ada tempat kosong di ujung untuk menampung sperma). Kondom harus dilepas setelah ejakulasi.

Cara pemakaian kondom : - Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual - Buka kondom secara perlahan untuk mencegah

kerusakan (jangan menggunakan gigi atau benda tajam) - Pasang kondom dalam keadaan penis ereksi dan sebelum kontak dengan pasangan - Pastikan tidak ada udara yang terjebak di ujung kondom - Pastikan penggunaan pelumas yang cukup (dapat menggunakan pelumas tambahan)

37

- Gunakan hanya pelumas dengan bahan dasar air ketika menggunakan kondom (pelumas dengan bahan dasar minyak dapat melemahkan lateks) - Pegang kondom dengan hati-hati setelah ejakulasi, dan untuk mencegah terlepasnya kondom, keluarkan kondom dari vagina dalam keadaan penis ereksi

a. Efktivitas : kehamilan terjadi pada 3-14 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama b. Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, satu-satunya kontrasepsi yang mencegah PMS, infeksi GO, klamidia c. Kerugian : kegagalan tinggi bila tidak digunakan dengan benar, alergi lateks pada orang yang sensitif

Gambar 4 : Kontrasepsi Kondom

1.

Diafragma

dan

cervical

cap

kontrasepsi

penghalang yang dimasukkan ke dalam vagina dan mencegah sperma masuk ke dalam saluran reproduksi. Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim) tertutupi 38

semuanya. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam setelah senggama. Cervical cap (penutup serviks) adalah kop bulat yang diletakkan menutupi leher rahim dengan perlekatan di bagian forniks. Terbuat dari karet dan harus tetap di tempatnya lebih dari 48 jam. a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-40 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama b. Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, tidak ada risiko gangguan kesehatan, melindungi dari PMS c. Kerugian : angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan

Gambar 5. Kontrasepsi Diafragma dan Cervical Cap

c.

Spermisida

39

Agen yang menghancurkan membran sel sperma dan menurunkan motilitas (pergerakan sperma). Tipe spermisida mencakup foam aerosol, krim, vagina

suposituria, jeli, sponge (busa) yang dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual. Terutama mengandung nonoxynol 9 a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-26 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama b. Keuntungan : tidak mengganggu kesehatan, berfungsi sebagai pelumas, dapat mencegah PMS bakterial c. Kerugian : angka kegagalan tinggi, dapat meningkatkan transmisi virus HIV, hanya efektif 1-2 jam.

d. IUD (spiral) Fleksibel, alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim, yang

menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi. Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat. IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya

40

tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi. Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya

menggunakan IUD adalah : - Kehamilan - Sepsis - Aborsi postseptik dalam waktu dekat - Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim - Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya - Penyakit tropoblastik ganas - Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker

endometrium - Penyakit radang panggul - PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh) - TBC panggul.

a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3-0,8 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama b. Keuntungan : sangat efektif, bekerja cepat setelah dimasukkan ke dalam rahim. Bekerja dalam jangka waktu lama c. Kerugian : risiko infeksi panggul, dismenorea (nyeri saat haid), menoragia pada bulan-bulan pertama, peningkatan risiko perforasi (robek) rahim, risiko kehamilan ektopik, IUD dapat lepas dengan sendirinya

41

d. Efek samping : nyeri, perdarahan, peningkatan jumlah darah menstruasi e. Pengembalian kesuburan cepat setelah dilepaskan

Gambar 6. Kontrasepsi IUD (spiral) e. Metode Ritmik Metode ritmik adalah metode dimana pasangan suami istri menghindari berhubungan seksual pada siklus subur seorang wanita. Ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi. A. Metode ritmik kalender , Merupakan metode dimana pasangan menghindari berhubungan seksual selama periode subur wanita berdasarkan panjang siklus menstruasi, kemungkinan waktu ovulasi, jangka waktu sel telur masih dapat dibuahi, dan kemampuan sperma untuk bertahan di

42

saluran reproduksi wanita. Periode subur seorang wanita dihitung dari : (siklus menstruasi terpendek 18) dan (siklus menstruasi terpanjang - 11) Contoh: bila siklus terpendek seorang wanita adalah 25 hari, dan siklus terpanjangnya 29 hari, maka periode suburnya adalah (25 18) dan (29 11) yang berarti hubungan seksual tidak boleh dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-18 setelah menstruasi. B. Metode lendir serviks Adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin. Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) diperlukan selama menstruasi, setiap hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai waktu lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir masa subur itu berhenti. C. Metode pengukuran suhu tubuh berdasarkan perubahan temperatur. Pengukuran dilakukan pada suhu basal (suhu ketika bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur. Suhu basal akan menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari 1 Celsius) setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan sejak hari pertama menstruasi sampai 3 hari setelah kenaikan dari temperatur.

a.

Efektivitas : kehamilan terjadi pada 9-25 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama

b. Keuntungan : tidak ada efek samping gangguan kesehatan,ekonomis

43

c.

Kerugian

angka

kegagalan

tinggi,

tidak

melindungi dari PMS, menghambat spontanitas, membutuhkan siklus menstruasi teratur.

f.

Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi Disebut juga coitus interruptus. Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami orgasme). Metode ini kurang dapat diandalkan karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan

pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat.

g.

Metode amenorea menyusui Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan perubahan hormonal dimana hipotalamus mengeluarkan GnRH yang menekan pengeluaran hormone LH dan menghambat ovulasi. Ini adalah metode yang efektif bila kriteria terpenuhi : menyusui setiap 4 jam pada siang hari, dan setiap 6 jam pada malam hari. Makanan tambahan hanya diberikan 5-10% dari total. a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada 6 bulan setelah melahirkan, 6 per 100 wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan b. Keuntungan : pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan, tidak mengganggu kesehatan, ekonomis, merangsang seorang wanita untuk menyusui c. Kerugian : tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria, tidak melindungi dari PMS

44

h. Kontrasepsi darurat Kontrasepsi darurat hormonal a estrogen dosis tinggi atau progestin diberikan dalam waktu 72 jam setelah senggama tidak terproteksi, dengan cara kerja mencegah ovulasi dan menyebabkan perubahan di endometrium. 4 pil kombinasi yang mengandung 30-35g ethinyl estradiol, diulangi 12 jam kemudian. 2 pil kombinasi mengandung 50g levonorgestrel, diulangi 12 jam kemudian. Tidak boleh digunakan pada wanita yang alergi kontrasepsi pil hormonal. Tidak boleh digunakan sebagai kontrasepsi rutin. a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada bila digunakan dalam waktu 72 jam b. Keuntungan : sangat efektif untuk situasi darurat c. Kerugian : mual hebat dan perdarahan Kontrasepsi darurat IUD dimasukkan 5 hari setelah senggama tidak terproteksi untuk mengganggu

implantasi, kehamilan terjadi kurang dari 1 per 100 wanita bila dimasukkan dalam waktu 5 hari

i.

Sterilisasi Vasektomi dan sterilisasi tuba adalah metode kontrasepsi permanen dan hanya dilakukan pada pria maupun wanita yang sudah diberikan penjelasan mengenai metode ini dan berkeinginan untuk secara permanen mencegah kehamilan. Beberapa metode sterilisasi ada yang bersifat reversibel tergantung dari panjang saluran tuba, usia wanita, dan jangka waktu antara sterilisasi dan

pengembalian kesuburan. Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada wanita dilakukan prosedur ligasi tuba (pengikatan saluran tuba). Vasektomi

45

sendiri dilakukan dengan bius lokal sedangkan ligasi tuba menggunakan prosedur intraabdominal. Konseling sebelum melakukan prosedur ini sangat diperlukan. Bukan hanya konseling mengenai risiko ataupun keuntungan operasi, namun juga kemungkinan menyesali keputusan ini di masa depan nanti. Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis). Vasektomi dilakukan oleh ahli bedah urolog dan memerlukan waktu sekitar 20 menit. Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya tidak segera menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena

biasanya kesuburan masih tetap ada sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi. Setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa pria tersebut telah mandul. Komplikasi dari vasektomi adalah: - Perdarahan - Respon peradangan terhadap sperma yang merembes - Pembukaan spontan

Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim). Pada ligasi tuba dibuat sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total. Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari. Sterilisasi pada wanita seringkali dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan pengikatan, bisa juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba.

46

Untuk menyumbat tuba bisa digunakan pita plastik dan klip berpegas. Pada penyumbatan tuba, kesuburan akan lebih mudah kembali karena lebih sedikit terjadi kerusakan jaringan. Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita adalah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung telur). B. KIA 1. Pengertian KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui.

2. Tujuan a. Tujuan Umum Agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk menjaga kesehatan sendiri dan anaknya, tahu pentingnya pemeriksaan ke puskesmas dan posyandu atau tenaga kesehatan lain pada masa hamil dan menyusui serta adanya keinginan untuk ikut menggunakan kontrasepsi yang efektif dan tepat. b. Tujuan Khusus Memberi pengetahuan kepada ibu tentang hygiene perorangan pentingnya menjaga kesehatan, kesehatan ibu untuk kepentingan janin, jalannya proses persalinan, persiapan menyusui dan KB.

3. Kebijakan a. Kegiatan harus disesuaikan dengan kesehatan ibu dan masalah yang ada. b. Pelaksanaannya dilakukan setiap minggu dengan materi dasar yang harus di review terus. c. Metode yang digunakan adalah demonstrasi dengan materi dan pembicara berganti - ganti. d. Tenaga pelatih atau pengajar adalah orang yang ahli di bidangnya.

47

e. Tempat pertemuan adalah di ruang tunggu puskesmas, kelurahan atau tempat lain yang dikenal masyarakat. f. Lamanya pelatihan tiap hari tidak lebih dari 1 jam. g. Beri teori 20 menit, selebihnya adalah demontrasi.

4. Materi Kegiatan b. Pemeliharaan diri waktu hamil c. Makanan ibu dan bayi d. Pencegahan infeksi dengan imunisasi e. Keluarga Berencana f. Perawatan payudara dan hygiene perorangan. g. Rencana persalinan h. Tanda-tanda persalinan

5. Kegiatan yang Dilakukan a. Pakaian dan perawatan bayi b. Contoh makanan sehat untuk ibu hamil dan menyusui c. Makanan bayi d. Perawatan payudara sebelum dan setelah persalinan e. Peralatan yang diperlukan ibu hamil dan menyusui f. Cara memandikan bayi g. Demontrasi tentang alat kontrsepsi dan cara penggunaanya.

6. Pelaksana a. Pelaksana utama meliputi dokter puskesmas, pengelola KIA, Kader, Bidan. b. Pelaksana pendukung meliputi camat, kades, pengurus LKMD, tokoh masyarakat. c. Pelaksana pembina meliputi sub din KIA Propinsi, tim pengelola KIA kabupaten.

48

7. Faktor Penentu Keberhasilan b. Faktor manusia c. Faktor sarana (tempat) d. Faktor prasarana (fasilitas).

4.

DASAWISMA 1. Pengertian Dasawisma Dasawisma adalah orang yang lebih tahu dan mengenal lingkungannya, baik kondisi usia bayi sampai lansia, masyakat miskin, dan masalah kesehatan.

5. TABULIN (Tabungan Ibu Bersalin) 1. Pengertian Tabulin adalah salah satu program kesehatan yang dinilai sangat positif karena langsung menyentuh masyarakat. Tabungan yang bersifat social ini sangat membantu warga, terutama yang ekonominya lemah. Program ini sangat tepat dan efektif dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Warga tidak akan merasa terbebani dalam mendukung program tersebut karena penggalangan dana tabungan dilakukan melalui pola jimpitan (sejenis iuran sukarela).

Tabungan ini sifatnya incidental, keberadaannya terutama pada saat mulai kehamilan dan berakhir ketika ibu sudah melahirkan. Tabungan ini akan sangat membantu, terutama bagi ibu hamil dan keluarganya pada saat menghadapi persalinan karena masalah biaya dapat diatasi. Secara psikologis, ibu akan merasa tenang menghadapi persalinan. Tabulin ini biasanya dikoordinasi oleh tokoh masyarakat atau petugas kesehatan yang

49

akan menjamin akses ibu ke pelayanan kesehatan. Perlindungan pembiayaan kesehatan sendiri harusnya dimiliki setiap individu selama fase kehidupannya. 2. Tujuan Keberhasilan pemberdayaan perempuan di sector kesehatan juga terlihat pada indicator persalinan yang ditolong medis. Intervensi yang dilakukan adalah menggiatkan penyuluhan masyarakat, khususnya dipedesaan dan menyediakan lebih banyak lagi pusat pelayanan kesehatan masyarakat bersama tenaga medisnya. Pemberdayaan perempuan di sector kesehatan telah berhasil meningkatkan usia harapan hidup perempuan. Salah satu kegiatan ini adalah membuat tabungan ibu bersalin (tabulin). Adapun tujuan dari diadakannya tabulin ini adalah sebagai berikut : 1. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia 2. Meningkatkan derajat kesehatan masyrakat, terutama ibu hamil 3. Memotivasi masyarakat, terutama ibu hamil untuk menyisihkan sebagian uangnua di tabung sebagai persiapan persalinan.

Melalui tabulin bumil diharapakan dapat menabung sehingga saat melahirkan, tidak mengalami kesulitan biaya persalinan karena sudah ada dana tabungan. Kegiatan ini adalah upaya yang sangat baik untuk menurunkan angka kematian ibu. Meskipun demikian, cra ini belum menjamin 100% menjamin ibu hamil selamat dari maut.

3. Prinsip Dasar Tabungan bersalin (tabulin) sudah dimulai sebelum ada desa siaga. Bidan dituntut member penjelasan kepada ibu hamil dan keluarga tentang kegunaan tabulin, meskipun orang yang mampu. Seharusnya oraang yang mampu tersebut dapat member contoh kepada orang yang tidak mampu untuk menabung. Ibu hamil yang mengikuti tabulin diberi buku yang dibawa setiap pemeriksaan.

50

Tabungan ini dibentuk berdasarkan rukun warga (RW) atau posyandu. Jika ada 4 posyandu disuatu tempat tabungannya ada empat di desa tersebut. Kita juga harus menentukan jumlah tabungan ibu hamil setiap minggunya dan member penjelasan kepada ibu hamil, betapa pentingnya manfaat tabulin sehingga ibu hamil mempunyai kesadaran untuk melaksanakantabulin.

Bannyak sekali hal yang sebenarnya kelihatan kecil atau sepele, seperti menyiapakan tabungan dan bantuan tetangga yang dapat mengantarkan pada saat terjadinya persalinan secara tiba-tiba. Hal ini dapat menginspirasi banyak masyarakat agar masa mendatang, tabulin dapat disosialisasikan dengan baik di masyarakat

6.

DONOR DARAH BERJALAN 1. Pengertian Donor darah adalah proses dimana penyumbang darah secara suka rela diambil darahnya untuk disimpan di bank darah, dan sewaktu-waktu dapat dipakai pada transfusi darah. A B Antigen A Antigen B Antibodi B Antibodi A Tak Ada Antibodi Antibodi Anti A & Anti B

AB Antigen A&B O Tak Ada Antigen

Donor darah biasa dilakukan rutin di pusat donor darah lokal. Dan setiap beberapa waktu, akan dilakukan acara donor darah di tempattempat keramaian, misalnya di pusat berbelanja, kantor perusahaan besar, tempat ibadah, serta sekolah dan universitas. Pada acara ini, para calon

51

pendonor dapat menyempatkan datang dan menyumbang tanpa harus pergi jauh atau dengan perjanjian. Selain itu sebuah mobil darah juga dapat digunakan untuk dijadikan tempat menyumbang. Biasanya bank darah memiliki banyak mobil darah. 2. Tujuan Tujuan dari donor darah adalah memenuhi kebutuhan darah yang bermutu, aman dan mencukupi serta dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau. Kini, kegiatan tersebut dapat dilayani di 165 Unit Transfusi Darah Pembina Darah dan Cabang tingkat Propinsi dan Daerah Tingkat II, yang tersebar di seluruh Indonesia. Hingga sekarang jumlah darah yang terkumpul baru sekitar 0,47% dari jumlah penduduk Indonesia, idealnya jumlah darah yang tersedia adalah berkisar 1% dari jumlah penduduk Indonesia. Darah diperoleh dari sumbangan darah para donor darah sukarela maupun donor darah pengganti.

3.

Syarat Syarat-syarat teknis menjadi donor darah:

Umur 17-60 tahun( usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orang tua)

Berat badan minimal 45 kg Temperatur tubuh: 36,6 37,5 derajat Celcius Tekanan darah baik yaitu sistole = 110 160 mmHg, diastole = 70 100 mmHg Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50 100 kali/ menit Hemoglobin Perempuan minimal 12 gram, sedangkan untuk pria minimal 12,5 gram

Jumlah penyumbangan per tahun paling banyak lima kali dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya tiga bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor

52

Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan:


Pernah menderita hepatitis B Dalam jangka waktu enam bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis

Dalam jangka waktu enam bulan sesudah transfusi Dalam jangka waktu enam bulan sesudah tato/tindik telinga Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi Dalam jangka waktu enam bulan sesudah operasi kecil Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus dipteria, atau profilaksis

Dalam jangka waktu dua minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, dan tetanus toxin

Dalam jangka waktu satu tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic

Dalam jangka waktu satu minggu sesudah gejala alergi menghilang Dalam jangka waktu satu tahun sesudah transplantasi kulit Sedang hamil dan dalam jangka waktu enam bulan sesudah persalinan

Sedang menyusui Ketergantungan obat Alkoholisme akut dan kronis Mengidap Sifilis Menderita tuberkulosis secara klinis Menderita epilepsi dan sering kejang Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk

Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya kekurangan G6PD, thalasemia, dan polibetemiavera

53

Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang berisiko tinggi mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, bergantiganti pasangan seks, dan pemakai jarum suntik tidak steril)

Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan saat donor darah.

4.

Dasar Hukum Pengaturan tentang transplantasi organ dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan dan dalam PP Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia, lebih spesifik jika dibandingkan dengan yang diatur dalam KUHPidana. Misalnya mengenai transplantasi tanpa izin, jika dalam KUHPidana termasuk kejahatan terhadap tubuh manusia, namun dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 maupun PP Nomor 18 Tahun 1981 dimasukkan dalam pasal tersendiri yang lebih jelas, sehingga akan terlihat dengan jelas batasan pertanggungjawaban pidana apabila dokter melakukan malpraktek. Malpraktek yang dapat terjadi dalam upaya medis transplantasi organ tubuh yang dapat dituntut pertanggungjawaban pidananya adalah kesalahan dalam menjalankan praktek yang dilaksanakan dengan sengaja yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan[i] dan pelanggaran terhadap PP Nomor 18 Tahun 1981 Tentang bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia. Menurut pendapat Fred Ameln yang terdapat dalam buku Hukum Kesehatan, ada 3 pokok penting untuk menimbang apakah seorang dokter itu melakukan malpraktek atau tidak melakukan malpraktek yaitu: 1. Ada tindakan faktor kelalaian;

54

2. Apakah praktek dokter yang dimasalahkan sesuai dengan standar profesi medis; 3. Apakah akibat yang ditimbulkan terhadap korban fatal. Berdasarkan hal tersebut diatas, disinggung mengenai keberadaan standar profesi medis sebagai salah satu faktor penting untuk dapat menentukan ada atau tidak adanya tindakan malpraktek yang dilakukan oleh dokter. Dalam Pasal 21 Ayat (2) PP nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa standar profesi tenaga kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Standar profesi tenaga kesehatan menurut Peraturan Pemerintah ini adalah pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik. Agar upaya medis transplantasi organ tubuh dapat berjalan dengan baik, terdapat beberapa tahapan yang harus ditempuh. Tahapan yang berlaku secara klinis meliputi: 1. Tahapan pra transplantasi, yaitu pemeriksaan donor dan resipien. Donor sebagai pihak pemberi organ diperiksa terlebih dahulu, kemudian resipien sebagai penerima organ. Upaya medis transplantasi organ tubuh lebih mudah dilakukan apabila donor dan resipien mempunyai hubungan semenda (ada pertalian darah). 2. Tahap pelaksanaan transplantasi yang dilakukan oleh tim medis. 3. Tahap pasca transplantasi, yaitu tahapan pemeriksaan lebih lanjut setelah transplantasi untuk mencegah terjadinya rejeksi (penolakan tubuh) dengan melakukan pemberian obat dan kontrol. Tahapan klinis yang diuraikan diatas berlaku untuk donor hidup maupun donor jenazah (cadaver). Untuk dapat dilakukan eksplantasi organ tubuh baik terhadap donor hidup maupun donor jenazah diperlukan adanya persetujuan terlebih dahulu, namun

55

hingga saat ini persetujuan yang telah diatur hanya mengenai persetujuan dari donor jenazah yang sudah dituangkan dalam PP Nomor 18 Tahun 1981. Indonesia sendiri, berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam PP tersebut dikategorikan sebagai negara yang menganut sistem berdasarkan izin. Hal ini berarti tidak boleh dilakukan suatu pegambilan organ tubuh tanpa adanya izin yang jelas/nyata yang diberikan oleh donor. Berdasarkan PP Nomor 18 Tahun 1981, persetujuan pasien dalam upaya medis transplantasi organ tubuh, persetujuan yang diberikan oleh seorang donor jenazah adalah ketika ia masih hidup baik dengan maupun tanpa sepengetahuan keluarga terdekatnya atau adanya persetujuan dari keluarga terdekatnya jika selama hidupnya donor tidak pernah membuat persetujuan, menjadi suatu hal yang penting karena meskipun tubuh itu sudah tidak bernyawa lagi, namun dalam hal ini kita masih harus tetap menghormati hak integritas dari donor yang telah mati atas jasad yang ditinggalkan. Jika selama hidupnya donor belum pernah memberikan persetujuan untuk dapat dilakukannya transplantasi terhadap salah satu organ tubuhnya maka, hak untuk memberikan persetujuan eksplantasi ada pada ahli warisnya (Pasal 10 jo Pasal 2 PP nomor 18 Tahun 1981).

56

You might also like