You are on page 1of 2

Ulya Rahmah Silmia Adila A11.2008.

04100

MANUSIA DAN PENDERITAANNYA

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidup. Allah telah berfirman dalam surat Arradu ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan membah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya. Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dan bahaya dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, orang lain atau masyarakat menderita. Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang. dan lain-lain. Contohnya ialah tenggelamnya kapal Tampomas Dua di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat hercules yang mengangkut para perwira muda di Condet, Meletusnya gunung galunggung,perang Irak-Iran. Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikiaan dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan sukarelawan berupa material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan mereka dari musibah ini. Bantuan-bantuan ini dilakukan secara perseorangan ataupun melalui organisasi-organisasi sosial, kemudian dikirimkan atau diantarkan langsung ke tempat-tempat kejadian dan tempat-tempat pengungsian. Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakt. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak bemama Arie Hangara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul Arie Hangara. Penderitaan lain juga dirasakan oleh para TKW yang bekerja di luar negeri. Maksud hati ingin bekerja memperoleh nafkah hidup yang lebih baik, tak jarang diantara mereka malah mendapatkan siksaan dari para majikan. Untuk kali kesekian tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia yang bekerja di Malaysia mengalami penyiksaan fisik yang mencederakan. Siami, begitu nama TKW tersebut, disiksa dengan

cara disiram air panas oleh majikannya lantaran wanita asal Jawa Timur itu membuat bubur yang terlalu encer. Sikap dan simpati kita sebagai bangsa tentu geram atas ulah majikan Siami di Kuala Lumpur itu. Masih saja praktik penyiksaan seperti ini terjadi. Dan terjadi lagi. Kesannya, eksploitasi yang tidak berperikemanusiaan itu tidak pernah bisa dihentikan. Hukuman berat terhadap pelaku serupa sebelumnya tidak menjerakan. Oleh sebab itu, perlu pemikiran dan solusi tertentu yang lebih dapat menjamin keamanan dan keselamatan TKW-TKI yang bekerja di negara lain. Bahkan, perlu ada semacam perjanjian dengan pemerintah negara bersangkutan untuk melindungi TKW. Kita memiliki Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Bahkan, memiliki badan perlindungan terhadap TKI. Hanya, sampai sekarang upaya memberikan perlindungan yang lebih baik dan kuat belum terlihat nyata. Kita membayangkan sekaligus mengharapkan agar setiap terjadi kasus penyiksaan terhadap TKW ada respons cepat. Respons itu mencakup kecepatan menangani masalah, terutama mengenai pelanggaran hukumnya, titik berat penanganan perkara, serta upaya memberikan hukuman yang berat dan maksimal terhadap setiap pelaku penyiksaan. Pemerintah Indonesia dan Malaysia perlu menggalang kesepahaman mengenai penanganan kasus-kasus pelanggaran hukum terhadap TKW. Misalnya, membuat item-item perjanjian mengenai tindakan hukum yang dapat menjerakan setiap bentuk penyiksaan yang merendahkan martabat manusia. Sudah sering terjadi pelanggaran hukum terhadap TKI-TKW berupa eksploitasi yang tidak manusiawi. Misalnya, menyiramnya dengan air panas. Melukai. Menyekap. Atau bahkan menyetrika bagian tubuh TKW. Bentuk-bentuk penyiksaan seperti itu bukan hanya merupakan bentuk pelanggaran hukum yang sarat perbuatan kriminal, melainkan juga merupakan bentuk eskploitasi yang merendahkan martabat manusia. Terhadap pelanggaran hukum seperti ini, yang harus dikedepankan bukan hanya penanganan melalui pendekatan tindak pidana, melainkan pelanggaran berat HAM karena dampaknya telah berupa kejahatan luar biasa melalui tindak kekerasan berencana. Perlu ada solusi hukum yang juga terencana dan sistematik. Tidak bisa pendekatan penindakan terhadap kejahatan yang jelas-jelas terencana ini hanya berupa penindakan hukum konvensional. Pemerintah RI pun melalui Depnakertrans perlu sensitif bahwa setiap bentuk penyiksaan yang tidak manusiawi dengan tindak kekerasan yang terencana -melanggar HAM- harus dipahami sebagai bentuk penghinaan dan penistaan yang merendahkan martabat bangsa Indonesia. TKW-TKI yang bekerja di Malaysia -dan juga negara-negara lain- secara tidak langsung merupakan wakil atau cermin bangsa Indonesia. Karena itu, setiap bentuk penyiksaan dan kekerasan berencana harus dianggap pula sebagai mempermalukan kita sebagai bangsa.

You might also like