You are on page 1of 47

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA DI PERUSAHAAN UD GUNUNG MAS DESA BOJONGSARI KECAMATAN KEMBARAN

Disusun oleh: Kelompok VI (Kelas A1) Adityo Listyanto Yulinawati Esti Prihatini Gina Tri Ayu R Reza Zidny Aksani Sekarina Puspita Sari Ismail Hasan Lia Fitry O Dwi Maryani AS Tri Nanda Kaporina Rithza Rinintya WP Rekyan Pranandika Lita Heni K Noor Komariah F G1D008005 G1D008008 G1D008014 G1D009017 G1D008019 G1D008023 G1D008035 G1D008034 G1D008056 G1D009002 G1D009023 G1D009038 G1D009041 G1D009073

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II Dosen Pendamping: Hj. Rahayu Wijayanti, S. Kep. M. Kep., Sp. Kom KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN ILMU KEPERAWATAN PURWOKERTO 2011
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan praktikum yang berjudul Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja di Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja di Perusahaan UD Gunung Mas Desa Bojongsari Kecamatan Kembaran dapat terselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Hj. Rahayu Wijayanti, S. Kep. M. Kep., Sp. Kom. selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan ini.
2. Orang tua yang atas semangat, dukungan serta doa selama proses penyusunan

makalah keperawatan komunitas ini. 3. Teman-teman yang telah memberi semangat dan motivasi.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan yang harus diperbaiki dan dikaji ulang baik dalam segi bahasa, isi maupun penyajian. Penyusun mengharapkan menerima kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca, baik secara lisan maupun tulisan agar pada masa berikutnya penyusun dapat menyempurnakan makalah ini.

Purwokerto, 15 Desember 2011 Penyusun

ii

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Analisa Data.................................................................................... 29 Tabel 3.2 Penapisan Masalah........................................................................... 30 Tabel 3.3.Strategi intervensi dan implementasi................................................ 32

iii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Denah UD. Gunung Mas Lampiran 2 Surat Ijin Survey/Kunjungan Industri Lampiran 2 Gambar Perusahaan UD. Gunung Mas Lampiran 3 Format Penilaian Seminar Lampiran 4 Format Penilaian Sikap Lampiran 5 Penilaian Antar Mahasiswa Lampiran 6 Daftar Hadir Kunjungan Lapangan Keperawatan Komunitas II Lampiran 7 Daftar Hadir Praktikum (diskusi) Keperawatan Komunitas II

iv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i KATA PENGANTAR......................................................................................... ii DAFTAR TABEL................................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... iv DAFTAR ISI........................................................................................................ v BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................................. 1 B. Tujuan.......................................................................................................... 3 BAB II. TINJAUAN TEORI A. Keperawatan Komunitas 1. Pengertian................................................................................................. 4 2. Tujuan....................................................................................................... 5 3. Ruang Lingkup......................................................................................... 6 4. Sasaran...................................................................................................... 7 5. Falsafah..................................................................................................... 8 6. Filososfi.................................................................................................... 9 7. Asumsi .....................................................................................................10 8. Paradigma.................................................................................................10 9. Karakteristik.............................................................................................12 10. Prinsip pemberian pelayanan keperawatan komunitas...........................13 11.Tanggung jawab perawat komunitas.......................................................14 12. Peran perawat komunitas........................................................................15 13. Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas.16 B. Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Masalah Utama Kesehatan Kerja 1. Proses Keperawatan Komunitas ............................................................ 16 2. Kesehatan Kerja..................................................................................... 21 BAB III. PROSES KEPERAWATAN A. Kasus..24 B Pengkajian...................................................................................................24 C. Analisis Data...29 D. Diagnosa Keperawatan................................................................................30
v

E. Perencanaan..................................................................................................30 F. Prioritas Masalah..31 G.Strategi intervensi dan implementasi............................................................32 F. Evaluasi........................................................................................................36 BAB IV. PEMBAHASAN A. Analisis SWOT............................................................................................44 B. Solusi Hasil Analisis SWOT........................................................................46 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................................................48 B. Saran.............................................................................................................49 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................50 LAMPIRAN.........................................................................................................50

vi

vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada masa Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, yang disebut juga sebagai era industrialisasi, salah satu fokus utama pembangunan adalah pengembangan sumber daya manusia. Tenaga kerja merupakan segmen populasi yang menjadi sangat penting dalam era ini, sehubungan dengan produktivitas industri. Sehingga dengan demikian penyelenggaraan program kesehatan dan keselamatan kerja yang bertujuan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal serta melindungi tenaga kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatannya, menjadi sangat penting (Sulistomo, 2002a). Perkembangan angkatan kerja di Indonesia di sektor formal pada 25 tahun terakhir ini sangat pesat. Pada tahun 1971 masih tercatat jumlah angkatan kerja sekitar 27,5 juta yang pada tahun 1993 telah bertambah menjadi 73,9 juta. Jumlah perusahaan di sektor formal (yang diperkirakan hanya mencakup 26 persen dari seluruh industri), yang pada tahun 1971 masih tercatat sebanyak 23.000 pada tahun 1993 telah mengalami peningkatan menjadi 147.842. Diperkirakan bahwa baik jumlah perusahaan maupun angkatan kerja di sektor formal akan meningkat terus dengan pesat, terutama dalam menyongsong era globalisasi pada tahun 2005 nanti (Sulistomo, 2002a). Perkembangan di sektor industri tersebut, menuntut dukungan penggunaan teknologi maju dan peralatan canggih, yang antara lain juga membawa konsekuensi digunakannya berbagai bahan kimia dan peralatan canggih dalam proses produksi. Penggunaan teknologi dan peralatan canggih tersebut di satu pihak akan memberikan kemudahan dalam proses produksi dan meningkatkan produktivitas, namun di lain pihak penggunaan teknologi maju cenderung untuk menimbulkan risiko bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang lebih besar, terutama bila ketrampilan tenaga kerja masih rendah, seperti keadaan di Indonesia ini,
1

yang sebagian besar (74 persen) tenaga kerjanya masih berpendidikan Sekolah Dasar saja (Sulistomo, 2002a). Para pekerja seringkali dihadapkan pada pajanan atau beban kerja yang berbahaya terhadap kesehatannya, sehingga para pekerja mempunyai potensi untuk mengalami gangguan kesehatan yang penanganannya memerlukan upaya-upaya khusus, baik di tempat kerjanya maupun dalam memberikan pelayanan kesehatan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan seringkali tidak dapat disembuhkan, menyebabkan kecacadan, bahkan dapat menyebabkan kematian, sehingga prinsip utama dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerja adalah melakukan upaya untuk mengetahui potensi bahaya dari setiap jenis pekerjaan dan melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap gangguan kesehatan (Sulistomo, 2002b). Pajanan yang dialami di tempat kerja sangat beraneka ragam, mulai dari bahan kimiawi yang pada saat ini sudah mencapai kurang lebih 100 jenis, bahan fisik mulai dari panas, bising sampai ke radiasi ionik sampai ke pajanan psikologis, akibat stress yang makin berat di tempat kerja. Sehingga upaya untuk melakukan tindakan pencegahan dan penanganan memerlukan keahlian dari tenaga profesi yang terlibat dalam program kesehatan pekerja, salah satunya adalah peran perawat komunitas sangat dibutuhkan dalam hal ini (Sulistomo, 2002b). Perusahaan UD. Gunung Mas terletak di Desa Bojongsari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Perusahaan ini bergerak dibidang pembuatan bakmie soun. Perusahaan ini memiliki pekerja sebanyak 115 orang, terdiri dari 80 karyawan perempuan dan 35 karyawan laki-laki. Dari hasil observasi, tempat kurang tertata dengan baik, tidak ada APD untuk pekerja, pekerja mengatakan tidak menggunakan APD seperti sarung tangan, masker, dan penutup telinga karena tidak disediakan dari perusahaan. Pekerja sangat terganggu dengan suara bising dari mesin diesel untuk pembuatan adonan bihun. Di perusahaan tersebut sering terjadi kecelakaan kerja pada karyawan, seperti tangannya terluka karena terkena plat seng yang tajam atau pun terpleset ketika memindah wajan
2

adonan yang masih panas sehingga menyebabkan sedikit luka bakar. Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk mengkaji lebih lanjut keadaan kesehatan kerja di perusahaan UD. Gunung Mas dengan dibuatnya asuhan keperawatan tersebut. B. Tujuan Penyusunan laporan ini bertujuan untuk menelaah pentingnya asuhan keperawatan komunitas kelompok pekerja yang diberikan kepada pekerja di Perusahaan UD. Gunung Mas dengan masalah utama keselamatan dan kesehatan kerja, serta sebagai upaya dalam peningkatan derajat kesehatan para pekerja di industri tersebut. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai yaitu mengetahui pengertian, tujuan, pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan komunitas pada kelompok pekerja di Perusahaan UD. Gunung Mas. komunitas pada kelompok pekerja sehingga dapat mengurangi angka kesakitan akibat kecelakaan kerja di perusahaan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Keperawatan Komunitas 1. Pengertian Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Anderson (2006) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut : a. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. b. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh. c. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Keperawatan komunitas menurut WHO adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu serta keluarga yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
4

kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Knollmueler, 1998). Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) dalam Mubarak dan Nurul (2009) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan, dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal. 2. Tujuan Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga, dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat (Anderson, 2006).

a. Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri. b. Tujuan khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat 2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan
3) Tertanganinya

kelompok kelompok

keluarga

rawan

yang

memerlukan yang

pembinaan dan asuhan keperawatan


4) Tertanganinya

masyarakat

khusus/rawan

memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti, dan di masyarakat.


5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak

lanjut dan asuhan keperawatan di rumah


6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok risiko

tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di puskesmas.
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk

menuju keadaan sehat optimal. 3. Ruang Lingkup Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya

pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi, dan pendidikan seks. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga
6

yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit di rumah, perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari puskesmas atau rumah sakit, dan perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis. Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat di rumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta, dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC dan lain-lain. Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta, dan wanita tuna susila (Anderson, 2006). 4. Sasaran Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang berisiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi, dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, dan ibu hamil. Menurut Anderson (2006) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu: a. Tingkat individu Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil dan lain-lain) yang dijumpai di poliklinik puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu. b. Tingkat keluarga Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan
7

sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Prioritas pelayanan perawatan kesehatan masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu : 1) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik). 2) Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat (Hb kurang dari 8 gr persen) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil risiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri. 3) Keluarga dengan tindak lanjut perawatan c. Tingkat komunitas Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien. 1) Pembinaan kelompok khusus 2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah 5. Falsafah Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup. Falsafah keperawatan memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang luhur dan manusiawi. Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan komunitas yaitu: a. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian integral dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta dapat diterima oleh semua orang.

b. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. c. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara berkelanjutan. d. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan kesehatan, menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi kesehatan. e. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan berkesinambungan. f. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas kesehatannya. la harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
6.

perubahan

dalam

kebijaksanaan

dan

pelayanan

Filosofi Keperawatan komunitas menurut Anderson (2006) memiliki

filosofi sebagai berikut: a. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang. b. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan. c. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat membantu meningkatkan kesehatannya. d. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat bagi dirinya. e. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas yang berbeda pada waktu yang berbeda. f. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung pada latar belakang budaya, agama, dan sosial klien. g. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang berbeda pada waktu yang berbeda. h. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan rangsang internal dan eksternal. i. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan.
9

j. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan lingkungannya. k. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada waktu yang berbeda. l. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu klien bergerak kearah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan menggunakan kerangka teori dan pendekatan sistematik. m.Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang waktu akan merubah kebutuhan kesehatan. 7. Asumsi Asumsi mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang

dikemukakan ANA (1980) yaitu keperawatan kesehatan komunitas merupakan sistem pelayanan kesehatan yang kompleks, keperawatan kesehatan komunitas merupakan subsistem pelayanan kesehatan. Penentuan kebijakan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, perawat dan klien membentuk hubungan kerja sama yang menunjang pelayanan kesehatan, lingkungan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan klien, serta kesehatan menjadi tanggung jawab setiap individu (Mubarak, 2005). 8. Paradigma Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga, dan masyarakat (Mubarak, 2005). a. Individu sebagai klien Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social, dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi, dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian klien.

10

b. Keluarga sebagai klien Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, didalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri serta aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu : 1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. 2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri. 3) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut. c. Masyarakat sebagai klien Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreativitas, konstruktif, dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma.
11

Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan lingkungan spiritual. 9. Karakteristik Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik yaitu pelayanan keperawatan yang diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus pelayanan utama adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, klien memiliki otonomi yang tinggi, fokus perhatian dalam pelayanan keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat mengkaji dan mengintervensi klien, lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi. 10. Prinsip pemberian pelayanan keperawatan komunitas Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana
12

semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu sendiri (Anderson, 2006). Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas yaitu : a. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat. b. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. c. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat. d. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. e. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan. f. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di masyarakat dan bukan di rumah sakit.
g. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun

yang sehat. h. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat masyarakat. i. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.

13

j. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim. k. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan komunitas digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit. l. Kunjungan rumah sangat penting. m. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama. n. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan yang ada. o. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan. 11. Tanggung jawab perawat komunitas Claudia M.Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat komunitas adalah menyediakan pelayanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya, mempertahankan lingkungan yang sehat, mengajarkan upaya-upaya peningkatkan kesehatan, pencegahan, penyakit, dan injuri, identifikasi standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri serta melakukan rujukan, mencegah, dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect and abuse), memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart, kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat, melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan profesional, serta menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas dan melaksanakan riset keperawatan.

14

12.

Peran Perawat Komunitas

a. Pendidik (educator)

Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan b. Advokat Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya. c. Manajemen kasus Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien. d. Kolaborator Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
e. Panutan (role model)

klien

membuat

pilihan

dan

mempertahankan

autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien.

Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari. f. Peneliti Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik keperawatan.
g. Pembaharu (change agent)

Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Anderson, 2006).

15

13. Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas dapat digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat.
b. Proses Kelompok (Group Process)

Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat.
c. Kerjasama atau Kemitraan (Partnership)

Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat.
16

d. Pemberdayaan (Empowerment)

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru. Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dapat terjangkau, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan/keperawatan (Mubarak, 2005).
B. Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Masalah Utama Kesehatan

Kerja 1. Proses Keperawatan Komunitas Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan kesehatan (di rumah, puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan dengan cara menggunakan proses keperawatan komunitas. Berdasarkan Anderson (2006), sesuai dengan Teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan : a. Pengkajian Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien. Hal- hal yang perlu dikaji pada kelompok pekerja adalah:
1) Core atau inti, yaitu data demografi kelompok atau komunitas yang

terdiri: nama perusahaan , sejarah (pendiri, tanggal berdiri, lama berdiri, lokasi awal didirikan, asal usaha), demografi, alamat , batas wilayah, karakteristik umur dan sex, vital statistik, suku bangsa, tipe
17

keluarga, status perkawinan, nilai, kepercayaan, agama, struktur organisasi, serta tipe pekerja.
2) Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman),

meliputi: lingkungan fisik, pendidikan komunitas, transportasi dan keamanan, pemerintahan dan politik, pelayanan kesehatan dan sosial, sistem komunikasi, ekonomi, dan rekreasi. b. Diagnosa keperawatan komunitas Setelah dilakukan pengkajian ang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian dikelompokan dan dianalisa seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun diagnosa keperawatan komunitas dimana terdiri dari: masalah kesehatan, karakteristik populasi, dan karakteristik lingkungan. Contoh: Nyeri pinggang pada pekerja di perusahaan penggilingan padi Untung berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja dan pemilik usaha mengenai kesehatan keselamatan kerja para pekerja, ditandai dengan beban kerja berlebihan dimanifestasikan dengan para pekerja mengeluh sakit pinggang. c. Perencanaan (intervensi) Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia. d. Pelaksanaan (implementasi)

18

Kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan yaitu :


1) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi

sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit. 2) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit.
3) Pencegahan tersier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian

individu
e.

pada

tingkat

berfungsinya

secara

optimal

dari

ketidakmampuan keluarga. Evaluasi Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah: 1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan,

peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas, dan jumlah peserta. 3) Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan program.
4) Efektivitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau

masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.


5) Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan

tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun (Anderson, 2006).

2.

Kesehatan Kerja
19

a. Pengertian Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ilmu kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja, komunitas pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial dengan usaha-usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, terhadap penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit umum (Sulistomo, 2002b). Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23). b. Tujuan kesehatan kerja Tujuan kesehatan kerja adalah memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu unsur perlindungan tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja dan menjamin agar sumber-sumber produksi digunakan secara aman dan efisien serta menjamin kelancaran proses produksi yang merupakan faktor penting dalam meningkatkan produksi dan produktivitas (Sulistom, 2002a). c. Kapasitas kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal

20

seseorang untuk bekerja dapat depengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-lain. d. Pelayanan kesehatan kerja Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kecelakaan akibat kerja, pada umumnya dapat dicegah bila potensi bahayanya dapat dikenal sejak dini dan dilakukan upaya pengendalian. Dengan demikian pelayanan kesehatan kerja antara lain terdiri dari: 1) 2)
3)

Upaya promosi kesehatan Pengendalian lingkungan kerja Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan, baik secara

kelompok maupun individu 4) 5) 6) 7) 8) 9)


10)

Pendidikan dan pelatihan Surveilans Pengobatan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan Pertolongan pertama pada kecelakaan Upaya rehabilitasi Penelitian mengenai penyebab gangguan kesehatan Konseling (Sulistomo, 2002b)

e. Peran Perawat Komunitas dalam Kesehatan Kerja Pelayanan Kesehatan Kerja umumnya dilakukan oleh dokter atau perawat. Perawat yang bekerja di perusahaan merupakan perawat kesehatan masyarakat yang bekerja dalam komunitas pekerja dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan tempat kerja dan berfokus pada keselamatan kerja, serta menggunakan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian efek yang merugikan selama interaksi pekerja dengan tempat kerja (Roestam, 2002). Pengertian Perawatan Kesehatan Kerja (Occupational Health Nursing) merupakan cabang dari perawatan kesehatan masyarakat, yang memberikan pelayanan pada tenaga kerja atau kelompok tenaga kerja. Pelayanan berfokus pada promosi, proteksi, dan pemulihan kesehatan
21

naker dalam hubungannya dengan keselamatan dan lingkungan kerja yang sehat. Pelayanan keperawatan kesehatan kerja bersifat otonom dan independen dalam menentukan penatalaksanaan keperawatan bidang kesehatan kerja (Roestam, 2002). Perawatan selain harus mahir dalam perawatan, ia juga harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit-penyakit akibat kerja, mengetahui cara-cara pencegahan, diagnosis dini, dan usaha-usaha lain dalam memberantas penyakit akibat kerja. Ia juga harus mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan hubungan kerja yang kurang baik, berkurangnya gairah kerja, serta hal-hal lain. Tugas utama atau pekerjaan utama seorang perawat di komunitas industri adalah melakukan promosi kesehatan dan keselamatan kerja (Roestam, 2002). Perawat harus mengenal dan mengevaluasi bahaya potensial kesehatan di tempat kerja, demikian juga dengan bahaya nyata yang terjadi di tempat kerja. Keterampilan management, pengetahuan terhadap toksikologi, ergonomi, epidemiologi, kesehatan lingkungan, keselamatan serta cara penyuluhan merupakan keterampilan yang essential yang perlu dimiliki (Roestam, 2002).

f. Penyakit Akibat Kerja 1) Definisi Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease (Sulistomo, 2002a). WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja:
a) Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya

Pneumoconiosis.
b) Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya

Karsinoma Bronkhogenik.

22

c) Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di

antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.


d) Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang

sudah ada sebelumnya, misalnya asma. 2) Penyebab Faktor penyebab penyakit akibat kerja ada berbagai macam, tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan: a) Golongan fisik Suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik. b) Golongan kimiawi Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.
c) Golongan biologis (bakteri, virus atau jamur) d) Golongan fisiologis

Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja e) Golongan psikososial Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress (Sulistomo, 2002a).

23

BAB III PROSES KEPERAWATAN

A. Kasus Perusahaan UD Gunung Mas bergerak dibidang pembuatan bakmie soun. Perusahaan ini memiliki pekerja sebanyak 115 orang, terdiri dari 80 karyawan perempuan dan 35 karyawan laki-laki. Waktu bekerja mulai pukul 08.00 sampai pukul 15.00 WIB. Dari hasil observasi, tempat kurang tertata dengan baik, tidak ada APD untuk pekerja, pekerja mengatakan tidak menggunakan APD seperti sarung tangan, masker, dan penutup telinga karena tidak disediakan dari perusahaan dan mereka merasa sudah terbiasa untuk tidak menggunakan APD. Pekerja juga terganggu dengan suara bising dari mesin diesel untuk pembuatan adonan bihun. Di perusahaan tersebut juga sering terjadi kecelakaan kerja pada karyawan yang bekerja dibagian penjemuran bihun. Hal tersebut dikarenakan alat penjemurnya terbuat dari seng yang tajam, sedangkan para pekerja tidak menggunakan APD (sarung tangan). Kadang juga terjadi kecelakaan kerja pada karyawan yang bekerja dibagian pembuatan adonan yaitu ada beberapa karyawan yang terpeleset ketika memindah wajan berisi adonan yang masih panas. B. Pengkajian 1. Inti (Core) Desa Bojongsari Kecamatan Kembaran berada di Kabupaten Banyumas. Sejak tahun 1987 mulai berdiri perusahaan UD. Gunung Mas yang bergerak dibidang pembuatan bakmie soun. Perusahan ini memiliki karyawan sebanyak 115 orang yang terdiri dari 80 karyawan perempuan dan 35 karyawan laki-laki. Waktu bekerjanya sejak pukul 08.00 sampai pukul 15.00 WIB, setiap hari. Perusahaan ini terletak disekitar perumahan penduduk dengan batas wilayah sebelah utara Perumnas Bojongsari, sebelah timur dan selatan sawah, dan sebelah barat pemukiman warga. Perusahaan ini terdiri dari 7
24

ruangan yaitu 1 ruang pimpinan, 2 ruang pembuatan adonan, 1 ruang pembungkusan, 1 ruang masak, 1 ruang tempat pembuatan plat untuk menjemur, dan 1 ruang pengepakan produk yang sudah jadi serta untuk penjemuran dilakukan dihalaman pabrik. Pekerja perusahaan UD. Gunung Mas sebagian besar berusia antara 17-80 tahun, sebagian besar sudah berkeluarga. Mayoritas pekerja beragama islam dan bersuku jawa. a. Karakteristik Umur dan Seks Sebagian besar usia pekerja ini adalah usia 17-80 tahun dimana perempuan lebih banyak daripada laki-laki b. Distribusi Suku Suku bangsa pekerja adalah jawa. c. Tipe Keluarga Tipe keluarga pekerja sebagian besar adalah nuclear family dan extended family. Nuclaer family yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau angkat). Extended family yaittu keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah disertai paman, tante, kakek nenek, keponakan, dan lain-lain. d. Status Perkawinan Sebagian besar sudah menikah dan berkeluarga dan 4 diantaranya masih lajang. e. Religi Seluruh pekerja perusahaan UD. Gunung Masmenganut agama Islam.
2. Lingkungan Fisik

a. Inspeksi Perusahaan yang terletak di Desa Bojongsari Kecamatan Kembaran ini memiliki iklim/cuaca yang panas.
b. Tanda-Tanda Vital

Di dalam ruang kerja suhunya sangat panas, berkisar sekitar 30C. Hal ini dikarenakan tidak ada pendingin ruangan, kurangnya ventilasi, pencahayaan dan panasnya suhu lingkungan sekitar.

25

c. Sistem Di dalam perusahaan ini, tingkat kebisingannya sangat tinggi dan sudah diatas ambang batas yang normal. Suara bisingnya timbul dari mesin diesel untuk pembuatan adonan bakmie soun. Keadaan lingkungan yang seperti ini berdampak pada risiko penurunan pendengaran bagi para pekerja. Selain itu, pekerja juga berisiko terjadi kecelakaan kerja terutama yang bekerja dibagian penjemuran bakmie soun karena alat penjemurannya terbuat dari plat seng yang tajam sehingga bisa mencederai tangan. Hal ini diperparah dengan pekerja yang tidak menggunakan APD selama bekerja. Kadang juga terjadi kecelakaan kerja pada pekerja yang bekerja dibagian pembuatan adonan yaitu ada beberapa pekerja yang terpeleset ketika memindah wajan adonan yang masih panas. 3. Pendidikan Sebagian besar pekerja merupakan tamatan SD sedangkan pimpinannya tamatan SMP. Perusahaan ini tidak mengadakan fasilitas

pendidikan bagi para pekerjanya tetapi perusahaan menyediakan beasiswa untuk anak-anak pekerja yang memiliki prestasi baik disekolahnya. Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh pekerja dengan pimpinan ataupun antar pekerja yaitu bahasa daerah (jawa) dan Bahasa Indonesia.
4. Keamanan dan Transportasi

Perusahaan UD. Gunung Mas berada disekitar perumahan dan pemukiman warga masyarakat Desa Bojongsari Masyarakat sekitar mengetahui bagaimana aktivitas yang dilakukan pekerja. Di lingkungan perusahaan tidak terdapat tempat pemadam kebakaran, namun di perusahaan tersebut ada tabung pemadam kebakaran. Perusahaan tidak menyediakan perlengkapan APD bagi pekerja seperti masker, penutup telinga, kacamata, baju kerja dan sarung tangan. Untuk keamanan perusahaan sendiri, tidak ada yang bertugas tidak mengalami menjaga perusahaan tersebut. Perusahaan ini dapat kesulitan. Sebagian
26

terjangkau oleh kendaraan umum. Jadi dalam transportasinya, para pekerja besar transportasi pekerja

menggunakan sepeda dan sepeda motor sendiri. Perusahaan juga menyediakan bis untuk para pekerja yang tidak memiliki kendaraan. Perusahaan menyediakan fasilitas P3K seperti obat-obatan, dan pada saat ada pekerja yang sakit biasanya dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat seperti bidan. Perusahaan ini jauh dari puskesmas dan rumah sakit
5. Politik dan Pemerintahan

Administrasi di perusahaan UD. Gunung Mas dilakukan oleh mandor. Setiap hari para pekerja diberi gaji yang telah ditetapkan sesuai dengan pembagian dan hasil kerjanya.
6. Pelayanan Umum dan Kesehatan

Perusahaan jauh dari pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Sarana kesehatan di perusahaan ini juga tidak ada, perusahaan hanya menyediakan obat-obatan biasa. Hal ini berdampak pada kesehatan pekerja yang tidak terkontrol sama sekali. Bahkan tidak pernah diadakan pemeriksaan kesehatan bagi para pekerjanya. Tetapi ketika ada pekerja yang sakit atau kecelakaan biasanya langsung dibawa ke bidan terdekat. 7. Komunikasi Setiap pekerja mendapatkan informasi langsung dari pemimpin perusahaan melalui mandor. Kadang juga menggunakan telepon genggam seluler. 8. Ekonomi Berdasarkan data yang didapat, rata-rata para pekerja tidak mempunyai kerja sampingan yang lain. Jadi hanya bekerja di perusahaan ini saja kecuali para pekerja yang mempunyai sawah, mereka sambil bekerja mengurusi sawahnya. Pendapatan mereka disesuaikan dengan pembagian dan hasil kerjanya. Ketika hasilnya baik maka pendapatannyapun baik yaitu bisa mencapai Rp20.000,00 hari, tetapi jika cuaca buruk sehingga hasil produksinya berkurang maka pendapatan pekerjapun berkurang yaitu hanya Rp9.000,00 dan jika tidak ada panas sama sekali hanya diberi uang

27

pesangon Rp 2.000,00. Omset perusahaan sebesar Rp 30.000.000,00 per bulan jika cuaca sedang panas. 9. Rekreasi Di Desa Bojongsari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas tempat perusahaan UD. Gunung Mas tidak terdapat tempat rekreasi. Selama ini perusahaan juga tidak pernah mengadakan program rekreasi bersama, hanya perusahaan sedang diusahakan.

28

C. Analisis Data Tabel 3.1 Analisa Data No. Analisis Data 1. DO : Tidak ada APD untuk pekerja, lingkungan yang licin dan tidak tertata dengan baik DS : Pekerja mengatakan tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja dengan alasan perusahaan tidak menyediakan sarung tangan dan masker, selain itu pekerja merasa sudah terbiasa untuk tidak menggunakan APD (sarung tangan&masker). 2. DO : Suara bising mesin diesel untuk pembuatan adonan bakmie soun. DS : Pekerja mengatakan komunikasi terganggu karena suara mesin sehingga harus bicara keras dan mereka terganggu oleh mesin diesel padahal mereka bekerja dari pagi sampai sore.
29

Etiologi Kurang pengetahuan dan lingkungan kerja yang tidak sesuai standar keselamatan dan kesehatan kerja

Problem Risiko kecelakaan kerja

Lingkungan kerja Risiko gangguan (suara) bising yang berasal dari mesin diesel. pendengaran

D. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko kecelakaan kerja pada pekerja di perusahaan UD. Gunung Mas

berhubungan dengan kurang pengetahuan dan lingkungan kerja yang tidak sesuai standar keselamatan dan kesehatan kerja ditandai dengan tidak ada APD untuk pekerja, lingkungan yang licin dan tidak tertata dengan baik serta para pekerja mengatakan tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja dengan alasan perusahaan tidak menyediakan sarung tangan dan masker, selain itu pekerja merasa sudah terbiasa untuk tidak menggunakan APD (sarung tangan & masker).
2. Risiko gangguan pendengaran pada pekerja di perusahaan UD. Gunung

Mas berhubungan dengan lingkungan kerja (suara) bising yang berasal dari mesin diesel ditandai Suara bising mesin diesel untuk pembuatan adonan bakmie soun serta pekerja mengatakan komunikasi terganggu karena suara mesin sehingga harus bicara keras dan mereka terganggu oleh mesin diesel padahal mereka bekerja dari pagi sampai sore. E. Perencanaan Tabel 3.2. Penapisan masalah Dx. Kep Dx 1 Dx 2 1 2 2 2 5 5 3 5 5 4 2 2 Kriteria Penilaian 5 6 7 8 9 2 2 4 4 2 2 4 3 3 3

10 3 2

11 2 1

12 3 2

Jumlah 37 33

Keterangan: Skor 0-5, skor semakin tinggi menunjukkan masalah semakin mudah diatasi. 1. Sesuai dengan peran perawat komunitas. 2. Jumlah yang berisiko 3. Besarnya risiko 4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan 5. Minat masyarakat 6. Kemungkinan untuk diatasi
30

7. Sesuai program pemerintah 8. Sumber daya tempat 9. Sumber daya waktu 10. Sumber daya dana 11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya manusia

Berdasarkan kriteria penapisan di atas, diagnosa pertama memperoleh skor yang paling tinggi. Oleh karena itu, diagnosa pertama lebih diprioritaskan untuk diberikan intervensi daripada diagnosa yang lain. F. Prioritas Masalah
1. Risiko kecelakaan kerja pada pekerja di perusahaan UD. Gunung Mas

berhubungan dengan kurang pengetahuan dan lingkungan kerja yang tidak sesuai standar keselamatan dan kesehatan kerja ditandai dengan tidak ada APD untuk pekerja, lingkungan yang licin dan tidak tertata dengan baik serta para pekerja mengatakan tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja dengan alasan perusahaan tidak menyediakan sarung tangan dan masker, selain itu pekerja merasa sudah terbiasa untuk tidak menggunakan APD (sarung tangan & masker).
2. Risiko gangguan pendengaran pada pekerja di perusahaan UD. Gunung

Mas berhubungan dengan lingkungan kerja (suara) bising yang berasal dari mesin diesel ditandai Suara bising mesin diesel untuk pembuatan adonan bakmie soun serta pekerja mengatakan komunikasi terganggu karena suara mesin sehingga harus bicara keras dan mereka terganggu oleh mesin diesel padahal mereka bekerja dari pagi sampai sore.

31

G. Strategi Intervensi dan Implementasi

Dx

Sasaran

Tujuan Setelah dilakukan kunjungan keperawatan selama 3 minggu:

Strategi

Rencana Kegiatan

Sumber Petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan: Perawat komunitas Puskesmas Mahasiswa Kumpulan materi Penyuluhan tentang pentingnya penggunaan APD dan pentingnya menata lingkungan kerja yang

Tempat Perusahaan UD. Gunung Mas

Waktu

Kriteria Standar Evaluasi 1. Pemimpin perusahaan dan pekerja mampu menyebutkan kembali tentang pentingnya penggunaan APD dan akibat dari tidak menggunakan APD serta standar lingkungan keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Menyebut kan cara penggunaan

Evaluator Petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan: Perawat Komunitas, Pihak puskesmas, dan mahasiswa.

DX Setelahdilakukan 1 kunjungan keperawatan selama 3 minggu, diharapkan pekerja perusahaan UD. Gunung Mas terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk dengan indikator; tidak ada kecelakaan kerja, dan gangguan pendengaran.

Proses a. Perkenalan dan kelompok pendekatan dan perawat pendidika komunitas n terhadap 1. Pengetahua kesehatan pimpinan dan n pekerja dan pekerja pimpinan perusahaan perusahaan b. Melakukan tentang pengkajian dan keamanan dan menganalisis kesehatan masalah lingkungan perusahaan (kerja) c. Penyuluhan meningkat kepada pekerja sehingga dan pemimpin pekerja dan perusahaan pimpinan tentang perusahaan pentingnya menyadari menjaga akan keselamatan pentingnya kerja dengan

Minggu Respon pertama verbal hari Kamis, jam 09.00 WIB.

32

penggunaan APD.

cara menggunakan alat pelindung diri dan risiko jika tidak menggunakan APD serta pentingnya menata lingkungan kerja dengan baik sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja. d. Memasang poster tentang akibat yang ditimbulkan dari tidak menggunakan APD dan tidak menata lingkungan dengan baik. e. Menyebar leaflet tentang pentingnya APD

baik sesuai standar keselamatan dan kesehatan kerja.

APD dan bagaimana menata lingkungan kerja yang baik sesuai standar keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Pemimpin perusahaan dan pekerja menyebutkan kembali 3 dari 5 risiko masalah kesehatan akibat tidak menggunakan APD dan lingkungan kerja yang kurang baik. 4. Pekerja dapat mendemonstr asikan cara menggunakan

33

dan bahaya tidak menggunakan APD serta pentingnya menata lingkungan kerja dengan baik sesuai standar keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Pimpinan perusahaan memiliki keinginan untuk mewujudkan kemitraan dengan pihak lain Pendidika n kesehatan dan kemitraan 1. Memberi Perawat penjelasan komunitas kepada pimpinan perusahaan mengenai pentingnya APD dan pemeriksaan kesehatan rutin 2. Menyarank an pimpinan perusahaan untuk membina hubungan kemitraan Perusahaan UD. Gunung Mas Minggu Respon ke 2, verbal hari kamis, jam 09.00

APD yang baik.

Pimpinan Perawat perusahaan komunitas mampu menjelaskan pentingnya APD dan memeriksakan kesehatan pekerjanya secara rutin

Psikomo Pimpinan tor perusahaan ingin menjalin kerjasama dengan penyedia APD murah dan pihak

34

dengan penyedia APD murah dan pihak puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. 3. Pekerja Pemberda perusahaan yaan termotivasi untuk menggunak an APD dan memeriksa kesehatan secara rutin a. Memprakti kan cara penggunaan APD langsung oleh anggota perusahaan b. Memotivasi pekerja untuk senantiasa menggunakan APD dan mengajak anggota (satu sama lain) untuk selalu menggunakan APD. Perawat komunitas Puskesmas Mahasiswa Perusahaan UD. Gunung Mas Minggu Afektif ke 3, hari kamis, jam 09.00

puskesmas

1. Pekerja memakai APD 2. Pimpinan perusahaan menjalin kemitraan dengan puskesmas dan perusahaan pengadaan APD

Perawat komunitas Puskesmas Masyarakat

35

H. Evaluasi Berdasarkan tindakan keperawatan dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut: 1. Evaluasi struktur 2. Evaluasi proses 3. Evaluasi hasil

36

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis SWOT Tabel 4.1.Analisis SWOT Kekuatan Perusahaan menyediakan perlengkapan P3K jika sewaktu-waktu ada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja Jika ada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja biaya berobat ditanggung perusahaan Kelemahan Perusahaan tidak menyediakan APD (penutup telinga) untuk meminimalisir suara bising yang ada di ruangan Peluang Jarak fasilitas kesehatan seperti puskesmas cukup dekat Ancaman Dana yang dimiliki perusahaan untuk pengobatan jika ada yang mengalami kecelakaan kerja berjumlah sedikit Pekerja yang sudah bekerja selama bertahuntahun beresiko mengalami gangguan fungsi pendengaran

Saat musim hujan lantai menjadi licin karena bocor sehingga ada beberapa karyawan yang terpeleset saat membawa wajan yang berisi adonan yang panas Beberapa karyawan Perusahaan belum menyadari menyediakan pentingnya APD yang sesuai penggunaan APD standar untuk para (sarung tangan) pekerjanya tetapi mereka tidak memakainya karena sudah terbiasa tanpa menggunakan sarung tangan Perusahaan menyediakan alat transportasi untuk antar jemput karyawan

37

B. Solusi Hasil Analisis SWOT Mencegah resiko terjatuh/terpeleset karena lantai yang licin dengan cara mkenganjurkan pekerja memakai alas kaki yang standar. Kemitraan/bekerja sama dengan puskesmas ataupun pihak-pihak yang bisa menyediakan APD. Pemasangan leaflet/poster ditempat kerja yang dapat mengingatkan akan resiko kecelakaan kerja. Memotivasi karyawan untuk senantiasa menggunakan APD jika perusahaan sudah menyediakan APD

BAB V
38

PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta: EGC Dainur. (1995). Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya Medika Mubarak W.I.dan Nurul Chayatin. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba. Mubarak, W dkk. (2006). Ilmu Keperwatan Komunitas. Jakarta: CV. Sagumg Seto. Mubarak, W. I. (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: CV. Sagung Seto

39

Roestam, A.W.(2002). Peranan Perawatan Kesehatan Masyarakat dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 136 Sulistomo, A. (2002a). Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dan Sistem Rujukan. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 136 Sulistomo, Astrid. (2002b). Pendidikan Formal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kerja. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 136

40

You might also like