You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi diri yang dimilikinya, dengan mengubah tingkah laku ke arah yang lebih baik. Pendidikan juga dapat menciptakan sumber daya manusia menjadi sumber manusia yang handal dan terampil di bidangnya masing-masing. Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia tersebut tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Dalam dunia pendidikan terdapat proses belajar mengajar, yaitu proses yang dapat diterapkan. Belajar dan mengajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Proses belajar mengajar yang berkembang di kelas pada umumnya ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu-individu yang terlibat langsung di dalam proses belajar mengajar dan interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. hasil belajar siswa sendiri kurang lebih tergantung pada cara guru dalam menyampaikan materi yang dibahasnya. Oleh karena itu, kemampuan serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar pada siswa. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara hasil belajar siswa dengan metode mengajar yang diterapkan

oleh guru selama proses belajar mengajar berlangsung dan terjadinya hubungan proses pembelajaran. Matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan konsep abstrak yang disusun secara hirarki dan penalaran deduktif yang memerlukan pemahaman secara bertahap dan berurutan. Pemahaman konsep merupakan langkah awal yang diambil untuk melangkah pada tahap selanjutnya yaitu aplikasi dalam perhitungan matematika. Tetapi siswa pada umumnya belum menguasai materi prasyarat dari konsep yang diajarkan. Keinginan serta kemampuan siswa untuk menguasai konsep-konsep matematika dengan baik berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran matematika, kualitas pembelajaran matematika

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan menguasai materi pembelajaran, 2) peran aktif siswa selama proses pembelajaran, 3) kondisi lingkungan belajar. Upaya untuk mengatasi kesulitan belajar matematika dan meningkatkan mutu pendidikan sekolah diantaranya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang baru. Model pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dengan berbagai variasi sehingga siswa terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana yang nyaman dan menyenangkan. Dalam interaksi belajar mengajar terdapat berbagai macam model pembelajaran yang bertujuan untuk menciptakan proses belajar mengajar aktif serta memungkinkan timbulnya sikap keterkaitan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh. Perlunya dikembangkan proses belajar mengajar yang dapat membangun keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar adalah sebagai alternatif model

pembelajaran yang baru. Pembelajaran yang efektif tersebut harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam menguasai model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan. Seiring diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diharapkan guru dapat meningkatkan prestasi siswa khususnya pada proses belajar mengajar dan hubungan dalam proses pembelajaran. Dalam KTSP 2006 standar kompetensi mata pelajaran matematika tercantum tujuan pengajaran matematika, yaitu: (1) melatih cara berpikir dan menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas yang kreatif, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan (Depdiknas, 2006: 1). Refleksi keseluruhan dari suatu proses pembelajaran (tujuan

pembelajaran) di sekolah ditunjukkan oleh hasil belajar siswa. Namun, kenyataannya masih banyak dijumpai siswa yang mempunyai nilai rendah di bawah standar yang ditetapkan dalam sejumlah mata pelajaran, khususnya mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh siswa beranggapan bahwa matematika itu sulit dan membosankan,sehingga sejak awal siswa tidak ada minat dan motivasi untuk belajar matematika. Permasalahan yang lain yang sering terjadi adalah cara mengajar guru yang kurang tepat. Guru hanya mengajar dengan satu model pembelajaran saja yang kebetulan tidak cocok dan sulit untuk dimengerti oleh siswa atau guru cenderung mengajar kurang bervariasi. Padahal guru merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam peningkatan hasil belajar siswa, bahkan merupakan pusat

aktivitas di kelas. Guru bertanggung jawab untuk mengatur, mengelola dan mengorganisir kelas. Seorang guru perlu mengetahui model pembelajaran yang sesuai dan tepat digunakan dengan materi, tujuannya, kelebihan dan kekurangannya serta mengetahui waktu yang tepat untuk menerapkan model pembelajaran tersebut. Selain itu, guru juga harus mengetahui cara atau metode penyampaian pengajaran matematika yang dapat menyebabkan siswa lebih tertarik, mengerti, berperan aktif, bersikap terbuka, mencari dan menemukan sendiri, percaya diri dan belajar menghargai pendapat orang lain. Bardasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran matematika di kelas VIII Sekolah Menengah Partama Negeri 3 Palangka Raya diketahui bahwa guru mata pelajaran matematika mengajar masih sering menerapkan model pembelajaran langsung dengan pendekatan ekspositori yaitu model pembelajaran yang memerlukan perencanaa dan pelaksanaan yang cukup terinci terutama pada analisis tugas. Model pembelajaran ini berpusat pada guru dan menggunakan komunikasi satu arah sebagai aksi. Salah satu materi yang diajarkan di kelas VIII semester 2 adalah menghitung menghitung luas permukaan dan volume kubus dan balok. Dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan balok dan kubus seringnya siswa hanya bermodalkan memasukkan angka ke dalam rumus yang telah ada tanpa disertai dengan pemahaman konsep yang mendalam tentang asal mula rumus yang digunakan. Kondisi seperti ini lah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa karena pemahaman yang kurang dalam pokok bahasan kubus dan balok.

Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran diharapkan adanya peruabahan dari mengingat (memorizing) atau menghapal (rate learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understand), dari model ceramah ke pemdekatan discovery learning atau inquiry learning, serta dari belajar individual ke kooperatif. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperarif tipe two stay two stray (TSTS). Model pembelajaran kooperarif tipe two stay two stray (TSTS) adalah model pembelajaran yang di dalamnya mengkondisikan siswa bekerja sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk mambantu satu sama lain dalam belajar. Pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar kelompok mareka seperti terhadap diri mereka sendiri, sedangkan guru hanya sebagai mitra dalam proses belajar. Tepat tidaknya suatu model pembelajaran baru akan terbukti dari hasil belajar siswa. Karena itu peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar matematika antara model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dan model pembelajaran langsung pada pokok bahasan menghitung keliling dan luas lingkaran, sehingga peneliti memiliki judul Studi Komparatif

Hasil Belajar Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) Dan Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Kubus dan Balok Di Kelas VIII SMP Negeri-3 Palangka Raya Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Siswa beranggapan pelajaran matematika itu sulit dimengerti dan membosankan. 2. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih kurang bervariasi dalam menyampaikan materi pelajaran. 3. Hasil belajar siswa masih rendah belum memenuhi syarat nilai standar yang ditetapkan oleh sekolah tersebut. 4. Respon siswa terhadap model yang dipilih dan diterapkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran pada materi kubus dan balok masih kurang.

1.3. Pembatasan Masalah Agar masalah yang dikaji dan terarah maka peneliti membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Materi yang dibahas pada penelitian ini adalah: 1) Menghitung rumus luas permukaan kubus dan balok 2) Menghitung volume kubus dan balok 2. Model pembealajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dan model pembelajaran langsung

3. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Palangka Raya tahun pelajaran 2011/2012.

1.4. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa matematika antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dan model pembelajaran langsung?

1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan arah pertama untuk menentukan langkah dalam penelitian. Agar penelitian dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan diinginkan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dan model pembelajaran langsung (DI) terhadap hasil belajar matematika.

1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi sekolah tempat penelitian, sebagai bahan masukan untuk

pengembangan program pembelajaran matematika di sekolah tersebut. 2. Bagi guru mata pelajaran matematika, sebagai informasi untuk bahan pertimbangan dalam memilih cara mengajar matematika untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

3. Bagi siswa, dalam proses belajar mengajar ini dapat meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran matematika. 4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam bidang pendidikan khusunya matematika dijadikan sarana informasi dan bahan rujukan atau referensi. serta dapat

You might also like