Professional Documents
Culture Documents
POLITIK DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. Pengantar Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib untuk seluruh program studi pada Fakultas Politik Pemerintahan IPDN dengan beban 3 (tiga) SKS. Dalam kuliah ini dibahas tentang konsep desentralisasi dan otonomi daerah, perspektif dan tujuan desentralisasi (politik, administratif, fiskal, ekonomi, dan berkeseimbangan), tujuan desentralisasi dari perspektif negara-masyarakat (state-society relation), desentralisasi dan otonomi daerah di negara kesatuan dan negara federasi, sejarah perkembangan pemerintahan daerah dan perkembangan perundang-undangan otonomi daerah, pendekatan-pendekatan (approaches) implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, elemen dasar entitas pemerintahan daerah, pembagian kewenangan dan fungsi-fungsi dalam rangka desentralisasi, dan isu-isu kontemporer dan aktual implementasi desentralisasi dan otonomi daerah dari perspektif politik. B. Tujuan Pembelajaran Kuliah ini memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang politik desentralisasi dan otonomi daerah dan berbagai masalah yang erat kaitannya dengan implementasinya. Dengan mempelajari mata kuliah ini, peserta didik (praja) diharapkan dapat memahami, mampu menjelaskan, membandingkan, dan menganalisis berbagai fenomena implementasi desentralisasi dan otonomi daerah dari perspektif politik. C. Metode Pembelajaran Dalam upaya mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan di atas, proses belajar dan mengajar dalam mata kuliah ini akan lebih menekankan pada kombinasi antara metode lecture, tutorial, dan case study. Metode lecture dilakukan dalam bentuk tatap muka di kelas untuk menguraikan konsep-konsep, teori, dan berbagai aturan normatif mengenai desentralisasi dan otonomi daerah serta implementasinya dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan daerah. Metode tutorial ditekankan pada tanya jawab selama perkuliahan dan diskusi kelompok tentang tema-tema politik desentralisasi dan otonomi daerah yang aktual dan telah disepakati. Sedangkan metode case study dilakukan dengan mendiskusikan beberapa contoh studi kasus dalam kaitannya dengan kontekstualisasi politik desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam proses belajar mengajar atau pembelajaran sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh peserta didik (praja) peserta kuliah. Dosen menjalankan fungsi sebagai fasilitator dengan mengungkapkan substansi, argumen, dan perspektif dari literatur yang dijadikan rujukan perkuliahan dan diskusi. Sedangkan peserta didik (praja) diharapkan lebih banyak belajar secara mandiri atau berkelompok dengan mendiskusikan berbagai topik dan materi yang telah dan akan dibicarakan di kelas, serta menambahkan beberapa literatur yang relevan dengan substansi materi perkuliahan. Dalam perkuliahan ini dikembangkan budaya akademik : reading ability, writing ability, speaking ability, dan accountability. Agar proses transfer pengetahuan (transfer of knowledge) dan keterampilan (transfer of skill) dapat berkesinambungan dan terjaga dengan baik, peserta didik diharapkan untuk selalu hadir dalam pertemuan kelas. Ketidakhadiran hanya diperbolehkan kalau ada pemberitahuan sebelumnya dan atau dalam keadaan yang mendesak. Di luar itu, untuk kepentingan menjaga konsistensi dan situasi perkuliahan secara kondusif di kelas, peserta didik diharapkan tidak terlambat. Toleransi keterlambatan disepakati maksimal 15 menit. D. Materi Mata Kuliah Rencana perkuliahan (tatap muka) mulai dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir dapat dilihat pada matriks GBPP dan SAP sebagai berikut:
STANDAR KOMPETENSI
No. 1 1
Kompetensi Dasar 2 Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang pengertian-pengertian : Politik, Desentralisasi, Otonomi Daerah, dan Politik Desentralisasi dan Otonomi Daerah
1. 2. 3. 4. 5.
4 Pengertian Politik Pengertian Desentralisasi Pengertian Politik Desentralisasi Pengertian Otonomi Daerah Pengertian Politik Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Hoessein,2003 Ateng Syafrudin, 2006. S.H. Sarundajang, 2001. 2 Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah 1. Konsep Desentralisasi Definisi Desentralisasi Bentuk-bentuk Desentralisasi 2. Konsep Otonomi Daerah Definisi Otonomi Daerah b. Model-model Pemerintahan Daerah (the local democracy model dan the structural efficiency model) c. Esensi dan Keberhasilan Otonomi Daerah Laptop Infocust OHP Slide Whiteboard Spidol 150 menit Diana Conyer, 1984. Parson, 1961 Mawhood, 1987 Smith, 1985 Dennis A. Rondinelli dan G. Shabbir Cheema, 1983 Slater, 1990 Bhenyamin Hoessein,2003 Oentarto et al, 2004 S.H. Sarundajang, 2001. Diana Conyer, 1984. Parson, 1961 Mawhood, 1987 B.C. Smith, 1985 Dennis A. Rondinelli dan G. Shabbir Cheema, 1983 Slater, 1990 Sadu Wasistiono, 2010. Jennie Litvack dan Jessica Seddon, 1999. Syarif Hidayat dan Bhenyamin Hoessein, 2001 S.H. Sarundajang, 2001.
Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang Perspektif Desentralisasi
Perspektif Desentralisasi
150 menit
a. b. c.
Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang tujuan Desentralisasi dari Perspektif Desentralisasi Politik
1.
Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang tujuan Desentralisasi dari Perspektif Desentralisasi Administratif
Kepentingan Pemerintah Pusat a. Pendidikan Politik (political education) b. Pelatihan Kepemimpinan (to provide training in political leadership) c. Stabilitas Politik (to create political stability) 2. Kepentingan Pemerintah Daerah a. Persamaan Politik (political equality) b. Akuntabilitas Pemerintah Daerah (local accountability) c. Responsivitas Pemerintah Daerah (local responsiveness) 1. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah 2. Meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan public good and services 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi.
150 menit
Diana Conyer, 1984. Maddick, 1963. Mawhood, 1987 B.C. Smith, 1985 Dennis A. Rondinelli dan G. Shabbir Cheema, 1983 Syarif Hidayat dan Bhenyamin Hoessein, 2001. Syarif Hidayat, 2006. S.H. Sarundajang, 2001.
150 menit
Diana Conyer, 1984. Maddick, 1963 Mawhood, 1987 B.C. Smith, 1985 Dennis A. Rondinelli dan G. Shabbir Cheema, 1983 Syarif Hidayat, 2006 Bhenyamin Hoessein, 2001. Syarif Hidayat, 2006 Sadu Wasistiono, 2010. Jennie Litvack dan Jessica Seddon, 1999
Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang tujuan Desentralisasi dari Perspektif Hubungan NegaraMasyarakat (State-Society Relation)
Peserta didik (praja) dapat memahami ,menjelaskan dan membandingkan tentang Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Negara Kesatuan dan Negara Federal
1. Kepentingan Nasional a. Mempertahankan dan memperkuat integrasi bangsa b. Sarana untuk training bagi calon-calon pemimpin nasional c. Mempercepat pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran rakyat 2. Kepentingan Daerah a. Mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal (political equality, local accountability, dan local responsiveness) b. Peningkatan pelayanan publik c. Menciptakan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. 1. Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Negara Kesatuan 2. Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Negara Federal
150 menit
S.H. Sarundajang, 2001. Syarif Hidayat, 2006 Diana Conyer, 1984. Maddick, 1963 Mawhood, 1987 B.C. Smith, 1985 Dennis A. Rondinelli dan G. Shabbir Cheema, 1983
1 x menit
150 Syaukani HR, Afan Gaffar dan M.Ryaas Rasyid, 2002 Hasrat Arief Saleh, 2009. Agus Pramusinto, 2008. Rozali Abdullah, 2000. Josef Riwu Kaho, 1997 Bagir Manan, 1994
Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang Sejarah Perkembangan
150 menit
J. Kaloh, 2002 S.H. Sarundajang, 2001. Sujamto, 1990 Tri Ratnawati dan Ikrar Nusa Bhakti, 2001. Bagir Manan, 1994. Dede Mariana dan Caroline Paskarina, 2008 Djohermansyah Djohan, 2001. Sadu Wasistiono, 2003 Ahmad Erani Yustika, 2008 S.H. Sarundajang, 2001. Dede Mariana dan Caroline Paskarina, 2008. S.H. Sarundajang, 2001. Sadu Wasistiono, 2003 Andy Ramses M, 2007. Ahmad Erani Yustika, 2008 PP 38/2007
Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang Pendekatan Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
1. Hubungan Kekuasaan antara Pemerintah Pusat-Daerah 2. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat-Daerah
10
Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang Elemen Dasar Entitas Pemerintahan Daerah
1.
11
Pembagian
Urusan Pemerintahan (function) 2. Kelembagaan (institution) 3. Kepegawaian (personnel) 4. Keuangan Daerah (local finance) 5. Perwakilan Daerah (representation) 6. Pelayanan Publik (public service) 7. Pengawasan(contro l/supervision) 1. Sistem Otonomi (Ajaran
150 menit
Laptop
150 menit
Sadu Wasistiono,
memahami dan menjelaskan tentang Pembagian Kewenangan dan Fungsi-fungsi dalam rangka Desentralisasi
Rumah Tangga Daerah) 2. Desentralisasi Simetrik dan Asimetrik 3. Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Masyarakat 4. Pembagian Urusan Pemerintahan a. Teori/Kerangka Pembagian Urusan Pemerintahan b. Kriteria Pembagian Urusan Pemerintahan 1. Masalah konseptual dalam Pembagian Urusan Pemerintahan 2. Konflik antar Susunan Pemerintahan dalam Pembagian Urusan Pemerintahan 3. Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat
2003. Ateng Syafrudin, 1993 Made Suwandi, 2007 Bagir Manan, 1994 PP 38/2007
12
Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang Isu-isu Kontemporer dalam Pembagian Urusan Pemerintahan (Studi Kasus)
150 menit
Made Suwandi, 2007 Sadu Wasistiono, 2002 Syamsudin Haris, 2002. Riswanda Imawan, 2002 PP 38/2007 Naskah Revisi UU 32/2004
13
Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang Isu-isu Kontemporer dalam Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Studi Kasus)
Isu-isu Kontemporer dalam Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Studi Kasus)
150 menit
Sadu Wasistiono dan Ondo Riyani (eds), 2001 Ramlan Surbakti, 2008. Andy Ramses, 2008. Tamrin Amal Tomagola, 2008 Abdul Gaffar Karim (ed), 2003.
Made Suwandi, 2007 Dede Mariana dan Caroline Paskarina, 2008. Naskah Revisi UU 32/2004
14. Peserta didik (praja) dapat memahami dan menjelaskan tentang Isu-isu Kontemporer dalam Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Studi Kasus) Isu-isu Kontemporer dalam Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Studi Kasus) 1. Kedudukan dan Fungsi DPRD 2. Akuntabilitas Pemerintahan Daerah 3. Kebijakan Otonomi Khusus di Indonesia : a. Sejarah Politik b. Makna Otonomi Khusus c. Otonomi Khusus : Aceh, Papua, dan Jakarta d. Otonomi Khusus (Istimewa) Yogyakarta Laptop Infocust OHP Whiteboard Spidol 150 menit B.N. Marbun, 2005.
10
Pertemuan ke 1 I
Tujuan Pembelajaran Umum 2 Memberikan pemahaman tentang pengertian : Politik, Desentralisasi, dan Otonomi Daerah
Tujuan Pembelajaran Khusus 3 Memberikan pemahaman tentang pengertian : Politik, Desentralisasi, Politik Desentralisasi, Otonomi Daerah, Politik Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Sub Pokok Bahasan 5 Pengertian Politik Pengertian Desentralisasi Pengertian Politik Desentralisasi Pengertian Otonomi Daerah Pengertian Politik Desentralisasi dan Otonomi Daerah
1. 2. 3. 4. 5.
11
2006. S.H. Sarundajang, 2001. II Memberikan pemahaman tentang Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah Memberikan pemahaman tentang konsepkonsep : desentralisasi, otonomi daerah, esensi dan keberhasilan otonomi daerah Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah 1. Konsep Desentralisasi a. Definisi Desentralisasi b. Bentukbentuk Desentralisasi 2. Konsep Otonomi Daerah a. Definisi Otonomi Daerah b. Modelmodel Pemerintahan Daerah (the local democracy model dan the structural efficiency model) 3. Esensi dan Keberhasilan Otonomi Daerah 1. Perspektif Desentralisasi Politik (political decentralisation perspective) 2. Desentralisasi Administratif (administrative decentralisation perspective) a. Dekonse ntrasi Menjelaskan, memandu diskusi Menyimak, diskusi Laptop Infocust OHP Whiteboard Spidol Diana Conyer, 1984. Parson, 1961 Mawhood, 1987 Smith, 1985 Dennis A. Rondinelli dan G. Shabbir Cheema, 1983 Slater, 1990 Bhenyamin Hoessein, 2003 Oentarto et al, 2004 Sarundajang, 2001.
III
Memberikan pemahaman tentang Perspektif desentralisasi politik, administratif, fiskal, ekonomi (pasar), dan berkeseimbangan.
Perspektif Desentralisasi
Menyimak, diskusi
Diana Conyer, 1984. Parson, 1961 Mawhood, 1987 B.C. Smith, 1985 Dennis A. Rondinelli dan G. Shabbir Cheema, 1983 Slater, 1990 Sadu
12
Wasistiono, 2010. Jennie Litvack dan Jessica Seddon, 1999. Syarif Hidayat dan Bhenyamin Hoessein, 2001 S.H. Sarundajang, 2001. Menjelaskan, memandu diskusi Menyimak, diskusi Laptop Infocust OHP Whiteboard Spidol Diana Conyer, 1984. Maddick, 1963. Mawhood, 1987 B.C. Smith, 1985 Dennis A. Rondinelli dan G. Shabbir Cheema, 1983 Syarif Hidayat dan Bhenyamin Hoessein, 2001. Syarif Hidayat, 2006. S.H. Sarundajang, 2001.
IV
Memberikan pemahaman tentang Tujuan Desentralisasi dari Perspektif Desentralisasi Politik, baik dari kepentingan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
Tujuan 1. Kepentingan Desentralisasi Pemerintah Pusat : (Perspektif a. Pendidikan Desentralisasi Politik (political Politik) education) b. Pelatihan Kepemimpinan (to provide training in political leadership) c. Stabilitas Politik (to create political stability) 2. Kepentingan Pemerintah Daerah : a. Persamaan Politik (political equality) b. Akuntabilitas Pemerintah Daerah (local accountability) c. Responsivitas Pemerintah Daerah (local
13
responsiveness) V Memberikan pemahaman tentang Tujuan Desentralisasi (Perspektif Desentralisasi Administratif) Memberikan pemahaman tentang Tujuan Desentralisasi dari Perspektif Desentralisasi Administratif Tujuan Desentralisasi (Perspektif Desentralisasi Administratif) 1. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah 2. Meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan public good and services 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi. Menjelaskan, memandu diskusi Menyimak, diskusi Laptop Infocust OHP Whiteboard Spidol Diana Conyer, 1984. Maddick, 1963 Mawhood, 1987 B.C. Smith, 1985 Dennis A. Rondinelli dan G. Shabbir Cheema, 1983 Syarif Hidayat, 2006 Bhenyamin Hoessein, 2001. Syarif Hidayat, 2006 Sadu Wasistiono, 2010. Jennie Litvack dan Jessica Seddon, 1999 S.H. Sarundajang, 2001. Syarif Hidayat, 2006 Diana Conyer, 1984. Maddick, 1963 Mawhood, 1987 B.C. Smith, 1985
VI
Memberikan pemahaman tentang Tujuan Desentralisasi dari Perspektif Hubungan NegaraMasyarakat (StateSociety Relation)
Memberikan pemahaman tentang Tujuan Desentralisasi dari Perspektif Hubungan NegaraMasyarakat (StateSociety Relation), baik bagi
1.
Kepentingan Nasional a. Mempertahankan dan memperkuat integrasi bangsa b. Sarana untuk training bagi calon-calon pemimpin nasional
14
VII
Memberikan pemahaman tentang Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Negara Kesatuan dan Negara Federal
Memberikan pemahaman tentang desentralisasi dan otonomi daerah di negara kesatuan dan di negara federal
Mempercepat pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran rakyat 2. Kepentingan Daerah a. Mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal (political equality, local accountability, dan local responsiveness) b. Peningkatan pelayanan publik c. Menciptakan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. 1. Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Negara Kesatuan 2. Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Negara Federal
c.
Syaukani HR, Afan Gaffar dan M.Ryaas Rasyid, 2002 Hasrat Arief Saleh, 2009. Agus Pramusinto, 2008. Rozali Abdullah, 2000.
15
Ujian Tengah Semester (UTS) VIII Memberikan pemahaman tentang Sejarah Perkembangan Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Memberikan pemahaman tentang Sejarah pemerintahan daerah di Indonesia dan perkembangan UU Otonomi Daerah sejak awal kemerdekaan sampai dengan sekarang Memberikan pemahaman tentang hubungan kekuasaan antra Pemerintah PusatDaerah, dan Hubungan Keuangan antara Pemerintah PusatDaerah Sejarah Perkembangan Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia 1. Sejarah Pemerintahan Daerah di Indonesia 2. Perkembangan UU Otonomi Daerah (1945 s.d. sekarang) Menjelaskan, memandu diskusi Menyimak, diskusi, presentasi Laptop Infocust OHP Whiteboard Spidol Josef Riwu Kaho, 1997 Bagir Manan, 1994 J. Kaloh, 2002 S.H. Sarundajang, 2001. Sujamto, 1990
IX
Memberikan pemahaman tentang Pendekatan Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
1. Hubungan Kekuasaan antara Pemerintah PusatDaerah 2. Hubungan Keuangan antara Pemerintah PusatDaerah
Menyimak, diskusi
Tri Ratnawati dan Ikrar Nusa Bhakti, 2001. Bagir Manan, 1994. Dede Mariana dan Caroline Paskarina, 2008 Djohermansyah Djohan, 2001. Sadu Wasistiono, 2003 Ahmad Erani Yustika, 2008 S.H. Sarundajang, 2001. Dede Mariana dan Caroline Paskarina, 2008.
1. Urusan
Pemerintahan (function) 2. Kelembagaan
Menyimak, diskusi
16
kelembagaan, kepegawaian, keuangan daerah, perwakilan daerah, pelayanan publik, dan pengawasan
XI
Memberikan pemahaman tentang Pembagian Kewenangan dan Fungsi-fungsi dalam rangka Desentralisasi
Memberikan pemahaman tentang sistem otonomi atau ajaran rumah tangga daerah, desentralisasi simetrik dan asimetrik, pembagian kewenangan, dan pembagian urusan pemerintahan
1. 2. 3.
4.
(institution) 3. Kepegawaian (personnel) 4. Keuangan Daerah (local finance) 5. Perwakilan Daerah (representation) 6. Pelayanan Publik (public service) 7. Pengawasan(cont rol/supervision) Sistem Otonomi Menjelaskan, (Ajaran Rumah memandu Tangga Daerah) diskusi Desentralisasi Simetrik dan Asimetrik Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Masyarakat Pembagian Urusan Pemerintahan a. Teori/Ke rangka Pembagian Urusan Pemerintahan b. Kriteria Pembagian Urusan Pemerintahan
Whiteboard Spidol
S.H. Sarundajang, 2001. Sadu Wasistiono, 2003 Andy Ramses M, 2007. Ahmad Erani Yustika, 2008
Sadu Wasistiono, 2003. Ateng Syafrudin, 1993 Made Suwandi, 2007 Bagir Manan, 1994
17
XII
Memberikan pemahaman tentang Isu-isu Kontemporer dalam Pembagian Urusan Pemerintahan (Studi Kasus)
XIII
Memberikan pemahaman tentang Isu-isu Kontemporer dalam Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Studi Kasus)
Memberikan pemahaman tentang masalah konseptual dalam pembagian urusan pemerintahan, konflik yang terjadi antar susunan pemerintahan dalam pembagian urusan pemerintahan, dan peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di daerah Memberikan pemahaman tentang pembentukan daerah otonom baru dan penataan wilayah, pemilihan kepala daerah, UU Otonomi dan Integrasi Nasional
1. Masalah konseptual dalam Pembagian Urusan Pemerintahan 2. Konflik antar Susunan Pemerintahan dalam Pembagian Urusan Pemerintahan 3. Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat
Made Suwandi, 2007 Sadu Wasistiono, 2002 Syamsudin Haris, 2002. Riswanda Imawan, 2002
Isu-isu Kontemporer dalam Implementasi Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah (Studi Kasus)
1.
2. 3.
Pembentukan Daerah Otonom Baru dan Penataan Wilayah Pemilihan Kepala Daerah UU Otonomi dan Integrasi Nasional
Sadu Wasistiono dan Ondo Riyani (eds), 2001 Ramlan Surbakti, 2008. Andy Ramses, 2008. Tamrin Amal Tomagola, 2008 Abdul Gaffar Karim (ed), 2003. Made Suwandi,
18
19
20
Sumber Bacaan :
Abdullah, Rozali, 2000. Pelaksanaan Otonomi Luas & Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Abdurrahman, 1987. Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, Melton Putra, Jakarta. Cheema, G. S., dan D.A. Rondinelli (ed.), 1983. Decentralization and Development : Policy Implementation in Developing Countries, Beverly Hills, Sage. Davey, Kenneth, 1989. Hubungan Keuangan Pusat-Daerah di Indonesia, UI Press, Jakarta. Devas, Nick et al, 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, UI Press, Jakarta Djohan, Djohermansyah. 2006. Desentralisasi Asimetrik di Aceh, Jurnal Ilmu Pemerintahan MIPI, Edisi 22, Jakarta. -----------, 2001. Masalah Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Jurnal Ilmu Pemerintahan MIPI, Edisi 14, Jakarta Conyer, Diana. 1986. Decentralization and Development : A Framework for Analysis Eko, Sutoro et. Al. 2005. Prakarsa Desentralisasi dan Otonomi Desa, IRE Press, Yogyakarta. Haynes, Robert J. 1980. Organisation Theory and Local Government, The New Local Government Series 19, George Allen and Unwin, Boston-Sidney. Hidayat, Syarif. 2006. Membangun Format Baru Otonomi Daerah, LIPI Press dan Obor, Jakarta. -----------, Syarif dan Bhenyamin Hoessein, 2001. Desentralisasi dan Otonomi Daerah : Perspektif Teoritis dan Perbandingan, dalam Syamsudin Haris et al, 2001, Paradigma Baru Otonomi Daerah, Pusat Penelitian Politik LIPI (P2P-LIPI), Jakarta. Hoessein, Bhenyamin, 2003. Otonomi dan Pemerintahan Daerah : Tinjauan Teoretik, PPW LIPI, Jakarta Jimung, Martin. 2005. Politik Lokal dan Pemerintah Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah, Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Litvack, Jennie and Jessica Seddon (ed.), 1999. Decentralization : Briefing Noefing Notes, World Bank Institute. Kaho, Josef Riwu. 1988. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Identifikasi Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penyelenggaraannya, Rajawali Pers, Jakarta. Kaloh. J., 2002. Mencari Bentuk Otonomi Daerah : Suatu Solusi dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global, Rineka Cipta, Jakarta. Karim, Abdul Gaffar (eds), Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah di Indonesia, Pustaka Pelajar dan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM, Yogyakarta. Maas, Arthur (ed), 1959. Area and Power : A Theory of Local Government, The Free Press, Glencoe, Illinois. Made Suwandi, 2007. Grand Design Penataan Otonomi Daerah, Jurnal Ilmu Pemerintahan MIPI, Edisi 24, Jakarta. Maddick, Henry. 1963. Democracy, Decentralization and Development, Asia Publishing House, London. Manan, Bagir. 2002. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum (PSH) Fakultas Hukum UII, Yogyakarta. 21
----------, 1994. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Marbun, BN, 2005. DPRD dan Otonomi Daerah, Setelah Amandemen UUD 1945 dan UU Otonomi Daerah 2004, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Muluk, M.R. Khairul, 2007. Menggugat Partisipasi Publik dalam Pemerintahan Daerah (Sebuah Kajian dengan Pendekatan Berpikir Sistem), Bayumedia Publishing, Malang. Mariana, Dede dan Caroline Paskarina, 2008. Demokrasi & Politik Desentralisasi, Graha Ilmu, Yogyakarta. Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta Mawhood, P. 1987. Local Government in The Third World : The Experience of Tropical Africa, John Wiley & Sons, Chicheser. Nasution, Arif. 2000. Demokratisasi dan Problema Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung. Oentarto, I Made Suwandi, Dodi Riyadmadji, 2004. Menggagas Format Otonomi Daerah Masa Depan, Samitra Media Utama, Jakarta. Pamuji, S., 1986. Pelaksanaan Asas Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam Jurnal Ilmu Politik 1, Gramedia, Jakarta. Ramses, Andy M dan Yosmardin, 2006. Politik Desentralisasi dan Desentralisasi Asimetris, Jurnal Ilmu Pemerintahan MIPI, Edisi 22, Jakarta. Ramses, Andy. 2008. Pengaturan Kedudukan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Daerah, Jurnal Ilmu Pemerintahan MIPI, Edisi 26, Jakarta. Ranney, Austin. 1996. Governing : an Introduction to Political Science, Prentice Hall, New Jersey Rasyid, M. Ryaas, 2001. Kebijakan Otonomi Daerah : Konsep, Implementasi, Masalah, Jurnal Ilmu Pemerintahan MIPI, Edisi 14, Jakarta. Ratnawati, Tri dan Ikrar Nusa Bhakti, 2001. Hubungan Pusat-Daerah di Indonesia : Perspektif Sejarah, P2P LIPI, Jakarta. Rondinelli, D.A., 1990. Decentralisation, Territorial Power and the State : A Critical Response, Developing and Change, Volume 21. ------------, D.A., et al., 1989. Analyzing Decentralisation Policies in Developing Countries : a Political-Economy Framework, Developing and Change, Volume 20. Rondinelli, D.A., John R. Nellis, G. Shabbir Cheema, 1983. Decentralization in Developing Countries : A Review of Recent Experience, The World Bank, Washington D.C. Ruland, J., 1993. Urban Development in Southeast Asia : Regional Cities and Local Government, Westview Press, Boulder. Sarundajang, S.H., 2001. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Slater, D., dan J. Watson (1989) Democratic Decentralization or Political Consolidation : The Case of Local Government Reform in Karnataka, Public Administration and Development, Volume 9. Slater, D., 1989. Territorial Power and The Peripheral State : Issue of Decentralization, Developing and Change, Volume 20 No. 3 22
------------, 1990. Debating Decentralization : A Reply to Rondinelli, Development and Change, Volume 21. Sujamto, 1990. Otonomi Daerah yang Nyata dan Bertanggung Jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta. Sunarso, Siswanto. 2005. Hubungan Kemitraan Badan Legislatif dan Eksekutif di Daerah, Mandar Maju, Bandung. Surbakti, Ramlan. 2008. Pemilu Kepala Daerah dan Calon Perseorangan: Urgensinya dalam Demokratisasi, Jurnal Ilmu Pemerintahan MIPI, Edisi 26, Jakarta. Syafrudin, Ateng. 1993. Pengaturan Koordinasi Pemerintahan di Daerah, Citra Aditya Bakti, Bandung. ------------, 2006. Kapita Selekta : Hakikat Otonomi dan Desentralisasi dalam Pembangunan Daerah. Rasyid, M. Ryaas, 2002. The Policy of Decentralization in Indonesia, Paper prepared for GSU Conference : Can Decentralization Help Rebuild Indonesia, Atlanta, Georgia. Syaukani HR, Afan Gaffar, M. Ryaas Rasyid, 2002. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar dan Puskap, Jakarta. Tomagola, Tamrin Amal, 2008. Polarisasi Politik Lokal dan Konflik Pilkada (Perbandingan Kasus Maluku Utara dengan Sumatera Selatan), Jurnal Ilmu Pemerintahan, Edisi 26, Jakarta. Wasistiono, Sadu. 2003. Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Edisi Kedua, Fokus Media, Bandung -------------, 2010. Menuju Desentralisasi Berkeseimbangan, dalam Dasawarsa Kedua Otonomi Daerah : Evaluasi dan Prospek, Jurnal Ilmu Politik, AIPI, Nomor 21, Jakarta. Wasistiono, Sadu dan Ondo Riyani (eds), 2001. Etika Hubungan Legislatif-Eksekutif dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Fokus Media, Bandung. Yluisker, P., 1959. Some Criteria for a Proper Aerial Division of Government Power, in A. Maas (ed) Aerial Power : Theory of Local Government, The Free Press, New York. Yustika, Ahmad Erani, 2008. Desentralisasi Ekonomi di Indonesia, Kajian Teoritis dan Realitas Empiris, Bayu Media Publishing, Malang
E. Sistem Evaluasi Sebagai dasar kelulusan praja dalam mata kuliah ini digunakan sistem penilaian sebagai berikut: Nilai Ujian Tengah Semester 25% Nilai Ujian Akhir Semester 50% Nilai Tugas Terstruktur 15% Kehadiran 10% (dari jumlah perkuliahan riil yang dilakukan)
------- OR --------
23