You are on page 1of 14

CONVENTION ON CHOICE OF COURT AGREEMENTS (2005)

Pembabakan Konvensi Chapter I : Scope and Definitions Art. 1- 4 Chapter II : Jurisdiction Art. 5 - 7 Chapter III : Recognition Art. 7 - 15 Chapter IV : General Clauses Art. 16 - 26 Chapter V : Final Clauses Art. 27 - 34 Pasal 1 #Ruang Lingkup Konvensi Konvensi ini berlaku untuk : ~ International cases ~ Exclusive choice of court agreements ~ Civil or Commercial matters #Berkaitan dengan Chapter II Suatu kasus bersifat internasional kecuali para pihak adalah penduduk dari Negara Peserta yang sama dan hubungan antara para pihak dan unsur-unsur yang relevan terhadap suatu sengketa hanya berhubungan dengan negara tersebut #Berkaitan dengan Chapter III Suatu kasus bersifat internasional apabila dimintakan suatu pengakuan dan
pelaksanaan putusan pengadilan asing

Pasal 2 Pengecualian terhadap Konvensi ini ~ Consumer Contract ~ Perjanjian Kerja ~ Masalah Hukum Keluarga ~ Hak-hak yang berkaitan dengan benda tetap ~ Keabsahan, Pembatalan atau Disolusi dari Badan Hukum ~ Keabsahan dari hak kekayaan intelektual selain hak cipta dan hak-hak yang terkait Pasal 3 ~ Exclusive Choice of Court Agreement adalah perjanjian antara 2 atau lebih pihak yang memenuhi persyaratan dan menunjuk Pengadilanpengadilan dari satu Negara Peserta atau satu atau lebih pengadilan yang tertentu Pasal 4 ~ Pengertian Putusan ~ Pengertian Entitas atau Orang yang bukan pribadi kodrati Pasal 5 Yurisdiksi Pengadilan yang dipilih ~ 1.The court or courts of a Contracting State designated in an exclusive choice of court agreement shall have jurisdiction to decide a dispute to which

the agreement applies, unless the agreement is null and void under the law of the State. ~ 2. A court that has jurisdiction under paragraph 1 shall not decline to exercise jurisdiction on the ground that the dispute should be decide in a court of another state. ~ 3. Pasal 6 Kewajiban Pengadilan yang tidak dipilih Pengadilan yang tidak dipilih harus menghentikan atau menolak pemeriksaan perkara yang tunduk pada an exclusive choice of court agreement, kecuali : a) Perjanjian itu dinyatakan null and void menurut hukum dari Pengadilan yang dipilih; b) Salah satu pihak tidak mempunyai kecakapan untuk membuat perjanjian berdasarkan hukum dari Negara dari Pengadilan c) Perjanjian tersebut dianggap dapat mengarah pada manifest injustice atau bertentangan dengan public policy dari Negara dari Pengadilan d) Perjanjian tidak mungkin dilaksanakan e) Pengadilan yang dipilih memutuskan untuk tidak memeriksa perkara Pasal 8 Pengakuan dan Pelaksanaan 1. Pengakuan atau Pelaksanaan hanya dapat ditolakapabila memenuhi persyaratan sesuai dengan Konvensi 2. Tidak ada review terhadap pokok perkara yang telah diputuskan oleh Pengadilan Asal, Pengadilan terikat terhadap putusan yang diambil oleh

Pengadilan asal berdasarkan yurisdiksinya, kecuali putusan tersebut diambil secara salah 3. Putusan hanya akan diakui apabila memiliki akibat di Negara Asal, dan hanya akan dilaksanakan apabila memang dapat dilaksanakan di Negara Asal 4. 5. Pasal 9 Penolakan terhadap Pengakuan dan Pelaksanaan Pengakuan dan Pelaksanaan dapat ditolak apabila : a) Perjanjian adalah null and void menurut hukum Negara dari Pengadilan yang dipilih, kecuali Pengadilan yang dipilih telah menentukan bahwa perjanjian adalah sah; b) Salah satu pihak tidak cakap bertindak dalam hukum untuk membuat perjanjian menurut hukum dari Negara yang diminta c) Dokumen yang dijadikan dasar dalam pengajuan perkara : i. Tidak disampaikan kepada Tergugat dalam waktu yang cukup sehingga dia dapat membela diri ii. Disampaikan kepada Tergugat di Negara yang diminta dengan cara yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip mengenai penyampaian dokumen Putusan diperoleh secara salah secara prosedural Pengakuan atau Pelaksanaan mungkin manifestly incompatible with public policy dari Negara yang diminta Putusan tidak konsisten dengan Putusan yang diberikan di Negara yang di mana untuk sengketa dari para pihak yang sama

Putusan tidak konsisten dengan Putusan yang telah diambil sebelumnya oleh Pengadilan di Negara yang lain untuk masalah yang sama terhadap para pihak yang sama pula Pasal 22 Reciprocal declarations of non-exclusive choice of court agreements

#CONVENTION ON CHOICE OF COURT AGREEMENTS (2005) Concluded on June 30, 2005 Not yet enter into force 34 articles and an annex (Recommended Form) Contracting parties :Mexico Signatory parties :United States of America, European Union #Konvensi yang ada sebelumnya berkaitan dengan Pilihan Forum Convention on the Jurisdiction of the Selected Forum in the Case of International Sales of Goods (concluded on April 15, 1958 at The Hague) Konvensi ini merupakan bagian dari Convention on Law Applicable to International Sales of Goods (1951,1955) Convention on the Choice of Court (concluded November 25, 1965 at The Hague) Terhadap kedua konvensi ini tidak ada negara yang pihak. #Tujuan Convention Choice of Court 2005 Untuk mempromosikan perdagangan internasional dan investasi dengan cara meningkatkan kerjasama di bidang yudisial

Kerjasama di bidang yudisial dapat ditingkatkan dengan adanya uniform rules on jurisdiction and on recognition and enforcement of foreign judgements in civil or commercial matters. Peningkatan kerjasama memerlukan suatu rejim internasional dan menjamin efektifitas exclusive choice of court agreements between parties to commercial transactions and that governs the recognition and enforcement of judgements resulting from proceedings based on such agreements

#Alasan Pembentukan Konvensi Harapan agar Konvensi ini dapat membuat Choice of Court Agreements seperti yang telah dilakukan New York Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards terhadap perjanjian arbitrase. #Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Konvensi 1. Pengadilan yang dipilih harus memeriksa perkara yang diajukan ke hadapannya 2. Pengadilan yang lain di mana suatu perkara diajukan ke hadapannya, harus menolak untuk memeriksa perkara tersebut 3. Putusan dari Pengadilan yang dipilih harus dapat diakui dan dilaksanakan

ADOPSI
#Pengertian Suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak (adoptandus) dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan kekuasaan keluarga orang tua angkat (adoptant). (Pasal 1 butir 2 PP No.54/2007) #Macam-macam adopsi ~ Adopsi Plena : Adopsi dengan syarat berat, berakibat putusnya hubungan hukum antara adoptandus dengan orang tua biologis. ~ Adopsi Minus Plena : Adopsi dengan syarat ringan, tidak mengakibatkan putusnya hubungan hukum antara adoptandus dengan orang tua biologis. #Fungsi adopsi ~ Melanjutkan keturunan ~ Pemeliharaan dan pendidikan

~ Adoptio Naturam Imitatur: Adopsi hendak meniru alam dengan menciptakan suatu hubungan keturunan ~ Favor Adoptionis: Adopsi demi kesejahteraan si anak #Lingkup laku konvensi adopsi den haag 1965 Berlaku untuk adoptant yang berkewarganegaraan dan berkediaman di negara peserta konvensi. Konvensi ini hanya berlaku untuk adopsi yang bersifat internasional. #Yang berwenang meresmikan adopsi internasional ini adalah : ~ Instansi-instansi negara tempat pihak adoptant berkediaman secara de facto ~ Instansi-instansi dari negara adoptant #Akibat hukum adopsi Setiap negara memiliki system atau konsepsi yang berbeda mengenai adopsi, maka akibat hukumnya berlainan. Tapi pada prinsipnya akibat hukumnya meliputi bidang-bidang : ~ Hubungan orang tua dengan anak / kekuasaan orang tua ~ Hak alimentasi / biaya pemeliharaan si anak ~ Hak mewaris #Dasar hukum Indonesia memungkinkan terjadinya adopsi internasional Undang-undang Nomor 62/1958 tentang kewarganegaraan #Syarat material adopsi Syarat Positif :

~ Adoptant mempunyai usia tertentu ~ Adoptandus mempunyai usia tertentu ~ Beda usia antara adoptant dan adoptandus ditentukan ~ Persetujuan Adoptandus Syarat Negatif : ~ Adoptant sudah mempunyai anak kandung ~ Adoptant dan adoptandus beda kelamin #Sifat hukum adopsi Aliran Anglo Saxon : Hanya mengenai soal ketetapan hakim/pengadilan, bila hakim merasa berwenang, maka langsung menggunakan hukum sang hakim (lex fori) Sebagai Lembaga karena suatu Penetapan Hakim sebagai suatu unsur konstitutif (Administrative Act in Judicial Form) Aliran Eropa Continental : Sebagai suatu kontrak di antara dua pihak dan baru efektif setelah adanya persetujuan/dikuatkan oleh pengadilan Sebagai Lembaga Kontraktual di mana efektifnya adopsi adalah pada saat kontrak ditetapkan oleh Pengadilan #Ruang lingkup (Konvensi Adopsi 1993) Pasal 1 Tujuan konvensi : ~ Menciptakan perlindungan-perlindungan yang menjamin bahwa adopsi antar negara adalah demi kepentingan yang sebesar-besarnya bagi si anak dan dengan memperhatikan hak-hak dasarnya yang diakui dalam hukum internasional

~ Menciptakan suatu sistem kerjasama diantara negara-negara peserta konvensi untuk menjamin bahwa perundingan-perundingan tersebut dihargai dan juga untuk mencegah penculikan, penjualan dan perdagangan anak ~ Menjamin pengakuan dalam negara-negara peserta konvensi Pasal 2 ~ Konvensi ini akan berlaku apabila seorang anak mempunyai habitual residence di salah satu negara peserta (the state of origin/negara asal) di pindahkan, sedang dalam proses pemindahan atau telah dipindahkan ke negara peserta yang lain (the receiving state/negara penerima) baik setelah dilakukannya adopsi oleh pasangan suami istri atau seorang yang mempunyai habitual residence di negara penerima, atau dalam rangka dilakukannya adopsi di negara penerima atau negara asal ~ Konvensi ini hanya meliputi adopsi-adopsi yang menghasilkan hubungan yang orang tua dan anak yang permanen Pasal 3 Batas usia adoptandus sebelum 18 tahun #Tata cara adopsi antar negara (Konvensi Adopsi 1993) ~ Calon adoptant mengajukan permohonan adopsi ke Central Authority dari negara penerima ~ Central Authority dari negara penerima mempersiapkan informasi mengenai calon adoptant, apabila dianggap memenuhi untuk mengadopsi yang dikirim ke Central Authority dari negara asal ~ Central Authority dari negara asal juga akan mempersiapkan informasi mengenai adoptandus, apabila dianggap memenuhi untuk diadopsi yang akan dikirimkan ke Central Authority dari negara penerima

~ Apabila Central Authority dari kedua belah pihak menganggap semua syarat sudah terpenuhi barulah adoptandus dapat diserahkan ke calon adoptant # The Hague Convention of 29 May 1993 on Protection of Children and Co-operation in Respect of Intercountry Adoption = Konvensi Adopsi 1993

HUKUM WARIS INTERNASIONAL


#Pengertian BW Pewarisan sebagai suatu proses pemindahan hak milik atas segala barang, segala hak dan segala piutang dari seseorang yang meninggal dunia kepada para ahli warisnya. (Pasal 833 BW) #Prinsip pemisahan harta peninggalan Harta peninggalan seorang pewaris dibedakan antara benda-benda lepas/bergerak dan benda-benda tetap. Benda-benda lepas/bergerak diwariskan berdasarkan hukum pribadi si pewaris, sedangkan benda-benda tetap/tak bergerak di wariskan dengan mengikuti hukum dari negara dimana benda tersebut terletak (Lex Fori).

Contoh : Inggris, Negara bekas jajahan Inggris, Amerika Serikat, Rusia #Prinsip kesatuan harta peninggalan Harta peninggalan baik benda-benda lepas maupun benda-benda tetap, merupakan suatu kesatuan dan semuanya di wariskan berdasarkan hukum personal si pewaris. Indonesia menganut system kesatuan harta peninggalan, berdasarkan jurisprudensi dan doktrin/pendapat para sarjana pewarisan dilakukan berdasarkan hukum nasional si pewaris (prinsip nasionalitas).

PERKAWINAN CAMPURAN INTERNASIONAL


# Pengertian perkawinan campuran GHR Pasal 1 Yang dimaksud dengan perkawinan campuran ialah perkawinan antara orang-orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan. Hukum yang berlainan adalah : a. H. Perkawinan Islam b. H. Perkawinan Adat c. H. Perkawinan BW

d. H. Perkawinan Individu Berdasarkan hukum yang berlainan tersebut maka akan mengakibatkan : a. Perkawinan beda agama b. Perkawinan antar golongan timur asing >< Perkawinan adat c. Perkawinan antara adat yang berbeda d. Perkawinan antara WNI & WNA e. Perkawinan antara WNA & WNA lainnya # Pasal 2 GHR Seorang perempuan yang melangsungkan perkawinan campuran, selama perkawinan itu belum putus, perempuan tersebut tunduk pada hukum suami, baik di bidang hukum publik maupun perdata. # Syarat perkawinan campuran yang dilakukan di luar negeri : a. Syarat Formal : Sesuai dengan hukum yang berlaku di negara dimana perkawinan tersebut dilangsungkan (Lex Loci Celebrationis) b. Syarat Materiil : Sesuai dengan hukum dari negara asal masing-masing pihak : ~ Dituangkan melalui Surat Keterangan yang diberikan oleh sesuai dengan hukum yang berlaku. (Pasal 6 & 10 GHR) # Pengertian perkawinan campuran UU No.1/1974 Pasal 57 Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam UU ini ialah perkawinan antara dua orang yang berada di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan karena perbedaan kewarganegaraan & salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. # Pasal 56 ayat (1)

Perkawinan yang dilangsungkan di luar negeri antara dua warga negara Indonesia dengan warga negara asing adalah sah apabila dilaksanakan menurut hukum yang berlaku di Negara dimana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi warga negara Indonesia tidak melanggar ketentuan-ketentuan UndangUndang ini.

You might also like